Mengapa trisha prabhu disebut jagoan teknologi

ReThink is an award-winning, innovative, nonintrusive, patented technology that effectively detects and stops online hate before the damage is done.
ReThink is a student-led movement too!
With ReThink let's end online hate -
one message at a time.

Start A ReThink Chapter

AUG 10, 2014@17:24 WIB | 728 Views

Ilmuwan berusia 14 tahun, Trisha Prabhu terpilih sebagai finalis Google Sience Fair 2014 untuk konsep teknologi yang dimilikinya. Konsep tersebut adalah proyek Rethink. Rethink adalah konsep teknologi yang berhubungan dengan pencegahan cyberbullying. Dengan Rethink, seseorang akan memikirkan pesan yang akan mereka buat, apakah pesan tersebut akan menyinggung dan menyakiti sesorang atau tidak sebelum mengirim pesan tadi. Hipotesis yang diberikan oleh Prabu, dengan teknologi Rethink, pengguna terutama kalangan remaja akan diperingatkan untuk tidak mengirim pesan yang terkesan offensive.

Proyek Rethink ini dilakukan dengan 1500 percobaan dengan remaja anonim mulai dari usia 12 hingga 18 tahun. Hasilnya, Prabhu menemukan 67 % memanfaatkan dasar sistem Rethink untuk mempertimbangkan komentar atau pesan yang terkesan provokatif dan berbahaya.

Ilmuwan muda ini sedang bekerja pada sistem prototipe, bagaimana Rethink harapannya dapat diintegrasikan pada situs-situs media sosial yang banyak populer saat ini. "Desain saya mencakup sistem penyaringan canggih konteks-sensitif yang menangkap pesan yang benar-benar menyakitkan," tulis Prabhu secara garis besar proyeknya. [iam/timBX]

Trisha Prabhu is a 21-year-old innovator, social entrepreneur, global advocate and inventor of ReThink™, a patented technology and an effective way to detect and stop online hate. In the fall of 2013, Trisha, then just 13 years old, read the shocking news story of Rebecca Sedwick's suicide. After being cyberbullied for over a year and a half, Rebecca, a 12-year-old girl from Florida, took her own life. As a victim of harassment herself, Trisha was shocked, heartbroken, and outraged - she couldn't be a bystander, and decided to be an Upstander. In response, Trisha created the patented technology product ReThink™, which detects and stops online hate at the source, before bullying occurs and the damage is done. Her globally acclaimed research has found that with ReThink, adolescents change their mind 93% of the time and decide not to post an offensive message.


As a social entrepreneur, Trisha has received worldwide acclaim in the business world. In 2016, President Obama and the U.S. State Department invited Trisha to the Global Entrepreneurship Summit, to showcase her work and share her story with other entrepreneurs. Not long after, ReThink was featured on ABC's hit T.V. show, Shark Tank. In 2019, ReThink was the Grand Prize Winner of Harvard University's President's Innovation Challenge. In 2020, Trisha was named one of the inaugural winners of the prestigious Elevate Prize, as well as an Adrian Cheng Fellow at Harvard Kennedy School's Social Innovation and Change Initiative. In 2021, she was the youngest honoree named to Forbes' 30 Under 30 Social Impact list.


Trisha has also been honored with awards and recognition for her ingenuity in inventing, building, and launching ReThink. For her research and scientific inquiry, Trisha was named a 2014 Google Science Fair Global Finalist. She was also awarded the 2016 MIT INSPIRE Aristotle Award, as well as the 2016 University of Illinois at Urbana-Champaign Illinois High School Innovator Award. She also had the esteemed distinction of showcasing and sharing the ReThink technology at the 2016 White House Science Fair at the invitation of President Obama.


For her advocacy, public service, and her commitment to leading an anti-cyberbullying movement, Trisha was selected as a 2015 Global Teen Leader by the We Are Family Foundation, conferred the 2016 WebMD Health Hero of the Year Prodigy Award, and received the Anti-Bullying Champion Award by the International Princess Diana Awards, the Global Anti-Bullying Hero Award from Auburn University, and the Upstander Legacy Celebration Award from the Tyler Clementi Foundation. She is also a proud recipient of several other awards, including the Daily Points of Light Honor, awarded by the George H. W. Bush Foundation for extraordinary volunteering and service.


Trisha has also helped spark a rallying cry against online hate. To date, she has shared the ReThink message in over 60+ keynotes in 30+ cities in 3 languages, speaking on platforms that include TED, TEDx, WIRED, The Aspen Ideas Festival, La Ciudad de Las Ideas, SAP, Girls Who Code, the Family Online Safety Institute, Universities, Schools, Conferences and more.


