Kelompok sosial yang terbentuk berdasarkan profesi

tirto.id - Manusia merupakan makhluk sosial. Karena itu, ia cenderung membangun relasi dan komunikasi secara interaktif dengan manusia lainnya sehingga terdorong hidup berkelompok, menjadi bagian dari kumpulan individu. Seorang manusia tidak jarang pula mempunyai ikatan dengan bermacam kelompok di masyarakat, selain keluarganya.

Maka itu, muncul konsep kelompok sosial dalam ilmu sosiologi. Merujuk pendapat R.M. Maciver dan Charles H. Page, seperti dikutip dalam satu ulasan di Jurnal Society [Edisi XXI, 2016] terbitan Unsrat, kelompok sosial adalah himpunan atau kesatuan sejumlah manusia yang hidup bersama sehingga saling memengaruhi sekaligus tolong-menolong.

Ahli sosiologi lainnya, Robert K. Merton mendefinisikan kelompok sosial sebagai sekelompok orang yang saling berinteraksi sesuai dengan pola-pola yang telah matang atau mapan. Adapun menurut Mayor Polak, kelompok sosial adalah sejumlah orang yang saling berhubungan dalam struktur.

Lain halnya dengan sosiolog asal Indonesia, Soerjono Soekanto yang memformulasikan pengertian kelompok sosial sebagai: "himpunan atau kesatuan manusia yang hidup bersama karena di antara mereka saling berhubungan secara timbal balik dan saling mempengaruhi."

Jika definisi-definisi di atas dikombinasikan, bisa diambil kesimpulan bahwa pengertian kelompok sosial adalah himpunan manusia yang saling berhubungan secara timbal balik di antara satu sama lain dalam sebuah struktur, sesuai dengan pola yang telah matang.

Apa Saja Ciri-ciri Kelompok Sosial?

Ikatan paling awal yang dimiliki oleh seorang manusia dengan individu lain pada umumnya tercipta dalam keluarga. Bagi sebagian besar orang, keluarga merupakan kelompok sosial pertamanya.

Saat beranjak dewasa dan bersosialisasi dengan lebih banyak manusia lain, seorang individu akan bertemu sekaligus menjadi bagian dari berbagai macam kelompok sosial.

Baca juga:

  • Dampak Perubahan Sosial Budaya terhadap Pendidikan dan Ekonomi
  • Contoh Perubahan Sosial di Kehidupan Sehari-hari & Masyarakat Desa

Sebagai contoh, setelah tumbuh besar, banyak orang akan berhubungan dengan kelompok yang lebih luas cakupannya daripada keluarga. Kelompok-kelompok itu seperti masyarakat kampung dan desa, komunitas sekolah, perusahaan, hingga partai politik dan lain sebagainya.

Keberadaan kelompok sosial di suatu masyarakat bisa diidentifikasi dengan mengenali ciri-cirinya. Setidaknya ada tujuh ciri-ciri kelompok sosial, sebagaimana dijelaskan dalam buku Modul Sosiologi [2020] terbitan Kemdikbud.

Ciri-ciri kelompok sosial adalah sebagai berikut:

  • Adanya kesadaran dari masing-masing individu bahwa ia merupakan bagian dari kelompok sosial tersebut. Sebagai dampaknya, sifat ingin menang sendiri bisa diminimalisir.
  • Adanya hubungan timbal balik antaranggota.
  • Adanya interaksi yang aktif dan juga pola perilaku.
  • Adanya suatu faktor tertentu yang dimiliki dari masing-masing individu, dan hal itu bisa lebih memperat ikatan di antara satu anggota kelompok dengan yang lainnya. Faktor tersebut bisa berupa tujuan yang sama, cita-cita yang sama, nasib yang sama, ataupun karakteristik yang sama.
  • Adanya struktur tugas masing-masing anggota di dalam kelompok. Struktur tugas ini dapat membuat setiap orang di dalam kelompok memiliki peran, fungsi, dan kedudukan yang jelas. Ini membuat masing-masing anggota kelompok mempunyai tanggung jawab.
  • Jika terjadi suatu kejadian, satu individu dalam kelompok akan memengaruhi individu yang lain. Itu bisa terjadi jika mereka menilai kejadian tersebut berkaitan dengan kelompoknya.
  • Adanya interaksi antarindividu dalam jangka waktu tertentu. Interaksi antarindividu itu bisa berlangsung dalam jangka pendek maupun panjang.

