Mengapa kita lebih aman menggunakan pemanis alami daripada pemanis buatan

24 Januari 2017Konsumsi gula pasir per hari harus dibatasi demi menjaga kesehatan. Anda tentu tidak ingin terkena penyakit degeneratif bukan? Penambahan berat badan, diabetes dan penyakit jantung hanyalah sedikit dari penyakit degeneratif yang dapat Anda idap karena terlalu banyak mengonsumsi gula. Memang di pasaran kini tersedia banyak pemanis pengganti gula, namun Anda harus cerdas dan bijak  dalam memilih.

1. Madu adalah pemanis alami yang mengandung beragam manfaat, seperti vitamin dan mineral. Madu pun bermanfaat mengurangi rasa cemas, dan mengobati gangguan pencernaan. Tentu saja konsumsinya harus dibatasi, karena bagaimana pun Madu = Gula.Agave nektar merupakan ekstrak tanaman agave (semacam kaktus) yang mengandung indeks glikemik rendah. Namun, karena mengandung fruktosa yang cukup tinggi, konsumsi agave penuh perhitungan, dan jangan berlebihan.

2. Sweetleaf dan Truvia adalah alternatif gula yang terbuat dari semacam herbal yang ditemukan di Amerika Tengah dan Selatan. Rasanya 40 kali lebih manis dari gula tapi nol kalori dan tidak membuat gula darah melonjak. Rasanya seperti gula dengan indeka glikemik hampir nol.

3. Xylitol adalah gula alkohol natural dan dapat ditemukan di buah beri dan jagung. Xylitol memiliki hanya 9 kalori persatu sendok teh dan indeks glikemik lebih rendah dari gula biasa. Xylitol juga berfungsi mencegah bakteri penyebab plak melekat di gigi sehingga mencegah kerusakan gigi. Tapi jika Anda mengonsumsinya terlalu banyak bisa menyebabkan sakit perut, kembung dan diare.

4. Stevia kabarnya tiga ratus kali lebih manis dari gula. Stevia adalah ramuan yang ditemukan di Amerika Selatan dan digunakan sebagai suplemen makanan sebagai pengganti gula. Tidak memiliki kalori dan juga tidak meninggalkan dampak glisemik, yang membuatnya cocok untuk dikonsumsi oleh pasien diabetes dan mereka yang mencoba untuk menjaga berat badan tetap stabil.

Yang Ini Juga Manis

• Jus buah: juga merupakan pengganti umum untuk gula. Tapi, sangat penting untuk minum jus dengan tidak menambahkan gula di dalamnya. Hindari juga untuk menambahkan pemanis seperti sirup atau susu.

• Molase: walau sama-sama dibuat dari tebu, molase adalah justru bahan yang lebih baik dan lebih sehat dibandingkan dengan gula kristal. Molase tidak hanya manis tetapi juga merupakan sumber yang baik dari zat besi dan kalsium.

• Gula kelapa: dikenal juga sebagai gula aren terkenal dan sangat baik karena memiliki indeks glikemik rendah.

• Kurma: diproduksi dari buah kurma yang telah dikeringkan dengan mendehidrasi buah tersebut. Manfaat gizi dari kurma dan rasa manis di dalamnya menjadikan kurma baik digunakan sebagai alternatif dari gula.

• Sirup beras merah: dibuat dari beras merah yang dididihkan, sirup gluten ini memiliki banyak manfaat dari beras merah yang sehat. dan dapat digunakan sebagai pengganti gula seperti dalam makanan pancake dan salad.

