Kenapa ketika terjadi Gunung meletus ventilasi udara di rumah harus tertutup semua

Gunung Merapi mengalami letusan freatik pada Jumat (11/5) pagi waktu setempat. Melansir Liputan6, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta mengatakan bahwa letusan tersebut terjadi akibat tekanan dari akumulasi gas dan uap air yang mendorong material vulkanik sisa erupsi 2010 silam.

Letusan Gunung Merapi mengakibatkan terjadinya hujan abu vulkanik. Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Kasbani, menjelaskan bahwa ada sedikit abu yang dibawa saat erupsi sampai ke arah selatan Yogyakarta.

Melansir Liputan6, Kasbani mengatakan bahwa abu vulkanik yang dilontarkan Gunung Merapi merupakan material lama yang terbawa erupsi. Sebagian besar material tersebut didominasi oleh uap air dan debu.

Akibat adanya kejadian itu, warga sekitar diminta untuk tetap waspada. Meski Gunung Merapi tak mengeluarkan lahar panas, abu vulkanik yang dilontarkan tetap dapat mengancam kesehatan.

Tips melindungi diri dari abu vulkanik gunung merapi

Menurut dr. Kartika Mayasari dari KlikDokter, abu vulkanik mengandung unsur berbahaya yang dapat mengancam kesehatan tubuh dan lingkungan yang dilewatinya. Beberapa gangguan kesehatan yang mungkin timbul, misalnya penyakit kulit, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), penyakit paru dan mata. Nah, agar Anda terhindar dari dampak buruk tersebut, berikut beberapa tips yang bisa diterapkan:

1. Tutup jendela dan pintu rumah rapat-rapat

Abu vulkanik dapat menyelinap masuk ke dalam rumah tanpa Anda sadari. Untuk meminimalkan terjadinya hal tersebut, tutuplah jendela dan pintu rumah rapat-rapat.

Selain itu, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) juga menganjurkan Anda untuk mematikan semua unit pemanas maupun pendingin udara, termasuk kipas angin.

2. Gunakan kacamata dan masker

Meski abu vulkanik sudah tidak terlihat, Anda tetap dianjurkan untuk menggunakan kacamata dan masker saat beraktivitas di luar rumah. Tindakan ini wajib Anda lakukan, paling tidak hingga ada pengumuman bahwa status sudah benar-benar kembali normal.

Adapun tujuan dari tindakan tersebut, yaitu untuk memperkecil risiko paparan abu vulkanik pada mata dan saluran pernapasan Anda. Karena seperti telah dijelaskan sebelumnya, abu vulkanik dapat menyebabkan penyakit mata dan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).

3. Gunakan pakaian tertutup

Lengkapi diri Anda dengan pakaian tertutup, mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki. Tindakan ini untuk memperkecil risiko paparan abu vulkanik yang mungkin masih berkeliaran di sekitar setelah letusan Gunung Merapi.

4. Mandi dan ganti pakaian lebih sering

Abu vulkanik mungkin saja menempel di rambut, bagian lekukan tubuh atau di pakaian tanpa Anda sadari. Agar partikel kecil ini tidak terhirup dan menyebabkan penyakit, Anda dianjurkan untuk mandi dan mengganti pakaian lebih sering.

Saat mandi, pastikan Anda membersihkan seluruh tubuh dengan teliti. Gunakanlah sampo dan sabun untuk memastikan bahwa rambut maupun anggota tubuh lainnya benar-benar bebas dari partikel abu vulkanik.

5. Bebaskan rumah dari abu vulkanik

Tahukah Anda bahwa abu vulkanik bisa bikin rumah runtuh? Oleh karena itu, sangat penting bagi Anda untuk segera membersihkan abu tersebut dari dalam maupun luar rumah.