Contoh Kelompok Sosial Berdasar Faktor Pembentuknya

Secara umum, kelompok sosial dalam masyarakat biasa berkembang sesuai dengan aktivitas para anggotanya yang berinteraksi satu sama lain dan saling berbagi pengalaman masing-masing. Hal ini memicu dinamika dalam kelompok.

Dinamika itu pada ujungnya menyebabkan setiap kelompok sosial dapat berubah, berkembang dan menambah perangkat-perangkat internal baru. Akibatnya, fungsi-fungsi baru pun muncul.

Gambaran sederhananya terlihat di institusi keluarga. Sebagai contoh, sepasang suami-istri yang memiliki sejumlah anak, karena sibuk bekerja dan tidak memiliki banyak waktu luang tetapi punya pendapatan lebih, akan berupaya mencukupi keperluan keluarga dengan merekrut asisten rumah tangga. Dengan begitu, ada penambahan fungsi baru dalam keluarga itu.

Contoh kelompok sosial juga bisa dicermati dari faktor pembentuknya. Sekurang-kurangnya, ada 4 faktor pembentuk kelompok sosial, sebagaimana perincian di bawah ini.

1. Faktor Darah [Common Ancestry]

Kelompok sosial dapat terbentuk karena kesamaan darah atau keturunan. Contohnya, keluarga.

2. Faktor Geografis

Letak tempat [geografis] juga bisa menjadi faktor pemicu terbentuknya kelompok sosial. Anggota masyarakat yang berkumpul di suatu tempat tentu akan menjalin komunikasi yang intens sehingga secara bertahap akan membangun sebuah ikatan.

Contohnya adalah kelompok nelayan yang beranggota sejumlah individu yang tinggal di tepian pantai tertentu. Contoh yang lain ialah para petani di suatu desa yang membentuk kelompok tani. Para warga yang tinggal di satu lokasi permukiman berdekatan dan kemudian membentuk Rukun Tetangga [RT] juga termasuk contoh kelompok sosial yang terbentuk karena faktor geografis.

3. Faktor Kepentingan [Common Interest]

Kesamaan kepentingan di antara sejumlah orang juga bisa menjadi faktor pembentuk kelompok sosial. Kepentingan itu dapat bersifat pribadi maupun komunal.

Contohnya ialah perusahaan, sekolah, kampus, asosiasi pengusaha, partai politik, serikat buruh, asosiasi pedagang pasar, dan lain sebagainya.

4. Faktor Daerah Asal

Kesamaan daerah asal bisa jadi faktor yang memicu pembentukan kelompok sosial. Saat seorang individu bertemu banyak orang lain yang tempat kelahirannya sama, dan mereka sedang berada di luar daerah asalnya, besar kemungkinan kumpulan itu akan membentuk kelompok sosial.

Contohnya adalah organisasi perantau minang, perkumpulan TKI di Malaysia, perhimpunan pelajar Indonesia di luar negeri, organisasi mahasiswa daerah di kampus, dan lain sebagainya.

Perbedaan Kelompok Sosial Primer dan Sekunder

Setiap kelompok sosial memiliki ikatan antarindividu yang lebih erat ketimbang kumpulan orang biasa semacam gerombolan orang di kafe. Ikatan itu terbentuk oleh kesamaan karakteristik yang meliputi minat, nilai, representasi, latar belakang etnis atau sosial, hubungan kekerabatan dan lain sebagainya.

Menukil pemaparan di laman Lumen Learning, salah satu ciri sekumpulan orang yang layak disebut kelompok sosial adalah apabila individu-individu di dalamnya menyebut kumpulan mereka dengan kata "kami." Penyebutan kata itu menjadi gambaran bagaimana anggota-anggota suatu kumpulan mengaitkan kelompoknya dengan identitas komunal.

