Komponen fisik yang tidak dibutuhkan untuk cabang olahraga balap sepeda adalah

File PDF yang anda pilih harus diambil di sini, jika web browser anda memiliki plugin pembaca PDF yang telah diinstal (sebagai contoh, versi terbaru dari Adobe Acrobat Reader). Sebagai alternatif, file PDF dapat juga diunduh ke komputer anda, dimana ini dapat juga dibuka dengan pembaca PDF. Jika anda menghendaki informasi yang lebih lanjut tentang bagaimana unutk print, simpan dan bekerja dengan PDF, Highwire Press menyediakan suatu Pertanyaan yang sering ditanyakan tentang PDF yang sangat bermanfaat.

Jika file tidak diunduh secara otomatis, klik di sini

SURVEI KOMPONEN KONDISI FISIK KEKUATAN OTOT TUNGKAI, DAYA TAHAN OTOT TUNGKAI DAN POWER OTOT TUNGKAI PADA ATLET BALAP SEPEDA PENGCAB ISSI KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2011

SKRIPSI

Oleh :

Wahyu Ari Wibowo

6250406021

JURUSAN ILMU KEOLAHRAGAAN

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2011

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Bersepeda adalah sebuah kegiatan rekreasi atau olahraga, serta merupakan salah satu moda transportasi darat yang menggunakan sepeda. Banyak penggemar bersepeda yang melakukan kegiatan tersebut di berbagai macam medan, misalnya bukit-bukit, medan yang terjal. Tidak hanya sekedar untuk bersepeda saja sepeda juga pada sekarang ini sudah popular dilombakan pada berbagai ajang seperti : SEA Games, Olimpiade, Kejuaraan Nasional dan Kejuaraan Daerah. Sehingga untuk dapat sampai pada event diatas maka salah satu faktor yang mempengaruhi adalah kondisi fisik.

Kondisi fisik merupakan satu prasyarat yang sangat diperlukan dalam usaha peningkatan prestasi seorang atlet, bahkan dapat dikatakan sebagai keperluan dasar yang tidak dapat di tunda atau ditawar-tawar lagi (M. Sajoto, 1995 : 8). Dengan kondisi fisik yang baik akan memungkinkan dilakukan teknik yang baik dan sempurna, serta dapat meningkatkan kualitas bermain khususnya dalam olahraga balap sepeda.

Peningkatan kondisi fisik harus dikembangkan oleh semua komponen yang ada, walaupun dalam pelaksanaannya perlu terdapat prioritas untuk menentukan komponen mana yang perlu mendapat porsi latihan lebih besar sesuai dengan cabang olahraga yang ditekuni. Komponen-komponen kondisi fisik secara umum menurut (M. Sajoto, 1995 : 8) terdiri dari 10 komponen, antara lain : kekuatan (strength), daya tahan (endurance), daya otot (muscular power), kecepatan (speed), daya lentur (flexibility), kelincahan (agility), koordinasi (coordination), keseimbangan (balance), ketepatan (accuracy), dan reaksi (reaction).

Kondisi fisik atlet adalah peranan yang sangat penting dalam program latihan. Program latihan kondisi fisik haruslah direncanakan secara baik dan sistematis yang ditujukan untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan kemampuan fungsional dari sistem tubuh sehingga dengan demikian memungkinkan atlet untuk mencapai prestasi yang baik. Dengan kondisi fisik yang baik maka : 1) Akan ada peningkatan dalam kemampuan sistem sirkulasi kerja jantung, 2) Akan ada peningkatan dalam kekuatan, kelentukan, stamina, kecepatan, dan lain-lain komponen kondisi fisik, 3) Akan ada gerakan yang lebih baik pada waktu latihan, 4) Akan ada pemulihan yang lebih cepat dalam organ-organ tubuh setelah latihan, 5) Akan ada respon yang cepat dari organisme tubuh apabila sewaktu-waktu respon demikian diperlukan (Harsono, 1988 : 153).

Kekuatan adalah kemampuan mempergunakan otot dalam menerima beban sewaktu kerja dalam waktu tertentu (M. Sajoto, 1995 : 8). Kekuatan otot tungkai merupakan salah satu komponen fisik yang dibutuhkan dalam balap sepeda, karena tanpa adanya kekuatan otot tungkai yang baik, maka seorang pembalap tidak dapat melakukan kayuhan yang maksimal.

Komponen fisik lainnya yang dibutuhkan yaitu daya tahan (endurance) yang terbagi menjadi 2 macam yaitu daya tahan umum dan daya tahan otot. Daya tahan dimaksud disini adalah daya tahan otot yaitu kemampuan seseorang dalam mempergunakan ototnya untuk berkontraksi secara terus menerus dalam waktu yang relatif lama dengan beban tertentu (M. Sajoto, 1995 : 8).

Daya tahan otot tungkai sangat berperan saat kita menjalani suatu pertandingan yang panjang sehingga kita masih dapat melakukan mengayuh sepeda dengan stabil tanpa sesuatu kelelahan yang berarti selama pertandingan.

Komponen kondisi fisik lain adalah power, karena sangat dibutuhkan dalam olahraga balap sepeda. Power adalah kemampuan seseorang untuk mempergunakan kekuatan maksimum yang dikerahkan dalam waktu yang sependek-pendeknya (M. Sajoto, 1995 :8), dapat dinyatakan bahwa power merupakan gabungan dari kekuatan dan kecepatan.

Power otot tungkai sangat diperlukan pada saat start dimulai dan mengayuh sepeda dengan power maksimal dan power harus dipertahankan sampai finish, hal ini hampir sama dengan lari sprint.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengandalkan penelitian dengan judul “ Survei Komponen Kondisi Fisik Kekuatan Otot Tungkai, Daya Tahan Otot Tungkai dan Power Otot Tungkai pada Atlet Balap Sepeda Pengcab. ISSI Kabupaten Banyumas Tahun 2011”.

Rumusan Masalah

Bagaimana kondisi fisik (kekuatan otot tungkai, daya tahan otot tungkai dan power otot tungkai) pada atlet balap sepeda Pengcab. ISSI Kabupaten Banyumas tahun 2011?

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui kemampuan kondisi fisik (kekuatan otot tungkai, daya tahan otot tungkai dan power otot tungkai) pada atlet balap sepeda Pengcab. ISSI Kabupaten Banyumas tahun 2011.

Penegasan Istilah

Survei

Menurut Suharsimi Arikunto (2002:88) survei merupakan cara mengumpulkan data dari sejumlah unit atau individu dalam waktu (atau jangka waktu) yang bersamaan.

Pada penelitian ini survei diartikan sebagai alat atau metode dalam memperoleh data dengan melakukan teknik tes dan pengukuran.

Komponen

Komponen adalah bagian dari keseluruhan (Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua, 1995 : 516). Komponen yang dimaksud disini adalah bagian dari keseluruhan kondisi fisik.

