Menggunakan ruang gerak apa sajakah dalam tari Rantaya tersebut

(1)

i

SEBAGAI TERAPI TALENTA MENARI

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

DIYAH PUJI ASTUTI 09209241043

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI TARI FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2014


(2)

ii

PERSETUJUAN

Skripsi yang berjudul Fungsi Kinestetik Tari Rantaya Alus Gaya Surakarta

Sebagai Terapi Talenta Menari ini telah disetujui oleh pembimbing untuk

diujikan.

Yogyakarta, April 2014 Pembimbing I

Marwanto, M.Hum

NIP. 19610324 198811 1 001

Pembimbing II

Supriyadi Hasto Nugroho, M.Sn NIP. 19680228 200212 1 001


(3)

iii

Skripsi yang berjudul Fungsi Kinestetik Tari Rantaya Alus Gaya Surakarta

Sebagai Terapi Talenta Menari ini telah dipertahankan di depan Dewan penguji

pada tanggal 12 Mei 2014 dan dinyatakan lulus.

DEWAN PENGUJI

Nama Jabatan Tanda Tangan Tanggal

Wien Pudji PDP, M.Pd Ketua Penguji ... ... Supriyadi Hasto Nugroho, M.Sn Sekretaris Penguji ... ... Herlinah, M.Hum Penguji I ... ... Marwanto, M.Hum Penguji II ... ...

Yogyakarta, Juni 2014 Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Dekan,

NIP. 19550505 198011 1 001 Prof. Dr. Zamzani, M.Pd


(4)

iv

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya Nama : Diyah Puji Astuti NIM : 09209241043

Program Studi : Pendidikan Seni Tari

Fakultas : Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

menyatakan bahwa karya ilmiah ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya, karya ilmiah ini tidak berisi materi yang ditulis oleh orang lain, kecuali bagian-bagian tertentu yang saya ambil sebagai acuan dengan mengikuti tata cara dan etika penulisan karya ilmiah yang lazim.

Apabila ternyata terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar, sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.

Yogyakarta, 5 Mei 2014 Penulis,

Diyah Puji Astuti NIM. 09209241043


(5)

v

Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tutwuri handayani

( Ki Hajar Dewantara )

Teguh dalam kemauan, ulet dalam berusaha


(6)

vi

PERSEMBAHAN

Demi pagi yang senantiasa tak lelah dan tak menyerah menjemput tulisan-tulisan skripsi ini, penulis mempersembahkan tugas akhir skripsi ini kepada:

1. Ibuku tercinta Erma Sudarwati yang telah sabar dan tulus menyayangiku, memberikan doa, dan dukungan untuk kesuksesanku untuk mendapat gelar sarjana;

2. Nenek Sumiyati yang senantiasa menaruh rindu kepada cucunya serta memberikan nasehat yang membuat semangatku bangkit;

3. Kakakku Dian Eka Sari yang selalu memberi inspirasi dalam menempuh Pendidikan Tinggi di Yogyakarta;

4. Lilik Wiyana yang telah memberikan dukungan baik moral maupun material, dan kritik sarannya yang membangun semangatku;


(7)

vii

Salam cerdas, dan bermartabat, Rahayu. Tiada kata yang lebih indah selain memanjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta alam yang senantiasa memberikan karunia dan kasih sayang, sehingga kita senantiasa mampu merangkai hari demi hari yang indah. Rasa syukur semakin mendalam atas terselesaikannya tugas akhir skripsi ini guna menempuh gelar sarjana dengan judul, Fungsi Kinestetik Tari Rantaya Alus Gaya Surakarta

Sebagai Terapi Talenta Menari.

Penulis menyadari bahwa dalam terselesaikannya tugas akhir ini banyak pihak yang telah membantu secara luar biasa. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A seaku Rektor Universitas Negeri Yogyakarta,

2. Prof. Dr. Zamzani, M.Pd selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Seni,

3. Drs. Wien Pudji PDP, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Seni Tari yang telah memberikan kemudahan dalam proses birokrasi penelitian ini.

4. Bapak Marwanto, M.Hum dan bapak Supriyadi Hasto Nugroho, M.Sn selaku dosen pembimbing yang telah berkenan memberikan petunjuk, bimbingan, dan dorongan dengan penuh keikhlasan dan kesabaran dalam membimbing tugas akhir ini.

5. Bapak Muh. Mukti, S.Kar., M.Sn selaku Pembimbing Akademik selama menempuh pendidikan S1.


(8)

viii

6. Bapak dan ibu dosen Pendidikan Seni Tari yang telah memberikan inspirasi dan semangat dalam masa-masa berkarya di bangku perkuliahan hingga terselesaikannya tugas akhir ini.

7. Bapak Bambang Tri Atmadja, M.Sn dan bapak Daryono, S.Kar., selaku narasumber tari Rantaya I putra alus

8. Bapak Dr. Tomoliyus, M.S. selaku validator dosen kinestetik Fakultas Ilmu Keolahragaan yang telah membantu peneliti dalam terlaksananya penelitian fungsi kinestetik tari Rantaya I putra alus.

9. Muhammad Nurazis Rodli yang telah menemani dan senantiasa memberikan semangat serta dukungannya;

10.Sahabat-sahabatku mbak nurul, nimas, afis, mas danang yang selalu memberikan dorongan, nasehat, bantuan materi dan selalu saling menjaga selama belajar diperguruan tinggi.

11.Rekan-Rekan Keluarga Mahasiswa Seni Tradisi dan seluruh Komunitas Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta yang selalu memberi arti hari-hari di luar dinding-dinding angka.

12.Rekan-rekan Pendidikan Seni Tari angkatan 2009, yang senantiasa memberikan ilmu dalam membagi hari-hari yang berarti di Yogyakarta.

13.Teman-teman pendidikan Seni Tari 2009, terimakasih atas pelajaran dan pengalaman bersama kalian, jadi tahu, apa arti kebersamaan dalam pertemanan.


(9)

Pada akhirnya penulis menghaturkan ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu dalam membantu dalam terselesaikannya tugas akhir ini. Semoga karya sederhana ini dapat memberikan sumbangan yang nyata terhadap dunia pendidikan khususnya pembelajarann fungsi kinestetik tari Rantaya I yang lebih efektif. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam tugas akhir skripsi ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.

Yogyakarta, 5 Mei 2014


(10)

x DAFTAR ISI

halaman HALAMAN JUDUL ...

PERSETUJUAN ... PENGESAHAN.. PERNYATAAN ... MOTTO ... PERSEMBAHAN ... KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ... DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN ... ABSTRAK ... I ii iii iv v vi vii x xiii xv xvi

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah. 1

B. Identifikasi Masalah 5

C.Pembatasan Masalah... 5

D.Perumusan Masalah.. 6

E. Tujuan Penelitian 6

F. Manfaat Penelitian 6

G.Batasan Istilah... 8

BAB II KAJIAN TEORI A.Deskripsi Teoritik..... 10

1. Fungsi....... 10

2. Kinestetik...... 11

3. Tari..... 15

4. Rantaya...... 18


(11)

6. Talenta 21 B. Sajian Konstruk Analisis.. 22 BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian....... B. Tempat dan Waktu Penelitian... C. Sumber Data ...

1. Sumber Data Primer. 2. Sumber Data Sekunder D. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi. 2. Studi Dokumentasi... 3. Wawancara... E. Instrumen Penelitian F. Objek Penelitian G. Penyeleksian Data.. H. Teknik Keabsahan Data. I. Analisis Data.. 1. Reduksi Data 2. Sajian Data... 3. Penarikan Kesimpulan.

24 25 25 26 26 27 27 28 28 29 29 30 31 32 33 33 33 BAB IV PEMBAHASAN

A. Deskripsi Subjek Penelitian .. 35 B. Sajian Hasil Penelitian .. 35 C. Pembahasan ..

1. Latar Belakang Penciptaan Tari Rantaya Gaya Surakarta... 2. Tari Rantaya Sebagai Sarana Terapi Talenta Menari.. 3. Fungsi Kinestetik Unsur Gerak Tari Rantaya. 1. Unsur Kepala. 2. Unsur Badan..

36 36 43 48 50 56


(12)

xii

3. Unsur Tangan 4. Unsur kaki.

59 77 D. Analisis Gerak Tari Rantaya I Putra Alus 94 BAB V PENUTUP

A. Simpulan... B. Impilkasi...

187 188 DAFTAR PUSTAKA...


(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Kepala tegak lurus statis

Gambar 2. Kepala tolehan kanan dan tolehan kiri. Gambar 3. Kepala coklekan kekanan dan coklekan kekiri Gambar 4. Badan tegak lurus

Gambar 5. Sikap tangan gandamaru/ngapurancang

Gambar 6. Tangan mingkis kanandan kiri dalam lumaksana impuran

Gambar 7. Jari-jari ngrayung Gambar 8. Jari-jari ngithing Gambar 9. Jari-jari nyempurit Gambar 10. Jari-jari ngepel Gambar 11. Sembahan tari putri

Gambar 12. Sembahan tari putra alus dan putra gagah Gambar 13. Ukel medal atau ukel keluar

Gambar 14. Ukel mlebet/ukel masuk Gambar 15. Ukel tanggung

Gambar 16.Sikap tangan lurus

Gambar 17. Menyiku atau membuat sudut siku pada tangan Gambar 18. Gerak ayunan tangan.

Gambar 19. Kaki tegak lurus Gambar 20. Kaki mendhak

Gambar 21. Kaki melangkah kedepan/ mager timun kaki kanan dan kiri Gambar 22. Kaki melangkah silang kaki kanan dan kiri


(14)

xiv

Gambar 23. Kaki duduk bersila Gambar 24. Kaki posisi jengkeng Gambar 25. Kaki posisi tanjak Gambar 26. Kaki junjung mayungi Gambar 27. Kaki kicat kanan dan kiri

Gambar 28. Gerak kaki seret jempol kanan dan seret kiri Gambar 29. Gerak kaki seret polok kanan dan seret kiri Gambar 30. Kaki impur kanan dan kiri

Gambar 31. Kaki posisi srisig Gambar 32. Kaki jinjit madal pang


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Danceskrip tari Rantaya I putra alus Lampiran 2. Glosarium

Lampiran 3. Gambar Anatomi Tubuh Manusia Lampiran 4. Surat Pernyataan


(16)

xvi

FUNGSI KINESTETIK TARI RANTAYA ALUS GAYA SURAKARTA SEBAGAI TERAPI TALENTA MENARI

Oleh Diyah Puji Astuti NIM 09209241043

ABSTRAK

Objek kajian penelitian ini adalah tari Rantaya I putra alus yang dicermati sebagai media pembelajaran dasar tari klasik gaya Surakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan latar belakang penciptaan dan menganalisis fungsi kinestetik tari Rantaya I putra alus.

Penelitian ini merupakan penelitian analisis konten kualitatif. Unsur gerak dikaji secara deskriptif berdasarkan kontraksi jenis grup otot sebagai sumber gerak utama. Mengkaji bentuk gerak menurut bidang gerak dan perputaran sumbu/porosnya (nomenclature gerak). Data penelitian utama berupa kata-kata lisan yang sumber datanya berasal dari bapak Bambang Tri Atmadja, M.Sn dan bapak Daryono S.Kar., M.Hum., serta bapak Dr. Tomoliyus M.S. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara mendalam, dan studi dokumentasi. Analisis data menggunakan reduksi data, sajian data dan pengambilan kesimpulan. Teknik Triangulasi yang digunakan adalah triangulasi sumber dan triangulasi metode.

