Kenapa manusia purba banyak ditemukan di Afrika

Jika kamu sedang bingung daripada pertanyaan: Kenapa manusia purba lebih banyak ditemukan di afrika?, maka kamu berada di posisi yang tepat.
Disini ada beberapa jawaban hal pertanyaan tersebut. Silakan telaah makin lanjut.

Kenapa manusia purba lebih banyak ditemukan di afrika?

Pertanyaan

Kenapa manusia purba lebih banyak ditemukan di afrika?

Jawaban #1 untuk Pertanyaan: Kenapa manusia purba lebih banyak ditemukan di afrika?

karena awal kehidupan manusia ada di afrika lalu menyebar ke daerah lain…

Sekian tanya-jawab mengenai Kenapa manusia purba lebih banyak ditemukan di afrika?, agar dengan ini bisa meringankan menyelesaikan problem soudara.

Jakarta -

Sungai Nil, Sungai Gangga, Sungai Efrat, hingga Sungai Tigris menjadi salah satu wilayah manusia membangun peradaban kuno. Peneliti mendapati, manusia purba pun juga memilih area dekat sungai untuk hidup. Kenapa manusia purba tinggal di tepi sungai?

Ahli paleoantropologi Clive Finlayson menuturkan, pada 28 Agustus 1985, fosil Homo erectus dari 1,6 juta tahun lalu ditemukan di dekat Sungai Nariokotome di Kenya, Afrika. Fosil Nariokotome Boy ini merupakan kerangka manusia purba anak laki-laki usia 12 tahun setinggi 168 cm, seperti dikutip dari buku karyanya, The Improbable Primate: How Water Shaped Human Evolution.

Ia menambahkan, manusia Trinil di Jawa juga ditemukan di Trinil, Kawu, Kec. Kedunggalar, Ngawi, Jawa Timur. Sebagai informasi, Trinil merupakan kawasan di lembah Sungai Bengawan Solo. Manusia Trinil atau Pithecanthropus erectus diperkirakan hidup sebagai manusia purba dari 1,5 juta tahun lalu.

Ahli paleoantropologi dari Oriel College, University of Oxford ini mengatakan, wilayah temuan manusia purba tersebut juga banyak berisi fosil hewan air dan hewan darat. Temuan ini mendapati, manusia purba saat itu hidup di dekat sumber air yang dihidupi ikan seperti lele, hiu, pari, ikan gergaji.

Sejumlah mamalia yang ditemukan di dekat situs Trinil, sambungnya, juga merupakan hewan akuatik dan hewan yang dapat berenang, seperti beragam moluska, harimau, gajah, buaya, kura-kura, kadal, angsa, dan lain-lain.

Dari jenis fauna tersebut, kata Clive, peneliti dapat menyimpulkan bahwa manusia Trinil bisa jadi juga pernah hidup di dekat sungai, danau, hutan, danau, hutan rawa, laguna, dan rawa dekat laut.

Menurut Clive, karena tidak semua daerah dilewati aliran sungai, manusia purba saat itu mencari tempat tinggal yang memiliki sumber air setara dengan sungai. Contohnya yakni seperti rawa, pinggir pantai, danau, kolam, dan lain-lain.

Hal ini juga disebabkan karena sungai terkadang mengering. Dengan demikian, manusia purba pun mencari tempat tinggal di dekat sumber air. Kenapa demikian?

Kenapa Manusia Purba Tinggal di Tepi Sungai?

Sumber Makanan

Seperti manusia modern, manusia purba juga juga mempertimbangkan jarak dengan sumber makanan untuk memilih tempat tinggal. Clive mengatakan, sungai menjadi tempat bahan makanan hidup mulai dari mamalia, ikan, hingga reptil. Contohnya seperti kuda nil, buaya, hingga lele.

Ketika musim kemarau tiba, sungai menjadi salah satu sumber utama manusia purba bertahan hidup. Kendati air tidak sebanyak saat musim hujan, hewan-hewan air seperti ikan jadi lebih mudah ditangkap.

Air Minum dan Bercocok Tanam

Sungai juga menyediakan air minum sehari-hari yang tidak asin. Di samping itu, keberadaan aliran sungai membantu manusia purba bercocok tanam. Air sungai juga membantu tanah di daerah sekitarnya tidak kering dan dapat ditumbuhi bahan makanan, kendati lingkungan air payau dan air asin juga dapat ditumbuhi bahan makanan khas masing-masing.