Kondisi fisik

Kondisi fisik adalah satu kesatuan utuh dari komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan begitu saja, baik peningkatan maupun pemeliharaannya. Artinya bahwa di dalam usaha peningkatan kondisi fisik, maka seluruh komponen tersebut harus dikembangkan, walaupun di sana sini dilakukan dengan system prioritas sesuai keadaan atau status tiap komponen itu dan untuk keperluan apa keadaan atau status yang dibutuhkan tersebut (M. Sajoto, 1995 : 8).

Kondisi fisik adalah satu kesatuan komponen fisik yang dimiliki seseorang. Kondisi fisik merupakan prasyarat yang harus dimiliki oleh seorang atlet di dalam meningkatkan dan mengembangkan prestasi olahraga yang optimal, sehingga segenap kondisi fisiknya harus dikembangkan dan ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan masing-masing cabang olahraga (Eri Pratiknyo, 2000 : 1).

Kekuatan Otot Tungkai

Kekuatan (strength) adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang kemampuannya dalam mempergunakan otot untuk menerima beban sewaktu bekerja (M. Sajoto, 1995 : 8).

Istilah tungkai dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai anggota badan yang menopang bagian tubuh dan dipakai untuk berjalan dari pangkal bawah yang mempunyai kemampuan khusus untuk berkontrkasi.

Jadi yang dimaksud dengan kekuatan otot tungkai dalam penelitian ini adalah kemampuan sekelompok otot-otot tungkai (pangkal paha ke bawah) dalam mengayuh sepeda.

Daya Tahan Otot Tungkai

Daya tahan otot (local endurance) adalah kemampuan seseorang dalam mempergunakan ototnya berkontraksi secara terus menerus dalam waktu yang relatif lama dengan beban tertentu (M. Sajoto, 1995 : 8).

Istilah tungkai dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai anggota badan yang menopang bagian tubuh dan dipakai untuk berjalan dari pangkal bawah yang mempunyai kemampuan khusus untuk berkontrkasi.

Jadi yang dimaksud dengan daya tahan otot tungkai di sini adalah kemampuan seseorang dalam mempergunakan sekelompok otot tungkainya untuk berkontraksi secara terus-menerus dengan beban tertentu dan dalam waktu yang relatif lama.

Power Otot Tungkai

Power otot adalah kemampuan seseorang untuk mempergunakan kekuatan maksimum yang dikerahkan dalam waktu sependek-pendeknya. Dalam hal ini, dapat dinyatakan bahwa power = kekuatan (force) X kecepatan (velocity) (M. Sajoto, 1995 : 8). Sedangkan menurut Eri Pratiknyo (2001:3) power adalah kemampuan otot seseorang untuk melakukan suatu kerja dengan kekuatan maksimal dalam waktu secepat-cepatnya.

Istilah tungkai dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai anggota badan yang menopang bagian tubuh dan dipakai untuk berjalan dari pangkal bawah yang mempunyai kemampuan khusus untuk berkontrkasi.

Jadi yang dimaksud power otot tungkai dalam penelitian ini adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan sekelompok otot tungkai untuk menghasilkan kekuatan yang maksimal pada waktu mengayuh sepeda dengan waktu sependek-pendeknya untuk menghasilkan suatu gerakan yang utuh.

Balap Sepeda

Road bike atau orang mengenalnya dengan sepeda balap menjadi gambaran kemajuan teknologi sepeda sejak pertama kali diciptakan pada tahun 1818. Balap sepeda menjadi olah raga bergengsi hingga sampai saat ini. Seperti halnya balap motor balap Sepeda menjadi gengsi tersendiri bagi produsen sepeda. Salah satu event balap sepeda legendaris adalah Balap Sepeda Tour de France yang berlangsung sejak tahun 1903. Tour de France bukanlah event balap sepeda yang pertama kali di gelar. Seperti di kutip dari situs : www.zonasepeda.com, sejarah panjang balap sepeda yang tercatat diawali ketika 31 Mei tahun 1868 berlangsung lomba balap sepeda di kota Parc de Saint Cloud, Paris. Jarak tempuh dalam lomba itu sejauh 1.2 km. Lomba tersebut dimenangkan pembalap asal Inggris, James More. Sepeda yang digunakan merupakan sepeda kayu. Sekitar 28 tahun kemudian atau tahun 1896, sepeda untuk pertama kalinya masuk dalam pesta olahraga terbesar di dunia Olimpiade. Semakin populernya balap sepeda membuat produsen terus melakukan inovasi menciptakan sepeda balap . Kompetisi adu cepat menggunakan sepeda semakin menemukan daya tariknya dengan dibangunnya lintasan khusus sepeda dalam stadion atau velodrome . Di Indonesia balap sepeda sudah dikenal saat masa penjajahan Belanda. Sumber: http://id.shvoong.com/humanities/history/2205097-sejarah-balap sepeda/#ixzz1bgVcYWUs

Manfaat Penelitian

Manfaat bagi pelatih atau guru adalah sebagai bahan referensi dan media informasi tentang manfaat serta kegunaan tes kondisi fisik.

Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi pelatih balap sepeda Kabupaten Banyumas dalam menyusun program latihan fisik selanjutnya.

BAB II

LANDASAN TEORI

Landasan Teori

2,1,1 Sejarah Balap Sepeda

Balap sepeda sebagai suatu olahraga telah dikenal lebih dari seratus tahun yang lalu. Hari kelahirannya secara tepat bisa dikatakan 31 Mei 1868, ketika lomba velocipede pertama diorganisir oleh Oliver bersaudara, manager pabrik Michaux, yang pertama kali mengenalkan pedal pada poros roda depan sepeda. Lomba tersebut diselenggarakan di St Cloud Park dekat kota Paris, yang dimenangkan oleh James Moore. Pada hari-hari selanjutnya, sesuai dengan rekor yang dicapai, balap sepeda yang pertama di Inggris dilakukan di Henden, Middlesex.

James Moore sendiri, untuk kedua kalinya mendapatkan kemenangan pada waktu lomba grandbi, atau boneshaker, yang diameter roda depannya lebih besar dari roda belakang, dari satu kota ke kota lainnya, 135 kilometer (84 mil) dari Paris ke Rouen. Pada tahun 1868 itu juga, majalah sepeda yang pertama Velocipede terbit di Paris dan tahun-tahun berikutnya makin sempurna sehingga namanya menjadi Le Velocipede Illustre.

Dalam dua dekade kemudian, tahun 1888, ban angin untuk sepeda berhasil ditemukan sehingga pengendaranya menjadi lebih nyaman, stabil sehingga mempopulerkan nama sepeda itu sendiri.

