Karakteristik nilai agama dan moral anak usia dini

a. Perkembangan moral

Syamsu Yusuf LN [2000:176-177] menyatakan bahwa anak sudah memiliki dasar tentang sikap moralitas terhadap kelompok sosialnya [orang tua, saudara, dan teman sebaya]. Melalui pengalaman berinteraksi dengan orang lain, anak belajar memahami tentang kegiatan atau perilaku yang baik dan yang buruk. Berdasarkan pemahaman tersebut, maka anak harus dibiasakan bertingkah laku seperti mencuci tangan sebelum makan, menggosok gigi sebelum tidur, dan membaca doa sebelum makan. Orang tua maupun guru dalam mengenalkan konsep baik-buruk, benar-salah atau menanamkan disiplin sebaiknya memberikan

penjelasan tentang alasannya. Dengan pemberian alasan diharapkan anak akan mengembangkan self-control atau self-discipline [kemampuan mengendalikan diri atau mendisiplinkan diri berdasarkan kesadaran sendiri] pada anak. Lebih lanjut akan diuraikan mengenai perkembangan moral pada anak usia 5-6 tahun.

1] Perkembangan moral menurut Jean Piaget

Piaget [dalam Elizabeth B. Hurlock, 1978: 79-80], perkembangan moral terjadi dalam dua tahapan yang jelas. Tahap pertama disebut tahap realism moral atau moralitas oleh pembatasan, kemudian tahap kedua disebut tahap moralitas otonomi atau moralitas kerja sama atau hubungan timbal balik. Anak usia 5-6 tahun berada pada tahap pertama yaitu tahap realisme moral [5-7 tahun]. Pada tahap ini perilaku anak ditentukan oleh ketaatan otomatis terhadap peraturan tanpa penalaran atau penilaian. Mereka menganggap bahwa orang tua dan semua orang dewasa berwenang dan membuat peraturan, dan mereka harus mengikuti aturan yang diberikan tersebut tanpa mempertanyakan kebenarannya. Dalam tahap ini, anak memilai suatu perbuatan itu benar atau salah berdasarkan konsekuensi dari perbuatan tersebut, bukan karena motivasi yang melatarbelakangi perbuatan tersebut. Sebagai contoh: suatu tindakan dianggap “salah” karena mengakibatkan hukuman dari orang lain.

2] Perkembangan moral dari perspektif teori Sigmund Freud

Teori psikoanalisis Freud [dalam Maria J. Wantah, 2005: 65] menjelaskan bahwa perkembangan sosio-moral berjalan seiring dengan perkembangan seksualitas. Menurut teori ini terdapat beberapa fase perkembangan moral dengan penggolongan usia tertentu pada setiap fase. Berdasarkan penggolongan usia

tersebut, anak usia 5-6 tahun berada pada fase phalis [4-6 tahun]. Pada fase ini anak mendapat kepuasan dari suatu yang menyentuh alat kelaminnya. Melalui kegiatan bermain anak mulai membangun hubungan-hubungan sosial yang diferensial, berdasarkan perbedaan jenis kelamin. Hubungan sosial yang berbasis perbedaan jenis kelamin ini juga mempunyai peran penting terhadap perkembangan kesadaran moral.

3] Perkembangan moral dari perspektif teori Erik Erikson

Erik Erikson, seorang ahli psikososial mengemukakan tiga periode perkembangan psikososial pada anak usia dini. Salah satu periode dalam perkembangan psikososial tersebut yaitu initiative vs guilt [usia 3-6 tahun]. Pada periode ini anak akan mengembangkan kemampuan inisiatif. Apabila anak mengalami kegagalan dalam periode ini, rasa bersalah yang akan tumbuh sehingga mengakibatkan tidak adanya spontanitas, dengki, curiga, menghindar, mengalami hambatan dalam memperoleh peran sosial.

4] Perkembangan moral Lawrence Kohlberg

Kohlberg menggunakan pendekatan dasar Piaget dalam meneliti tentang perkembangan moral pada anak. Kohlberg memfokuskan risetnya kepada perkembangan moral dan menyediakan sebuah teori pentahapan pemikiran moral yang menyempurnakan rumusan awal Piaget [William Crain, 2007: 227]. Berdasarkan hasil penelitiannya, Kohlberg [dalam Muhibbin Syah, 2007: 40] menjelaskan tiga tingkat perkembangan moral, masing-masing tingkat memiliki dua tahap sehingga secara keseluruhan perkembangan moral manusia terdiri dari enam tahap. Salah satu tingkat perkembangan moral menurut Kohlberg ialah

tingkat I, dengan tahap memperhatikan ketaatan hukum dan memperhatikan pemuasan kebutuhan. Anak usia 5-6 tahun termasuk dalam tahap moralitas Prakonvensional.

Tabel 1. Tahap Perkembangan Moral Versi Kohlberg

Tingkat Tahap Konsep Moral

Tingkat I Moralitas Prakonvensional [usia 4-10 tahun]

1]Tahap 1. Memperhatikan ketaatan dan hokum 2]Tahap 2. Memperhatikan

pemuasan kebutuhan

a]Anak menentukan keburukan berdasarkan akibat [konsekuensi] keburukan tersebut.

b]Perilaku baik dihubungkan dengan terhindarnya dari hukuman.

c]Perilaku baik dikaitkan dengan pemuasan keinginan dan kebutuhan sendiri tanpa mempertimbangkan kebutuhan orang lain.