Sedangkan seorang psikolog sosial, Muzafer Sherif merumuskan definisi teknis kelompok sosial, yakni unit sosial berisi sejumlah individu yang berinteraksi karena ada faktor-faktor berikut:

  • Motif dan tujuan bersama;
  • Pembagian kerja yang diterima;
  • Hubungan status yang mapan;
  • Norma dan nilai yang diterima dengan mengacu pada hal-hal yang relevan dengan kelompok;
  • Penentuan sanksi atas pelanggaran maupun penghargaan atas prestasi yang disetujui bersama.

Penjelasan di atas menggambarkan dua pendekatan dalam memahami kelompok sosial. Keduanya adalah perspektif identitas dan kohesi sosial. Yang pertama berfokus pada aspek bagaimana para individu di dalam satu kelompok mengidentifikasi diri mereka. Sedangkan yang kedua menekankan pada aspek bagaimana anggota satu kelompok tertarik menjalin ikatan satu sama lain.

Karena itu, dalam sosiologi, dikenal 2 jenis kelompok sosial, yakni primer dan sekunder. Kelompok sosial primer merupakan unit yang umumnya kecil, tapi para anggotanya memiliki hubungan erat, personal, dan langgeng.

Para anggota kelompok sosial primer biasanya mempunyai saling kepedulian tinggi dan hubungan maupun kegiatan bersama dalam waktu lama. Tujuan kelompok primer sebenarnya hubungan itu sendiri. Keluarga dan lingkaran teman dekat adalah contoh kelompok primer.

Baca juga:

  • Siapa Bapak Pramuka Indonesia dan Sejarah Hari Pramuka 14 Agustus
  • Biografi dan Peran Achmad Soebardjo dalam Sejarah Kemerdekaan RI

Sementara kelompok sekunder biasanya memiliki jumlah anggota lebih besar. Namun, hubungan antarindividu di dalamnya tak bersifat personal dan lebih berorientasi pada tujuan sehingga relasi mereka cenderung sementara. Maka itu, ruang kelas di sekolah-sekolah atau kantor-kantor para pegawai swasta maupun pemerintah bisa menjadi contoh kelompok sekunder.

Sekalipun ada kelompok sosial sekunder yang relasi antaranggotanya bertahan lama, pengaruhnya ke masing-masing pribadi tidak terlalu kuat. Keberadaan kelompok itu pun tidak memberi makna mendalam secara personal. Ikatan emosional antaranggotanya cenderung lebih lemah daripada di tipe primer.

Adalah Charles Horton Cooley [1864-1929], sosiolog yang mengemukakan kategorisasi kelompok sosial menjadi 2 tipe, primer dan sekunder.

Menurut Cooley, seperti tercatat dalam publikasi Press Books, kelompok sosial primer memainkan peran lebih penting dalam kehidupan setiap orang. Sebab, ia memberikan ikatan emosional dalam jangka panjang serta memenuhi kebutuhan psikologis manusia. Peran kelompok primer pun lebih besar untuk fungsi ekspresif daripada pragmatis.

Sebaliknya, kelompok sekunder lebih berperan untuk fungsi instrumental daripada ekspresif. Hal ini berarti orientasi kelompok sekunder terfokus pada tujuan tertentu, bukannya sisi emosional di dalam hubungan antarmanusia.

Baik kelompok primer maupun sekunder tidak terikat dengan definisi yang ketat dan batasan yang kaku. Bahkan, kelompok sosial dapat berpindah dari satu tipe ke tipe lain.

Sebuah organisasi mahasiswa, misalnya, mungkin sekali pada awal mula menjadi kelompok sosial sekunder. Namun, karena para anggota berinteraksi dan bekerja sama untuk mencapai satu tujuan dalam jangka waktu lama, ia bisa menjadi tipe primer.

Fenomena itu terjadi ketika tujuan yang sama dan ikatan kuat membuat hubungan para anggota di kelompok sekunder melampaui batas-batas kesementaraan. Relasi antaranggota organisasi lantas menjadi lebih mirip hubungan persaudaraan dengan dimensi emosional yang lebih dominan.

Baca juga artikel terkait KELOMPOK SOSIAL atau tulisan menarik lainnya Addi M Idhom
[tirto.id - add/add]


Penulis: Addi M Idhom
Editor: Iswara N Raditya

Subscribe for updates Unsubscribe from updates

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề