Lenong Topeng Betawi dan Samra merupakan contoh teater rakyat dari daerah

Teater Tradisional Rakyat

Lenong Topeng Betawi dan Samra merupakan contoh teater rakyat dari daerah

       Teater tradisional rakyat adalah bentuk-bentuk teater tradisional yang hidup, tumbuh, dan berkembang pada lingkungan masyarakat banyak sesuai dengan lingkup budaya setempat. 

       Bentuk teater tradisi rakyat ini ada yang berasal dari tradisi religi asli dan ada pula yang berasal dari sistem religi Hindu-Budha dan Islam. 

      Bentuk teater dari sistem religi Hindu-Budha serta sistem religi Islam dapat diduga berasal dari pengaruh budaya keraton yang menyebar di kalangan masyarakat. Hal ini disebabkan bahwa sistem religi Hindu-Budha berkembang dan bersumber dari kehidupan keraton.


Meskipun bentuk-bentuk teater tradisi rakyat ini berasal dari sistem religi tertentu, fungsi pokok dari teater ini telah berubah ke bentuk hiburan yang ditonton secara gratis oleh masyarakat. Pementasan teater tradisi rakyat ini dilakukan pada acara-acara tertentu seperti pernikahan, kelahiran, khitanan, ruwatan, dan kegiatan lainnya yang dianggap memiliki hubungan dengan sistem religi.

Para pemain serta pendukung teater tradisi rakyat ini pada umumnya adalah masyarakat biasa dan tidak berprofesi sebagai pemain sandiwara. Para pemain ini bermain berdasarkan tradisi pementasan yang telah dikenal secara luas di masyarakatnya.

Unsur teater rakyat yang paling utama adalah cerita, pelaku, dan penonton. Cerita yang disajikan dapat diperpanjang atau diperpendek sesuai dengan respons dan suasana penonton yang terjadi pada saat pementasan. Cerita dibawakan dengan akting (oemeranan) atau dengan menari dan nyanyian. Kostum para pelaku disesuaikan dengan kondisi budaya masing-masing daerah serta zaman yang berkembang pada saat itu.

Beberapa contoh teater tradisional rakyat yang tumbuh dan berkembang di beberapa daerah Nusantara adalah sebagai berikut.

1)      Bentuk teater tutur, seperi pada Kentrung (Jawa Timur), Pantun Sunda (Jawa Barat), Dalam Jemblung (Banyumas), Teater Cepung (Lombok), Sinrili (Sumawesi Selatan), Bakaba atau Kaba (Minangkabau), Wayang Beber Pacitan.

2)      Bentuk teater orang: seperti pada Ubrug (Banten), Bedor (Cianjur), Uyeg (Sukabumi), Topeng Banjet (Karawang dan Bekasi), Longser (Bandung, Subang, dan sekitarnya), Sintren (Cirebon), Rongeng Gunung (Ciamis), Topeng Blantek (Jawa Barat bagian Selatan), Srandul (Yogyakarta), Kethoprak (Jawa Tengah dan Yogyakarta), Wayang Wong (Yogyakarta), teater Makyong (Riau), Randai (Minangkabau), Topeng Bali, Wayang Gambuh, Ludruk (Jawa Timur), Topeng Betawi, Lenong, dan Samra.

3)      Bentuk teater boneka, seperti yang terlihat pada pementasan wayang golek Jawa Tengah, wayang golek purwa versi Sunda, dan wayang kulit.


Page 2

Lenong Topeng Betawi dan Samra merupakan contoh teater rakyat dari daerah

Teater Daerah sering juga disebut dengan “Teater Tradisional” merupakan suatu bentuk teater yang bersumber, berakar dan telah dirasakan sebagai milik sendiri oleh masyarakat lingkungannya. Pengolahannya didasarkan atas cita rasa masyarakat pendukungnya. Teater Tradisional mempunyai ciri-ciri yang spesifik kedaerahan dan menggambarkan kebudayaan lingkungannya.

Ciri-ciri utama Teater Tradisional :

  • Menggunakan bahasa daerah.
  • Dilakukan secara improvisasi.
  • Ada unsur nyanyian dan tarian.
  • Diiringi tetabuhaan (musik daerah).
  • Dagelan/banyolan selalu mewarnai.
  • Adanya keakraban antara pemain dan penonton.
  • Suasana santai.

Jenis teater yang dapat dikelompokan ke dalam Teater Tradisional adalah : Teater Rakyat, Teater Klasik, dan Teater Transisi.

