Jika ada yang akan mengganti Pancasila dengan ideologi lain maka sikap saya

Pancasila adalah dasar negara yang sudah menjadi kesepakatan anak bangsa.

Senin , 12 Aug 2019, 15:16 WIB

Republika/Putra M. Akbar

Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu

Red: Ratna Puspita

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertahanan [Menhan] Ryamizard Ryacudu menegaskan siapa saja yang ingin menggantikan Pancasila adalah pengkhianat bangsa. Sebab, Pancasila adalah dasar negara yang sudah menjadi kesepakatan seluruh anak bangsa.

Baca Juga

"Bila ada yang ingin mengganti ideologi Pancasila berarti dia itu adalah pengkhianat terhadap bangsa ini. Dia pengkhianat terhadap proklamasi kemerdekaan Indonesia dan penghianat terhadap negara ini, pengkhianat terhadap kita semua, serta pengkhianat terhadap masa depan bangsa ini," kata Ryamizard dalam sambutannya pada acara Silaturahmi dan Dialog tokoh bangsa dan tokoh agama yang digelar Kemhan RI dan Forum Rekat Anak Bangsa, di Jakarta, Senin [12/8].

Hadir dalam acara itu, Wakil Presiden RI ke-6 Try Sutrisno, Rachmawati Soekarnoputri, tokoh Nahdlatul Ulama [NU] Salahuddin Wahid [Gus Solah] serta sejumlah ulama dan para pejabat Kemhan.

Ryamizard mengingatkan pihak-pihak yang mau mengganti Pancasila sama saja menggantikan Indonesia.‎‎ Pancasila ‎adalah ideologi negara yang sudah final.

Pancasila terbukti ampuh mempersatukan beribu-ribu perbedaan suku, ras dan agama [Sara] di bangsa ini‎. Karena itu, ‎keberadaan Pancasila tidak bisa diganggu lagi, apalagi dibuang.

‎"Pancasila adalah Indonesia itu sendiri. Mengganti Pancasila berarti mengganti Indonesia. Pancasila akan timbul dan tenggelam bersama negara ini. Hancurnya Pancasila adalah terpecahnya negara," jelas Ryamizard.

Dia mengingatkan Indonesia bukan negara agama, tetapi negara yang masyarakatnya beragama. "Jadi Hindu bukan‎ berarti menjadi orang India. Jadi Muslim bukan berarti jadi orang Arab dan jadi Kristen bukan berarti menjadi orang Yahudi. Kita harus tetap menjadi orang Nusantara dengan adat, budaya Nusantara yang sangat kaya," tegas Ryamizard.

Menurut dia, semua elemen bangsa harus menyadari bahwa jati diri bangsa Indonesia yang terdiri atas beragam suku, ras, budaya, dan agama. Pelbagai perbedaan tersebut pun harus dijadikan sebagai kekuatan bangsa.

Mantan Kepala Staf TNI AD, itu mengajak semua pihak menyatukan jiwa, raga, dan pemikiran guna menuju Indonesia yang lebih maju, sejahtera, dan sentosa. Semua pihak diharapkan mendukung pemerintahan yang terpilih, serta tidak boleh ada perpecahan dan perselisihan yang kontraproduktif terhadap pembangunan bangsa.

"Mari kita percayakan proses pembangunan ini kepada pemimpin terpilih, yang tentunya merupakan amanah dari Tuhan Yang Maha Esa. Karena kita sendirilah yang memilihnya melalui mekanisme yang konstitusional. Tidak mudah mencari pemimpin dan tidak mudah menjadi pemimpin," jelasnya.

Ryamizard menegaskan agar ke depannya tidak ada kata curiga maupun yang upaya mengangggu proses pembangunan. Upaya yang menghambat proses pembangunan, terang dia, sama saja mengkhianati amanah dari rakyat dan Tuhan YME.

"Dan sekali lagi, saya mengajak marilah kita menjaga, merawat persatuan kita, persaudaraan kita, kerukunan kita, ukhuwah kita, ukhuwah Islamiah kita, ukhuwah wathaniyah kita. Agar persatuan, kerukunan, persaudaraan betul-betul terus berada dalam NKRI yang sangat dan sangat kita cintai bersama," tuturnya.

  • pancasila
  • ideologi negara
  • ryamizard ryacudu
  • kemenhan

sumber : Antara

Wapres menegaskan Pancasila adalah hasil kesepakatan nasional pada pendiri bangsa.

Kamis , 10 Sep 2020, 15:06 WIB

Dok. Wasetpres

Wakil Presiden Republik Indonesia Maruf Amin.

Rep: Fauziah Mursid Red: Ratna Puspita

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Ma'ruf Amin menegaskan Pancasila adalah hasil kesepakatan nasional pada pendiri bangsa. Karena itu, tidak boleh ada ideologi lain yang menggantikan.

