Keterampilan produksi dan kegunaan dari alat teknik termasuk kedalam kategori…

Articles 10 Documents

Search results for , issue " Vol 20 No 3 (2013)" : 10 Documents clear

Pengembangan Karakter Melalui Pelayanan Bimbingan dan Konseling Redjeki, Sri
PAWIYATAN Vol 20 No 3 (2013)
Publisher : PAWIYATAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Pendidikan diyakini merupakan upaya utama untuk mengembangkan kehidupan manusia sesuai harkat dan martabat manusia. Pengembangan kondisi berkarakter merupakan hal penting dalam upaya pendidikan yang hendak menjadikan kehidupan manusia berada di  jalan lurus dan maju. Pendidikan yang berorientasi karakter inilah yang akan mengatasi rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia, dan sekaligus akan mengatasi berbagai kerancuan, dan penyimpangan dalam kehidupan individu, bermasyarakat dan berbangsa. Untuk itu upaya pendidikan perlu diwujudkan dalam proses pembelajaran yang materi pembelajarannyasecara dominan berorientasi pada pengembangan karakter individu.  Implikasi pengembangan karakter diintegrasikan dalam substansi pembelajaran secara  menyeluruh dan konsisten. Pelajaran budi pekerti secara tersendiri terpisah dari mata pelajaran lainnya, tidak menjamin integrasi pengembangan karakter individu. Materi pendidikan karakter dimuatkan ke dalam setiap mata pelajaran, muatan lokal dan pelayanan Bimbingan dan Konseling. Guru BK / Konselor bertanggung jawab atas kegiatan pembelajaran yang terkait dengan pelayanan BK untuk sejumlah peserta didik. Pengembangan karakter individu dapat dilakukan oleh petugas bimbingan dan konseling/konselor yang professional dalam kegiatan bimbingan  dan konseling. Kata kunci: pengembangan karakter, layanan bimbingan dan konseling

Penanganan Kesulitan Belajar (Rendahnya Rasa Percaya Diri) Pada Siswa Tuna Rungu-Wicara Melalui Pembelajaran Tari Di SLB-B Se-Jawa Tengah Agustiningrum, Maria Denok Bekti
PAWIYATAN Vol 20 No 3 (2013)
Publisher : PAWIYATAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Siswa tuna rungu-wicara adalah siswa yang memiliki masalah kesulitan belajar, faktor utama kesulitan belajar adalah rendahnya rasa percaya diri siswa.Kurangnya rasa percaya diri nampak dari prilaku siswa yang mudah menaruh curiga terhadap lingkungan, mudah gelisah, tidak berani tampil dimuka umum dan kurang menghargai keberadaan dirinya.Pendidikan seni tari sebagai salah satu cabang seni yang mempergunakan media tubuh sebagai ekspresinya diharapkan dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa tuna rungu-wicara, dikarenakan pendidikan seni tari merupakan pendidikan yang menanamkan nilai-nilai; diantaranya mengajarkan sopan-santun, sabar, ketenangan bersikap, berani berinsiatif/berkreasi, menghargai diri sendiri dan sesama.Nilai yang terkandung dalam pendidikan seni dapat menjawab permasalahan kurangnya rasa percaya diri yang dialami oleh siswa tuna rungu-wicara.Dibeberapa SLB di Jawa Tengah  menerapkan mata pelajaran seni tari sebagai mata pelajaran intrakurikuler maupun ekstra kurikuler dari tingkat SDLB sampai SMALB. Penelitian ini dilaksanakan di 5 SLB /SLB-B yang mewakili 6 karisidenan, 26 kabupaten dan 6 kota madya. Pemilihan ke-5 lokasi SLB/SLB-B didasari oleh para pemenang PORSENI tahun 2012 yang diadakan di Surakarta, 10-12 September 2012. Adapun sekolah-sekolah tersebut adalah sebagai berikut: DLB Kebakalan, SDLB Negeri Sokoharojo-Margorejo-Pati, SLB N Semarang, SLB-B YPSLB Gemolong-Sragen, SLB-B YPPALB Kota Magelang. Pada penelitian ini peneliti mendapati adanya perubahan sikap siswa yang mendapatkan pembelajaran seni tari dari kurang percaya diri menjadi percaya diri dengan dipenuhinya indikator-indikator percaya diri (nampak pada siswa memiliki sikap tenang, memiliki sikap terbuka, memiliki keberanian untuk tampil di muka umum, memiliki sikap menghargai diri sendiri, memiliki sikap mandiri) dibuktikan dengan tuntasnya pembelajaran seni tari dan diwujudkan dalam bentuk pementasan-pementasan. Kata Kunci : Percaya Diri, Seni Tari, Tuna Rungu-Wicara.

