Mengapa tasawuf dianggap mempermudah penyebaran Islam di kalangan masyarakat sebutkan tokohnya

Mengapa tasawuf dianggap mempermudah penyebaran Islam di kalangan masyarakat sebutkan tokohnya

Mengapa tasawuf dianggap mempermudah penyebaran Islam di kalangan masyarakat sebutkan tokohnya
Lihat Foto

Kemendikbud RI

Ilustrasi Masuknya Islam di Nusantara

KOMPAS.com - Proses Islamisasi Nusantara berlangsung secara bertahap dalam rentang waktu yang panjang.

Penyebaran agama Islam di Nusantara dilakukan dengan cara yang damai dan fleksibel. Islam di Nusantara lebih mudah diterima karena menggunakan dakwah yang bersifat adaptif terhadap karakteristik masyarakat nusantara.

Berikut merupakan saluran-saluran Islamisasi di Nusantara:

Saluran perdagangan merupakan saluran utama penyebaran Islam di Nusantara. Dalam buku Arkeologi Islam Nusantara (2009) karya Uka Tjandrasasmita, pembawa dan penyebar agama Islam pada masa-masa permulaan adalah golongan pedagang.

Pada sekitar abad 7-16 Masehi, Kepulauan Nusantara merupakan kawasan perdagangan Internasional yang ramai dikunjungi oleh pedagang-pedagang internasional, termasuk pedagang dari Arab, Persia dan Gujarat.

Baca juga: Kerajaan Islam di Kalimantan

Ramainya aktivitas perdagangan Nusantara menjadi faktor penting dalam kesuksesan Islamisasi Nusantara melalui jalur perdagangan.

Islamisasi di Nusantara semakin berkembang pesat ketika para ulama, guru agama dan raja turut menyebarkan agama Islam melalui pendidikan.

Para Ulama dan guru agama mendirikan pondok pesantren sebagai tempat pengajaran Islam dan keterampilan hidup bagi masyarakat nusantara.

Jaringan keilmuan Islam Nusantara juga dapat terbentuk melalui perkembangan pesantren di Nusantara.

Saluran perkawinan merupakan salah satu cara yang mudah dan efektif dalam Islamisasi Nusantara. Pedagang Islam banyak yang melakukan perkawinan dengan kaum perempuan pribumi dari kalangan bangsawan hingga anggota kerajaan.

Baca juga: Kerajaan Islam di Jawa

Umat muslim menunaikan Shalat Idul Fitri 1441 H di Masjid AL-Mabrur, Kenjeran, Surabaya, Jawa Timur. ANTARA FOTO/Zabur Karuru

Proses Islamisasi yang terjadi di Indonesia terjadi secara bertahap dan berlangsung selama berabad-abad. Ini disebabkan karena mengubah pola pikir dan kebiasaan masyarakat sulit dilakukan. Apalagi sebelum Islam berkembang, pengaruh Hindu, Budha, dan kepercayaan lokal telah mengakar dengan kuat.

Penyebaran agama Islam di Nusantara dilakukan dengan cara yang damai. Islam berangsur-angsur diterima karena memanfaatkan dakwah yang bersifat adaptif terhadap karakteristik masyarakat lokal.

Agar lebih memahaminya, berikut adalah proses Islamisasi Indonesia secara umum:

Islam Disebarkan Melalui Perdagangan

Mengutip dari buku Arkeologi Islam Nusantara karya Tjandrasasmita, pembawa agama Islam pada masa-masa permulaan adalah golongan pedagang. Jadi mereka sebenarnya menjadikan faktor ekonomi sebagai pendorong utama untuk berkunjung ke Indonesia.

Momen ini diperkirakan terjadi sebelum abad ke-13 M. Sekitar abad 7-16 M, kepulauan Nusantara merupakan kawasan perdagangan Internasional yang ramai dikunjungi pedagang dari berbagai bangsa, termasuk Arab, Persia dan Gujarat.

Pendapat serupa dikemukakan oleh Hasan Mu’arif Ambary yang membagi fase Islamisasi Indonesia menjadi tiga, yaitu fase kehadiran para pedagang Muslim, fase terbentuknya kerajaan Islam, dan fase pelembagaan Islam.

Islamisasi Melalui Perkawinan

Ilustrasi akad nikah. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan

Saluran Islamisasi melalui perkawinan terjadi antara pedagang atau saudagar Islam dengan wanita pribumi. Melalui perkawinan inilah terlahir seorang Muslim. Alhasil, komunitas Islam makin luas.

Mengutip dari jurnal Kajian Proses Islamisasi di Indonesia tulisan Latifa Dalimunthe, jalur perkawinan lebih menguntungkan apabila terjadi antara saudagar muslim dengan anak bangsawan atau anak raja karena mereka kemudian turut mempercepat proses Islamisasi.

Contohnya adalah perkawinan Raja Brawijaya dengan puteri Campa yang melahirkan Raden Patah (Raja pertama Demak).

Pondok Pesantren. Foto: tebuireng.org

Islamisasi juga dilakukan melalui pendidikan. Ini tidak dapat dilepaskan dari peran para pengembara sufi dan tokoh agama. Penyebaran Islam melalui pendidikan awalnya terjadi di lingkungan keluarga, kemudian berkembang di surau, masjid, pesantren, dan akhirnya masuk di rumah para bangsawan.

Di Pulau Jawa, penyebaran Islam melalui pendidikan dilakukan oleh Wali Songo. Mereka mendirikan pesantren untuk mendidik santri tentang agama Islam. Diharapkan, setelah selesai menuntut ilmu para santri dapat pulang ke kampung halaman untuk berdakwah menyebarkan Islam.

Islamisasi Melalui Tasawuf

Tasawuf merupakan ajaran ketuhanan yang berfokus pada pembersihan diri. Para ahli tasawuf juga memiliki ilmu menyembuhkan penyakit dan pengetahuan soal magis.

Menurut Tjandrasasmita, ahli tasawuf hidup dalam kesederhanaan, selalu berusaha menghayati kehidupan masyarakat, dan hidup bersama di tengah-tengah masyarakat.

Dengan tasawuf, bentuk Islam yang diajarkan ke penduduk pribumi mempunyai kesamaan dengan kepercayaan mereka yang sebelumnya menganut agama Hindu. Dengan demikian agama baru ini mudah dimengerti dan diterima.

Islamisasi Melalui Kesenian

Wayang Kulit di Museum Wayang Indonesia (Foto: Fahrian Saleh/kumparan)

Kesenian juga menjadi media dakwah Islam. Para penyebar agama Islam tidak mengubah kebudayaan yang telah ada, namun memanfaatkan kebudayaan tersebut sebagai sarana untuk menyebarkan agama.

Sunan Bonang merupakan sosok di balik tembang "Tombo Ati”. Selain itu, Sunan Bonang juga seorang dalang. Beliau menggubah lakon dan memasukkan tafsir-tafsir khas Islam dalam cerita.

Sunan Kalijaga menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk sebagai media dakwah. Beliau juga merupakan tokoh pencipta baju takwa, perayaan sekatenan, layang kalimasada, dan lakon wayang Petruk Jadi Raja.

Seni tersebut membuat banyak orang tertarik, bahkan berhasil membuat sebagian adipati di Jawa memeluk Islam melalui Sunan Kalijaga.