Lebih baik mana anak penurut atau tidak mengapa

Dampak Negatif Membesarkan Anak Menjadi Penurut

Sebagai orangtua, ketika menuntut kepatuhan dari anak-anak, maka itu akan menghilangkan suara hati mereka untuk menentukan dan mengambil keputusan mengenai apa yang terasa benar atau salah. Akan menjadi sangat sulit bagi seorang anak ketika orangtua terus-menerus membuat keputusan untuk mereka dan tidak memberikan pilihan untuk memilih atau memutuskan.

Ada beberapa dampak negatif anak menjadi terlalu penurut di antaranya:

  1. Anak tidak mampu membuat keputusan independen saat dibutuhkan.
  2. Anak bergantung pada instruksi orangtua untuk menghadapi setiap situasi kecil.
  3. Anak yang patuh dipandang sebagai anak yang baik. Namun, hal ini membuat anak tidak berani memiliki pemikiran pribadi.
  4. Anak-anak penurut dapat mengalami tekanan teman sebaya yang paling buruk. Mereka tidak tahu bagaimana menangani situasi tanpa kehadiran orangtua.
  5. Citra diri palsu tercipta pada anak yang patuh. Anak akan berpikir bahwa menjadi patuh adalah satu-satunya cara untuk menerima cinta dan kasih sayang orangtua.
  6. Orangtua dapat memaksakan kepatuhan pada anak, tapi akan gagal mengidentifikasi penyebab di balik perilaku anak.
  7. Orangtua yang menuntut anak menjadi penurut, itu tidak membantu membangun kepercayaan atau ikatan yang begitu penting untuk hubungan orangtua-anak.
  8. Orangtua dituntut untuk percaya bahwa anak yang penurut berarti sukses dalam mengasuh anak. Namun, sekarang disadari bahwa anak-anak yang penurut adalah penyebab kekhawatiran.
  9. Anak yang penurut akan tumbuh menjadi orang dewasa yang patuh tanpa individualitas dan tugas satu-satunya adalah mendengarkan atau menerima perintah dari atasannya.

Perlu orangtua ketahui bahwa anak yang penurut akan menjadi orang dewasa yang patuh. Mereka cenderung tidak mampu membela diri dan cenderung dimanfaatkan. Mereka juga dapat menjalankan perintah tanpa pertanyaan, tanpa bertanggung jawab atas tindakan mereka.

Baca juga: 5 Cara Didik Anak Agar Cepat Mandiri

Dampak Negatif Anak Terlalu Penurut

Sumber: freepik

Memiliki anak penurut nyatanya tidak selalu berdampak baik, terutama bagi diri anak. Menuntut kepatuhan pada anak justru dapat menghilangkan jati diri anak.

Apalagi jika rasa patuh itu timbul karena paksaan, justru akan menimbulkan rasa tertekan pada anak. Ia tidak memiliki kesempatan untuk memutuskan bahkan memilih berdasarkan pemikirannya sendiri.

Loading...

You got lucky! We have no ad to show to you!

Iklan

1. Anak Terlalu Penurut Tak Mampu Membuat Keputusan

Anak tidak akan mampu membuat keputusan mandiri saat dibutuhkan. Padahal suatu saat ia akan dihadapkan pada situasi yang mengharuskannya membuat keputusan yang berkaitan dengan kehidupannya.

2. Minder

Anak yang patuh cenderung memiliki rasa minder dan kurang percaya diri karena pendapatnya jarang didengar. Bahkan sering kali memendam keinginannya dendiri demi mengikuti orang lain.

3. Anak Penurut Cenderung Pasif

Anak yang selalu patuh cenderung menjadi pasif bila ditempatkan dalam suatu kelompok sosial. Ia juga akan merasa tertekan saat menghadapi situasi tertentu dan tidak mampu menemukan solusi untuk masalahnya sendiri.

Artikel Terkait: Semakin Banyak Remaja Mengalami Depresi, Benarkah Efek Media Sosial?

4. Anak yang Terlalu Penurut Lebih Bergantung pada Orang Tua

Loading...

You got lucky! We have no ad to show to you!

Iklan

Sumber: freepik

Saat anak terbiasa mengikuti kemauan orang tua. Dia akan sangat bergantung pada instruksi orang tua untuk menghadapi situasi kecil sekalipun. Padahal hal tersebut bisa jadi suatu yang sepele yang seharusnya dapat diputuskan sendiri.

5. Berisiko Jadi Korban Perundungan

Anak-anak penurut kerap mengalami tekanan teman sebaya. Efek paling buruk karena mereka tidak tahu bagaimana menangani situasi tanpa kehadiran orang tua mereka. Mereka rawan menjadi korban perundungan dan kesulitan membela diri meskipun tidak bersalah.

6. Patuh untuk Dapat Kasih Sayang

Loading...

You got lucky! We have no ad to show to you!

Iklan

Sumber: Freepik

Memaksa anak untuk selalu patuh justru akan membuatnya mendapatkan pemahaman yang salah. Ia akan menyangka bahwa menjadi anak patuh adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan kasih sayang orang tua.

7. Hubungan Orang Tua dan Anak Hanya Berdasar Kepatuhan

Membangun hubungan orang tua dan anak perlu saling melaksanakan hak serta kewajiban masing-masing dengan landasan kasih sayang. Menuntut kepatuhan justru akan membentuk hubungan orang tua dan anak hanya berdasarkan kepatuhan.

8. Gagal Mendefinisikan Rasa Patuh

Orang tua memang dapat memaksakan kepatuhan kepada anak, tetapi akan gagal mengidentifikasi penyebab di balik perilaku anak tersebut. Orang tua mengira anak patuh karena memahami yang baik untuknya ternyata mereka menurut karena ada rasa takut di hatinya.

