Kapak lonjong ditemukan di

Sejarah Sebaran Batu Kapak Indonesia Harus Ditulis Ulang

Jika selama ini, teori yang mengungkapkan bahwa sebaran kapak persegi hanya ditemukan di Indonesia bagian Barat, dan kapak lonjong hanya ditemukan di IndonesiaBarat, kini tidak tepat lagi.

Pasalnya, kata Ketut Wiradnyana, ketua tim peneliti Balar Medan di Takengon, kapak lonjong juga sudah ditemukan di Indonesia bagian Barat, yakni di Pulau Weh Sabang dan Mendale , pedalaman Aceh. Tepatnya di oyang Putri Pukes.

Daerah penemuan kapak lonjong di Indonesia, hanya terbatas di daerah bagian timur, yaitu Sulawesi, Sangihe Talaud, Flores, Maluku, Leh, Tanimbar, dan Papua. Di Serawak, yaitu di Gua Niah, kapak lonjong juga ditemukan.

Dari tempat-tempat yang disebutkan itu, hanya sedikit yang diperoleh dari penggalian arkeologi, kecuali dari Serawak dan Kalumpang di Sulawesi Tengah. Suatu hal yang agak menyulitkan tentang penelitian kepurbakalaan kapak lonjong ini adalah karena alat semacam ini masih dibuat di pedalaman Pulau Papua. Tidaklah mustahil temuan-temuan lepas di beberapa tempat di bagian timur Indonesia itu adalah hasil pengaruh dari Papua yang mencapai tempat-tempat tersebut pada waktu yang tidak begitu tua.

Ketut kini menjadi ketua penelitian Kajian Indonesia Austronesia Prasejarah dan Sesudahnya di Wilayah Budaya Gayo (Austronesia di Indonesia Bagian Barat). Menurut Ketut, di Loyang Putri Pukes ditemukan kapak lonjong. Artinya, teori migrasi berdasarkan kapak batu harus direposisi karena tidak tepat lagi.

Temuan terbaru Balar Medan ini telah meruntuhkan teori lama dan perlu penulisan ulang sejarah batu kapak Indonesia yang dinilai Ketut sudah tidak lagi relevan dengan temuan terbaru.

Beberapa Kerangka manusia prasejarah yang tidak utuh di lokasi penelitian Balar Takengon , tambah Ketut, diduga berasal dari zaman awal-awal masehi.

Bukan itu saja, rinci Ketut , berdasarkan analisis, bahwa Loyang Ujung Karang yang saat ini berjarak lebih kurang 300 meter lebih dari bibir Danau, dahulu bibir Danau berada didepan Loyang Ujung Karang. Kini danau menyusut hampir 300 meter lebih menyusut meninggalkan sisi Loyang Ujung Karang.

Dari kerangka prasejarah ini, umumnya ras Austromelanesoid. Bahkan Ketut menduga di sebuah temuan Loyang Mendale pada kedalaman 2.5 meter, Moyang orang gayo diperkirakan lebih tua dari dari 7400 tahun lalu. Kehidupan disana diprediksi 5000 tahun lalu hingga awal masehi. Atau 300 tahun masehi. Artinya, ulas Ketut lagi, sepanjang 3000 tahun, lokasi Mendale dan Ujung Karang sudah dijadikan kawasan hunian, serta perkuburan.

Berbagai benda ditemukan seperti Sumatralith. Dan temuan lain seperti perhiasan kerang dari pesisir pantai. Metode penguburan masih dilipat, dibuatkan lubang kubur.Selama kurun waktu 3000.

Balar sudah melakukan penelitian di Loyang Mendale dan Ujung Karang sejak tahun 20o9 hingga kini dan berhasil mengungkap banyak temuan prasejarah. Tahun 2012 , Balar juga melakukan Penelitian di kawasan Linge. Sebuah kerajaan di dataran Tinggi gayo yang diakui dengan ditandaiBawar dari Kerajaan Aceh.

Namun kedepan, menurut Ketut, penelitian di bekas Kerajaan Linge di Buntul Linge Kecamatan Linge , Aceh Tengah, sulit dilanjutkan karena terbatasnya anggaran Balar. Balar masih memfokuskan penelitian di dua lokasi, yakni Loyang Mendale dan Loyang Ujung Karang.

Ketut mengaku bahwa dana penelitian dari Balar sangat terbatas dan belum bisa membagi penelitian di Linge. Kecuali anggarannya dibantu Pemda atau pihak lain.

Ketut dan kawan-kawan dari Balar, di Loyang Ujung Karang, menemukan dua kerangka manusia dalam satu lubang kubur.

Hal ini pernah ditemukan di Gua Harimau Sumatera Selatan. Temuan di gayo dinilai Ketut sangat penting karena merupakan sejarah identitas gayo.

Sejarah adalah Identitas . Identitas ini seperti KTP, kata Ketut. Ditambahkan Ketut , temuan di gayo sangat spektakuler dan mengejutkan. Karena telah meruntuhkan teori sebaran sebaran batu kapak yang selama ini dianut.Temuan ini sangat heboh, sebut Ketut.

Karena di Loyang (gua) Mendale dan Ujung Karang ditemukan Batu Kapak Persegi, tapi di Loyang Putri Pukes, tak jauh dari kedua loyang lainnya, Balar menemukan kapak lonjong.

Ketut yakin, Loyang Mendale adalah kawasan hunian prasejarah yang berlangsung lama. Sementara Loyang Ujung Karang berubah pungsi menjadi lokasi pemakaman. Ketut yakin, dengan temuan ini, sejarah sebaran Batu kapak Indonesia harus direpoisi

KEMBALI KE ARTIKEL