Permasalahan Anak Berbakat Di Indonesia Sayekti, Sri
PAWIYATAN Vol 20 No 3 (2013)
Publisher : PAWIYATAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Bakat yang dimiliki oleh sebagian individu masih belum terwujud,yaitu masih berupa potensi ,maka perlu dikembangkan. Berkembangnya bakat dipengaruhi oleh faktor pembawaan dan juga faktor lingkungan. Sekolah merupakan salah satu lingkungan yang memiliki peranan yang cukup besar untuk mengembangakan bakat khususnya bagi peserta didik. Banyak peserta didik yang memiliki bakat yang luar biasa , tetapi tidak dapat berkembang secara optimal. Hal ini berarti ada permasalahan dengan keberbakatan yang dialami oleh peserta didik. Salah satu penyebab permasalahan tersebut adalah kurang atau belum adanya pelayanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Meskipun saat ini di sekolah baik negeri maupun swasta telah menyelenggarakan pendidikan khusus untuk anak berbakat akademik (program akselerasi ),namun masih banyak mengalami permasalahan. Untuk itu penyusunan program pendidkan di sekolah bagi peserta didik harus disesuaikan dengan kebutuhan dan juga budaya Indonesia. Kata Kunci : Anak berbakat dan Permasalahanya

Model Pemberdayaan Perempuan Dalam Meningkatkan Ketahanan Pangan Masyarakat Agribisnis Di Kawasan Bandungan Sri Sayekti,, Lili Marliyah, Eko Heri W,
PAWIYATAN Vol 20 No 3 (2013)
Publisher : PAWIYATAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang bagaimana aksesibilitas kaum perempuan dalam bidang agribisnis dalam meningkatkan ketahan pangan di Kawasan Bandungan serta bagaimana kondisi social capital mempengaruhi aksesibilitas perempuan dalam bidang agribisnis di Kawasan Bandungan. Metode penelitian yang digunakan dalam tahap ini adalah metode penelitian kualitatif. Teknik sampling yang digunakan adalah purposif sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara terstruktur, observasi dan dokumentasi. Untuk memeriksa keabsahan data dilakukan pengujian atau pengukuran validitas internal dan eksternal, serta menggunakan teknik triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pemberdayaan perempuan masih bersifat partial belum terintegasikan atau berkembang di lembaga/intitusi kemasyarakatan yang ada di Bandungan.  Tingkat aksesibilitas perempuan dalam bidang agribisnis menonjol dalam beberapa kegiatan yaitu perawatan tanaman, memanen dan kegiatan pasca panen sampai kegiatan pemasaran. Aksesibilitas perempuan dalam sumberdaya dan pendapatan relatif seimbang, hanya pada pengelolaan pemanfaatan biaya produksi dan kebutuhan hidup lebih dominan perempuan. Akses pemanfaatan waktu luang bagi perempuan relatif rendah, karena dominasi kegiatan domestik. Struktur social capital masyarakat agribisnis di Kawasan Bandungan masuk dalam type outward looking, dilihat dari unsur kepercayaan, norma-norma dan jaringan antar individu, maka ukuran modal sosial atau social capital masyarakat di Kawasan Bandungan relatif besar. Model yang direkomendasikan yaitu suatu model pemberdayaan perempuan bidang agribisnis dengan  penekanan pada penguatan dan revitalisasi kelembagaan atau institusi /social capital yang  tumbuh dan berkembang, baik bidang ekonomi, social budaya, agama, dan politik, sehingga tercipta sistem koordinasi kelembagaan yang kondusif, partisipatif dan pasar bersaing bersahabat, sehingga diharapkan berpeluang meningkatkan aksesibilitas perempuan. Kondisi ideal yang terbentuk diharapkan dapat meningkatkan aksesibilitas perempuan agribisnis baik dalam aspek kegiatan atau aktifitas, sumberdaya, pendapatan, kepemimpinan dan waktu luang, sehingga keberdayaan perempuan dan ketahanan pangan dapat masyarakat meningkat.  Kata Kunci : pemberdayaan, social capital