Sumber: Muhibbin Syah [2007: 41-42] b. Perkembangan kesadaran beragama

Abin Syamsuddin Makmun [dalam Syamsu Yusuf LN, 2000: 176-177] menyatakan bahwa kesadaran beragama pada anak ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut.

1] Sikap kegamaannya masih bersifat reseptif [menerima] meskipun banyak bertanya.

2] Pandangan ketuhanannya ersifat anthropormorph [dipersonifikasikan].

3] Penghayatan rohaniah masih superficial [belum mendalam] meskipun mereka telah melakukan atau berpartisipasi dalam berbagai kegiatan ritual.

4] Hal ketuhanan dipahamkan secara ideosyncritic [menurut khayalan pribadinya] sesuai dengan taraf berpikirnya yang masih bersifat egosentrik [memandang segala sesuaitu dari sudut dirinya]

Pengetahuan anak tentang agama terus berkembang karena mendengarkan ucapan-ucapan orang tua, melihat sikap dan perilaku orang tua dalam mengamalkan ibadah, dan pengalaman dan meniru ucapan dan perbuatan orang tuanya. Sesuai dengan perkembangan intelektualnya [berpikirnya] yang terungkap dalam kemampuan berbahasa, yaitu sudah dapat membentuk kalimat, mengajukan

pertanyaan dengan kata-kata: apa, siapa, dimana, dari mana, dan kemana, maka anak sudah dapat diajarkan syahadat, bacaan dan gerakan shalat, doa-doa dan Al- Qur‟an [Syamsu Yusuf LN, 2000: 177]. Pentingnya mengajarkan shalat ialah dalam rangka memenuhi tuntutan Rasulullah, yaitu bahwa orang tua harus menyuruh anaknya shalat pada usia tujuh tahun, “muruu auladakum bisholaat sab’usiniin” [suruhlah anak-anakmu shalat pada usia tujuh tahun]. Dengan demikian, mengajarkan bacaan dan gerakan shalat pada anak ialah dalam rangka mempersiapkan anak untuk dapat melaksanakan shalat pada usia tujuh tahun. Berikut pemaparan tentang perkembangan nilai agama pada anak usia 5-6 tahun. 1] Perkembangan keagamaan menurut David Elkind

Elkind mengembangkan teori Piaget ke dalam pola perkembangan keagamaan pada anak. Elkind [dalam Suyadi, 2010: 133] menyatakan bahwa ketika anak tumbuh dewasa muncul empat tipe kebutuhan mental, yaitu:

[a] Pencarian untuk konservasi, pada tahap ini anak-anak menganggap bahwa hidup adalah abadi.

[b] Pencarian representasi [masa pra-sekolah]. Hal penting penting pada masa ini adalah gambaran mental dan perkembangan bahasa.

[c] Pencarian relasi [pertengahan kanak-kanak]. Pada tahap ini anak-anak sudah mulai mengalami kematangan mental, sehingga mereka merasakan hubungan dengan Tuhan.

[d] Pencarian tentang pemahaman, selama anak-anak tumbuh dewasa mereka memahami jalinan persahabatan dan perkembangan kemampuan untuk berteori.

Elkind melakukan penelitian pada tahap doa atau ibadah. Ia melakukan studi perkembangan agama dengan mengajukan pertanyaan kepada 160 anak laki- laki dan perempuan berusia 5-12 tahun tentang pengetahuan mereka dalam beribadah. Elkind juga meminta anak-anak untuk mengisi pernyataan tentang ibadah. Dari jawaban anak-anak tersebut, Elkind menyimpulkan tiga tahap perkembangan beribadah atau berdoa pada anak yaitu tahap global [usia 5-7 tahun], tahap konkrit [usia 7-9 tahun], dan tahap abstrak [usia 11-12 tahun]. Berdasarkan tiga tahap perkembangan beribadah atau berdoa pada anak menurut Elkind, anak usia 5-6 tahun berada pada tahap pertama yaitu global.

2] Perkembangan keagamaan menurut Harms

Harms menyimpulkan bahwa hanya ada tiga tahapan tentang pemikiran atau perkembangan beragama pada anak. Perkembangan beragama pada anak usia 5-6 tahun menurut pemikiran Harms berada pada tahap firetale [usia 3-6 tahun]. Pada tahap ini anak merepresentasikan keadaan Tuhan seperti raksasa, hantu, malaikat bersayap, dan lain sebagainya.

Terkait tentang perkembangan nilai agama dan moral anak usia dini, Suyadi [2004: 137-138] menjelaskan perkembangan nilai-nilai moral-keagamaan pada anak usia 5-6 tahun sebagai berikut.

Tabel 2. Tahap Perkembangan Nilai-nilai Moral-Keagamaan Anak Usia Dini Usia Perkembangan Nilai-Nilai Moral Keagamaan

5-6 tahun

1] Mampu menghafal beberapa surah dalam Al-Qur‟an, seperti Al- Ikhlas, dan An-Naas.

2] Mampu menghafal gerakan shalat secara sempurna. 3] Mampu menyebutkan beberapa sifat Allah.

4] Menghormati orang tua, menghargai teman-temannya, dan menyayangi adik-adiknya atau anak dibawah usianya.

Video yang berhubungan

Bài Viết Liên Quan

Bài mới nhất

Chủ Đề