Beraneka ragam makanan yang dikonsumsi masyarakat luas, dengan berkembangnya teknologi maka pengolahan makanan pun semakin beragam. Cara pengolahan makanan berkembang, produsen berusaha bagaimana cara untuk membuat produknya terlihat menarik, dan juga tahan lama dengan biaya produksi yang dapat ditekan seminimal mungkin. Maka timbullah bahan tambahan pangan, yaitu bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan komponen khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan kedalam makanan untuk maksud teknologi pada pembuatan, pengolahan penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, dan penyimpanan. Bahan tambahan pangan ini dapat berupa pemanis, pengawet, perasa, antioksidan, antikempal, pengemulsi, pewarna, penyedap rasa, dsb. Selain mempercantik penampilan, tekstur, dan rasa penambahan bahan pengawet juga dapat menakan biaya produksi. Seperti misalnya untuk pemanis buatan, sakarin dengan tingkat kemanisan 300 kali lipat lebih manis dibandingkan gula biasa (sukrosa) maka dengan digunakannya sakarin dapat menghemat biaya produksi berlipat lebih rendah. Suatu hal sintesis akan menimbulkan efek samping jika digunakan berlebihan, maka pemerintah juga turut mengatur ambang batas penggunaan zat-zat sintesis ini agar tidak disalah gunakan oleh produsen. Sebagai konsumen kita juga harus bersikap bijaksana dalam memilih makanan dan minuman yang akan kita konsumsi dengan melihat label yang tercantum pada suatu produk makanan, apakah makanan tersebut mengandung bahan makanan yang cukup aman atau tidak.
Pada makalah ini akan dibahas mengenai salah satu bahan tambahan pangan yaitu pemanis buatan siklamat. Apakah itu siklamat, dan bagaimanakah efeknya pada tubuh akan dibahas kemudian. Akhir-akhir ini menjadi perbincangan mengenai apakah siklamat merupakan suatu karsinogen kimia, akan dipaparkan lebih mendalam di makalah ini.

Pengertian bahan tambahan pangan secara umum adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan komponen khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan kedalam makanan untuk maksud teknologi pada pembuatan, pengolahan penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, dan penyimpanan (Cahyadi, 2006).
Peraturan pemerintah nomor 33 tahun 2012 tentang bahan tambahan pangan pada bab 1 pasal 1 menyebutkan, yang dimaksud dengan bahan tambahan pangan adalah bahan yang ditambahkan kedalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan. Tujuan penggunaan bahan tambahan pangan adalah dapat meningkatkan atau mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan, membuat bahan pangan lebih mudah dihidangkan, serta mempermudah preparasi bahan pangan.

