Khalifah Al Makmun mengembangkan perpustakaan Baitul Hikmah juga membangun pusat kajian agama yaitu

Khalifah al-Ma'mun bertemu sosok tua

Blogspot.com

Baitul Hikmah era modern di Baghdad, Irak.

Rep: Imas Damayanti Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, Pembentukan Baitul Hikmah pada masa Dinasti Abbasiyah mampu menjadi magnet pengetahuan dan peradaban dunia. Baghdad di bawah kepemimpinan Harun al-Rasyid kala itu menjadi pusat peradaban dunia berkat maju dan berkembangnya Baitul Hikmah. 

Dari sektor pendidikan, Kota Baghdad yang di dalamnya terdapat Baitul Hikmah mampu mencetak generasi alim di bidang agama hingga sains. Sebut saja al-Battani, al-Kindi, al-Ghazali, al-Khawarizmi, hingga al-Farabi.

Di masa awal pendirian Baitul Hikmah, khalifah Harun al-Rasyid memfungsikannya sebagai perpustakaan pribadi. Namun pada masa pemerintahan anaknya, yakni al-Ma’mun, fungsi Baitul Hikmah diperluas menjadi lembaga pendidikan formal dan juga pusat laboratorium.

Dalam berbagai literatur Islam kontemporer dan modern, banyak diceritakan mengenai pengalaman spiritual al-Ma’mun yang menjadikannya bertekad mengembangkan Baitul Hikmah. Alkisah beliau bermimpi bertemu dengan seorang yang tua dan menjelaskan padanya nilai-nilai filsafat.

Di mimpi tersebut al-Ma’mun berdiskusi dengan si orang tua mengenai banyak hal. Di kemudian hari, mimpi tersebut menyadarkannya bahwa kemungkinan besar orang tua itu adalah Aristoteles yang memintanya menerjemahkan karyanya ke dalam bahasa Arab agar tak lekang zaman.

Kemudian al-Ma’mun mengumpulkan seluruh ahli ilmu pengetahuan dari berbagai bidang dan meneguhkan konsistensinya untuk menjadikan Baitul Hikmah sebagai lembaga pengetahuan yang profesional. Al-Ma’mun kemudian didapuk menjadi penanggung jawab pembangunan Baitul Hikmah pada 815 Masehi.

Dalam buku History of the Arab karya Phillip Khuri Hitti disebutkan, era penerjemahan naskah-naskah di Baitul Hikmah kelak disertai dengan era penulisan karya-karya mumpuni. Buku-buku berkualitas semisal kitab al-Qanun tentang kedokteran karya Ibnu Sina, al-Kawakib al-Tsabitah tentang astronomi karya Abdul Rahman al-Shufi, hingga kitab Surah al-Ardh tentang geografi karya al-Khawarizmi lahir dari rahim Baitul Hikmah.

Karena mampu menerjemahkan literatur asing ke dalam bahasa Arab, hal itu juga membuat Baitul Hikmah sebagai medium yang menyambungkan berbagai pemikiran terbuka. Tak heran pada masa ini dengan hadirnya Baitul Hikmah, Kota Baghdad dikenal dengan sebutan The Golden Age of Islam atau masa keemasan peradaban Islam.

Khalifah al-Ma’mun juga sangat berpikiran terbuka dan mengkaji lebih jauh tentang dunia. Tak heran banyak pelajar dan juga kalangan non-akademisi yang hendak belajar ke Baitul Hikmah. Baik dari Cina, Yunani, India, hingga Persia. 

Cahaya ilmu dari Baitul Hikmah menjelma menjadi kebutuhan bagi dunia yang saat itu dirundung masa kegelapan pengetahuan. Dari karya-karya terkemuka imuwan Islam Baitul Hikmah, kontribusi terhadap ilmu pengetahuan modern yang ada saat ini masih terasa.