Model Pengembangan Pendidikan Multi Skill Untuk Peningkatan Kemampuan Usaha Mandiri Bagi Warga Masyarakat Usia Produktif di Kabupaten Demak Sri Widayati, Y. Suharyanto A.R. Djaelani
PAWIYATAN Vol 20 No 3 (2013)
Publisher : PAWIYATAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Pendidikan keterampilan kerja sangat diperlukan bagi warga masyarakat angkatan kerja ( usia produktif) Dampak positifnya akan dapat meningkatkan kualitas produk , bahkan memberikan peluang usaha mandiri bagi warga angkatan kerja ( usia produktif) berdasarkan modal pendidikan keterampilan yang dimiliki. Berdasarkan studi awal seperti kondisi di lingkungan wilayah Kabupaten Demak ternyata banyak diketahui generasi angkatan kerja ( usia produktif :15 – 44 tahun ) yang tidak memiliki pekerjaan tetap dan menganggur, karena tidak memiliki kecakapan hidup dan keterampilan untuk mampu usaha mandiri. Kondisi tersebut perlu dikaji dan dimungkinkan untuk diterapoan model pengembangan pendidikan multi skill bagi kelompok warga masyarakat usia produktif tersebut. Penelitian ini dilakukan di wilayah Kabupaten Demak yang difokuskan di dua desa ( Bonangrejo Kec. Bonang dan Desa Jogoloyo Kec. Wonosalam) serta di satu kelurahan ( Kelurahan Bintoro Kec. Demak ). Artikel ini merupakan hasil penelitian tahap pertama ( tahun ke-1) yang direncanakana berlanjut pada tahun kedua ( treatment /uji model ) dan pada tahun ke-3   ( desiminasi pola pendampingan dsan kemitraan). Penelitian tahun pertama diarahkan pada tujuan perolehan hasil identifikasi riil tentang keberadaan warga masyarakat usia produktif pada batasan usia 15 – 44 tahun dan produk desain model pengembvangan pendidikan multi skill yang penekanannya difokuskan pada muatan pengembangan “ solt skill” dan “ hard skill) yang dirancang dan dimungkinkan dapat diujicobakan secara berkelanjutan dalam tahapan sistem penelitian multi years. Bentukdan terapan metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif. Penetapan subjek dengan teknik pusposif, pengumpulan data dengan teknik wawancara mendalam, studi dokumen dan pengamatan lapang;peningkatan keabsahan data digunakan teknik triangulasi;Analisis data digunakan teknik SWOT, FDG dan model analaisis iteraktif pola siklus yang dikembangkan Miles & Huberman. Hasil peneilian ini adalah : (1) keberadaan warga masyarakat di daerah penelitian diketahui memerlukan pendidikan multi skill dalam upaya peningkatan kemampuan usaha mandiri; (2) dari hasil analisis data dimungkinkan dapat disusun desain model pengembangan pendidikan multi skill di bidang pertukangan ( spisialis produk furniture/meubelair jenis sofa dan kursi sudut) dalam bentuk kursus dan pelatihan bertdasarkan rancangan kurikulum/silabus yang bermuatan pengembangan potensi “solt skill” dan “ hard skill”; dan (3) desain model pendidikan multi skiil hasil panilitian tahap ( tahun ) pertama ini dirasa layak dan dimungkinkan untuk diuji cobakan pada tindakan penelitian tahap     ( tahun ) berikutnya yang kemudian dapat diorientasikan pada pengembangan desiminasi dan pendampingan usaha mandiri  dengan   pola kemitraan pada penelitian tahap   ( tahun ) ketiga. Key Word: Model Pengembangan; Pendidikan multi skill; usia produktif; usaha mandiri