Kepopuleran grand bi semakin lama semakin surut, walaupun telah berevolusi ke dalam roda kawat yang manis. Kendaraan tersebut dianggap berbahaya karena tidak stabil, dan memerlukan keahlian akrobat untuk mengendarai. Tahun 1880 dan seterusnya sepeda yang didorong roda belakang memakai transmisi rantai dari pedal di antara roda, yang diproduksi dan laku keras di Inggris, mesin baru tersebut dinamakan “aman” karena lebih stabil dari grand bi. Pada tahun 1891 lomba sepeda pertama dengan ban angin diadakan. Dari Bordeaux ke Paris (580 km, 360 mil), yang dicadangkan untuk kejuaraan amatir Inggris dan dimenangkan oleh G. Mills. Kemudian pada tahun yang sama diadakan lomba dari Paris ke Brest dan kembali ke Paris (1.200 km, 750 mil) dimenangkan oleh seorang warga Perancis, Charles Terront, dalam 72 jam 22 menit.

Balap sepeda merupakan olahraga terkendali, dan juaranya secara luas dikenal sebagai bintang baseball sampai sekarang. Pada tahun itu juga, terjadi lomba sepeda yang berlangsung 6 hari berturut-turut di Old Madison Square Garden, New York yang dimenangkan oleh Charles “Mile a Minute” Murphy/Miller, yang menempuh jarak 3.368 km (2.093 mil) selama enam hari. Ia mendapatkan julukan itu pada tahun 1899 ketika mengendarai sepeda dalam jarak satu mil namun ditempuh dalam 574/5 detik di belakang sebuah kereta. Bukan hanya sepeda grand bi yang dikendarai tetapi orang yang sama telah mengikuti seluruh seluruh lomba suatu usaha kemanusiaan yang nyata. Pada tahun 1894 lomba senam hari diubah menjadi event team (relay tipe Amerika).

Pada zaman modern, kontes klasik dimulai Tour de France (1903) atas inspirasi dari Henri Desgrange, manajer L’auto pelopor sport harian L’Equipe, dan perlombaan antar kota seperti Paris Robaix, Paris-Tours, dan Mian San Remo.

Perlombaan dalam tingkatan tersebut Tour de France menempuh berbagai jarak yang bervariasi antara 4000 sampai 4800 km (2.500 mil), terdiri dari jalan raya, jalan desa, pegunungan diseluruh Perancis maupun kelima Negara tetangganya. Tour yang berlangsung tiga minggu juga melewati 800 komuniti, dengan start dan finish berlangsung di Paris, jumlah etape yang harus dilalui sebanyak 25 buah, setiap etape harus ada seorang pemenang, juara seluruh etape tersebut diakui sebagai juara dunia. Eddy Merckx dari Belgia dan Jacques dari Perancis pernah memenangkan pertandingan sampai lima kali (1857, 1961-1964).

Nama-nama yang sempat dicatat ialah M. Carin (Perancis), pemenang pertama Tour de France tahun 1903; P. Thys (Belgia) yang memenangkan even tersebut tiga kali (1913, 1914, 1920); dan Fausto Coppi (Itali), yang memenangkan Tour de France dua kali (1949, 1952) serta Tour of Itali lima kali (1940, 1947, 1952, 1953. Coppi juiga juara dunia dalam tour dalam lomba track, dan untuk jangka waktu yang lama ia memenangkan rekor jarak satu jam. Louison Bobet dari Perancis memiliki tiga piala kemenangan dalam Tour de France (1953, 1954, 1955).

Namun tidak diragukan lagi bahwa prestasi terbesar masih dipegang oleh Coppi dari Italia, yang meninggal mendadak tahun 1960. Ia mahir dalam berbagai bidang; lomba pursuit track, lomba tour, dan lomba menghadapi jam (seorang pembalap pada suatu ketika melakukan event dan dijadikan jam). Marckx, yang mengambil alih tempat Coppi sebagai figur yang popular, juga merajai jalanan. Ia memenangkan seluruh lomba klasik hanya dalam waktu tiga tahun Tour de France, Tour of Italy, Paris Roubaix, dan lain-lain.

Pelaku track terkemuka yang lainnya yang berhasil menempuh waktu 60 menit termasuk jurnalis Perancis Henri Desgrange, pemegang rekor satu jam yang pertama (35.325 km/21,95 mil) pada tahun 1893; warga Amerika WW Hamilton, orang pertama yang melebihi jarak 40 km (40.781/25.346 mil) tahun 1898; G. Olmo dari Itali, 45 km lebih (45.090/28.02 mil) pada tahun 1935; dan Ole Ritter dari Denmark (48,65 km = 30,24 mil) pada tanggal 16 Oktober 1968 di Mexico City. Sprinter terkenal (pembalap cepat) juga pantas disebutkan yaitu : Dane T. Ellegaard juara dunia enam kali dari tahun 1901 sampai 1911, warga Amerika Frank Kamer yang mempertahankan gelar dari tahun 1901 sampai 1916 dan menang lagi pada tahun 1918 serta 1922, warga Belgia J. Scherens juara dunia tujuh kali, Antonio Maspes juara dunia delapan kali. Kecepatan tertinggi yang diraih pada balap sepeda adalah 204,73 kph (127,243 mph = menit per jam), oleh Jose Meiffet (Perancis), 16 Juli 1962 dari Freiburg dibelakang sebuah mobil.

Lomba internasional yang utama lainnya terdiri dari Girod Italia yang berlangsung tiga minggu 1903, the Vuelta a Espagma (1905). Milan San Remo, Tour du St. Laurent (Kanada) Quebecto Montreal 170 km yang diseponsori oleh La Presse, surat kabar berbahasa Perancis yang terbit di Montreal, Tour of Mexico, Tour of Egypt, Tour of Tunisia, lomba masa depan (Perancis), dipersiapkan untuk amatir; dan lomba perdamaian (Czechoslovakia, Polandia, Jerman Timur), juga untuk amatir. Lomba amatir terkemuka lainnya adalah tour of Somerville (N.J) 50 mil; Eastern Seaboard Championship (kejuaraan di Yonkers, N.Y); Grand Prix of Long Island the Chicago to Eigin lll); Tour of Kettering (Ohio); dan Tour Alpenrose (Portland, Oregon).

Organisasi dan pengembangannya olahraga sepeda awalnya lahir di Perancis, kemudian menyebar dengan cepat ke Negara Italia, Belgia, Spanyol, Swiss, Jerman, Inggris, Nederland, kemudian menyeberang ke Australia dan Amerika Serikat.

Balap sepeda merupakan olahraga perguruan tinggi yang penting di Amerika Serikat antara tahun 1875 dan 1902. Olahraga ini juga dihidupkan University Yale dengan terbentuknya klub sepeda di New Heaven, Connecticut tahun 1959. Mereka bertanding antar perguruan tinggi untuk menentukan tim nasional dan juara perorangan dalam lomba road dan sprint.