1. Teater Rakyat

Teater rakyat lahir dari spontanitas kehidupan dalam masyarakat, dihayati oleh masyarakat dan berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakatnya. Kelahiran Teater Rakyat umumnya karena dorongan kebutuhan masyarakat terhadap suatu hiburan, kemudian meningkat untuk kepentingan lain seperti ; kebutuhan akan mengisi upacara dan upacara adat.

Jenis-jenis Teater Rakyat yang ada di wilayah Indonesia, diantaranya :

  • Riau : Makyong dan Mendu.
  • Sumatra Barat : Randai dan Bakaba.
  • Kalimantan : Mamanda dan Tatayungan.
  • Bali : Topeng Arja, Topeng Cupak, Topeng Prembon.
  • Sulawesi : Sinrilli
  • Jawa Barat : Longser, Sandiwara Sunda, Wayang Golek, Pantun Sunda, Bengbengberokan (Bandung); Topeng Cirebon, Wayang Kulit, Sintren, Kuda Kepang (Cirebon); Topeng Banjet, Odong-odong, Sisingaan (Karawang dan Subang); Topeng Cisalak (Bogor), Wayang Bekasi (Bekasi); Masres, Kuda Lumping, Akrobat (Indramayu); Uyeg (Sukabumi), Manorek, Ronggeng Gunung, Surak Ibra (Ciamis); Kuda Renggong, Lais, Sisingaan (Sumedang); Dodombaan (Garut); Angklung Sered, Buncis (Purwakarta); Ujungan, Sampyong (Majalengka).
  • DKI Jakarta : Lenong, Topeng Betawi, dan Samra, dst.
  • Banten : Debus, Ubrug, dst.
  • JawaTengah : Srandul Ketoprak, Wayang Purwa, Wayang Orang dan jenis Wayang lain.
  • Jawa Timur : Teater Ludruk, Topeng Malangan, Ketoprak, Kentrungan, Reog Ponorogo, Wayang Kulit, Topeng, Wayang Gambuh, Gambuh, Calanarang, Teater Arja dst.

2. Teater Klasik

Teater Klasik adalah suatu perkembangan seni yang telah mencapai tingkat tinggi baik teknis maupun coraknya. Kemapanan dari jenis Teater Klasik ini sebagai akibat dari adanya pembinaan yang terus menerus dari kalangan atas, seperti; Raja, bangsawan atau tingkat sosial lainnya. Oleh karena itu jenis kesenian klasik kebanyakan lahir dilingkungan istana (pusat kerajaan). Untuk jenis teater yang termasuk klasik, misalnya: Wayang Golek (Jawa Barat); Wayang Kulit dan Wayang Orang (Jawa Tengah dan Jawa Timur). Cara pementasan Teater Klasik sudah tidak sebebas Teater Rakyat. Teater Klasik harus menuruti aturan-aturan etis (tata kesopanan) dan estetis (nilai keindahan) yang telah digariskan.

Baca juga: Makna dan Peranan Teater

3. Teater Transisi

Pada dasarnya jenis Teater Transisi juga bersumber pada Teater Tradisional, tetapi gaya pementasannya sudah dipengaruhi oleh Teater Barat. Pengaruh Teater Barat nampak pada tata cara penyajiannya. Walaupun pada Teater Transisi masih belum setia terhadap naskah Teater, namun karena tumbuhnya dari masyarakat kota dan banyak dimainkan oleh para pendatang, tidak mencerminkan aspirasi rakyat secara utuh.

Jenis Teater Transisi pada masa awal, seperti: Komedi Stambul dan Sandiwara Dardanella. Teater semacam ini lebih disebut “Sandiwara“. Sedangkan Teater Transisi masa sekarang adalah : Sandiwara Srimulat (Jawa Timur); Sandiwara Sunda (Jawa Barat); Sandiwara Bangsawan (Sumatra Selatan dan Utara).

Lenong Topeng Betawi dan Samra merupakan contoh teater rakyat dari daerah

Lenong Topeng Betawi dan Samra merupakan contoh teater rakyat dari daerah

Thanks for reading Jenis-jenis Teater Daerah: Teater Rakyat, Teater Klasik, dan Teater Transisi

Secara etimogis kata teater berasal dari bahasa Yunani "Theaomai" dan bahasa Inggris "Theatre" yang berarti dengan takjub melihat dan mendengar. Kemudian kata teater mengalami perubahan menjadi "Theatron" yang mengandung arti;

  • Gedung Pertunjukan atau pentas dizaman Thucydides, 471 - 395 SM dan dizaman Plato, 428 - 424 SM.
  • Publik/ auditorium atau tempat penonton dizaman Herodotus, 490/ 480 -424 SM.