Bersihkan bagian atap rumah, jendela, ventilasi udara dan bagian-bagian rumah lain dengan saksama. Saat membersihkan, pastikan Anda menggunakan pakaian tertutup, lengkap dengan alas kaki, kacamata, topi dan sarung tangan.

Jika abu vulkanik akibat letusan Gunung Merapi sudah terlanjur menyebabkan penyakit, Anda dianjurkan untuk segera berobat ke dokter. Dengan demikian, Anda bisa mendapatkan penanganan yang tepat sebelum penyakit terlanjur parah.

Bencana alam, termasuk letusan Gunung Merapi yang membawa abu vulkanik, memang dapat terjadi tanpa dikehendaki. Oleh karena itu, tetaplah merasa waspada dan hati-hati. Lindungi diri Anda dan keluarga tercinta dari dampak buruk yang mungkin timbul.

[NB/ RVS]

Sekilas Pengertian :

Gunung meletus merupakan peristiwa yang terjadi akibat endapan magma di dalam perut bumi yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi. Magma adalah cairan pijar yang terdapat di dalam lapisan bumi dengan suhu yang sangat tinggi, yakni diperkirakan lebih dari 1.000 °C. Cairan magma yang keluar dari dalam bumi disebut lava. Suhu lava yang dikeluarkan bisa mencapai 700-1.200 °C. Letusan gunung berapi yang membawa batu dan abu dapat menyembur sampai sejauh radius 18 km atau lebih, sedangkan lavanya bisa membanjiri sampai sejauh radius 90 km. Tidak semua gunung berapi sering meletus. Gunung berapi yang sering meletus disebut gunung berapi aktif.

Ciri - ciri Gunung Akan Meletus :

Gunung berapi yang akan meletus dapat diketahui melalui beberapa tanda, antara lain

  • Suhu di sekitar gunung naik.
  • Mata air menjadi kering
  • Sering mengeluarkan suara gemuruh, kadang disertai getaran (gempa)
  • Tumbuhan di sekitar gunung layu
  • Binatang di sekitar gunung bermigrasi

Hasil Letusan Gunung Berapi

Berikut adalah hasil dari letusan gunung berapi, antara lain :

Gas vulkanikGas yang dikeluarkan gunung berapi pada saat meletus. Gas tersebut antara lain Karbon monoksida (CO),Karbon dioksida (CO2), Hidrogen Sulfida (H2S), Sulfur dioksida (S02), dan Nitrogen (NO2) yang dapat membahayakan manusia.Lava dan aliran pasir serta batu panasLava adalah cairan magma dengan suhu tinggi yang mengalir dari dalam Bumi ke permukaan melalui kawah. Lava encer akan mengalir mengikuti aliran sungai sedangkan lava kental akan membeku dekat dengan sumbernya. Lava yang membeku akan membentuk bermacam-macam batuan.LaharLahar adalah lava yang telah bercampur dengan batuan, air, dan material lainnya. Lahar sangat berbahaya bagi penduduk di lereng gunung berapi.Hujan AbuYakni material yang sangat halus yang disemburkan ke udara saat terjadi letusan. Karena sangat halus, abu letusan dapat terbawa angin dan dirasakan sampai ratusan kilometer jauhnya. Abu letusan ini bisa menganggu pernapasan.Awan panasYakni hasil letusan yang mengalir bergulung seperti awan. Di dalam gulungan ini terdapat batuan pijar yang panas dan material vulkanik padat dengan suhu lebih besar dari 600 °C. Awan panas dapat mengakibatkan luka bakar pada tubuh yang terbuka seperti kepala, lengan, leher atau kaki dan juga dapat menyebabkan sesak napas.