Amerika Serikat, Swiss, Perancis, Belgia menjadi anggota utama dari Union Cycliste Internationale (UCI) yang didirikan tahun 1900, UCI menentukan peraturan dan standar untuk peserta, memeriksa rekor kecepatan dan mengontrol iven amatir serta professional. Kejuaraan dunia diselenggarakan setiap tahun, biasanya dipusatkan di Eropa. Pemenang ditentukan dalam 14 kategori, termasuk tiga untuk wanita. Anggota UCI berjumlah 70 negara. UCI menyelenggarakan balap sprint dan pursuit serta balap tandem (sepeda dengan dua sadel).

Union Cycliste Internationale juga mengatur kompetisi dalam pertandingan Olympiade, kejuaraan nasional dikontrol oleh berbagai federasi nasional. Semua kontes sepeda diorganisir oleh perusahaan atau promoter pribadi. Seringkali mereka dibiayai oleh press dan banyak promoter menjadi anggota Association Internationale des Organisateurs de Courses Cyclistes International Association of Organizers of Cicle Competitions.

Tahun 1965 dua organisasi yang lain didirikan yaitu : The Federation Internationale du Cyclisme Professionnel dan Federation Internationale Amateur de Cyclisme. Pemisahan amatir dengan profesionalisme dilakukan oleh International Olympic Committee sehingga balap sepeda tetap dilaksanakan dalam pesta Olimpiade. Lebih dari 100 negara telah bergabung dengan federasi amatir tersebut. Hanya sekitar sepuluh, kebanyakan di Eropa Barat, bergabung dengan federasi profesional. Negara-negara Eropa Timur tidak mengatur profesioanlisme dalam berbagai olahraga sehingga tidak bergabung.

Balap sepeda telah diikutsertakan dalam pesta Olimpiade sejak munculnya di Atena tahun 1896. Kontes sepeda amatir lainnya berlangsung pada Pan American Games British and Commonwealth Games, Asian Games, dan Maccabiah Games.

Kompetisi federasi nasional di setiap Negara mengorganisir kompetisi sepeda, sesuai dengan peraturan internasional. Kebanyakan menentukan pemisahan kontes untuk pria dan wanita. Secara luas dipakai kategori umur dalam permainan amatir untuk senior (diatas 20 tahun), yunior (12 sampai 13 tahun). Kompetisi biasanya digolongkan sebagai balap road, balap track, atau balap kota atau tim sirkuit, balap individu atau tim terhadap jam, dan balap stage (mengendarai di atas pangkaian selama beberapa hari) seperti tour klasik track event meliputi sprint, atau balap cepat, diselenggarakan pada permukaan oval dan simetris dengan dua bagian khusus, termasuk balap sprint tandem dan perorangan, balap pursuit ; balap jarak menengah dibelakang sebuah sepeda motor; dan time trial (1000 meter berlawanan dengan jam). Balap cycle cross atau cross-country biasanya melewati tanah lapang yang tidak rata, selokan, jeram dan juga rintangan atau halangan air lainnya sehingga memaksa pembalap untuk berjalan dan memanggul sepeda.

Kejuaraan sepeda dunia diorganisir setiap tahun untuk amatir sebaik professional. Event Olympic, terbatas untuk amatir, mencakup balap “road” perorangan dan balap tim 100 km (62 mil), balap “pursuit” tim 4.000 meter, time trial 1000 meter, pertandingan sprint 1.000 meter (atau sprint scratch), dan balap tandem 2.000 meter. Kejuaraan dunia cyclo cros juga diorganisir setiap tahun (20 sampai 24 km = 12 sampai 15 mil).

Perlengkapan untuk sepeda ada berbagai macam gaya dan ukuran sepeda. Salah satu yang tepat untuk perorangan tergantung pada ukuran, kekuatan fisik dan sasaran. Terdapat lima tipe dasar, masing-masing dirancang dan direkayasa untuk menjalankan salah satu fungsi yang lebih baik daripada lainnya.

Sepeda balap track dibuat untuk kecepatan. Seluruhnya cocok digabungkan dengan kekuatan terbesar dengan berat yang cocok pula. Beratnya antara 17 sampai 20 pon dan mempunyai poros gir tunggal serta tidak memakai rem, jika hendak berhenti hanya memakai pedal belakang dan memakai atau menggunakan tangan di depan ban (RM. Ismunandar, 1996 : 43-49).

Semenjak diciptakan tahun 1817, sepeda menjadi alat transportasi. Pada awalnya, roda depan sepeda berukuran lebih besar daripada roda di bagian belakang. Oleh karena itu posisi rider sedikit terangkat dan hal itu sangatlah berbahaya karena sepeda menjadi sulit untuk dikendalikan. Pada tahun 1885, J.K. Starley dari Inggris melengkapi sepedanya dengan rantai dan gerigi yang memungkinkan kedua roda untuk berukuran sama. Meskipun lomba balap sepeda sudah diadakan sejak lama tetapi penciptaan sepeda–sepeda baru memacu pengadaan lomba balap sepeda sebagai olahraga.

Cabang bersepeda dalam ajang Olimpiade terdiri dari empat kelas : 1) Road (jalan), 2) Track, 3) Mountain Biking (sepeda gunung), dan 4) BMX.

1) Sepeda BMX

Bicycle Motocross ( BMX ) dimulai pada akhir tahun 60an di California, bersamaan saat olahraga Motocross mulai populer di Amerika. Versi motor ini menjadi inspirasi untuk versi tenaga manusia. Anak–anak dan remaja yang mempunyai semangat tetapi tidak mempunyai sarana untuk berpartisipasi dalam ajang motocross, akhirnya megadakan perlombaan balap sepeda untuk kalangan mereka dengan merancang rintangan serta sepeda mereka sendiri.

Mereka bahkan melengkapi diri dengan kostum dan alat-alat pelindung seperti yang digunakan oleh para pembalap motocross. Dapat terlihat dengan jelas alasannya kenapa olahraga ini menjadi populer dengan cepat, khususnya di California. Pada awal tahun 70an, sebuah perkumpulan BMX pun didirikan di Amerika.Hal ini resmi dianggap sebagai awal mula dari balap BMX. Seiring berjalannya waktu, olahraga ini pun akhirnya menyebar ke segala penjuru dunia, khususnya di Eropa pada tahun 1978.

Pada bulan April 1981, Federasi Internasional BMX didirikan dan Kejuaraan pertama pun dilaksanakan pada tahun 1982. BMX dengan cepat berkembang sebagai olahraga yang unik dan setelah beberapa tahun, peraturan–peraturan yang ada makin terlihat kesamaannya dengan olahraga bersepeda dari pada dengan motocross.

Sejak Januari 1993, BMX sepenuhnya bergabung dengan International Cycling Union (UCI). Pada tanggal 29 Juni 2003, Intenational Olympic Committee (IOC) memutuskan untuk mengikut sertakan BMX pada Olimpiade Beijing 2008 di Cina.

Perlombaan BMX diadakan di sirkuit seluas 350 meter yang di dalamnya terdapat banyak halangan dan rintangan. Delapan pembalap akan berlomba dengan empat pembalap teratas akan secara otomatis masuk ke babak selanjutnya ( babak penyisihan, perempat final, semi final dan final ). Kelas yang dipertandingkan yaitu perorangan putra dan perorangan putri.