Fenomena Perkawinan, Perceraian Dan Win-Win Solution PH, Tri Leksono
PAWIYATAN Vol 20 No 3 (2013)
Publisher : PAWIYATAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Perceraian bisa dialami siapa saja dan dimana saja. Seperti halnya yang saat ini menjadi polimik adalah percerian di lingkup Pegawai negeri Sipil yang justru di dominasi dari Guru-guru. Guru yang menjadi panutan bagi peserta didiknya justru mencontohkan hal yang tidak baik. mengapa hal ini terjadi di saat kesejahteraan para guru sudah banyak terpenuhi. Kepala Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan ( BKPPD ) kabupaten Cirebon Dudung Mulyana Mengatakan, banyaknya kasus perceraian di kalangan guru dipengaruhi oleh pendapatan guru yang besar dengan adanya tunjangan sertifikasi. Tunjangan sertifikasi sendiri, nilainya bisa dua kali lipat dari jumlah gaji yang diterimaya. ”Jika tenaga pendidiknya wanita, mungkin dia merasa tidak tergantung dengan suami. Sebaliknya guru laki-laki merasa penghasilannya tinggi, mempunyai banyak uang, menjadi lupa diri, dan lupa keluarga,” Para PNS tersebut pada dasarnya memiliki kode etik kepegawaian, tetapi pada faktanya banyak yang melakukan perceraian. Dalam fenomena tersebut diperlukan seorang konselor/psikolog untuk mencarikan win-win solition minimal memberikan reinforcement (penguatan) dalam menapaki kehidupan berumah tangga. Kata Kunci : Perkawinan, Perceraian, Win-win Solution

Analisis Kinerja Alumni IKIP Veteran Semarang Satyarini, Marhaeni Dwi
PAWIYATAN Vol 20 No 3 (2013)
Publisher : PAWIYATAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan data penilaian kepala sekolah terhadap kinerja alumni IKIP Veteran. Data tersebut diharapkan dapat dianalisis untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan kompetensi alumni, dan kinerja alumni dalam melaksanakan tugas pokok guru dalam merencanakan dan melaksankan pembelajaran, dan menjadi input bagi IKIP Veteran Semarang khususnya Jurusan Pendidikan Ekonomi untuk mengambil kebijakan dalam pengembangan kurikulum dan proses pembelajaran yang lebih berkualitas guna memenuhi harapan pengguna lulusan. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan eklektif pada domain kualititatif dan kuantitatif. Teknk sampling yang digunakan insidental sampling berdasarkan data alumni yang melakukan legalisir pada FPIPS. Teknik pengumpulan data menggunakan angket, instrumen yang digunakan mengadopsi borang penilaian akreditasi program studi tentang penilaian pihak pengguna alumni, penilaian kompetensi mengadopsi indikator kompetensi yang disusun oleh LPMP Jawa Tengah, dan penilaian kinerja alumni mengadopsi penilaian tugas guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran sesuai indikator penilaian dalam sertifikasi guru. Hasil penelitian menunjukkan kemampuan umum, kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian dan kompetensi sosial, dan kinerja alumni dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran rata-rata pada kategori “cukup tinggi”, kemampuan umum yang paling rendah dimiliki oleh alumni adalah kemampuan Bahasa Inggris dan penggunaan teknologi informasi. Hasil analisis kuantitatif menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan kemampuan umum, kompetensi dan kinerja alumni antara alumni yang berasal dari mahasiswa transfer dengan mahasiswa reguler dan tidak ada perbedaan yang signifikan kemampuan umum, kompetensi dan kinerja antara alumni yang menjadi guru PNS dengan alumni yang menjadi guru swasta.Rekomendasi yang diberikan dari hasil penelitian ini adalah perubahan kurikulum, dengan menambah dan mengintensifkan pembelajaran pada mata kuliah Bahasa Inggris dan Teknologi informasi, sehingga alumni memiliki bekal yang memadai untuk mengimplementasikannya dalam proses pembelajaran di sekolah.  Kata Kunci : kompetensi, kinerja alumni