Dalam pengertian yang lazim teater dapat dibagi ke dalam pengertian secara umum dan sempit. Pengertian teater secara umum atau lazim adalah suatu aktivitas atau kegiatan manusia dengan menggunakan tubuh atau objek-objek yang dapat digerakkan, dimana suara, tarian, dan musik adalah media utama dalam mengekspresikan cita, rasa, dan karsa seni.

Dalam arti luas Teater adalah segala tontonan yang ditampilkan di hadapan orang banyak, misalnya; dramatari, teatertari, sendratari, opera, operet, kabaret, wayang orang, ketoprak, ludruk, wayang golek, wayang kulit, srandul, randai, lonser, dagelan, berbagai pertunjukan musik atau karawitan, karnaval seni, sulapan, akrobatik, sepak bola, dan lain-lain. Sedangkan dalam arti sempit teater adalah Drama.

Istilah drama dalam bahasa yunani "Dran" atau "Draomai" yang artinya beraksi, berbuat, berlaku, bertindak. Secara lazim istilah drama artinya adalah salah satu bentuk teater yang menggunakan lakon dengan cara percakapan atau gerak gerik di atas pentas yang ditunjang beberapa unsur artistik dalam pertunjukan. Inti atau dasar dalam cerita drama tersebut adalah adanya konflik atau pertentangan, antara; tokoh, dengan dirinya sendiri, dengan orang lain, dengan masyarakat atau lingkungan.

Drama merupakan kisah kehidupan manusia yang diceritakan kembali di atas pentas, disaksikan oleh banyak orang/ penonton menggunakan media; percakapan, gerak dan tingkah laku dengan dekor atau tata pentas dan berdasarkan pada naskah tertulis (narasi) dengan atau tanpa nyanyian, musik, dan tarian.

Pertunjukan teater disebut "Sandiwara" pada zaman pendudukan Jepang. Kata sandiwara (bahasa Jawa) berasal dari dua kata yaitu "Sandi" yang artinya samar-samar, rahasia dan, "Wara" yang artinya berita, anjuran atau pengajaran. Jadi kata Sandiwara menurut Ki Hajar Dewantara artinya adalah ajaran, nasihat, atau anjuran melalui perlambangan. Istilah ini mula-mula digunakan oleh P.K.G. Mangkunegara VII sebagai pengganti Toneel.

Istilah Tonil atau Toneel tidak lain adalah sandiwara atau pertunjukan atau teater di zaman pendudukan Belanda, tepatnya di tahun-tahun terakhir penjajahan Belanda, ketika muncul sebuah rombongan sandiwara bernama "Dardanella".

Di Indonesua jenis-jenis teater dapat dibagi menjadi dua bentuk sajian. Kedudukan hidup berdampingan yang saling mempengaruhi dan bahkan merupakan sumber penciptaan yang satu terhadap yang lainnya. Dua jenis teater Nusantara tersebut dikenal dengan sebutan Teater Tradisional dan Teater Modern (Teater NonTradisional).

Teater tradisional sering disebut dengan istilah "Teater Daerah" . Teater Tradisional ini merupakan salah satu bentuk teater yang berakar, bersumber dan dirasakan sebagai milik masyarakat di lingkungannya. Pengolahan teater ini berdasarkan atas cita rasa masyarakat pendukungnya. Teater tradisional ini memiliki ciri-ciri yang spesifik kedaerahan dan menggambarkan bentuk kebudayaan dilingkungannya.

Ciri-ciri utama Teater Tradisional adalah;

  • Menggunakan bahasa daerah,
  • Ada unsur nyanyian dan tarian,
  • Diiringi tetabuhan (musik daerah),
  • Dagelan/ Banyolan selalu mewarnai,
  • Adanya keakraban antara pemain dan penonton,
  • Suasana santai.

Jenis teater yang dapat dikategorikan ke dalam teater tradisional adalah; Teater Rakyat, Teater Klasik, Teater Transisi.

Teater rakyat lahir secara spontanitas dalam kehidupan masyarakat, dihayati dan berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakatnya. Umumnya teater rakyat lahir karena adanya dorongan kebutuhan masyarakat terhadap suatu hiburan, selanjutnya meningkat digunakan untuk kepentingan lain seperti kebutuhan untuk mengisi upacara adat.