2) Road

Seorang Pandai besi dari Skotlandia, Kirkpatrick MacMillan menambahkan pedal dan mekanisme pengungkit untuk mempermudah rider dalam mengendarai sepeda. Sebelumnya, rider sepeda harus mendorong sepeda mereka dengan kaki. Hal tersebut dinilai kurang efektif untuk dilombakan. Pada tahun 1880, sepeda kembali mengalami perkembangan dengan dikembangkannya sistem rantai dan gerigi. Dengan demikian, bentuknya pun semakin ramping, seperti bentuk sepeda sekarang. Pada saat itu, atlet dan perancang sepeda berlomba–lomba untuk membuat sepeda yang bisa berjalan lebih cepat lagi.

Pada Olimpiade pertama tahun 1896, untuk kelas Road Race diadakan di jalur maraton. Para rider harus menyelesaikan dua lap dengan total 87 kilometer. Satu abad kemudian barulah para wanita diperbolehkan untuk ikut berpartisipasi., yaitu tahun 1984. Dan 12 tahun kemudian, di Olimpiade ‘96 Atlanta, kelas Time Trial diperkenalkan.

Road race dan Time Trial untuk putra dan putri kini terdiri dari empat kelas yang menyusun program Road Race Olimpiade. Road Race dimulai dengan start massal. Jarak lari untuk putra sejauh 239 km dan untuk Putri sejauh 120 km. Untuk Time Trial, lamanya dihitung berdasarkan waktu, dimulai dengan 90 detik interval. Jaraknya sendiri untuk putra mencapai 46,8 km dan untuk putrid 31,2 km.

Untuk kelas yang dipertandingkan yaitu untuk Putra: 1) Road Race Perorangan, 2) Time Trial Perorangan dan untuk Putri: 1) Road Race Perorangan, 2) Time Trial Perorangan.

3) Cycling Track

Bagi orang awam, balap sepeda (road race) dan bersepeda gunung lebih dikategorikan pada olahraga sepeda sedangkan Track Cycling tidak. Dalam Track cycling, rider hanya mengelilingi jalur dengan kemiringan hingga 42 derajat, disebut juga dengan Velodrom. Helm, pakaian dan sepeda yang digunakan sangat berbeda dengan sepeda yang digunakan untuk balap pada umumnya, penciptaan sepeda–sepeda aerodinamis pun dimulai. Sepeda-sepeda tersebut menawarkan kecepatan yang luar biasa, walaupun begitu, sepeda tersebut tidak dapat melakukan manuver tertentu sehingga akan menjadi sedikit kaku dalam balap sepeda dengan jumlah peserta yang lebih banyak atau ramai.

Olimpiade tahun 1984 di Los Angeles, teknologi pada cabang ini mulai diperkenalkan seperti: spokeless dan piringan roda carbon-fibre. Revolusi lain terjadi pada Olimpiade 1992, Barcelona, di mana Chris Boardman dari Inggris memenangkan medali emas pertama Inggris untuk cabang olahraga sepeda sejak tahun 1920. Ia memecahkan rekor dunia dengan menggunakan sepeda yang sepenuhnya terbuat dari carbon–fibre serta aerodynamic cross–sections yang beratnya tidak lebih dari sembilan kilo. Track Cycling kembali berkembang, Time Trial untuk Putri berjarak 500 meter dan untuk Putra terdapat kelas baru yaitu Keirin, Madison dan Olympic Sprint Race.

Seluruh program mencakup kelas perorangan, tim, sprint, endurance race, pursuits, time trials dan first-over-the-line finishes. Untuk time trial, sprint, individual pursuit dan points race tersedia untuk kelas putra dan putri sedangkan untuk 4000 meter team pursuit, Madison, Keirin dan Olympic sprint hanya untuk putra.

Madison, dimulai dengan start massal dan sejumlah tim yang terdiri dari dua rider. Serupa dengan point race untuk tim, dengan diberikannya nilai kepada pengedara yang berhasil menyelesaikan lomba. Saat lomba, hanya satu rider saja yang berada pada jalur, berkeliling sejumlah lap baru kemudian bertukar posisi dengan rider setimnya.

Keirin, jarak yang harus ditempuh 2000 meter. Pada awal lomba, para rider berjalan dibelakang sebuah motor yang akan berjalan sejauh 1400 meter. Kemudian motor tersebut akan menepi, pada saat itu juga para rider akan melakukan sprint hingga garis akhir. Pada awalnya Keirin lebih banyak dilakukan secara tradisional di Jepang. Di sana, olahraga tersebut telah dilakukan secara profesional selama 20 tahun.

Olympic Sprint merupakan olahraga tim sprint. Masing–masing tim terdiri dari tiga rider. Dua tim akan saling berhadapan, dimulai dari arah yang berlawanan dengan tujuan adalah menangkap tim lawan atau menyelesaikan tiga putaran tercepat. Setiap rider harus memimpin tim mereka masing–masing satu putaran. Untuk kelas yang dipertandingkan yaitu pada kelas Putra : 1) Pursuit Perorangan, 2) Keirin, 3) Madison, 4) Olympic Sprint, 5) Points Race, 6) Sprint Perorangan, 7) Tim Pursuit (4000m) dan pada kelas Putri : 1) Pursuit, 2) Points Race, dan 3) Sprint.

4) Mountain Bike

Mountain Biking ( MTB ) masuk program Olimpiade pertama kali pada ajang Olimpiade Atlanta, 1996. Pada saat itu, olahraganya sendiri telah berumur 40 tahun lebih. Di mulai pada tahun 1953, ketika seorang mahasiswa mengubah sepedanya dan mencoba mengendarainya di sebuah bukit. Kompetisi pertama diadakan di luar San Fransisco.

Diakuinya Mountain Biking sebagai salah satu cabang olahraga sepeda karena usaha dari Velo Club Mount Tamalpais. Mereka menciptakan lomba Repack Downhill yang diadakan secara rutin antara tahun 1976 dan 1979 dari jembatan Golden Gate hingga San Fransisco. Kompetisi tersebut pun menarik banyak rider dari segala penjuru bahkan media massa.

Oleh anak–anak muda, olahraga ini dianggap sebagai olahraga yang keren dan extrem. Pada tahun 1990, olahraga tersebut menjadi olahraga profesional lengkap dengan Kejuaraan Dunia nya.

Lebih banyak dilakukan di bukit yang sedikit terjal, bahkan terkadang pada jalur gunung namun biasanya pada jalur alam. Para rider diharuskan melakukan manuver untuk melewati pepohonan, cabang–cabang pohon, bebatuan dan bahkan sungai–sungai kecil.

