Kapan pernah terjadi harga barang kebutuhan pokok turun pada saat menjelang hari raya

4 menit

Karya sastra, termasuk karya sastra Indonesia, senantiasa ditulis dengan aneka ragam gaya bahasa alias majas. Bahkan, tak jarang majas juga digunakan pada percakapan sehari-hari. Nah, kira-kira apa saja macam macam majas pada penggunaan bahasa Indonesia?

Majas adalah gaya bahasa yang digunakan untuk menyampaikan sebuah pesan secara imajinatif dan kias.

Tujuan penggunaannya ialah untuk membuat pembaca mendapat efek tertentu dari gaya bahasa tersebut, karena akan memberi kesan yang lebih emosional.

Tak dipungkiri, penggunaan majas memang bisa membuat karya sastra lebih hidup dan menarik.

Dengan begitu, penyampaian setiap kalimat akan jadi lebih beragam.

Nah ternyata, gaya bahasa memiliki berbagai macam jenis.

Masing-masing jenisnya pun memiliki tujuan penggunaan yang beragam, mulai dari pertentangan hingga perbandingan.

Berikut merupakan pengertian, macam macam majas dan contohnya yang harus kamu ketahui, terutama bagi kamu yang sedang berkecimpung di dunia sastra dan kepenulisan artikel.

Dilansir dari berbagai sumber, yuk simak penjelasannya di bawah ini!

Pengertian Majas

Menurut Tarigan, majas adalah cara mengungkapkan pikiran melalui gaya bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian seorang penulis.

Jadi, majas bisa menjadi ungkapan yang dapat menghidupkan suatu kalimat.

Majas sendiri melakukan penyimpangan dari makna suatu kata yang kerap digunakan.

Jenis-Jenis Majas

Sebenarnya, jenis jenis majas dalam bahasa Indonesia itu banyak sekali.

Namun pada artikel ini, 99.co Indonesia hanya akan membahas jenis-jenis majas yang sering muncul di pelajaran sekolah.

Adapun jenis-jenis majas antara lain sebagai berikut.

1. Majas Pertentangan

Kapan pernah terjadi harga barang kebutuhan pokok turun pada saat menjelang hari raya

Macam macam majas yang pertama adalah majas pertentangan.

Majas ini biasa digunakan untuk menunjukkan maksud tertentu melalui kata-kata kiasan yang berlawanan arti.

2. Majas Perbandingan

Jenis majas ini merupakan gaya bahasa yang digunakan untuk membandingkan suatu objek satu dengan objek lain melalui proses penyamaan, pelebihan, atau penggantian.

3. Majas Sindiran

Majas sindiran adalah kata-kata kiasan yang bertujuan untuk menyindir seseorang atau perilaku dan kondisi.

4. Majas Penegasan

Majas penegasan merupakan jenis gaya bahasa yang bertujuan meningkatkan pengaruh kepada pembacanya agar menyetujui sebuah ujaran ataupun kejadian.

Contoh Macam Macam Majas

Setelah mengetahui jenis-jenis majas, kali ini 99.co Indonesia akan menghadirkan uraian mengenai macam-macam turunannya.

Berikut rinciannya.

1. Majas Litotes

Litotes merupakan majas pertentangan yang biasanya digunakan untuk ungkapan merendahkan diri, padahal fakta kenyataan yang terjadi justru sebaliknya.

Contoh: “Kamu mau main ke gubuk sederhanaku?”

Nah, kata gubuk di sini mewakili arti dari rumah.

2. Majas Paradoks

Paradoks merupakan majas pertentangan yang digunakan untuk membandingkan situasi sebenarnya dengan situasi sebaliknya yang saling bertentangan.

Contoh: Katanya, dia merasa sedih. Ia bercerita padaku bahwa ia selalu merasa kesepian, sekalipun saat dia berada di keramaian.

3. Majas Antitesis

Antitesis juga termasuk salah satu majas pertentangan.

Majas ini biasanya memadukan pasangan kata yang memiliki arti bertentangan.

Contoh: Lowongan pekerjaan itu tak peduli tua-muda atau kaya-miskin.

Tua-muda dan kaya-miskin adalah 2 paduan kata yang mempunyai arti berlawanan.

4. Majas Kontradiksi Interminus

Majas pertentangan selanjutnya adalah majas kontradiksi interminus.

Majas ini digunakan untuk menyangkal pernyataan yang disebutkan sebelumnya.

Biasanya penggunaan majas ini disertai dengan konjungsi, seperti hanya saja atau kecuali.

Contoh: Semua murid boleh bermain, kecuali murid yang tidak mengerjakan tugas.

5. Majas Personifikasi

Gaya bahasa ini bisa menggantikan fungsi benda mati yang dapat bersikap layaknya manusia.

Contoh: Rumput di sana seakan melambai kepadaku dan mengajakku untuk segera bermain bola.

Metafora dapat meletakkan sebuah objek yang bersifat sama dengan pesan yang ingin disampaikan dalam bentuk ungkapan.

Contoh: Ajudan itu merupakan tangan kanan dari Presiden.

Tangan kanan pada kalimat tersebut merupakan ungkapan bagi orang yang setia dan dipercaya.

7. Majas Asosiasi

Kapan pernah terjadi harga barang kebutuhan pokok turun pada saat menjelang hari raya

Majas asosiasi dapat membandingkan dua objek yang berbeda, tetapi dianggap sama dengan pemberian kata sambung bagaikan, bak, atau seperti.