Antispisai dan Evakuasi Bahaya Gunung Meletus

Persiapan Dalam Menghadapi Letusan Gunung Berapi

  • Mengenali daerah setempat dalam menentukan tempat yang aman untuk mengungsi.
  • Membuat perencanaan penanganan bencana.
  • Mempersiapkan pengungsian jika diperlukan.
  • Mempersiapkan kebutuhan dasar

Jika Terjadi Letusan Gunung Berapi

  • Hindari daerah rawan bencana seperti lereng gunung, lembah dan daerah aliran lahar.
  • Ditempat terbuka, lindungi diri dari abu letusan dan awan panas. Persiapkan diri untuk kemungkinan bencana susulan.
  • Kenakan pakaian yang bisa melindungi tubuh seperti: baju lengan panjang, celana panjang, topi dan lainnya.
  • Jangan memakai lensa kontak.
  • Pakai masker atau kain untuk menutupi mulut dan hidung
  • Saat turunnya awan panas usahakan untuk menutup wajah dengan kedua belah tangan.

Setelah Terjadi Letusan Gunung Berapi

  • Jauhi wilayah yang terkena hujan abu
  • Bersihkan atap dari timbunan abu. Karena beratnya, bisa merusak atau meruntuhkan atap bangunan.
  • Hindari mengendarai mobil di daerah yang terkena hujan abu sebab bisa merusak mesin

MITIGASI BENCANA GUNUNG BERAPI
Upaya memperkecil jumlah korban jiwa dan kerugian harta benda akibat letusan gunung berapi, tindakan yang perlu dilakukan :

  1. Pemantauan, aktivitas gunung api dipantau selama 24 jam menggunakan alat pencatat gempa (seismograf). Data harian hasil pemantauan dilaporkan ke kantor Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (DVMBG) di Bandung dengan menggunakan radio komunikasi SSB. Petugas pos pengamatan Gunung berapi menyampaikan laporan bulanan ke pemda setempat.
  2. Tanggap Darurat, tindakan yang dilakukan oleh DVMBG ketika terjadi peningkatan aktivitas gunung berapi, antara lain mengevaluasi laporan dan data, membentuk tim Tanggap Darurat, mengirimkan tim ke lokasi, melakukan pemeriksaan secara terpadu.
  3. Pemetaan, Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung berapi dapat menjelaskan jenis dan sifat bahaya gunung berapi, daerah rawan bencana, arah penyelamatan diri, lokasi pengungsian, dan pos penanggulangan bencana.
  4. Penyelidikan gunung berapi menggunakan metoda Geologi, Geofisika, dan Geokimia. Hasil penyelidikan ditampilkan dalam bentuk buku, peta dan dokumen lainya.
  5. Sosialisasi, petugas melakukan sosialisasi kepada Pemerintah Daerah serta masyarakat terutama yang tinggal di sekitar gunung berapi. Bentuk sosialisasi dapat berupa pengiriman informasi kepada Pemda dan penyuluhan langsung kepada masyarakat.

tirto.id - Abu vulkanik merupakan material yang kerap kali muncul ketika gunung berapi mengalami erupsi. Material ini biasanya muncul dalam jumlah besar dan tidak jarang menyebabkan fenomena hujan abu.

Menurut National Geographic, abu vulkanik adalah campuran batuan, mineral, dan partikel kaca yang dikeluarkan dari gunung berapi saat terjadi letusan gunung berapi.

Diameter abu vulkanik sangat kecil, yakni kurang dari 2 milimeter dengan kepadatan yang rendah. Sehingga abu vulkanik dapat dengan mudah terbawa angin, jatuh, dan menumpuk berkilo-kilometer di sekitar area letusan.

Berbahaya abu vulkanik bagi kesehatan

Kenapa ketika terjadi Gunung meletus ventilasi udara di rumah harus tertutup semua

Tidak seperti abu pembakaran kayu, partikel abu vulkanik sangat keras dan bergerigi di setiap sisinya. Partikel ini sangat berbahaya bagi pernapasan, penglihatan, hingga pencernaan.