Baca Juga

"Begitu juga dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia [NKRI] tidak boleh diganti dengan sistem yang lain, karena upaya penggantian tersebut berarti menyalahi kesepakatan nasional," ujar Ma'ruf saat membuka simposium nasional Studi dan Relasi Lintas Agama Berparadigma Pancasila, Universitas Islam Negeri [UIN] Sultan Maulana Hasanuddin, Serang, Banten, secara virtual, Kamis [10/9].

Ia mengatakan, selama perjalanan bangsa Indonesia sejak Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, banyak pihak yang berupaya mempertentangkan antara Pancasila dengan ajaran agama. Bahkan, upaya itu masih terus terjadi hingga saat ini.

"Sampai saat ini pun upaya-upaya seperti itu masih terus terjadi. Saya berkeyakinan insya Allah upaya-upaya tersebut tidak akan pernah berhasil," ujar Ma'ruf.

Ma'ruf berkeyakinan upaya mempertentangkan Pancasila dengan agama tidak akan berhasil. Sebab, Pancasila tidak bertentangan dengan nilai agama. 

Ia mengatakan, nilai nilai yang terkandung dalam Pancasila merupakan turunan dari ajaran agama. Selain itu, Pancasila juga sudah menjadi kesepakatan nasional. 

Karena itu, orang yang mempertentangkan Pancasila dan agama adalah orang yang salah paham. "Orang yang masih mempertentangkan antara Pancasila dan agama adalah termasuk yang mis-persepsi. Bisa saja mis-persepsi dari pemahaman agamanya atau dari pemahaman Pancasilanya," ujar Ma'ruf.

Ia melanjutkan, Pancasila mengandung nilai-nilai kuat untuk menjaga kerukunan bermasyarakat dan kehidupan umat beragama. Selama ini Pancasila sudah terbukti mampu menjaga kerukunan seluruh bangsa, sehingga tercipta integrasi nasional.

Namun, ia mengakui dalam perkembangan masyarakat yang sangat dinamis, termasuk dalam berkomunikasi atau berinteraksi dengan masyarakat dunia, muncul pemahaman dan sikap keagamaan yang bisa mengancam kerukunan dan integrasi bangsa. "Karena itu, kita harus mampu menangkal berkembangnya paham-paham yang mengancam Pancasila dan persatuan nasional," katanya.

Ma'ruf berharap, Pancasila bisa dipahami secara komprehensif dan tidak secara parsial antara satu soal dengan sila lainnya. Sebab, untuk memahami Pancasila, diperlukan pemahaman yang utuh sebagaimana dirumuskan dan dipahami oleh para pendiri bangsa.

"Dengan pemahaman yang utuh seperti itu, berarti Pancasila tidak boleh didorong ke arah pemahaman yang menyimpang seperti sekularisme, liberalisme, atau komunisme," ujar Ma'ruf. 

  • wapres maruf
  • maruf amin
  • pancasila
  • ideologi

Menko Polhukam Wiranto [Raja Adil Siregar/detikcom]

Palembang - Menko Polhukam Wiranto jadi pembicara dalam apel akbar Pancasila dan Bela Negara di UIN Raden Fatah, Palembang, Sumatera Selatan. Dia menekankan pentingnya seluruh elemen bangsa menjaga Pancasila."Kalau ada yang ingin mengganti ideologi Pancasila, harus kita lawan. Seluruh elemen masyarakat harus melawan gerakan yang akan mengganti ideologi, tidak hanya TNI atau Polri saja," ujar Wiranto dalam orasi di hadapan 5.000 mahasiswa, Kamis [28/9/2017].Wiranto menyebut ancaman ideologi lebih berbahaya daripada ancaman militer. Termasuk paham-paham radikal yang dapat memecah-belah bangsa karena ideologi yang menyimpang dari Pancasila. "Ingat, dalam mempertahankan bangsa Indonesia, para pahlawan bertaruh dengan nyawanya, bertaruh jiwa-raga, hanya untuk kemerdekaan. Jadi perjuangan kita saat ini tidak mungkin sebesar mereka dan jika kita tidak bisa melanjutkan cita-cita dan warisan para pahlawan, tentu ini merupakan kekecewaan bagi mereka para pendahulu," sambungnya.Sumatera Selatan saat ini masih menjadi salah satu provinsi di Indonesia yang tidak pernah mengalami konflik. Dengan kondisi seperti ini, Sumsel dapat menjadi provinsi yang berkembang dan menjadi pelopor kemajuan Indonesia.

"Sumsel ini zero conflict dan, kalau daerah sudah tidak ada konflik, pasti akan cepat berkembang. Pemerataan pembangunan pasti bisa terlaksana karena itu menjadi prioritas pertama dalam proses pembangunan," tutup Wiranto yang memakai topi khas Palembang, Tanjak.