Kuburan

Manusia purba juga menjadikan wilayah pinggir sumber air sebagai area pekuburan. Clive mencontohkan, pinggir Danau Victoria dan sungai-sungai di Australia digunakan manusia purba sebagai komplek kuburan besar untuk ribuan jenazah.

Nah, itu dia rupanya penyebab kenapa manusia purba tinggal di tepi sungai. Selamat belajar, detikers!

Simak Video "Fosil Dinosaurus Karnivora Terbesar di Eropa Ditemukan"



(twu/pay)

Teori Out Of Africa – Pembahasan tentang sejarah manusia tidak akan pernah ada habisnya, sehingga akan selalu memiliki daya tarik sendiri ketika membahasnya. Pembahasan tentang sejarah manusia terutama tentang siapa nenek moyang akan selalu dipenuhi tanda tanya, sehingga kita bisa bebas untuk memilih teori sejarah nenek moyang manusia. Bagi sebagian orang mungkin saja sudah menemukan dan memahami teori sejarah manusia. Bagi yang belum menemukan dan memahami teori sejarah manusia tak usah khawatir karena hal seperti ini sangat wajar.

Pada dasarnya, banyak sekali teori yang sudah membahas tentang nenek moyang manusia atau asal-usul dari manusia itu sendiri. Akan tetapi, hingga saat ini belum ada teori yang benar-benar memastikan tentang siapa nenek moyang kita. Para ahli arkeologi yang meneliti tentang asal-usul manusia menggunakan jejak-jejak kehidupan yang ada di masa lalu, yaitu tulang belulang atau fosil. Dari fosil ini, peneliti akan meneliti bagaimana makhluk hidup pada saat itu melakukan mencari makan hingga mendirikan rumah.

Mempelajari teori sejarah manusia dapat menambah wawasan sekaligus pengetahuan bagi diri kita. Oleh karena itu, sudah semestinya kita perlu melakukan hal seperti itu walaupun tidak mudah. Hampir setiap orang akan mengetahui bahwa teori sejarah manusia adalah teori darwin. Namun, salah satu teori yang mengatakan tentang kemunculan bangsa Indonesia adalah teori out of Africa.

Nah, untuk Grameds, yang ingin mengetahui dan mempelajari teori out of Africa, maka informasi yang didapatkan bisa melalui artikel ini. Jadi, baca artikel ini sampai habis ya.

Teori out of Africa

Berdasarkan teori out of Africa, mayoritas nenek moyang bangsa Indonesia asalnya bukan dari dari tanah Indonesia melainkan berasal dari Afrika. Dalam hal ini, nenek moyang bangsa Indonesia dipercaya pernah tinggal di wilayah-wilayah Afrika, kemudian berkembang hingga hampir seluruh wilayah Afrika.

Bukan hanya itu, menurut teori out of Africa, nenek moyang yang berasal dari Afrika bukan hanya nenek moyang bangsa Indonesia saja, tetapi nenek moyang dari bangsa-bangsa Asia lainnya juga dipercaya berasal dari Afrika. Tanduk Afrika atau kawasan timur Afrika yang saat ini menjadi beberapa negara, seperti Ethiopia, Somalia, dan Djibouti merupakan wilayah terbanyak yang menjadi tempat tinggal nenek moyang bangsa Indonesia terdahulu.

Setelah mengalami perkembangan, nenek moyang bangsa Indonesia juga dipercaya berpindah tempat atau bermigrasi dari Afrika menuju Asia Barat. Hal ini terjadi kurang lebih terjadi pada sekitar 150 ribu hingga 200 ribu tahun yang lalu. Bagaimana caranya nenek moyang Indonesia yang dipercaya berasal dari Afrika bisa datang menuju ke Asia Barat? 150 ribu hingga 200 ribu tahun yang lalu diperkirakan perairan antar benua tidak begitu tinggi atau kedalaman air lautnya dangkal.

Jalur yang digunakan manusia purba agar sampai ke benua Asia dan Australia adalah jalur lembah sungai Nil, pada jalur ini mereka yang bermigrasi akan melewati semenanjung Sinai, kemudian ke arah Utara melewati Arab Levant. Sementara itu, jalur kedua adalah jalur laut Merah. Bahkan, keberadaan manusia Afrika masih bisa dibuktikan dengan adanya fosil laki-laki di danau Mungo.