Dilansir dari Forbes, ketika dihirup dan masuk ke paru-paru, abu vulkanik dapat mengoyak bagian dalam bronkioli, alveoli, dan kapiler. Akibatnya, hal ini dapat menimbulkan gangguan pernapasan dan dalam jangka panjang dapat menyebabkan silikosis atau penyakit yang berpotensi menimbulkan bekas luka permanen pada paru-paru.

Kerusakan paru-paru tentu akan lebih parah apabila abu vulkanik dihirup oleh orang yang memiliki riwayat penyakit pernapasan sebelumnya seperti asma atau emfisema.

Abu vulkanik juga memiliki partikel yang cukup korosif apabila mengenai mata. Mata dapat mengalami penurunan fungsi kornea, iritasi, hingga pendarahan.

Apabila abu vulkanik mengontaminasi sumber air dan terminum akan mengakibatkan masalah pencernaan.

Hal ini karena terdapat sejumlah aerosol beracun yang terperangkap di sebagian besar abu vulkanik, termasuk sulfur dioksida, hidrogen sulfida, yang memiliki aroma seperti telur busuk, dan asam klorida.

Cara menghindari dan mengatasi paparan abu vulkanik

Menghindari paparan abu vulkanik sangat disarankan, apalagi bagi orang-orang rentan seperti lansia, bayi dan anak-anak, penderita gangguan pernapasan, dan ibu hamil.

Idealnya tetap berada di dalam ruangan atau bangunan tertutup yang aman dari paparan abu vulkanik, seperti rumah atau balai pengungsian.

Jika ingin menetap di rumah, pastikan lingkungan rumah termasuk area aman yang ditetapkan pemerintah setempat dari risiko erupsi lainnya.

Selain itu lakukan sejumlah langkah yang disarankan oleh The International Volcanic Health Hazard Network (IVHHN) untuk menjaga rumah dari paparan abu vulkanik, yakni:

  • Menutup pintu dan jendela
  • Menutup seluruh ventilasi dan celah yang memungkinkan udara luar masuk ke dalam menggunakan selotip, terpal, atau gulungan handuk
  • Gunakan satu pintu sebagai akses keluar-masuk rumah, tinggalkan pakaian dan sepatu yang terkena abu di luar rumah.
  • Jangan menggunakan peralatan rumah yang dapat menghisap udara dari luar, seperti pendingin ruangan (AC)
  • Jika abu vulkanik masuk ke rumah, bersihkan pelan-pelan menggunakan kain lembap. Jangan membersihkan dengan sapu atau penyedot debu karena memungkinkan abu vulkanik beterbangan di dalam ruangan.
Apabila ternyata harus menghabiskan waktu di dalam ruangan untuk jangka waktu yang panjang, pastikan untuk:

  • Cek suhu di dalam rumah dan pastikan tidak terlalu panas. Jika suhu menjadi terlalu panas, pertimbangkan untuk berlindung di tempat lain
  • Tidak menggunakan peralatan memasak dan pemanas atau peralatan lain yang menimbulkan asap
  • Tidak merokok
  • Tidak menggunakan alat pembakar tanpa saluran pembuangan seperti pemanggang. Hal ini berpotensi mengalami keracunan karbon monoksida.
Jika terdapat kondisi saat harus keluar rumah ditengah abu vulkanik, pastikan untuk menggunakan pelindung pernapasan, seperti kacamata, mantel, dan masker.

Masker yang paling efektif untuk melindungi diri dari abu vulkanik adalah masker yang bersertifikasi industri, seperti masker tipe N95.

Baca juga:

  • Manfaat dan Kerugian Abu Vulkanik
  • Kenapa di Indonesia Banyak Gunung Meletus & yang Harus Disiapkan
  • Bagaimana Proses Terbentuknya Gunung Berapi & Apa Saja Jenisnya?

Baca juga artikel terkait Abu Vulkanik atau tulisan menarik lainnya Yonada Nancy
(tirto.id - ynd/wta)

Penulis : Yonada Nancy
Editor : Nur Hidayah Perwitasari