Lokasi kerajaan Majapahit

Jakarta -

Peninggalan Kerajaan Majapahit masih dapat ditemui hingga hari ini di penjuru Nusantara. Peninggalan ini berasal dari abad 13-14 Masehi.

Dalam buku Peradaban Nusantara oleh Tri Prasetyono, S.Pd, kemunduran Kerajaan Majapahit salah satunya dipengaruhi Kesultanan Demak yang menyebarkan agama Islam ke Pulau Jawa. Di samping itu, terjadi perebutan tahta, Perang Paregreg, wafatnya Hayam Wuruk tanpa penerus andal, dan lepasnya kerajaan-kerajaan kecil dari Majapahit dianggap sebagai salah satu faktor penyebab runtuhnya Majapahit.

Peninggalan Kerajaan Majapahit setelah keruntuhannya meliputi situs, candi, karya sastra atau kitab, dan prasasti. Peninggalan tersebut kelak menjadi salah satu sumber sejarah Kerajaan Majapahit.

Baca juga: Siapakah Keturunan Majapahit yang Disebut Masih Hidup? Ini Sosok Mereka

Peninggalan Kerajaan Majapahit

1. Kitab Negarakertagama Karangan Mpu Prapanca

Negarakertagama berarti "negara dengan tradisi [agama] yang suci." Kitab ini sebetulnya tidak ditemukan dalam Kakawin Nagarakertagama. Sebab, Mpu Prapanca menyebut karyanya dengan judul Dewacawarnana yang berarti "uraian mengenai desa-desa." Kitab ini berisi tentang istilah raja-raja Majapahit, keadaan kota raja, candi makam raja, upacarqa Sradha, wilayah Kerajaan Majapahit, dan negara-negara bawahan Majapahit.

Mpu Prapanca merupakan nama samaran dari Dang Acarya Nadendra, mantan petinggi urusan agama Buddha Kerajaan Majapahit. Ia menyelesaikan naskah kita Negarakertagama di usia tua dalam pertapaan di lereng gunung di Desa Kamalasana, seperti dikutip dari buku Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan oleh Edi Rohani, M.Pd.I.

2. Kitab Sutasoma Karangan Mpu Tantular

Kitab Sutasoma ditulis dalam bahasa Jawa kuno dengan aksara Bali. Bagian dari kakawin ini dijadikan semboyan Negara Kesatuan Republik Indonesia, yaitu Bhinneka Tunggal Ika. Semboyan ini berasal dari bagian, "Konon Buddha dan Siwa merupakan dua zat berbeda. Mereka memang bebeda, tetapi bagaimanakah bisa dikenali? Sebab kebenaran Jina [Buddha] dan Siwa adalah tunggal. Terpecah-belahlah itu, tetapi satu jugalah itu. Tidak ada kerancuan dalam kebenaran."

Mpu Tantular hidup pada masa pemerintahan raja Rajasanagara atau Hayam Wuruk. Ia merupakan penganut agama Buddha, tetapi terbuka pada agama lain, terutama agama Hindu-Siwa.

3. Candi Tikus

Candi Tikus pertama kali ditemukan pada tahun 1914 oleh Bupati Mojokerto saat itu, RAA Kromodjojo. Para ahli memperkirakan candi ini sebagai peninggalan Kerajaan Majapahit pada abad ke-14 di pemerintahan Hayam Wuruk. Candi ini diperkirakan sebagai tempat mandi raja dan upacara tertentu yang dirayakan dalam kolam-kolam candi.

Candi Tikus dianggap sebagai simbol Gunung Meru dengan puncak utama yang dikelilingi delapan puncak lebih kecil. Secara mitologi, Gunung Meru dihubungkan dengan tirta amarta atau air kehidupan, yang dipercaya memberi kekuatan hidup pada semua mahkluk, seperti dikutip dari Hasil Pemugaran dan Temuan Beda Cagar Budaya PJP I oleh IGN Anom, Sri Sugiyanti, dan Hadniwati Hasibuan.

4. Candi Panataran

Di halaman Candi Panataran, ditemukan prasasti Palah berangka tahun 1119 Saka atau 1197 Masehi. Prasasti yang dikeluarkan Raja Srengga dari Kediri ini menyebutkan, ketika Hayam Wuruk dalam kirabnya keliling Jawa Timur, ia singgah di sebuah bangunan suci bernama Palah.

Angka tahun tersebut diperkirakan mengacu pada awal pembangunan komplek Candi Panataran sebagai tempat pemujaan, seperti dikutip dari Album Peninggalan Sejarah dan Purbakala oleh IGN Anom dan Tjepi Kusman.

Baca juga: Kitab Negarakertagama: Pengarang, Isi, dan Asal Istilah Pancasila

5. Candi Jabung

Candi Jabung ditemukan di Desa Jabung Candi, Paiton, Probolinggo, Jawa Timur. Menurut kitab Negarakertagama, bangunan ini dikunjungi Hayam Wuruk pada tahun 1359 Masehi. Dalam kitab Pararaton, candi ini disebut Sajabung, tempat pemakaman Bhra Gundal, salah seorang keluarga raja. Candi yang berhias motif sulur ini bercorak agama Buddha karena juga disebut sebagai Bajrajinaparamitapura.

6. Gapura Bajangratu

Gapura Bajangratu terletak di Dukuh Kraton, Desa Temon, Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur. Gapura merupakan pintu untuk keluar masuk, baik yang beratap atau tidak. Nah, Gapura Bajangratu memiliki bentuk paduraksa yaitu bangunan berupa pintu gerbang dengan atap menyatu.

Gapura Bajangratu diperkirakan berasal dari abad ke-14. Gapura ini memiliki daun pintu dengan adanya dua lubang di ambang pintu. Gapura bercorak Hindu ini memilik fragmen relief Ramayana di sisinya dan fragmen relief Sri Tanjung di kakinya.

Nah, itu dia peninggalan Kerajaan Majapahit yang masih dapat dilihat hingga hari ini. Selamat belajar, detikers!



Simak Video "Candi Blandongan dan Jiwa di Karawang Masih Terendam Banjir"

[twu/nwy]

Video

Bài mới nhất

Chủ Đề