Pada umumnya bahan tambahan pangan dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu sebagai berikut:
1. Bahan tambahan pangan yang ditambahkan dengan sengaja kedalam makanan, dengan mengetahui komposisi bahan tersebut dan maksud penambahan itu dapat mempertahankan kesegaran, cita rasa dan membantu pengolahan, sebagai contoh pengawet, pewarna dan pengeras.
2. Bahan tambahan pangan yang tidak sengaja ditambahkan, yaitu bahan yang tidak mempunyai fungsi dalam makanan tersebut, terdapat secara tidak sengaja, baik dalam jumlah sedikit atau cukup banyak akibat perlakuan selama proses produksi, pengolahan, dan pengemasan. Bahan ini dapat pula merupakan residu atau kontaminan dari bahan yang sengaja ditambahkan untuk tujuan produksi bahan mentah atau penanganannya yang masih terus terbawa kedalam makanan yang akan dikonsumsi. Contoh bahan tambahan pangan dalam golongan ini adalah residu pestisida (termasuk insektisida, herbisida, fungisida, dan rodentisida), antibiotik, dan hidrokarbon aromatik polisiklis.
Bahan tambahan pangan (BTP) sebaiknya digunakan dengan dosis dibawah ambang batas yang telah ditentukan. Jenis penggolongan BTP ada 2 yaitu GRAS (Generally Recognized as Safe), zat ini aman dan tidak berefek toksik misalnya gula (glukosa). Sedangkan jenis lainnya yaitu ADI (Acceptable Daily Intake), jenis ini selalu ditetapkan batas penggunaan hariannya (daily intake) demi menjaga/ melindungi kesehatan konsumen.
Beberapa bahan tambahan pangan yang diijinkan digunakan dalam makanan menurut PP Permenkes No 33 tahun 2012 adalah sebagai berikut: antioksidan, antikempal, pengatur keasaman, pemanis buatan, pemutih dan pematang telur, pengemulsi, pemantap dan pengental, pengawet, pengeras, pewarna, penyedap rasa dan aroma, penguat rasa, dan sekuestrans. Peraturan ini dibuat untuk membatasi penggunaan bahan tambahan pangan yang dirasa masih cukup aman untuk dikonsumsi masyarakat terhadap timbulnya efek negatif yang dapat timbul akibat pemakaian yang berlebihan. Pemanis dapat memberikan rasa manis dalam makanan, tetapi tidak memiliki nilai gizi (Yuliarti, 2007)
Pemanis merupakan senyawa kimia yang sering ditambahkan dan digunakan untuk keperluan produk olahan pangan, industri, serta minuman dan makanan kesehatan. Pemanis berfungsi untuk meningkatkan cita rasa dan aroma, memperbaiki sifat-sifat fisik, sebagai pengawet, memperbaiki sifat-sifat kimia sekaligus merupakan sumber kalori bagi tubuh, mengembangkan jenis minuman dan makanan dengan jumlah kalori terkontrol, mengontrol program pemeliharaan dan penurunan berat badan, mengurangi kerusakan gigi, dan sebagai bahan substitusi pemanis utama (Cahyadi, 2006).
Tujuan ditambahkannya pemanis kedalam bahan pangan diantaranya:
1. Sebagai pangan bagi penderita diabetes mellitus karena tidak menimbulkan gula darah.
Pada penderita diabetes mellitus disarankan mengunakan pemanis sintesis untuk menghindari bahaya gula. Dari tahun 1955 sampai 1966 digunakan campuran siklamat dan sakarin pada pangan dan minuman bagi penderita diabetes.
2. Memenuhi kebutuhan kalori rendah untuk penderita kegemukan.
Kegemukan merupakan salah satu faktor penyakit jantung yang merupakan penyebab utama kematian. Untuk orang yang kurang aktif secara fisik disarankan untuk mengurangi masukan kalori per harinya. Pemanis sintesis merupakan salah satu bahan pengan untuk mengurangi masukan kalori.
3. Sebagai penyalut obat.
Beberapa obat mempunyai rasa yan tidak menyenangkan, oleh karena itu untuk menutupi rasa yang tidak enak dari obat tersebut biasanya dibuat tablet yang bersalut. Pemanis lebih sering digunakan untuk menyalut obat karena umumnya bersifat higroskopis dan tidak menggumpal.
4. Menghindari kerusakan gigi.
Pada pangan seperti permen lebih sering ditambahkan pemanis sintesis karena bahan permen ini mempunyai rasa manis yang lebih tingi dari gula, pemakaian dalam jumlah sedikit saja menimbulkan rasa manis yang diperlukan sehingga tidak merusak gigi.
5. Pada industri pangan, minuman, termasuk industri rokok, pemanis sintesis yang dipergunakan denga tujuan untuk menekan biaya produksi karena pemanis sintesis ini selain mempunyai tingkat rasa manis yang lebih tinggi juga harganya relatif murah dibandingkan dengan gula yang diproduksi di alam (Cahyadi, 2006).
Pemanis merupakan senyawa kimia yang sering ditambahkan dan digunakan untuk keperluan produk olahan pangan, industri, serta minuman dan makanan kesehatan

Berdasarkan proses produksi pemanis dibedakan menjadi:
1. Pemanis sintetis dihasilkan melalui proses kimia.
Contoh: aspartam, sakarin dan siklamat.
2. Pemanis natural dihasilkan dari proses ekstraksi atau isolasi dari tanaman dan buah atau melalui enzimatis.
Contoh: sukrosa, glukosa, fruktosa, sorbitol, mantitol, dan isomalt.
a. Aspartam
Aspartam ditemukan pada tahun 1965 secara kebetulan oleh James Schulter. Aspartam adalah senyawa metil ester dipeptida yaitu L-fenilalanin-metil ester. Mempunyai daya kemanisan ± 200x kemanisan gula. Aspartam merupakan pemanis sintesis non-karbohidrat, merupakan bentuk metil ester dari dipeptida (asam aspartat dan fenilalanin). Dijual dengan nama dagang komersial seperti Equal, Nutrasweet, dan Canderel. Tidak boleh digunakan oleh penderita PKU karena metabolisme aspartam meningkatkan kadar fenilalanin dalam darah.

b. Sakarin
Sakarin berupa Ca- atau Na-sakarin merupakan pemanis buatan yang paling lama dikenal ditemukan oleh John Hopkins (1879). Sakarin merupakan senyawa benzosulfimida atau o-sulfobenzimida dengan rumus molekul C7H5NO3S. Mempunyai daya kemanisan ± 300x kemanisan gula. Sakarin tidak mengandung kalori. Dalam tubuh sakarin diserap secara perlahan, tidak dimetabolisme, dan segera dikeluarkan lewat air seni. Tahun 1977 pemberian sakarin pada hewan percobaan meningkatkan resiko tumor kandung kemih pada anak tikus jika induknya diberi sakarin ketika mengandung.