Ilmuwan-ilmuwan barat modern kerap mengaku terinspirasi dari karya-karya ilmuwan Muslim Baitul Hikmah. Bahkan penemuan-penemuan sains yang ada saat ini tak lepas dari buah pikir brilian ilmuwan Baitul Hikmah.

Namun begitu, kejayaan Baitul Hikmah memang hanya bertahan hingga lima abad saja. Terhitung pada 1257, bangsa Mongol dalam pimpinan Hulagu Khan menyerbu dan memporak-porandakkan Baghdad. Dalam penyerbuan ini, khalifat terakhir Dinasti Abbasiyah, al-Musta’shim Billah tewas di tangan bangsa Mongol.

  • baitul hikmah
  • baitul hikmah baghdad
  • kejayaan baitul hikmah

NET

Ilustrasi

Red: cr01

REPUBLIKA.CO.ID, Abdullah Al-Makmun bin Harun Ar-Rasyid (813-833 M) mulai memerintah Bani Abbasiyah pada 198-218 H/813-833 M. Ia adalah khalifah ketujuh Bani Abbasiyah yang melanjutkan kepemimpinan saudaranya, Al-Amin.Untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan saat itu, Khalifah Al-Makmun memperluas Baitul Hikmah (Darul Hikmah) yang didirikan ayahnya, Harun Ar-Rasyid, sebagai Akademi Ilmu Pengetahuan pertama di dunia. Baitul Hikmah diperluas menjadi lembaga perguruan tinggi, perpustakaan, dan tempat penelitian. Lembaga ini memiliki ribuan buku ilmu pengetahuan.

Lembaga lain yang didirikan pada masa Al-Makmun adalah Majalis Al-Munazharah sebagai lembaga pengkajian keagamaan yang diselenggarakan di rumah-rumah, masjid-masjid, dan istana khalifah. Lembaga ini menjadi tanda kekuatan penuh kebangkitan Timur, di mana Baghdad mulai menjadi pusat kebudayaan ilmu pengetahuan dan puncak keemasan Islam.