Contoh: Ibu dan anak itu bagaikan pinang dibelah dua.

Artinya, keduanya memiliki wajah yang sangat mirip.

8. Majas Hiperbola

Majas hiperbola dapat mengungkapkan sesuatu dengan kesan berlebihan, bahkan hampir tidak masuk akal.

Contoh: Orang tuanya memeras keringat agar anak tersebut dapat terus bersekolah.

Memeras keringat pada kalimat tersebut berarti bekerja dengan keras.

9. Majas Eufemisme

Gaya bahasa eufemisme dapat mengganti kata-kata yang dianggap kurang baik dengan padanan yang lebih halus.

Contoh: Tiap universitas dan perusahaan sekarang diwajibkan menerima difabel.

Kata difabel dapat menggantikan frasa “orang cacat”.

10. Majas Metonimia

Metonimia merupakan majas yang menyandingkan merek atau istilah sesuatu untuk merujuk pada benda yang bersifat umum.

Contoh: Jangan lupa gunakan Softex saat haid melanda, ya!

Nah, Softex di sini merujuk pada pembalut.

11. Majas Simile

Gaya bahasa simile hampir sama dengan asosiasi yang menggunakan kata hubungan bak, bagaikan, ataupun seperti.

Hanya saja simile bukan membandingkan dua objek yang berbeda, tetapi menyandingkan sebuah kegiatan dengan ungkapan.

Contoh: Kelakuannya bagaikan anak ayam kehilangan induknya.

12. Majas Alegori

Alegori dapat membandingkan suatu objek dengan kata-kata kiasan.

Contoh: Suami adalah nakhoda dalam mengarungi kehidupan berumah tangga.

Kata nakhoda sendiri memiliki arti berupa pemimpin keluarga.

13. Majas Sinekdok

Gaya bahasa terbagi menjadi dua bagian, yaitu sinekdok pars pro toto dan sinekdok totem pro parte.

Sinekdok pars pro toto adalah gaya bahasa yang menyebutkan sebagian unsur untuk menampilkan keseluruhan sebuah benda.

Sementara sinekdok totem pro parte adalah kebalikannya, yaitu gaya bahasa yang menampilkan keseluruhan untuk merujuk pada sebagian benda atau situasi.

Contoh:

Pars pro Toto: Tadi aku lihat di lapangan, batang hidung Dimas belum juga kelihatan.

Totem pro Parte: Indonesia berhasil menjuarai All England hingga delapan kali berturut-turut.

14. Majas Simbolik

Simbolik merupakan gaya bahasa yang membandingkan manusia dengan sikap makhluk hidup lainnya dalam ungkapan.

Contoh: Jadilah kau seperti Sultan Hasanuddin yang menjadi ayam jantan dari timur.

15. Majas Ironi

Majas ironi biasanya menggunakan kata-kata yang bertentangan dengan fakta yang ada.

Contoh: Rapi sekali bajumu sampai mataku sakit melihatnya.

16. Majas Sinisme

Kapan pernah terjadi harga barang kebutuhan pokok turun pada saat menjelang hari raya

Penggunaan sinisme dapat menyampaikan sindiran secara langsung.

Contoh: Suaramu keras sekali sampai telingaku berdenging dan sakit.

17. Majas Sarkasme

Majas ini bisa menyampaikan sindiran secara kasar.

Contoh: Jangan berlagak hebat, deh! Kamu hanya sampah masyarakat tahu!

18. Majas Pleonasme

Majas ini bisa menggunakan kata-kata yang bermakna sama sehingga terkesan tidak efektif, tetapi memang sengaja untuk menegaskan suatu hal.

Contoh: Dori masuk ke dalam ruangan tersebut dengan wajah ceria.

19. Majas Repetisi

Gaya bahasa ini mengulang kata-kata dalam sebuah kalimat.

Contoh: Dia pelakunya, dia pencurinya, dia yang mengambil kalungku.

20. Majas Retorika

Retorika dapat memberikan penegasan dalam bentuk kalimat tanya yang tidak perlu dijawab.

Contoh: Kapan pernah terjadi harga barang kebutuhan pokok turun pada saat menjelang hari raya?

21. Majas Klimaks

Kapan pernah terjadi harga barang kebutuhan pokok turun pada saat menjelang hari raya

Klimaks merupakan majas yang dapat mengurutkan sesuatu dari tingkatan rendah hingga ke tinggi.

Contoh: Bayi, anak kecil, remaja, orang dewasa, hingga orang tua seharusnya memiliki asuransi kesehatan.

22. Majas Antiklimaks

Berbeda dengan klimaks, antiklimaks dapat menegaskan sesuatu dengan mengurutkan tingkatan dari tinggi ke rendah.

Contoh: Masyarakat perkotaan, perdesaan, hingga yang tinggal di dusun seharusnya sadar akan kearifan lokalnya masing-masing.

23. Majas Pararelisme

Gaya bahasa ini dapat ditemukan dalam puisi, yakni mengulang-ulang sebuah kata dalam berbagai definisi yang berbeda.

Jika pengulangannya ada di awal, disebut sebagai anafora.

Namun, jika kata yang diulang ada di bagian akhir kalimat, disebut sebagai epifora.

Contoh:

Kasih itu sabar. Kasih itu lemah lembut.

Kasih itu memaafkan.