Perpindahan atau migrasi yang dilakukan Homo Sapiens untuk meninggalkan Afrika ke wilayah lainnya tidak hanya terjadi sekali, tetapi terjadi beberapa kali. Selain itu, migrasi ini dilakukan mengikuti wilayah-wilayah Asia hingga pada akhirnya sampai ke pulau Indonesia, bahkan menurut teori ini juga ada yang sampai ke pulau Australia.

Teori out of Africa ditemukan oleh seorang ahli arkeologi yang bernama James Watson. Beliau menemukan teori ini bekerja sama dengan teman satu timnya dengan harapan teori yang dihasilkan menjadi maksimal. James Watson bersama timnya berpendapat bahwa makhluk hidup pertama yang muncul di bumi adalah manusia yang mengalami perkembangan hanya di satu wilayah saja, wilayah tersebut adalah Afrika.

Teori out of Africa juga didukung oleh seorang ahli genetika yang bernama Max Ingman. Dengan dukungan dari ahli tersebut, walaupun di sisi lainnya masih banyak yang sulit untuk mempercayai akan adanya teori sejarah nenek moyang manusia ini.

Teori yang diciptakan oleh James Watson dan tim ditemukan melalui sebuah penelitian yang menggunakan ilmu genetika, yaitu melakukan penelitian DNA (deoxyribonucleic acid) mitokondria. Dalam penelitian ini DNA yang digunakan diambil dari perempuan atau laki-laki. Dengan kata lain, teori ini menggunakan data genetika dan arkeologi.

Teori out of Africa didukung juga dengan adanya kemunculan peradaban yang muncul di wilayah Asia Barat dan Timur Afrika. Peradaban yang dimaksud adalah adanya penduduk atau masyarakat yang sudah mulai datang ke wilayah Afrika dan ditunjukkan dengan adanya sungai Nil dan sungai Eufrat Tigris.

Ciri-Ciri Teori Out Of Africa

Dalam memahami sebuah teori, rasanya akan lebih mudah jika kita mengenali ciri-ciri dari teori tersebut. Ciri-ciri teori out of Africa sebagai berikut.

1. Dalam Memenuhi Kebutuhan Hidup, Mereka (Manusia Purba) Berburu Dan Meramu

Ciri pertama dari manusia purba berdasarkan teori out of Africa adalah melakukan perburuan dan meramu. Dalam hal ini, melakukan perburuan dapat diartikan sebagai salah satu cara untuk bertahan hidup. Hal ini perlu dilakukan karena asupan makanan pada saat itu hanya bisa didapatkan dengan cara berburu. Kegiatan berburu biasanya ditujukan pada hewan-hewan yang ada di sekitarnya, mulai dari hewan yang berukuran kecil hingga yang berukuran besar serta hewan yang hidup di daratan atau yang hidup di perairan.

Dengan melakukan kegiatan berburu, sehingga manusia purba pada saat itu memiliki kekuatan atau energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Selain kegiatan berburu, menurut teori ini, manusia purba juga sudah pandai untuk meramu, seperti membuat obat-obatan. Obat yang diramu oleh manusia purba di masa itu dapat digunakan untuk mengobati beberapa penyakit yang ada di zaman dulu terutama pada mereka yang terluka akibat kegiatan berburu.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa manusia purba yang berasal dari Afrika sudah bisa memiliki kemampuan yang cukup hebat dalam mempertahankan hidupnya. Selain itu, kita juga tahu bahwa meramu dan berburu sudah ada sejak zaman dulu.

2. Manusia Purba Mampu Untuk Berlayar, Merakit Perahu, Dan Teknik-Teknik Dasar Merakit Perahu

Ciri kedua dari teori out of Africa adalah manusia purba yang berasal dari Afrika sudah bisa membuat alat transportasi, seperti perahu. Bukan hanya membuat perahu saja, manusia purba juga bisa melakukan kegiatan berlayar. Mengapa kemampuan berlayar dianggap sebagai suatu yang hebat pada masa itu? Hal ini dikarenakan di zaman purba untuk menuju ke wilayah lainnya lebih sering menggunakan jalur perairan.

Oleh sebab itu, kemampuan berlayar membuat manusia purba di zaman dulu mudaj untuk membaca dan memahami arah mata angin. Selain itu, mereka (manusia purba) juga dapat membaca musim yang akan terjadi, baik itu hari ini atau esok hari. Apabila sudah bisa membaca dan memahami arah mata angin dan membaca musim, maka kegiatan berlayar dapat dilakukan dengan optimal.

