Kenapa anak pertama selalu dibandingkan

Kenapa anak pertama selalu dibandingkan
Kenapa anak pertama selalu dibandingkan
Foto: Ilustrasi (Thinkstock)
Jakarta - Pola asuh yang tidak tepat bisa menghambat potensi anak untuk berkembang. Salah satu yang paling sering dilakukan adalah membanding-bandingkan adik dengan kakaknya.

Alexander Jensen, profesor psikologi dari Brigham Young University mengatakan bahwa kebanyakan orang tua mengharapkan hasil yang sama dari anak-anaknya. Sehingga sulit bagi mereka untuk mengetahui bahwa setiap anak berbeda dan memiliki kekuatan serta kelemahan masing-masing.

Baca juga: Punya Kakak atau Adik Gemuk, Risiko Obesitas Naik 5 Kali Lipat!

Hal ini tercermin dari penelitian yang dilakukan Prof Jensen. 388 Remaja dari 17 sekolah yang berbeda diberikan pertanyaan seputar perbedaan perilaku orang tua mereka. Jawaban para remaja ini lalu dibandingkan dengan jawaban para orang tua serta catatan prestasi di sekolah.

Ketika ditanya soal anak mana yang lebih berhasil di sekolah, kebanyakan orang tua akan menjawab anak pertama. Padahal belum tentu anak kedua lebih jelek prestasinya, bahkan bisa jadi lebih baik dari anak pertama.

"Memang secara alamiah, anak pertama akan belajar menulis, berbicara, membaca dan lainnya terlebih dahulu, Hal ini akan tertinggal di pikiran orang tua sehingga membuat mereka lebih mengandalkan anak pertama," ungkap Prof Jense.

"Sementara di sisi anak kedua, terus menerus disebut tidak lebih baik daripada kakak akan membuatnya menyerah, dan akhirnya membuat mereka pasrah bahwa mereka tidak lebih pintar dari sang kakak, yang sangat besar kemungkinannya tidak seperti itu," paparnya lagi seperti dikutip dari Medical Daily, Kamis (18/6/2015).

Prof Jensen menjelaskan bahwa anak kedua yang selalu dibandingkan dengan kakaknya akan merasa bahwa segala usahanya saat ini sia-sia. Akibatnya, ia berhenti berusaha dan 'menerima peran' sebagai anak yang tidak lebih pintar dari kakaknya.

Baca juga: Penyebab Pubertas Dini Pada Anak

Hal ini tentunya sangat fatal, mengingat bisa saja anak kedua memiliki potensi untuk lebih baik dari kakanya. Karena itu Prof Jensen mengatakan bahwa sebaiknya, orang tua tidak perlu membandingkan adik dan kakak, serta bisa menerima fakta bahwa semua anak berbeda kemampuannya meskipun lahir dari orang tua yang sama.

"Kepercayaan orang tua seringkali tidak akurat. Seperti anak perempuan selalu lebih pintar laki-laki, atau anak terakhir cenderung manja dan penakut. Tidak ada anak yang benar-benar sama, orang tua harus bisa melihat potensi masing-masing anak," pungkasnya. (mrs/up)