Untuk Putra jarak yang harus ditempuh sejauh 40 dan 50 km. Untuk Putri sejauh 30 – 40 km. Jarak yang akan ditempuh baru akan dipastikan pada malam sebelum kompetisi, ketika para panitia memperkirakan kondisi cuaca dan waktu tercepat yang dibutuhkan untuk menyelesaikan lomba, 2 jam 15 menit bagi putra dan 2 jam untuk putri. Dalam kompetisi, untuk putra harus menyelesaikan 6 hingga 7 putaran, sedangkan untuk putri 5 hingga 6 putaran. Kelas yang dipertandingkan untuk kelas putra yaitu Cross country putra dan Cross country putri.

2.2 Komponen-komponen Kondisi Fisik

Kondisi fisik terdiri dari beberapa komponen-komponen yang harus dilatih. Komponen-komponen kondisi fisik terdiri dari 10 komponen, antara lain :

2.3.1 Kekuatan (Strength)

Menurut M. Sajoto (1995 : 8) kekuatan adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang kemampuannya dalam menggunakan otot untuk menerima beban sewaktu kerja. Sedangkan menurut Harsono (1988 : 179-183), ada dua cara kerja dua otot dalam menggunakan kekuatan yaitu kekuatan dinamik dan statik. Kerja otot semacam ini disebut dengan istilah “kontraksi isotonic”, sedangkan kekuatan statik bila berkontraksi tanpa perubahan panjang otot disebut dengan “kontraksi isometric”. Kekuatan yang banyak digunakan dalam olahraga balap sepeda diantaranya; kekuatan genggam tangan, kekuatan otot lengan dan bahu, kekuatan otot punggung, dan kekuatan otot tungkai.

2.3.2 Daya Tahan (endurance)

Daya tahan (endurance) dalam hal ini dibedakan menjadi dua golongan, masing-masing adalah : “daya tahan otot setempat” adalah kemampuan seseorang dalam mempergunakan suatu kelompok ototnya, untuk berkontraksi terus menerus dalam waktu relative cukup lama dengan beban tertentu. Dan “daya tahan umum” adalah kemampuan seseorang dalam mempergunakan sistem jantung, pernafasan dan peredaran darahnya, secara efektif dan efisien dalam menjalankan kerja terus menerus. Yang melibatkan kontraksi sejumlah otot-otot besar, dengan intensitas tinggi dalam waktu yang cukup lama (M. Sajoto, 1995 : 8).

2.3.3 Kecepatan (Speed)

Kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk mengerjakan gerakan berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu yang sesingkat-singkatnya (M.Sajoto, 1995:8). Oleh karena itu seseorang yang mempunyai kecepatan tinggi dapat melakukan suatu gerakan yang singkat atau dalam waktu yang pendek setelah menerima rangsang.

2.2.4 Daya Lentur (Flexibility)

Efektivitas seseorang dalam penyesuaian diri untuk segala aktivitas dengan penguluran tubuh yang luas. Hal ini akan sangat mudah ditandai dengan tingkat fleksibilitas persendian pada seluruh tubuh.

Kelentukan atau flexibility adalah kemungkinan gerak maksimum yang dapat dilakukan oleh persendian. Kelentukan berkaitan dan berhubungan dengan bentuk persendian itu sendiri misalnya otot, tendon, dan ligament di sekeliling persendian (Eri Pratiknyo, 2000 : 3).

2.2.5 Kelincahan (Agility)

Kemampuan seseorang dalam merubah arah dalam posisi-posisi tertentu. Seseorang yang mampu merubah posisi ke posisi yang berbeda, dengan kecepatan tinggi dan koordinasi gerak yang baik.

2.2.6 Koordinasi (Coordination)

Kemampuan seseorang mengintegrasikan bermacam-macam gerakan yang berbeda ke dalam pola gerakan tunggal secara efektif.

Koordinasi adalah hubungan yang harmonis dari berbagai faktor yang terjadi pada suatu gerakan (Eri Pratiknyo, 2000 : 4).

2.2.7 Keseimbangan (Balance)

Kemampuan seseorang mengendalikan organ-organ syaraf ototnya, selama melakukan gerakan yang cepat dengan perubahan letak titik-titik berat badan yang cepat pula, baik dalam keadaan statis maupun dalam lebih dalam gerak dinamis.

Keseimbangan adalah kemampuan mempertahankan sikap tubuh yang tepat dan benar pada saat melakukan suatu gerakan. Keseimbangan tergantung dari integrasi kerja panca indera penglihatan, kanalis simisirkularis pada telinga dan reseptor pada otot (Eri Pratiknyo, 2000 : 3).

2.2.8 Ketepatan (Accuracy)

Kemampuan seseorang untuk mengendalikan gerak-gerak bebas terhadap suatu sasaran. Sasaran ini dapat merupakan suatu jarak atau mungkin suatu objek langsung yang harus dikenai dengan salah satu bagian tubuh.

2.2.9 Reaksi (Reaction)

Kemampuan seseorang untuk segera bertindak secepatnya dalam menanggapi rangsangan-rangsangan yang ditimbulkan melalui indera, syaraf atau feeling lainnya.

Kecepatan reaksi adalah waktu tersingkat yang dibutuhkan untuk memberi jawaban kinetik setelah menerima rangsangan (Eri Pratiknyo, 2000 : 4).

Kecepatan reaksi adalah waktu yang tersingkat yang dibutuhkan untuk member jawaban kinetik setelah menerima rangsangan. Kecepatan reaksi sangat berhubungan dengan waktu reflek, waktu gerakan dan waktu respon. Waktu reflek berbeda dengan waktu reaksi, pada reflek impuls dihantarkan dari saraf sensorik ke pusat reflek, kemudian ke saraf eferen, kemudian ke elektor dengan demikian dalam reflek tidak ada proses berfikir sama sekali. Sedangkan pada waktu reaksi ada proses berfikir. Waktu gerak adalah waktu yang dibutuhkan dari saat bergerak dilakukan sampai akhir gerak. Waktu respon adalah jumlah waktu reflek atau waktu gerak (Eri Pratiknyo, 2000 : 4).

Kondisi Fisik

Kondisi fisik adalah suatu kesatuan utuh dari komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan begitu saja, baik peningkatan maupun pemeliharaannya (M. Sajoto, 1995 : 8).

Kondisi fisik yang baik akan mempengaruhi aspek-aspek kejiwaan yang berupa peningkatan motivasi kerja, semangat kerja, rasa percaya diri, ketelitian dan sebagainya. Dalam hal yang lebih khusus yaitu prestasi olahraga, kondisi fisik akan sangat mempengaruhi bahkan menentukan gerak penampilan seseorang.

Kondisi fisik baik aka nada peningkatan dalam kemampuan sistem sirkulasi dan kerja jantung, akan ada peningkatan dalam kekuatan, kelentukan, stamina, kecepatan dan komponen kondisi fisik lainnya, akan ada ekonomi gerak yang lebih baik pada waktu latihan, akan ada pemulihan yang lebih cepat dalam organ-organ tubuh setelah latihan, dan akan ada respon yang cepat dari organisme tubuh kita apabila sewaktu-waktu respon demikian diperlukan, sumber : http://www.pojokpenjas.blogspot.com/2008latihan kondisi fisik.html akses 30/07/09).