Spirit dan Aktualisasi Nilai Kesejarahan Untuk Pemahaman Rasa Kebangsaan Widiastuti, Eko Heri
PAWIYATAN Vol 20 No 3 (2013)
Publisher : PAWIYATAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Rasa kebangsaan atau nasionalisme adalah suatu untuk sikap kesetiaan atau cinta pada bangsa dan negara. Penanamannya bisa melewati berbagai cara, salah satunya adalah lewat pendidikan, terutama pendidikan sejarah. Sejarah adalah suatu ilmu yang mempelajari masa lalu manusia, dengan mempelajari masa lalu, maka kita akan dapat mengambil makna dan hikmahnya, sehingga dapat dijadikan modal untuk berperilaku di masa kini dan masa yang akan datang. Semangat dan aktualisasi rasa kebangsanaan dalam kehidupan sehari-hari anak merupakan suatu keharusan, agar sebagai generasi penerus anak mempunyai suasana kehidupan yang tenang, tentram dan damai yang berujung pada tercapainya kesejahteraan rakyat. Dengan demikian rasa kebangsaan ini dapat dijadikan modal bagi pembangunan bangsa dan negara Indonesia, lebih khusus lagi bagi anak-anak kita dalam menatap hari esoknya. Oleh karenanya pemerintah perlu mencari cara yang tepat untuk menanamkan nasionalisme atau rasa kebangsaan kepada bangsa Indonesia. Kata Kunci : Rasa Kebangsaan (Nasionalisme), Aktualisasi

Pemahaman Dan Kemampuan Peserta Didik Menjawab Pertanyaan Evaluasi Pelajaran Sejarah Soal Esai Siswa Kelas XI Di SMA YPE Semarang Soelistijanto, R.
PAWIYATAN Vol 20 No 3 (2013)
Publisher : PAWIYATAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Latar belakang penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan siswa SMA YPE dalam menangkap mata pelajaran sejarah dan menjawab pertanyaan essays mata pelajaran sejarah yang diajarkan di SMA YPE (Yayasan Pendidikan Ekonomi). Permasalahan pada penelitian ini adalah anggapan bahwa mata pelajaran sejarah adalah membosankan dan menghafal. Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif dengan alat peneltian adalah pertanyaan (Questionaire) terbuka. Siswa bebas menjawab pertanyaan yang diajukan. Peneliti melakukan pertanyaan dan pengenalan ilmu sejarah pada siswa untuk mengetahui pemahaman siswa pada mata pelajaran sejarah sebelum kegiatan penelitian. Teknik analisis data menggunakan model analisis interaktif (Reduksi Data, Sajian Data, dan Verifikasi/Penarikan Kesimpulan) seperti yang diukembangkan Miles dan Huberman. Hasil penelitian siswa dapat memahami 4 w dalam sejarah yaitu memahami sejarah sebagai ilmu, menjelaskan peristiwa sejarah (who (siapa), what (apa), where (dimana), when (kapan)) secara baik dan kronologhis sebagai pemahaman dan pengetahuan yang terstruktur dan sebagai penjelasan sejarah (History Explanation). Kata Kunci : Ilmu Sejarah, Konsep, Struktur Pemahaman, Penjelasan Sejarah (History Explanation)