c. Siklamat
Siklamat pertama kali ditemukan tahun 1939 oleh dan diperbolehkan untuk digunakan kedalam makanan di U.S.A. pada tahun 1950. Dilanjutkan dengan pengujian dalam keamanan untuk senyawa yang muncul ditemukan pada tahun 1967 bahwa siklamat dapat merubah usus ke cyclohexylamine dimana dapat menimbulkan karsinogenik. Rupanya, hanya beberapa individu yang memiliki kemampuan untuk merubah siklamat ke cyclohexylamine (Deman, 1980).

Tidak seperti sakarin, siklamat berasa manis tanpa rasa ikutan yang kurang disenangi. Bersifat mudah larut dalam air dan intensitas kemanisanya ± 30 kali kemanisan sukrosa. Dalam industri pangan natrium siklamat dipakai sebagai bahan pemanis yang tidak mempunyai nilai gizi untuk pengganti sukrosa. Siklamat bersifat tahan panas, sehingga sering digunakan dalam pangan yang diproses dalam suhu tinggi misalnya pangan dalam kaleng. Meskipun memiliki tingkat kemanisan yang tinggi dan rasanya enak (tanpa rasa pahit) tetapi siklamat dapat membahayakan kesehatan. Hasil penelitian bahwa tikus yang diberikan siklamat dan sakarin dapat menimbulkan kanker kantong kemih. Hasil metabolisme siklamat, yaitu sikloheksiamin bersifat karsinogenik. Oleh karena itu ekskresinya melalui urine dapat merangsang pertumbuhan tumor. Penelitian yang lebih baru menunjukkan bahwa siklamat dapat menyebabkan atropi, yaitu terjadinya pengecilan testikular dan kerusakan kromosom ( Cahyadi, 2006 ).
Konsep adanya empat rasa pokok (manis, asin, pahit, dan asam) sebenarnya hanya penyederhanaan supaya praktis. Rangsangan yang diterima oleh otak karena rangsangan elektrik yang diteruskan dari sel perasa sebetulnya sangat kompleks. Rasa asin terutama disebabkan oleh rangsangan ion-ion negatif (anion) bahan kimia pada reseptor rasa. Tetapi tidak ada kelompok bahan kimia tertentu yang menyebabkan rasa manis meskipun telah diketahui bahwa struktur molekul sederhana kelompok senyawa-senyawa gula yang terbentuk tertutup sangat merangsang rasa manis. Sakarin yang struktur kimianya sangat berlainan dengan gula ternyata tidak dapat dibedakan rasa manisnya. Sampai saat ini mekanisme respons rasa manis belum diketahui dengan baik. Perubahan struktur molekul sedikit saja dapat menghasilkan senyawa baru dengan rasa yang berbeda.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan untuk mengetahui hubungan struktur kimia bahan pemanis dengan rasa manis adalah:
1. Mutu rasa manis
Faktor ini sangat bergantung dari sifat kimia bahan pemanis dan kemurniannya. Bahan alam yang dapat mendekati rasa manis, kelompok gula yang dapat di pakai sebagai dasar pembuatan bahan pemanis sintesis adalah asam-asam amino. Salah satu dipeptida seperti aspartam memiliki rasa manis dengan mutu yang serupa dengan kelompok gula. Sedangkan pada sakarin dan siklamat menimbulkan rasa pahit yang semakin terasa dengan bertambah bahan pemanis. Rasa pahit tersebut diduga terkait dengan struktur molekulnya, karena dengan pemurnian yang bagaimanapun tidak dapat menghilangkan rasa pahit.
2. Intensitas rasa manis.
Intensitas rasa manis menunjukkan kekuatan atau tingkat kadar kemanisan suatu bahan pemanis. Intensitas rasa manis berkaitan dengan nilai relatif rasa manis dalam yang sama maupun yang berbeda antara masing-masing bahan pemanis. Masing-masing pemanis berbeda kemampuannya untuk merangsang indra perasa. Kekuatan rasa manis yang ditimbulkan oleh bahan pemanis dipengaruhi oleh beberapa faktor diantara adalah suhu dan sifat dan mediumnya (cair atau padat). Intensitas rasa manis biasanya diukur dengan membandingkannya dengan kemanisan sukrosa 10 %.
3. Kenikmatan rasa manis
Bahan pemanis ditambahkan dengan tujuan untuk memperbaiki rasa dan bau bahan pangan sehingga rasa manis yang tinbul dan menimbulkan kelezatan. Dari beberapa pemanis tidak sempurna dapat menimbulkan rasa nikmat yang dikehendaki. Pada pemanis sintesis seperti sakarin malah tidak dapat menimbulkan rasa nikmat malah memberikan rasa yang tidak menyenangkan. Tetapi penggunaan campuran sakarin dan siklamat pada bahan pangan dapat menimbulkan rasa manis tanpa menimbulka rasa pahit.
Penggunaan pemanis buatan yang semula hanya ditujukan pada produk-produk khusus bagi penderita diabetes, saat ini penggunaannya semakin meluas pada berbagai produk pangan secara umum. Beberapa pemanis buatan bahkan tersedia untuk dapat langsung digunakan atau ditambahkan langsung oleh konsumen kedalam makanan atau minuman sebagai pengganti gula. Propaganda mengenai penggunaan pemanis buatan umumnya dikaitkan dengan isu-isu kesehatan seperti: pengaturan berat badan, pencegahan kerusakan gigi, dan bagi penderita diabetes dinyatakan dapat mengontrol peningkatan kadar glukosa dalam darah. Namun demikian, tidak selamanya penggunaan pemanis buatan tersebut aman bagi kesehatan (Cahyadi, 2006).
Penggunaan pemanis buatan yang semula hanya ditujukan pada produk-produk khusus bagi penderita diabetes, saat ini penggunaannya semakin meluas pada berbagai produk pangan secara umum. Beberapa pemanis buatan bahkan tersedia untuk dapat langsung digunakan atau ditambahkan langsung oleh konsumen kedalam makanan atau minuman sebagai pengganti gula. Propaganda mengenai penggunaan pemanis buatan umumnya dikaitkan dengan isu-isu kesehatan seperti: pengaturan berat badan, pencegahan kerusakan gigi, dan bagi penderita diabetes dinyatakan dapat mengontrol peningkatan kadar glukosa dalam darah. Namun demikian, tidak selamanya penggunaan pemanis buatan tersebut aman bagi kesehatan (Cahyadi, 2006).
Siklamat berasal dari N-cyclo-heksil-sulfamic acid (CHS), dan dimanfaatkan sebagai pemanis buatan non-kalori dalam makanan dan minuman serta industri farmasi. Siklamat diproduksi dari sikloheksilamin (diperoleh dengan pengurangan anilin) oleh reaksi sulfonasi. Siklamat tidak berbau dan larut dalam air, alkohol dan propilene glikol dan lebih stabil dibandingkan dengan aspartam dan sakarin, dan lebih tahan pada suhu tinggi.(Martin et al, 2005)
Ikatan antara atom S dan N pada siklamat merupakan ikatan amida (amida sulfonat), sehingga disamping keasaman atom H yang terikat gugus sulfonat, atom yang terikat gugus N juga bersfat asam. Ikatan amida tersebut dapat diputus dengan reaksi hidrolisis dengan katalis asam maupun basa disertai dengan pemanasan, menghasilkan sulfat dan sikloheksilamin. Nmun demikian reaksi hidrolisis siklamat juga dapat terjadi pada saluran pencernaan dengan bantuan mikroba. (Renwick et al, 2004)

