Lukisan telapak tangan yang dibuat oleh manusia pra aksara termasuk seni lukis dengan tujuan

Artikel ini perlu diwikifikasi agar memenuhi standar kualitas Wikipedia. Anda dapat memberikan bantuan berupa penambahan pranala dalam, atau dengan merapikan tata letak dari artikel ini.
Untuk keterangan lebih lanjut, klik [tampil] di bagian kanan.

  • Mengganti markah HTML dengan markah wiki bila dimungkinkan.
  • Tambahkan pranala wiki. Bila dirasa perlu, buatlah pautan ke artikel wiki lainnya dengan cara menambahkan "[[" dan "]]" pada kata yang bersangkutan (lihat WP:LINK untuk keterangan lebih lanjut). Mohon jangan memasang pranala pada kata yang sudah diketahui secara umum oleh para pembaca, seperti profesi, istilah geografi umum, dan perkakas sehari-hari.
  • Sunting bagian pembuka. Buat atau kembangkan bagian pembuka dari artikel ini.
  • Susun header artikel ini sesuai dengan pedoman tata letak.
  • Tambahkan kotak info bila jenis artikel memungkinkan.
  • Hapus tag/templat ini.

Lukisan gua adalah coretan, lukisan, atau cap yang terdapat di dinding gua atau tebing yang dibuat oleh orang-orang purba sebagai medium untuk menyampaikan pesan atau catatan-catatan peristiwa. Bentuk visual yang terdapat di dinding-dinding gua merupakan alat komunikasi antarmanusia pada zaman dahulu.[1].................

Lukisan telapak tangan yang dibuat oleh manusia pra aksara termasuk seni lukis dengan tujuan
Cap tangan di Gua Pettakere di Situs Prasejarah Leang Leang, Maros.

Gambar, cap (jiplakan, terutama telapak tangan), atau lukisan gua di Indonesia per 2017 ditemukan di Kalimantan (pegunungan kawasan Sangkulirang dan Pegunungan Meratus), Sulawesi Selatan (kawasan karst Leangleang di Kabupaten Maros dan Pangkajene), Sulawesi Tenggara, Maluku (Pulau Seram dan Kepulauan Kei), dan Papua Barat (kawasan Rajaampat, seperti Teluk Speelman dan Kokas).[5]

Di Sulawesi sendiri menurut dugaan tim peneliti gua gabungan Indonesia dan Australia, terdapat paling tidak 242 gua atau cekungan dengan gambaran dari masa kuna.[6] Gua-gua ("leang") di kawasan Leangleang memiliki lukisan dan cap yang termasuk tertua di dunia. Lukisan babi hutan (diperkirakan Sus celebensis') berusia mendekati 45 ribu tahun yang lalu ditemukan di Leang Bulu' Sipong 4[7] dan Leang Balangajia 1.[8] Lukisan dan cap di Kalimantan berusia mendekati 40 000 tahun, setua lukisan yang ada di Eropa.[9]

Makna warnaSunting

Penemuan di lima tempat berlainan dekar Ramasokat, ditemukan lukisan pada dinding karang yang terdiri dari dua kelompok yang berlainan. Pertama, kelompok lukisan dengan warna merah yang sudah rusak, Kedua adalah lukisan berwarna putih dengan keadaan masih baik. Menurut pendapat Roder, bahwa warna mengindikasikan tua mudanya lukisan. Roder[10] berpendapat bahwa lukisan yang berwarna merah lebih tua dari lukisan yang berwarna putih. Lukisan-lukisan ini berupa cap tangan, gambar kadal, manusia dengan perisai, dan orang dalam keadaan sikap jongkok sambil mengangkat tangan, yang semuanya berwarna merah. Sedangkan lukisan yang berwarna putih adalah lukisan-lukisan yang berupa lukisan burung dan perahu.

Nilai-NilaiSunting

Sebagaimana telah disebut pada bagian atas bahwa lukisan yang terdapat pada dinding gua-gua di Sulawesi Selatan tidak hanya cap tangan. Namun, yang sangat menarik perhatian para peneliti prasejarah adalah cap tangan. Kosasih [11] mengatakan bahwa tujuan pembuatan lukisan itu ada kaitannya dengan kepercayaan mereka (bersifat religius). Artinya, karya seni tersebut dibuat tidak terkait langsung dengan tujuan artistik (menambah keindahan suatu objek yang dilukis), tetapi suatu usaha untuk dapat berkomunikasi dengan kekuatan supranatural. Oleh karena itu, para peneliti memperkirakan bahwa ide melukis dinding gua pada awalnya merupakan suatu permohonan kepada kekuatan tertentu agar apa yang diinginkan dapat tercapai, sesuai dengan apa yang dilukis. Mengenai lukisan cap tangan itu sendiri, Van Heekeren [12] mengatakan bahwa lukisan itu ada hubungannya dengan upacara kematian dan kehidupan di alam lain (kehidupan setelah mati). Lebih jauh, Van Heekeren, dengan menggunakan studi etnoarchaelogy, mengaitkan antara cap tangan dan religi. Ia menyatakan bahwa cap tangan menggambarkan suatu perjalanan arwah yang telah meninggal yang sedang meraba-raba menuju ke alam arwah. Selain itu, cap tangan juga merupakan suatu tanda belasungkawa dari orang-orang yang dekat dengan yang mati. Umumnya lukisan yang ada di dinding gua-gua yang terdapat di Sulawesi Selatan berada pada tempat yang sulit dijangkau oleh tangan manusia (mendekati atap gua), sebagaimana yang terdapat di gua Leang-leang (Kabupaten Maros) dan gua Garunggung (Kabupaten Pangkep).