Jenis-jenis teater rakyat yang ada di wilayah Indonesia, diantaranya;

  • Riau : Mendu dan Makyong.
  • Sumatera Barat : Bakaba dan Randai.
  • Kalimantan : Tatayungan dan Mamanda.
  • Bali : Topeng Arja, Topeng Cupak, Topeng Prembon.
  • Sulawesi : Sinrilli.
  • Jawa Barat :Ujungan, Sempyong (Majalengka); Angklung Sered, Buncis (Purwakarta); Dodombaan (Garut); Kuda Renggong, Lais, Sisingaan (Sumedang); Manorek, Ronggeng Gunung, Surak Ibra (Ciamis); Masres, Kuda Lumping, Akrobat (Indramayu); Uyeg (Sukabumi); Topeng Cisalak (Bogor); Wayang Bekasi (Bekasi); Topeng Banjet, Odong-odong, Sisingaan (Karawang dan Subang); Longser, Sandiwara Sunda, Wayang Golek, Pantun Sunda, Bengbengberokan (Bandung); Topeng Cirebon, Wayang Kulit, Sintren, Kuda Kepang (Cirebon).
  • DKI Jakarta : Lenong, Topeng Betawi, dan Samra.
  • Banten : Debus, Ubrug.
  • Jawa Tengah : Srandul Ketoprak, Wayang Purwa, Wayang Orang (Wayang Wong).
  • Jawa Timur : Teater Ludruk, Teater Arja, Topeng, Topeng Malangan, Reog Ponorogo, Wayang Kulit, Wayang Gambuh, Gambuh, Ketoprak, Kentrungan, Calonarang.

Teater klasik adalah suatu perkembangan seni teater yang telah mencapai tingkat tinggi baik corak maupun teknisnya. Kemapanan dari jenis teater klasik ini sebagai akibat dari adanya pembinaan yang terus menerus dari kalangan atas seperti; Raja, bangsawan atau tingkat sosial tinggi lainnya. Oleh karena itu jenis kesenian klasik kebanyakan lahir di lingkungan istana (pusat kerajaan). Teater yang termasuk ke dalam jenis teater klasik diantaranya; Wayang Golek (Jawa Barat), Wayang Kulit dan Wayang Orang (Jawa Tengah dan Jawa Timur).

Cara pementasan teater klasik sudah tidak sebatas teater rakyat. Teater klasik harus sudah menuruti aturan-aturan etis (tata kesopanan) dan estetis (nilai keindahan) yang telah digariskan.

Teater transisi pada dasarnya juga bersumber pada teater tradisional, tetapi gaya pementasannya sudah mendapatkan pengaruh teater barat. Pengaruh dari teater barat terlihat pada tata cara penyajiannya. Meskipun pada teater transisi ini masih belum setia terhadap naskah teater, namun karena tumbuh dan berkembang di masyarakat perkotaan dan dimainkan oleh para pendatang, teater ini tidak mencerminkan aspirasi masyarakatnya secara utuh.

Yang termasuk dalam jenis teater transisi pada masa awal, seperti; Dardanella dan sandiwara komedi Stambul. Teater semacam ini lebih sering disebut "Sandiwara". Sedangkan teater transisi masa sekarang adalah; sandiwara Bangsawan (Sumatera Selatan dan Utara), sandiwara Sunda (Jawa Barat), sandiwara Srimulat (Jawa Timur).

Teater modern atau istilah lainnya adalah teater nontradisional merupakan jenis teater yang tumbuh dan berkembang di lingkungan masyarakat perkotaan dan mendapatkan pengaruh teori-teori barat, terutama kaum terpelajar. Sejak abad ke-19 Indonesia sudah mengenal teater modern ini. Bentuk-bentuk pertunjukannya sangat terakomodir, antara lain; baca Puisi, Visualisasi Puisi, Musikalisasi Puisi, Deklamasi, Dramatik Reading, Monolog, Teater Konvensional, Teater Eksperimen, Teater Alternatif, Teater Jalanan, Jeprut, Happening Art, Pertunjukan Posmodernisme, Drama Televisi, Sinetron, Dunia Sineas dan Perfilman.

Bentuk pementasan teater modern cenderung lebih tertata. Panggung atau Stage selalu menjadi pilihan sebagai tempat pertunjukan. Pada perkembangannya, pertunjukan teater modern terkadang mencoba kembali lagi ke akar tradisi. Artinya, menyesuaikan tempat pertunjukan sesuai keinginan sutradara tentang bagaimana cerita itu dipentaskan, bisa ditempat terbuka bisa juga ditempat tertutup .

Teater modern membutuhkan seorang Sutradara yaitu pengatur jalannya cerita yang akan disampaikan. Sutradara akan mengatur mulai dari gerak/ action, percakapan atau dialog di atas pentas sesuai naskah, tata artistik panggung, dan juga musik pengiring suasana.

Demikian ulasan tentang "Pengertian Teater dan Jenis-Jenis Teater di Indonesia" yang dapat kami sampaikan. Semoga dapat memberikan tambahan pengetahuan dan manfaat bagi pembaca. Baca juga artikel seni menarik lainnya di situs SeniBudayaku.com.