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kondisi Fisik

Kondisi fisik merupakan faktor utama yang harus dimiliki oleh seorang pembalap walaupun tidak meninggalkan aspek yang lain seperti aspek teknik, taktik, dan mental. Kondisi fisik yang dimiliki seorang atlet berbeda-beda, untuk dapat memiliki, memelihara dan meningkatkan kondisi fisik dengan baik, manusia harus berusaha dan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

2.4.1 Faktor Latihan

Latihan adalah proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja yang dilakukan secara berulang-ulang dengan penambahan beban latihan atau pekerjaan (Harsono, 1988 : 11). Latihan yang dimaksud disini yaitu latihan fisik yang harus direncanakan dan dilakukan dengan baik sehingga dapat meningkatkan lesegaran jasmani dan kemampuan biomotorik yang dibutuhkan.

Arma Abdulah dan Agus Manaji (1994 : 146-149), menjelaskan tentang faktor latihan yaitu hasil yang diperoleh dari periode kerja otot atau latihan yang teratur, banyak dan beragam. Orang yang secara teratur melakukan latihan yang disesuaikan kebutuhannya akan mencapai keadaan kesegaran jasmani yang dapat dikatakan terlatih. Orang yang membiarkan otot-otot lemah dikatakan tidak terlatih.

2.4.2 Faktor Istirahat

Menurut Djoko Pekik Irianto (2003 : 8), tubuh manusia tersusun atas organ, jaringan dan sel yang memiliki kemampuan kerja terbatas. Seseorang tidak mampu bekerja terus menerus sepanjang hari tanpa berhenti. Kelelahan adalah salah satu indikator keterbatasan fungsi tubuh manusia. Untuk itu istirahat sangat diperlukan agar tubuh memiliki kesempatan untuk pemulihan (recovery) sehingga dapat melakukan kerja atau aktivitas sehari-hari dengan nyaman.

2.4.3 Kebiasaan Hidup Sehat

Menurut Leane Suniar (2002 : 2), kebiasaan hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari dijaga dengan baik, apalagi dalam kehidupan berolahraga. Dengan demikian manusia akan terhindar dari penyakit. Kebiasaan hidup sehat dapat dilakukan dengan cara; menjaga kebersihan pribadi dan lingkungan dan makanan yang hygenis dan mengandung gizi (gizi seimbang).

2.4.4 Faktor Lingkungan

Lingkungan dapat diartikan tempat dimana seseorang tinggal dalam waktu yang lama. Lingkungan ini meliputi lingkungan fisik dan lingkungan social ekonomi. Hal ini dapat dimulai dari lingkungan pergaulan, lingkungan pekerjaan, lingkungan daerah, tempat tinggal dan sebagainya. Dengan demikian manusia harus bisa mengantisipasi dan menjaga lingkungan dengan baik supaya dapat terhindar dari berbagai penyakit lingkungan (Leane Suniar, 2002 : 2).

2.4.5 Faktor Makanan dan Gizi

Menurut Leane Suniar (2002 : 1), pengaturan makanan yang tepat sesuai dengan cabang olahraga, akan menunjang penampilan. Seorang olahragawan memerlukan makanan sehari-hari yang didalamnya mengandung zat-zat gizi dalam jumlah yang cukup tetapi harus diperhatikan komposisi makanannya. Pada dasarnya pengaturan gizi untuk atlet adalah sama dengan pengaturan gizi untuk masyarakat bisa yang bukan atlet, dimana perlu diperhatikan keseimbangan antara energi yang diperoleh dari makanan dan minuman dengan energi yang dibutuhkan tubuh untuk metabolisme, kerja tubuh yang menyediakan tenaga pada waktu istirahat, latihan dan pada waktu pertandingan.

Latihan Kondisi Fisik Balap Sepeda

Seorang pembalap sepeda harus memiliki kondisi fisik yang baik, melalui proses pelatihan fisik yang terprogram baik. Dengan kata lain, pembalap sepeda harus memiliki kualitas kebugaran jasmani yang prima. Hal ini akan berdampak positif pada kebugaran mental, psikis yang akhirnya berpengaruh langsung pada penampilan event. Oleh sebab itu, setiap pembalap sangat membutuhkan kualitas kekuatan, daya tahan, kecepatan, agilitas dan koordinasi yang baik. Aspek-aspek tersebut sangat dibutuhkan agar mampu mengayuh sepeda dengan baik selama pertandingan berlangsung.

Menurut Chris Carmichael dan Edmund R. Burke dalam bukunya Bugar dengan bersepeda (2003 : 47), latihan bersepeda ada beberapa macam warna zona; dari intensitas terendah sampai dengan tertinggi, yaitu zona hijau, biru, ungu, kuning, oranye dan merah. Setiap zona mewakili jenis latihan yang meminta pengendara untuk mengendarai sepeda selama jangka waktu tertentu dalam kisaran persentase tertentu dari denyut jantung maksimal.dalam setiap zona, latihan pertama adalah yang paling ringan, dan terakhir adalah yang paling berat. Zona intensitas rendah menghendaki pengendaraan sepeda dalam waktu singkat, relative mudah dan pada medan yang sebagian besar datar. Sedangkan zona intensitas tinggi memperkenalkan pendakian tanjakan, bersepeda cepat, dan latihan interval suatu cara meningkatkan kebugaran anda secara lebih cepat dengan bersepeda secara intensif dalam waktu yang singkat. Atlet dalam ruangan akan mendapatkan latihan-latihan yang berharga dengan sepeda stasioner (stationary bike), termasuk jenis sepeda yang dilengkapi dengan latihan-latihan untuk anggota tubuh bagian atas.

Setiap latihan mengandung paparan yang lengkap tentang bagaimana harus memulai, termasuk pemanasan, peregangan otot-otot, jenis medan yang harus dilalui, seberapa kuat dan sering kayuhan pedal dalam RPM (putaran per menit), jarak, dan jumlah kalori yang akan dihabiskan. Namun, hal terpenting yang terkandung dalam setiap latihan adalah persentase kecepatan denyut jantung maksimal yang perlu dipertahankan dan untuk beberapa lama kecepatan denyut tadi harus dipertahankan.

Kecepatan denyut jantung tidak lepas dari jarak tempuh, waktu yang digunakan atau muatan kerja fisik menunjukan muatan pada sistem kardiovaskuler. Artinya denyut jantung memberikan informasi fisiologis secara terpadu dan menunjukan kondisi atlet secara global dengan angka yang jelas.

Tes Kondisi Fisik

Pada dasarnya tes kondisi fisik pada suatu cabang olahraga berbeda-beda karena disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing cabang olahraga yang ditekuni.