3. Mempunyai Kepandaian Dalam Menghitung Rasi Bintang

Ciri ketiga dari teori out of Africa adalah mempunyai kepandaian untuk menghitung rasi bintang. Kepandaian yang satu ini sangat bermanfaat untuk menjalani berbagai macam aktivitas terutama aktivitas berlayar. Manusia purba yang mampu membaca dan memahami rasi bintang, maka arah mata angin (utara, selatan, timur, barat, dan lain-lain) serta dapat mengetahui musim yang akan datang.

Kemampuan yang dimiliki oleh manusia purba yang berasal dari Afrika bisa terjadi karena tuntutan untuk bertahan hidup. Dengan kata lain, jika kepandaian membaca rasi bintang sulit untuk dimiliki, kemungkinan besar manusia purba akan sulit untuk mempertahankan hidupnya. Hal seperti itu dapat terjadi karena manusia purba tidak mengetahui arah mata angin dengan baik dan membaca musim sangat sulit, sehingga kegiatan berlayar sulit untuk dilakukan dengan maksimal.

Oleh karena itu, bisa dibilang jika manusia purba pada masa itu dapat bertahan hidup bukan hanya dari kegiatan berburu, belayar, dan meramu obat saja, tetapi menghitung rasi bintang menjadi suatu hal yang perlu dimiliki (di zaman purba). Bahkan, pengetahuan rasi bintang ini juga sering digunakan oleh manusia-manusia modern saat ini.

Kenapa manusia purba banyak ditemukan di Afrika
Kenapa manusia purba banyak ditemukan di Afrika

4. Hidup Secara Nomaden Atau Berpindah Dari Tempat Yang Satu Ke Tempat Lainnya

Ciri keempat dari teori out of Africa adalah hidup secara atau berpindah-pindah dari tempat yang satu ke tempat yang lainnya. Maka dari itu, berdasarkan teori ini, nenek moyang bangsa Indonesia bisa dikatakan bahwa asalnya dari Afrika karena manusia purba di zaman itu melakukan imigrasi dari Afrika menuju ke Asia dan Australia. Manusia purba yang melakukan migrasi bertujuan untuk mencari tempat baru untuk mempertahankan keturunannya.

Migrasi yang dilakukan oleh manusia purba biasanya menggunakan jalur perairan atau jalu daratan. Begitu pun, dengan manusia purba yang bermigrasi dari Afrika ke Asia dan Australia menggunakan jalur lembah sungai Nil dan jalur laut Merah. Dengan adanya migrasi ini, maka membuat perkembangan manusia di wilayah yang menjadi tujuan migrasi menjadi lebih banyak, sehingga penyebaran DNA semakin cepat.

Manusia yang hidup secara nomaden biasanya akan hidup dalam berkelompok, sehingga kebersamaan dapat saling terjaga. Selain itu, ketika bermigrasi umumnya akan mencari sumber daya alam yang lebih banyak dan tempat yang mudah untuk dijadikan sebagai tempat tinggal (rumah) sementara.

5. Pandai Menggunakan Bambu Dan Kayu Untuk Bertahan Hidup

Ciri kelima dari teori out of Africa adalah manusia purba sudah memiliki kemampuan dan pandai dalam menggunakan bambu dan kayu. Penggunaan bambu dan kayu sering dijadikan sebagai alat untuk memburu hewan, sehingga energi di dalam tubuh bisa terpenuhi. Di sisi lainnya, bambu dan kayu juga bisa digunakan untuk membangun tempat tinggal (rumah) sementara. Atap dari tempat tinggal manusia purba biasanya akan ditutupi dengan daun-daun yang telah dikumpulkan.

Selain dijadikan sebagai alat untuk memburu dan dijadikan sebagai bahan untuk membangun rumah, bambu dan kayu juga digunakan sebagai media untuk membakar atau memasak bahan makanan, sehingga menjadi makanan yang dapat dimakan. Bahkan, bambu dan kayu yang dibakar juga bisa dipakai untuk menghangatkan tubuh.

Bagi manusia purba bambu dan kayu harus digunakan semaksimal mungkin, bahkan sudah menjadi hal yang wajib dimiliki oleh manusia purba yang berasal dari Afrika. Penggunaan bambu dan kayu untuk bertahan hidup bukan tanpa alasan, karena mereka (manusia purba) sangat dekat dengan sumber daya alam. Dengan kata lain, segala kebutuhan hidupnya sangat bergantung dengan kondisi alam dan sumber daya alam dari wilayahnya.