[Gambas:Video 20detik]

Yuk! Tonton Video 20detik: Panglima Katakan Bahwa Ideologi PKI Tak Akan Bisa Diubah

[bag/bag]

Ancaman nyata dari pihak-pihak yang ingin mengganti Pancasila sebagai dasar negara Indonesia telah muncul dalam beberapa tahun terakhir, yang ditandai dengan berbagai aksi yang menyerukan penggunaan paham atau ideologi lain.

Selain itu, upaya mengganti Pancasila dapat dilihat dari pemahaman generasi muda masa kini, yang menganggap Pancasila sudah tidak relevan dan perlu diganti dengan ideologi atau dasar negara yang lain.

BACA JUGA: Presiden Jokowi Serukan Halau Kekuatan Inkonstitusional

Ketua Pemuda Katolik Komda Jawa Timur, Agatha Retnosari mengatakan ancaman mengubah Pancasila sebagai dasar negara telah terlihat salah satunya dari sektor pendidikan, di mana pengajaran ideologi lain lebih dominan dibandingkan pengajaran nilai-nilai Pancasila.

“Kalau saya melihatnya sungguh nyata karena mereka yang ingin menggantikan Pancasila ini. Mereka tidak hanya lewat jalan-jalan teror, tetapi juga mereka masuk melewati jalur-jalur pendidikan. Maka dari itu, menjadi penting buat kita yang memang menginginkan pancasila tetap tegak berdiri di Indonesia, kita juga harus lebih cerdas dan lebih cerdik dari mereka dalam menggunakan cara,” kata Agatha Retnosari.

Ditambahkannya, penanaman nilai-nilai Pancasila sedianya dilakukan sejak dini, yaitu mulai dari keluarga.

Patung Proklamator Soekarno di Museum Bung Karno di Blitar, Soekarno penggali Pancasila sebagai ideologi bangsa. [Foto: Petrus Riski/VOA]

Menurut Agatha, meski pendidikan formal penting, tapi pendidikan di dalam keluarga jauh lebih penting. Karena, orang tua adalah guru pertama yang mengajarkan nilai-nilai kebaikan Pancasila kepada anak-anak, tutur Agatha.

“Misalnya, sikap tenggang rasa, sikap saling tolong menolong, dan lain sebagainya. Menurut saya kalau itu sudah dilakukan dan menjadi kebiasaan sehari-hari, nilai-nilai Pancasila itu bukanlah menjadi hal-hal yang asing lagi,” kata Agatha.

“Jika Pancasila itu dihayati dan dilakukan dalam keseharian kita sebagai pribadi dan juga ke dalam hidup berbangsa dan bernegara, rasanya ideologi lain yang akan berusaha masuk ke negara Indonesia, juga mengalami kesulitan atau hambatan,” jabarnya.

Ancaman dari Ideologi Lain, Warga Diajak Perkuat Persatuan

Koordinator Gusdurian Surabaya Yuska Harimurti menuturkan tokoh agama dan tokoh masyarakat harus memainkan peranan untuk membumikan Pancasila.

“Peran tokoh agama menjadi sangat penting, karena kalau kita melihat akhir-akhir ini ada beberapa pihak yang menyuarakan perlunya mengganti dasar negara selain Pancasila. Nah, ada semacam keresahan bagi kita, bagaimana mungkin Pancasila itu jika tidak ada di bangsa Indonesia. Pancasila ini adalah pemersatu,” kata Yuska.

“Pancasila itu adalah yang menjadi tolok ukur jika ada masalah-masalah perbedaan yang mencuat. Kita harus segera berani menyatakan ketika ada masalah perbedaan itu mencuat, kita harus berani menyatakan untuk mari kita kembali ke Pancasila,” paparnya.

BACA JUGA: BNPT: Kondisi Negara yang Kritis Rentan Disusupi Teroris

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengajak seluruh elemen masyarakat di Jawa Timur untuk bersama-sama menjaga persatuan dan kesatuan Indonesia yang merefleksikan sila ketiga dan menjadi kunci penting menjaga kelestarian Negara Kesatuan Republik Indonesia [NKRI].

“PR kita hari ini adalah, bagaimana bersama kita menjaga persatuan Indonesia, persaudaraan dan kebersamaan ini menjadi bagian penting, persatuan ini menjadi titik kunci untuk bisa menjaga NKRI,” kata Khofifah.

“Dan kalau pada 1 Juni Hari Pancasila, maka implementasi dari sila ketiga, saya ingin mengajak kita semua kembali melakukan ikhtiar, bagaimana kita rekatkan kembali persatuan Indonesia dalam konteks apapun, dalam strata dan status sosial apapun, dan dimana pun,” pungkas Khofifah Indar Parawansa. [pr/em]

Video yang berhubungan

Bài Viết Liên Quan

Bài mới nhất

Chủ Đề