Menurut KONI Kota Semarang (2008), macam-macam tes kemampuan kondisi fisik cabang olahraga balap sepeda adalah ; pull and push dynamometer untuk tes kekuatan otot tungkai

Penilaian Kemampuan Kondisi Fisik

Setelah dilakukan tes kondisi fisik, maka dapat diketahui status kondisi fisiknya. Kriteria penilaian yang digunakan untuk memberikan nilai-nilai dari setiap skor butir-butir, dengan kategori (1) sempurna, (2) baik sekali, (3) baik, (4) cukup, (5) kurang.

BAB III

METODE PENELITIAN

Untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan dari penelitian ini, maka dalam penggunaan metode penelitian harus mengarah pada tujuan penelitian dan harus dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah sesuai kaidah yang berlaku.

Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian deskriptif dengan metode surve tes dan untuk pengumpulan data digunakan tes dan pengukuran komponen kondisi fisik.

3.1 Populasi

Seluruh penduduk yang dimaksud untuk diselidiki disebut populasi. Populasi dibatasi oleh sejumlah penduduk atau individu yang paling sedikit mempunyai satu sifat yang sama. Pengertian tersebut mengandung makna bahwa populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Suharsimi Arikunto, 2006:130).

Populasi dalam penelitian ini adalah semua atlet balap sepeda Pengcab. ISSI Kabupaten Banyumas tahun 2011 yang berjumlah 8 orang. Adapun dasar penelitian mengambil populasi tersebut adalah mereka adalah atlet balap sepeda Pengcab. ISSI Kabupaten Banyumas tahun 2011.

3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti, pengambilan sampel (contoh) yang benar-benar dapat berfungsi sebagai contoh atau dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya (Suharsimi Arikunto, 2006:131). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan total sampling.

3.3 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi Arikunto, 2002:96). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel penelitian adalah kekuatan otot tungkai, daya tahan otot tungkai dan power otot tungkai atlet balap sepeda Pengcab. ISSI Kabupaten Banyumas tahun 2011.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data juga merupakan faktor yang penting dalam suatu penelitian, karena berhubungan langsung dengan data yang diperoleh. Untuk memperoleh data yang sesuai maka dalam penelitian ini menggunakan metode survei dengan teknik tes dan pengukuran.

Metode ini dimaksudkan untuk mengumpulkan data-data mengenai kondisi fisik (kekuatan otot tungkai, daya tahan otot tungkai dan power otot tungkai) atlet balap sepeda Pengcab. ISSI Kabupaten Banyumas yahun 2011.

3.5 Instrumen Penelitian

Instrument penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan dalam penelitian untuk mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya baik, dalam arti cermat, lengkap, sistematis sehingga lebih mudah diolah (Suharsimi Arikunto, 2006:160).

Instrument dalam penelitian ini adalah tes pengukuran kekuatan otot tungkai menggunakan Leg Dynamometer, tes pengukuran daya tahan otot tungkai menggunakan Squat Jump, dan tes pengukuran power otot tungkai menggunakan Vertical Jump.

Table 1

Norma Penelitian Tes Kekuatan Otot Tungkai

Dengan menggunakan Leg Dynamometer

Kategori Putra

Sempurna

Baik Sekali

Baik

Cukup

Kurang -

> 283

215 - 282

146 - 214

77 – 145

Sumber : Eri Pratiknyo, 2000 : 105

Tabel 2

Norma Penilaian Tes Daya Tahan Otot Tungkai

Dengan menggunakan Squat Jump

Kategori Putra

Sempurna

Baik Sekali

Baik

Cukup

Kurang > 88

67 – 87

46 – 66

25 – 45

4 – 24

Sumber : Eri Pratiknyo, 2000 : 105

Tabel 3

Norma Penilaian Tes Power Otot Tungkai

Dengan menggunakan Vertical Jump

Kategori Putra

Sempurna

Baik Sekali

Baik

Cukup

Kurang > 70

62 – 69

53 – 61

46 – 52

38 – 45

Sumber : Eri Pratiknyo, 2000 : 105

3.6 Metode Analisis Data

Pengolahan data merupakan salah satu langkah yang sangat penting, terutama kesimpulan tentang masalah yang akan diteliti. Untuk itu apabila semua data yang diperlukan sudah terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah mengolah data dari hasil tersebut untuk memperoleh hasil kesimpulan dari hasil penelitian yang telah diteliti.

Adapun teknik analisa data yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu statistik deskriptif persentase karena menurut M Ali (1993:186), dijelaskan bahwa kadang-kadang pencarian persentase dimaksudkan untuk mengetahui status sesuatu yang dipersentasekan dan disajikan tetap berupa persentase, lalu ditafsirkan dengan kalimat yang bersifat kualitatif. Rumus yang dipakai dalam penelitian ini adalah :

DP= n/N x 100%

Keterangan :

DP : Deskriptif persentase

n : Jumlah yang diperloeh dari data

N : Jumlah seluruh nilai jawaban ideal (maksimal)

% : Tingkat persentase yang dicapai

(M. Ali, 1985:185)

3.7 Faktor yang Mempengaruhi Penelitian

Dalam suatu penelitian ini telah diusahakan menghindari adanya kemungkinan kesalahan selama melakukan penelitian sehubungan dengan pengambilan data, maka dibawah ini dikemukakan adanya variabel yang dikendalikan meliputi beberapa faktor tersebut adalah :

3.7.1 Faktor Kesungguhan Hati

Kesungguhan hati setiap atlet dalam melakukan kegiatan penelitian tidaklah sama, sehingga mempengaruhi hasil penelitian. Untuk menghindarinya maka diupayakan agar atlet bersungguh-sungguh dalam melakukan tes dengan pelatih sebanyak dua orang.

3.7.2 Faktor Cuaca

Jika pelaksanaan tes di lapangan terbuka, maka factor cuaca sangat diperhatikan, khususnya hujan yang dapat mengganggu jalannya penelitian. Bila hal ini terjadi, maka proses terjadi maka untuk mengantisipasi keadaan tersebut dapat dipindahkan di dalam ruangan.

3.7.3 Faktor Peralatan

Faktor peralatan juga perlu diperhatikan, maka sebelum pelaksanaan tes semua peralatan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan tes harus sudah tersedia dan dapat digunakan dengan baik, sehingga pelaksanaan tes dapat berjalan dengan lancer.

3.7.4 Faktor Tenaga Penilai

Karena kegiatan dalam tes ini membutuhkan kecermatan dan ketelitian yang tinggi, maka faktor penilai harus diperhatikan. Dengan penelitian ini, tenaga pembantu dalam pelaksanaan penelitian ini harus dibekali tentang cara-cara proses penilaian dan segala peraturan dalam pelaksanaan sebelum tes dilaksanakan, sehingga dalam pelaksanaan pengambilan tes berjalan dengan benar dan kesalahan dapat dikurangi sekecil mungkin.


Page 2