Akhir-akhir ini menjadi perbincangan yang hangat dimana siklamat digadang sebagai suatu zat karsinogen, bagaimana tingkat toksisitas siklamat akan dipaparkan melalui beberapa penelitian berikut. Takayama memaparkan hasil penelitiannya melalui uji toksisitas jangka panjang selama 24 tahun dengan menggunakan hewan coba (kera) yang menunjukkan terjadinya adenocarsinoma pada kolon, carcinoma hepatoselular metastatik, dan adenocarcinoma papilar pada prostat. Namun takayama merasa tidak cukup bukti mengenai karsinogenisitas siklamat karena tumor yang teramati pada hewan coba terjadi pada jaringan yang berbeda dan pada frekuensi yang lazim teramati pada kera.
Martin et al menyatakan bahwa tikus yang diberikan natrium siklamat secara intraperitoneal selam 10 sampai 14 hari kehamilan menyebabkan berkurangnya berat janin, berat plasenta dan panjang tali pusat (retardasi perkembangan janin), dan juga terjadinya hipertrofi sel hati dengan sinusoi kaliber kecil.
Kamenickova et al juga telah mempelajari efek dari pemanis buatan seperti aspartam, asesulfam, siklamat dan sakarin terhadap ekspresi CYP1A1 (sitokrom P450 1A1) sebagai aktivator karsinogen dalam metabolisme obat dan aktivitas transkripsional AhR(aril hidrokarbon reseptor) dan GR (glukokrotikoid reseptor) reseptor yang menginduksi karsinogen kimia. Pemanis yang diuji tidak mempengaruhi aktivitas transkripsi dari AhR dan GR, seperti diungkapkan oleh gen reporter. Ekspresi CYP1A1 mRNA dan protein tidak disebabkan oleh salah satu pemanis diuji dalam hepatosit primer manusia dan di usus manusia LS174T dan sel-sel kanker hati HepG2. Secara keseluruhan, penggunaan aspartam, asesulfam, siklamat dan sakarin dalam makanan dapat dianggap aman, berkaitan dengan efek pada induksi CYP1A1 dan aktivasi AhR dan GR reseptor.