Pelestarian Budaya Nasional Melalui Kegiatan Tradisional Sri Muryati, Srihadi,
PAWIYATAN Vol 20 No 3 (2013)
Publisher : PAWIYATAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Latar belakang penelitian ini adalah berdasarkan rumusan yang tercantum dalam UUD 1945 pasal 32 ayat 1 dan 2, maka dapat disimpulkan bahwa pemerintah berkewajiban memajukan kebudayaan nasional di tengah peradaban dunia. Hal ini tentunya dimaksudkan agar kebudayaan nasional Indonesia bisa berada ditengah-tengah peradaban dunia. Kebudayaan nasional Indonesia ikut mewarnai peradaban dunia. Sedangkan disisi lain masyarakat tentunya juga dituntut untuk memelihara budaya daerah. Hal ini disebabkan budaya daerah merupakan kekayaan budaya nasional. Pemerintah menghormati dan memelihara sebagai kekayaan budaya nasional. Pembangunan yang hanya berorientasi pada upaya peningkatan pendapatan perkapita ternyata tidak menjamin adanya pemerataan hasil pembangunan. Seiring dengan kemajuan zaman, tradisi dan kebudayaan daerah yang pada awalnya dipegang teguh, di pelihara dan dijaga keberadaannya oleh setiap suku dan daerah, kini terasa sudah hampir punah. Pada umumnya masyarakat sekarang dengan issu globalisasi merasa gengsi dan malu apabila masih mempertahankan dan menggunakan budaya lokal atau budaya daerah. Kebanyakan masyarakat sekarang lebih memilih untuk menampilkan dan menggunakan kesenian dan budaya modern daripada budaya yang berasal dari daerahnya sendiri yang sesungguhnya justru budaya daerah atau budaya lokallah yang sangat sesuai dengan kepribadian bangsanya. Tanpa mereka sadari bahwa budaya daerah merupakan faktor utama terbentuknya kebudayaan nasional dan kebudayaan daerah yang mereka miliki merupakan sebuah kekayaan bangsa yang sangat bernilai tinggi dan perlu dijaga kelestarian dan keberadaanya oleh setiap individu di masyarakat. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan mengambil lokasi masyarakat di sekitar kota Semarang yang masih menyelenggarakan kegiatan tradisional. Adapun fokus penelitiannya adalah tentang kegiatan tradisional yang masih dilaksanakan masyarakat sekitar kota Semarang termasuk pelestariaannya. Data, sumber data dan nara sumber yang ditentukan dalam penelitian ini meliputi, data primer, data sekunder, orang, kejadian dan dokumen. Teknik pengumpulan data yang dipakai meliputi studi litelatur, observasi dan wawancara dengan teknik analisis data menggunakan Analysis Interactive model dari Miles dan Huberman. Keabsahan data menggunakan teknik ketekunan pengamatan dan triangulasi data. Hasil penelitian adalah: ( a ). Kegiatan tradisional masih tetap dilaksanakan oleh masyarakat pendukung tradisi yang bersangkutan. Kegiatan tradisional tetap berakar pada budaya nasional, yang berarti bahwa budaya tradisional merupakan sumber kekayaan dari budaya nasional. ( b ). Tradisi suroan, nyadran maupun tradisi kungkum yang dilaksanakan di daerah - daerah tertentu masih tetap bertahan sampai saat ini, karena masyarakat pendukung budaya itu masih tetap menyelenggarakan tradisi itu setiap tahunnya. Dalam pelaksanaan kegiatan tersebut senantiasa melibatkan unsur golongan tua dan golongan muda, sehingga ada tali kesinambungan antara generasi terdahulu dengan generasi berikutnya. ( c ). Upaya pelestarian budaya tradisional dilakukan dengan cara melibatkan generasi muda dalam hal kepanitian, maupun pelaksanaan, sehingga generasi muda tidak sekedar menjadi panitia tetapi juga menjadi pelaku. ( d ) Pelaksanaan kegiatan tradisional memuat nilai-nilai: nilai ketuhanan, nilai sosial, nilai kerukunan, nilai budaya, nilai sejarah, nilai hiburan, nilai pendidikan, dan nilai ilmu pengetahuan. ( e ). Kegiatan tradisional tetap dilaksanakan, dengan tujuan agar masyarakat Indonesia yang majemuk dari sisi budaya tidak kehilangan budaya daerahnya. Sedangkan saran yang direkomendasikan kegiatan tradisional tetap harus mendapat pengarahan dan pengawasan, agar budaya daerah tidak menimbulkan pertentangan antara dua kelompok atau lebih yang berbeda pandangan, agar kegiatan tradisional tidak mengarah pada kegiatan yang bertentangan dengan nilai ketuhanan. Kata Kunci : Tradisional, Pelestarian, Budaya