Outside of ReThink, Trisha is involved in a number of initiatives that are close to her heart. In 2017, she was elected Illinois's Youth Governor - the state's first female Youth Governor in 28 years. She's also an ardent supporter of empowering women in the entrepreneurial community. Whether volunteering her time to teach young women how to code at Girls Who Code, or leading SoGal Boston, a chapter of the SoGal movement, which is committed to ending the diversity gap in entrepreneurship, Trisha is working to inspire and support a generation of fierce, fearless leaders tackling the world's most important issues.


Trisha is currently pursuing her undergraduate education at Harvard University in Cambridge, MA.

You're Reading a Free Preview
Pages 4 to 5 are not shown in this preview.

Merdeka.com - Seorang gadis kecil berumur 14 tahun mengklaim telah menemukan cara terbaik untuk membuat orang yang sering menghina atau pem-bully di internet bisa menghentikan tindakan tercela mereka.

Trisha Prabu adalah salah satu di antara 15 pemenang kontes ilmiah Google untuk para calon ilmuwan cilik di seluruh dunia. Hasil penelitian Trisha kali ini adalah sebuah software anti-bully yang bisa ditambahkan ke jejaring sosial, aplikasi, situs, hingga kolom komentar yang ada di internet.

Cara kerja software buatan Trisha pun cukup sederhana, piranti lunak bernama "Rethink" itu bertugas menyaring pesan dan postingan dengan kata-kata yang dianggap mampu menyakiti hati penerimanya. 

Jika suatu pesan dianggap 'menyakitkan' perasaan, software Rethink akan memberikan sebuah notifikasi atau peringatan yang menanyakan apakah si pengirim benar-benar mau mengirimkan sebuah pesan atau postingan yang telah ditulisnya.

Dalam penelitiannya, Trisha mengungkapkan bila sekitar 93,43 persen dari orang dewasa yang berniat mem-bully lewat dunia maya membatalkan niatnya setelah 'ditanya' oleh Rethink.

Langkah gadis muda ini pun patut diacungi jempol, mengingat saat ini bully-an dunia maya atau yang biasa disebut cyber-bullying telah dialami oleh 50 persen orang dewasa yang menggunakan internet. Ironisnya 10 hingga 20 persen di antaranya di-bully secara rutin via komunikasi online, BGR [07/08].

Liputan6.com, Jakarta Gadis ini sedih, marah, dan hatinya hancur kala membaca sebuah berita mengenai salah seorang korban cyberbullying yang memilih bunuh diri. Tak mau korban bullying bertambah banyak, ia berusaha mencari solusi sampai pada akhirnya membuat satu aplikasi bernama ReThink.

Gadis jenius bernama Trisha Prabu yang berasal dari Illinois, Amerika Serikat mengatakan, ReThink adalah aplikasi pengingat bahwa pesan yang akan dikirim oleh seseorang berpotensi mengitimidasi si penerima pesan. Jika ditemukan pesan yang berpotensi menyinggung, muncul jendela pop-up, mengingatkan untuk mempertimbangkan kembali isi pesan yang akan dikirim itu.

Butuh waktu lama bagi gadis berumur 15 tahun menciptakan aplikasi ini. Setidaknya, ia harus melakukan uji coba lebih dari 1.500 kali. Ia juga rela menggunakan waktu santainya untuk menyempurnakan aplikasi ReThink ini. 

Di sela-sela pembuatan ReThink, Trisha juga melakukan penelitian kecil-kecilan. Ia menemukan, seorang remaja akan melakukan apa saja, termasuk mengirim sebuah pesan yang justru menyudutkan si penerimanya ketika ia berada di bawah tekanan.

"Dari hasil penelitian saya, jika mereka diberi kesempatan untuk berhenti sejenak, melihat hasil ketikannya, dan memikirkan kembali untuk mengirim pesan tersebut, anak-anak ini akan berubah pikiran dan memutuskan untuk tidak mengirim pesan yang menyakitkan," kata Trisha dikutip dari situs Daily Mail, Senin [28/12/2015]

Tidak pernah terbesit keinginannya untuk menyudahi pembuatan ReThink ini. Ia ingin semua orang menggunakan aplikasinya. Trisha mengatakan, cukup banyak penelitian yang menunjukkan sedikit sekali seorang anak yang memberitahu orangtua atau teman terdekatnya kalau dia sedang berada di bawah tekanan teman-temannya atau dia sedang dibully. Sampai pada akhirnya, orang terdekat baru mengetahui semuanya di saat korban sudah meninggal dunia.

"Lima puluh persen dari remaja di Amerika Serikat mendapat intimidasi dari dunia maya," kata Trisha menekankan.

Video yang berhubungan

Bài Viết Liên Quan

Bài mới nhất

Chủ Đề