Sayangnya, pemerintahan Al-Makmun sedikit tercemar lantaran ia melibatkan diri sepenuhnya dalam pemikiran-pemikiran teologi liberal, yaitu Muktazilah. Akibatnya, paham ini mendapat tempat dan berkembang cukup pesat di kalangan masyarakat.Kemauan Al-Makmun dalam mengembangkan ilmu pengetahuan tidak mengenal lelah. Ia ingin menunjukkan kemauan yang tinggi terhadap ilmu pengetahuan dan filsafat tradisi Yunani. Ia menyediakan biaya dan dorongan yang kuat untuk mencapai kemajuan besar di bidang ilmu. Salah satunya adalah gerakan penerjemahan karya-karya kuno dari Yunani dan Syria ke dalam bahasa Arab, seperti ilmu kedokteran, astronomi, matematika, dan filsafat alam secara umum.Ahli-ahli penerjemah yang diberi tugas Khalifah Al-Makmun diberi imbalan yang layak. Para penerjemah tersebut antara lain Yahya bin Abi Manshur, Qusta bin Luqa, Sabian bin Tsabit bin Qura, dan Hunain bin Ishaq yang digelari Abu Zaid Al-Ibadi. Hunain bin Ishaq adalah ilmuwan Nasrani yang mendapat kehormatan dari Al-Makmun untuk menerjemahkan buku-buku Plato dan Aristoteles. Al-Makmun juga pernah mengirim utusan kepada Raja Roma, Leo Armenia, untuk mendapatkan karya-karya ilmiah Yunani Kuno yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.Selain para pakar ilmu pengetahuan dan politik, pada Khalifah Al-Makmun muncul pula sarjana Muslim di bidang musik, yaitu Al-Kindi. Khalifah Al-Makmun menjadikan Baghdad sebagai kota metropolis dunia Islam sekaligus pusat ilmu pengetahuan, pusat kebudayaan, peradaban Islam, dan pusat perdagangan terbesar di dunia selama berabad-abad lamanya.Namun demikian, selain pemikiran Muktazilah, Khalifah Al-Makmun juga tercemari oleh paham yang menganggap Al-Qur'an itu makhluk. Paham ini melekat dan menjadi prinsip pemerintah. Orang yang tidak setuju dengan pendapat ini akan dihukum. Inilah yang menimpa beberapa ulama yang istiqamah seperti Imam Ahmad bin Hanbal, Sajjadat, Al-Qawariri, dan Muhammad Nuh.Namun belakangan Imam Sajjadat dan Al-Qawariri mengakui juga Al-Qur'an sebagai makhluk. Ketika ditelusuri, keduanya mengaku karena terpaksa. Mereka berpendapat, dalam agama, kondisi terpaksa membolehkan seseorang untuk mengatakan sesuatu yang bertentangan dengan keimanannya. Kendati demikian, Imam Ahmad dan Muhammad Nuh tetap tidak mau mengakui bahwa Al-Qur'an itu makhluk. Sejarah mencatat ungkapan Imam Ahmad kala itu, "Saya tidak mau pengakuan saya menjadi dalil orang-orang setelahku." Ia juga pernah diminta oleh pamannya, Ishaq bin Hanbal untuk melakukan taqiyyah (pura-pura), namun Imam Ahmad tidak mau.Kedua tokoh itu segera dikirim kepada Khalifah Al-Makmun yang sedang berada di medan pertempuran di Asia Kecil. Dalam perjalanan dan ketika tiba di benteng Rakka, mereka mendapat kabar bahwa sang Khalifah wafat. Jenazahnya dibawa ke Tarsus dan dimakamkan di tempat itu.Gubernur benteng Rakka segera mengembalikan Imam Ahmad dan Muhammad Nuh ke Baghdad. Dalam perjalanan, Muhammad Nuh sakit lalu meninggal dunia. Sedangkan Imam Ahmad dibawa ke Baghdad.

sumber : Sejarah Para Khalifah karya Hepi Andi Bastoni

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...

Khalifah Al Makmun mengembangkan perpustakaan Baitul Hikmah juga membangun pusat kajian agama yaitu

Dhafi Quiz

Find Answers To Your Multiple Choice Questions (MCQ) Easily at cp.dhafi.link. with Accurate Answer. >>


Khalifah Al Makmun mengembangkan perpustakaan Baitul Hikmah juga membangun pusat kajian agama yaitu

Ini adalah Daftar Pilihan Jawaban yang Tersedia :

  1. Al-Maktabah
  2. Majelis Munadzarah
  3. Majelis Dzikir
  4. Majelis Taklim

Jawaban terbaik adalah B. Majelis Munadzarah .

Dilansir dari guru Pembuat kuis di seluruh dunia. Jawaban yang benar untuk Pertanyaan ❝Khalifah Al Makmun mengembangkan pusat perpustakaan Baitul Hikmah juga membangun Pusat Kajian agama adalah...❞ Adalah B. Majelis Munadzarah .
Saya Menyarankan Anda untuk membaca pertanyaan dan jawaban berikutnya, Yaitu Di antara kebijakan kebijakan yang dilakukan Khalifah Al Mansur adalah... dengan jawaban yang sangat akurat.

Klik Untuk Melihat Jawaban

Apa itu cp.dhafi.link??

Kuis Dhafi Merupakan situs pendidikan pembelajaran online untuk memberikan bantuan dan wawasan kepada siswa yang sedang dalam tahap pembelajaran. mereka akan dapat dengan mudah menemukan jawaban atas pertanyaan di sekolah. Kami berusaha untuk menerbitkan kuis Ensiklopedia yang bermanfaat bagi siswa. Semua fasilitas di sini 100% Gratis untuk kamu. Semoga Situs Kami Bisa Bermanfaat Bagi kamu. Terima kasih telah berkunjung.