  • Sympathetic magic, yakni keyakinan akan adanya kekuatan dalam berburu (hanting magic), dan keyakinan akan adanya kekuatan dalam aspek kesuburan (fertility magic). Lukisan yang dapat dilihat berdasarkan Sympathetic Magic yang ada di kepulauan Maluku adalah lukisan yang ada di Di Kampung Dudumahan, pantai utara Pulau Nuhu Rowa. Salah satu lukisannya dianggap unik adalah pola manusia berjenis kelamin wanita dengan alat kelamin mencolok. Dari sini berdasarkan Sympathetic Magic bisa dikatakan berhubungan dengan masalah kesuburan. Kesuburuan menjadi salah satu harapan manusia dalam hidupnya, manusia selalu mencari kesuburan baik dari segi alam maupun kelahiran. Kesuburan ini menjadi salah satu indikator manusia mampu bertahan hidup di dunia.
  • Rites magic,yaitu kekuatan gambar-gambar binatang dan manusia dalam satu ritual upacara magis. Berusaha lukisan-lukisan dari rites magic dimana manusia selalu mengadakan ritual-ritual upacara yang berhubungan dengan sebuah keyakinan kepada sang pencipta. Luksian gua yang menggambarkan tentang rites magic terdapat dalam gua Pulau Seram dan Kepulauan Kei, di gua ini banyak gambar-gambar manusia, binatang, matahari dll. Pembuatan lukisan ini menunjukan bahwa manusia pada masa itu berusaha untuk menujukan tingkat kecerdasan kemampuan mereka dalam melaksanakan kepercayaannya. Kepercayaan merupakan suatu sikap yang ditunjukkan oleh manusia saat ia merasa cukup tahu dan menyimpulkan bahwa dirinya telah mencapai kebenaran. Kepercayaan ini menjadi sebuah landasan manusia untuk menjalankan hidupnya, maka untuk itu manusia pada masa itu berusaha untuk mengabadikan hal-hal yang berhubungan dengan sebuah kepercayaan masyarakat.

Semua yang digambarkan dalam lukisan gua pada masa prasejarah merupakan sebuah bentuk refleksi dari kehidupan yang di jalani pada masanya. Kehidupan mereka bergantung pada alam. Gua sebagai tempat mereka berteduh dan beristirahat atau sebagai tempat tinggal yang dijadikan sebagai salah satu tempat untuk mengekpresikan perjalanan hidup. Lukisan ini merupakan sebuah perwakilan kata-kata manusia pada masa itu yang ingin disampaikan kepada masyarakat lainnya dan akhirnya menjadi bukti bagi manusia sekarang untuk mempelajarinya sekaligus merupakan inspirasi bagi pelukis untuk membuat sebuah karya lukisan dalam bentuk dan bahan yang berbeda.

ReferensiSunting

  1. ^ http://uun-halimah.blogspot.com/2008/05/lukisan-cap-tangan-pada-dinding-dinding.html
  2. ^ Ghosh, Pallab. "Cave paintings change ideas about the origin of art". BBC News. BBC News. Diakses tanggal 8 October 2014.
  3. ^ Zorich, Zach (JanuaryFebruary 2012). "From the Trenches Drawing Paleolithic Romania". Archaeology. 65 (1). Diakses tanggal 7 March 2013.
  4. ^ Schiller, Ronald.1972. Reader's Digest: Marvels and Mysteries of The World Around Us. The Reader's Digest Association
  5. ^ Tim Viva.Menjelajahi Tujuh Lukisan Gua Prasejarah di Indonesia. Viva blog. Diakses 12 Desember 2017.
  6. ^ Anonim (12 Desember 2019). "World's oldest artwork uncovered in Indonesian cave: study". The Jakarta Post. Diakses tanggal 6 Juni 2021.
  7. ^ Aubert, M.; et al. (2019). "Earliest hunting scene in prehistoric art". Nature. 576: 442445. doi:10.1038/s41586-019-1806-y.
  8. ^ Brumm, A.; et al. (2021). "Oldest cave art found in Sulawesi". Science Advances. 7 (3): eabd4648. doi:10.1126/sciadv.abd4648.
  9. ^ Larson, Christina (7 Nov. 2018). "Oldest known animal drawing found in remote Indonesian cave". phys.org from AP. Diakses tanggal 6 Juni 2021.
  10. ^ Poesponegro, marwati Djoened. (2008). Sejarah Nasional Indonesia I Zaman Prasejarah di Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
  11. ^ Kosasih, S.A. (1983). Lukisan Gua di Indonesia sebagai Data Sumber Penelitian arkeologi, Pertemuan Ilmiah Arkeologi III. Jakarta
  12. ^ http://orlabs.oclc.org/identities/np-heekeren,%20h%20r%20van$hendrik%20robbert$1902
Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Lukisan_gua&oldid=19263017"