Mengapa ideologi pancasila dikatakan bersifat fleksibel dan dinamis

Ideologi Pancasila, Fleksibel Mengikuti Jaman

8 Juni 2013 11:14 |
Diperbarui: 24 Juni 2015 12:21

Mengapa ideologi pancasila dikatakan bersifat fleksibel dan dinamis

Digital. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Mengapa ideologi pancasila dikatakan bersifat fleksibel dan dinamis
Mengapa ideologi pancasila dikatakan bersifat fleksibel dan dinamis

Sampai dengan saat ini, saya belum bisa berpendapat bahwa ideologi Pancasila sebagai dasar negara Indonesia memang sesuatu yang 'sakti' atau pas dijadikan dasar negara di Indonesia. Tentu, pendapat ini mengikuti kondisi terkini yang memang sedang carut marut. Ada masanya di masa lampau, dimana ideologi ini memang kuat. Dan akan tiba masanya lagi , dimana pemahaman ideologi yang merupakan perumusan dan penggabungan kanan dan kiri ini menjadi tidak sekedar diucapkan, namun juga dimengerti, dipahami dan dilaksanakan.

Pancasila memang fleksibel, sejak sejarah kelahirannya. Dia cenderung berjalan 'kekiri' pada jaman Soekarno. Kemudian arah kemudi Pancasila pun berubah dengan sebuah indoktrinasi sejarah " Hari Kesaktian Pancasila" yang secara gamblang dan jujur sebetulnya merupakan kudeta yang dilakukan oleh Soeharto terhadap era Pemerintahan Soekarno. Dia cenderung ke kanan. Ketuhanan Yang Maha Esa pun ditempatkan pada sebuah tatanan yang secara psikologis amat penting sebagai dasar negara, sebagai sila pertama.

Secara dramatis, penghafalan sila di Pancasila berikut pemahamannya yang diberikan sejak usia dini bagi yang lahir pada jaman Orde Baru atau sebelumnya, tentu, Pancasila menjadi seakan 'sakti' dengan segala keterbatasan demokrasi yang ada pada jaman tersebut. Tak ada pemikiran yang lain secara umum. Itu dan itu yang selalu dibacakan dan dimengerti, minimal dalam waktu 1 kali dalam seminggu.

Kekinian? Sang Garuda dengan 5 silanya yang sebetulnya sebuah penggabungan berbagai ideologi yang apik dan selaras malah semakin dibenturkan demi kepentingan masing masing golongan. Dan itulah hebatnya dan fleksibelnya Pancasila yang sekaligus menjadi kekurangannya.

Di satu sisi, Sila Pertama "Ketuhanan Yang Maha Esa" mengangkat kaum agamis untuk berhak merasa bahwa klaim Pancasila didasarkan Ketuhanan itu hakiki. Namun disisi lain, penggunaan mahluk mythical Garuda yang merupakan simbol kejayaan Nusantara pada masa lalu pun bisa menjadi pertentangan, sekalipun untuk kaum agamis.

Kemanusiaan yang adil dan beradab. Sebelum para pintar sekaligus pandir bicara mengenai civil human rights atau hak asasi manusia entah karena benar benar peduli atau hanya ingin dianggap terkini, Pancasila sudah melakukannya. Apa yang baru ?

Persatuan Indonesia . Satu dasar penting yang berupaya menggabungkan berbagai pemikiran, suku , ras dan agama di Indonesia. Sejarah telah membuktikan, tanpa pengertian mendalam yang didorong oleh kontrol kekuasaan, sangat sulit untuk menyatukan berbagai macam pemikiran yang timbul dari perbedaan ini.

Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawarakatan / (atau) perwakilan ? Demokrasi dimana suara rakyat yang menjadi penentunya dan mereka para wakil yang menjadi penyambung aspirasi rakyat. BELUM pernah kejadian, dimana suara rakyat menjadi penentu. Bagi yang merasa telah berjuang pada era reformasi, mohon maaf sebelumnya. Soeharto mundur bukan karena tekanan mahasiswa pada saat itu. Ini sejarah terulang kembali, dimana ada sebuah kekuatan yang tak nampak terlihat yang bergerak adalah mahasiswa.

Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Sangat kiri sekali. Hasil banyaknya kunjungan kerja pada masa itu ke Rusia dan hubungan baik ke China lah yang menjadi sebuah dasar pada waktu itu. Dimana Rusia pun telah runtuh dari era negara adidaya, dan China? China pun berkembang dari sebuah negara yang "semua orang harus sama rata" ke sebuah pemikiran "siapa bilang rakyat tak boleh kaya?". Dan kita bisa lihat hasilnya pada saat ini.

Dimana letak Pancasila, adalah tergantung pada diri kita. Dimana menempatkannya, memahaminya dan melaksanakannya. Tak sesimpel penghapalan 5 sila saja yang sanggup menjadikan Pancasila sebuah dasar negara yang kuat.