Siklamat merupakan salah satu pemanis sintetis yang rasa manisnya 30 kali lipat dari sukrosa. Siklamat diproduksi dari sikloheksilamin (diperoleh dengan pengurangan anilin) oleh reaksi sulfonasi. Siklamat lebih tahan terhadap panas dibandingkan pemanis buatan yang lain, yang diharapkan tidak menimbulkan efek karsinogen akibat pemanasan seperti yang dialami oleh pemanis buatan yang lain. Beberapa penelitian menunjukkan hasil dimana siklamat dapat berperan sebagai suatu karsinogen, namun penelitian lain tidak menunjukkan hasil yang negatif dengan pengkonsumsian siklamat. Sehingga penulis rasa dibutuhkan penelitian yang lebih intensf dalam jangka panjang untuk menguji keamanan siklamat ini.

DAFTAR PUSTAKA

Cahyadi,S. 2006. Analisis dan aspek kesehatan bahan tambahan pangan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Kamenickova et al. Effect of artificial sweeteners on the AhR and GR dependent CYP1A1 expression in primary human hepatocytes and human cancer cells. Toxicology in vitro. 27: 2283-2288
Martin et al. 2005. Effect of Sodium Cyclamate on the Rat Fetal Liver : a karyometric and stereological study. Int. J. Morphol. 23(3): 221-226.
Renwick et al. The metabolism of cyclamate to cyclohexylamine in humans during long term administration. Toxicology and applied pharmacology. 196: 367-380.
Takayama et al. 2000. Long term toxicity and carcinogenicity study of cyclamate in nonhuman primates. Toxicological science. 53:33-39.
Yuliarti,N. 2007. Awas bahaya dibalik lezatnya makanan. Yogyakarta: penerbit Andi.

Mengapa kita lebih aman menggunakan pemanis alami lebih aman dari pada pemanis buatan?

karena pemanis alami tidak mengandung bahan kimia,sedangkan pemanis sintetik banyak mengandung bahan kimia berbahaya, dan dapat merusak kesehatan di ginjal.

Apa keunggulan pemanis alami?

Pemanis alami dibuat dari bahan alami, sehingga lebih aman dan tidak menimbulkan efek samping. Pemanis alami mengandung banyak kalori sehingga bila berlebihan dikonsumsi akan menyebabkan kegemukan hingga diabetes.

Mengapa kita tidak boleh mengonsumsi pemanis buatan secara berlebihan?

Studi lainnya menunjukkan bahwa konsumsi pemanis buatan dalam porsi berlebih dapat meningkatkan tekanan darah dan merangsang hati untuk membuang lemak ke aliran darah. Semakin banyak lemak dalam darah, semakin tinggi tekanan darah, dan semakin tinggi pula risiko Anda mengalami pengerasan arteri (aterosklerosis).

Pemanis apakah yang paling aman digunakan?

Jawaban. pemanis yang aman digunakan yaitu pemanis alami yang berasal dari tebu .