Artikel Terkait: Mengapa Kita Harus ‘Berteriak’ 5 Kali Barulah si Kecil Menurut?

9. Tak Memiliki Sifat Individual

Anak yang penurut akan tumbuh menjadi orang dewasa yang penurut tanpa individualitas dan tugas satu-satunya adalah mendengarkan atau menerima perintah dari atasannya. Bila selalu menurut, kapan dia melakukan sesuatu berdasarkan kenyamanannya sendiri?

Loading...

You got lucky! We have no ad to show to you!

Iklan

1. Memberikan contoh yang baik di kehidupan sehari-hari

Lebih baik mana anak penurut atau tidak mengapa
Freepik/katemangostar

Pastinya Mama telah mengetahui jika keluarga adalah lingkungan anak belajar pertama kali. Sehingga orangtua perlu menjadi contoh yang baik bagi anak-anak. Tidak perlu khawatir Ma, karena memang tidak ada orangtua yang sempurna.

Namun sudah seharusnya Mama dan Papa memberikan contoh yang baik pada anak di kehidupan sehari-hari. Jika ingin anak bertutur kata yang lembut dan baik, serta rajin, maka Mama harus selalu bersikap yang sama agar anak mengikutinya.

Ingat ya Ma, jika apa yang dilihat anak sejak ia kecil merupakan contoh yang akan diikutinya hingga ia berusia dewasa nanti.

13 Cara Mendidik Anak supaya Patuh kepada Orangtua


Cara mendidik anak supaya patuh bukanlah lewat pemaksaan. Anda dapat melakukannya dengan menjadi pendengar yang baik untuknya hingga membiarkan anak memilih.


08 Feb 2021|Azelia Trifiana

Ditinjau olehdr. Anandika Pawitri

Bagikan

Lebih baik mana anak penurut atau tidak mengapa
Foto ilustrasi: Freepik


Kebanyakan orang tua merasa bangga dan senang jika anaknya selalu menurut. Hal ini karena mengasuh anak penurut itu dinilai lebih mudah. Apapun perintah atau perkataan orang tua selalu didengar dan dipatuhi tanpa dibantah.

Dengan memiliki anak yang penurut, kita sebagai orang tua tidak perlu banyak usaha. Cukup sekali memberi instruksi, anak langsung mengiyakan, sehingga orang tua bisa menghemat tenaga, sebab tak perlu menyuruh anak berulang kali.

Kedengarannya menyenangkan, ya, kalau punya anak penurut. Jadi terbayang kondisi rumah bebas drama, tidak ada teriakan, tidak ada adu mulut karena anak nurut saja apa kata orang tua.

Namun kalau menurut ahli, tampaknya orang tua jangan bangga dulu kalau punya anak penurut. Meski tugas pengasuhan terasa mudah, tetapi menjadi penurut itu bukan hal yang baik untuk perkembangan kepribadian anak.

Anak-anak yang terbiasa menjadi penurut, dikatakan cenderung tidak bisa membela dirinya dan kurang bertanggung jawab atas tindakan mereka. Hal ini karena anak yang penurut hanya tahu bagaimana mematuhi perintah. Ketika ia kemudian berhadapan dengan situasi yang membuatnya harus membuat keputusan sendiri, dia pun menjadi bingung.

"Anak-anak yang penurut akan tumbuh menjadi orang dewasa yang penurut juga. Mereka cenderung tidak bisa membela diri mereka sendiri, sehingga lebih mungkin dimanfaatkan. Mereka juga hanya mampu mengikuti perintah tanpa bertanya, dan tanpa bisa bertanggung jawab atas tindakan mereka," kata Dr. Laura Markham, seorang psikolog klinis dari Universitas Columbia, Amerika Serikat, seperti dikutip dari wowparenting.

Beberapa kerugian atau kelemahan yang berpotensi dialami anak jika menjadi penurut:

- Tidak mampu membuat keputusan yang mandiri saat dibutuhkan.

- Selalu bergantung pada instruksi orang tua ketika menghadapi masalah sekecil apa pun.

- Mengalami tekanan teman sebaya, karena cenderung tidak tahu bagaimana menangani situasi tanpa kehadiran orang tua.

- Tidak dapat mengekspresikan diri dan keinginannya dengan bebas, karena takut tidak disayang lagi kalau membantah.

- Tidak punya inisiatif dan kemungkinan ketika sudah dewasa hanya mendengarkan dan menerima perintah dari atasannya.

Yang perlu digarisbawahi adalah konteks terkait kepatuhan anak. Memang, setiap orang tua tentu ingin anak selalu patuh pada perkataan orang tua karena merasa kepatuhan ini adalah standar keberhasilan dalam mengasuh dan mendidik anak.

Namun, jangan berekspektasi anak akan menjadi penurut sepenuhnya. Membantah, memberontak itu juga merupakan hal yang lumrah. Melalui itu, anak berupaya untuk menyuarakan keinginannya, dan ia butuh didengarkan oleh orang tuanya. Dengan begitu, anak merasa dimengerti dan dihargai kemauannya.

Kita tidak harus menjadi orang tua yang membiarkan anak membantah terus-terusan atau sebaliknya patuh melulu. Yang terbaik adalah menjadi orang tua yang kooperatif mendengarkan keinginan anak, serta menghargai pendapat anak. Izinkan anak mencari solusi dari kesulitan yang ia hadapi, tanpa Anda mengintervensi setiap perbuatannya.


ALI