Kenapa manusia purba banyak ditemukan di Afrika
Kenapa manusia purba banyak ditemukan di Afrika

Penyebab Teori Out Of Africa Yang Masih Diragukan

Dikutip dari motherlanders, setelah teori ini bertahan cukup lama, ternyata di tahun 2017 hingga tahun 2018 teori out of Africa kebenarannya masih diragukan. Hal ini dikarenakan banyak sekali teori-teori baru tentang sejarah manusia yang membantah teori out of Africa. Akan tetapi, masih ada pendukungnya yang masih kekeh untuk menyatakan kebenaran dari teori ini.

Hingga pada akhirnya, beberapa pendukung teori out of Africa mulai membuat sebuah hipotesis baru untuk menggantikan teori out of Africa. Nama hipotesis tersebut adalah African Multiregionalism. Hipotesis baru ini dianggap lebih mendekati dari kata “logis”. Pada dasarnya, hipotesis ini menjelaskan bahwa manusia purba bukan hanya berasal dari satu wilayah saja, Afrika bagian timur, tetapi populasinya juga berasal dari beberapa wilayah.

Akan tetapi, hipotesis Africa Multiregionalism masih memiliki kekurangan berupa daerah asal yang menjadi asal usul manusia purba ini masih belum dipastikan, apakah benua Afrika atau benua Eurasia.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa teori out of Africa sudah jarang sekali digunakan oleh para ahli arkeologi ataupun ahli genetika yang meneliti asal usul manusia purba. Meskipun yang menggunakan teori ini tidak begitu banya, tetapi pada awal-awal kemunculannya sempat dijadikan sebagai acuan oleh para peneliti dalam meneliti sejarah manusia purba atau asal-usul nenek moyang Indonesia.

Kelebihan Teori Out Of Africa

Setelah membahas pengertian, ciri-ciri, hingga keraguan terhadap teori out of Africa, kini saatnya membahas kelebihan dari teori ini.

1. Adanya Bukti Migrasi

Teori out of Africa dapat dibuktikan dengan adanya fosil laki-laki di danau Mungo. Dengan adanya fosil yang telah ditemukan tersebut, maka bisa dipastikan pernah ada kelompok manusia purba yang melakukan migrasi dari Afrika ke Asia dan Australia.

2. Manusia Purba Memiliki Kemampuan Yang Berbeda

Berdasarkan teori out of Africa, manusia purba yang berasal dari Afrika ini memiliki kemampuan bertahan hidup yang cukup baik. Hal ini dikarenakan manusia purba itu sudah bisa menggunakan sumber daya alam dengan optimal dan mampu hidup nomaden.

Kenapa manusia purba banyak ditemukan di Afrika
Kenapa manusia purba banyak ditemukan di Afrika

Kekurangan Teori Out Of Africa

Pada dasarnya kekurangan pada teori ini membuat banyak ahli yang kurang percaya akan kebenaran dari teori out of Africa. Bahkan, fosil manusia purba yang ada di Indonesia terutama yang ditemukan di pulau Jawa tidak memiliki DNA langsung dengan manusia purba yang berasal dari Afrika.

Kesimpulan

Berdasarkan teori out of Africa, manusia purba pada saat itu hidupnya nomaden atau berpindah dari tempat yang satu ke tempat lainnya. Singkatnya, manusia purba pada masa itu dipercaya tidak menetap di satu tempat saja. Oleh karena itu, bagi sebagian orang percaya bahwa nenek moyang Indonesia memang berasal dari wilayah Afrika. Hal ini diperkuat dengan adanya bukti bahwa hampir sebagian masyarakat Asia memiliki genetika yang sama dengan nenek moyang yang berasal dari Afrika.

Bukti teori out of Africa ini dapat kita lihat pada jalur-jalur yang digunakan untuk bermigrasi dan ditemukan fosil laki-laki di danau Mungo. Jejak paling kuat akan adanya manusia purba atau nenek moyang Indonesia yang berasal dari Afrika yaitu jejak genetika.

Sumber: Dari berbagai macam sumber

Layanan Perpustakaan Digital B2B Dari Gramedia

ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah.

  • Custom log
  • Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas
  • Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda
  • Tersedia dalam platform Android dan IOS
  • Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis
  • Laporan statistik lengkap
  • Aplikasi aman, praktis, dan efisien