Hasil penelitian ini mencakup tentang 1) latar belakang penciptaan terapi tari Rantaya yaitu sebagai upaya pendekatan gerak pada peserta didik dalam membentuk generasi penerus yang peduli terhadap kelestarian seni tari, 2) tari Rantaya sebagai sarana terapi talenta menari yang merupakan sebuah bentuk pendekatan gerak terhadap peserta didik yang kesulitan untuk melakukan gerak tari dalam upaya pengembangan bakat menari. Selain gerak, gendhing irama dadi adalah salah satu iringan yang dapat memotivasi peserta didik untuk bergerak. Dalam upaya pengembangan kecerdasan kinestetik, peserta didik harus melalui tahapan gerak yang paling sederhana hingga tahapan yang lebih sukar, secara otomatis otot sebagai sumber gerak pada tubuh akan terlatih dengan sendirinya. 3) Analisis tari Rantaya I putra alus terdiri dari 4 unsur yaitu unsur kepala, badan, tangan, dan kaki. Hasil analisis diperoleh kesimpulan bahwa suatu gerakan tari merupakan gerakan kontraksi otot pada tubuh tiap bagian tertentu. Untuk mengoptimalkan bakat menari peserta didik perlu adanya suatu penelitian gerak sebagai penunjang keterampilan gerak yang dihasilkan dari kontraksi kekuatan dan kelenturan otot pada tubuh serta perluasan gerak pada sendi. Pembelajaran tari Rantaya I putra alus adalah ragam gerak dasar yang mengacu pada pengembangan kecerdasan kinestetik diantarnya gerak kekuatan, gerak keseimbangan, kecepatan, rotasi, dan yang paling penting adalah koordinasi anggota tubuh.


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Tari pada kenyataan sesungguhnya merupakan penampilan gerak tubuh, oleh karena itu tubuh sebagai media ungkap sangat penting perannya bagi tari. Gerakan tubuh dapat dinikmati sebagai bagian dari komunikasi bahasa tubuh. Gerak adalah pengalaman fisik yang paling elementer dari kehidupan manusia, gerak tidak hanya terdapat pada denyutan-denyutan di seluruh tubuh manusia untuk tetap dapat memungkinkan manusia hidup, tetapi gerak juga terdapat pada ekspresi dari segala pengalaman emosional manusia. Ibarat gerak, hal tersebut menjadi alat ekspresi manusia dalam karya seni. Tubuh menjadi bahasa tari untuk memperoleh makna gerak. Tari merupakan salah satu cabang seni yang mendapat perhatian besar di masyarakat. Sebagai sarana atau media komunikasi yang universal, tari menempatkan diri pada posisi yang dapat dinikmati oleh siapa saja dan kapan saja. Kemajuan suatu kebudayaan tergantung pada cara kebudayaan tersebut mengenali, menghargai, dan memanfaatkan sumber daya manusia.

Secara keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Dapat disimpulkan bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh peserta didik. Di dalam pembelajaran seni tari, dituntut untuk mengasah kemampuan dan kecerdasan seseorang. Kecerdasan erat kaitannya dengan kemampuan kognitif dan psikomotor yang dimiliki oleh


(18)

2

masing-masing individu. Kecerdasan adalah kapasitas yang dimiliki seseorang untuk menyelesaikan masalah-masalah dan membuat cara penyelesaian dalam konteks yang beragam dan wajar. Kecerdasan seseorang bersifat jamak atau ganda yang meliputi unsur-unsur kecerdasan matematik, lingual, musikal, visual-spasial, kinestetik, interpersonal, intrapersonal, dan natural (Gadner, 1993:111)

Tari dalam hal ini adalah keterampilan dalam diri manusia yang dapat dikembangkan dan diasah sesuai dengan yang dikuasai agar dapat memperoleh hasil yang maksimal dalam melakukan suatu pekerjaan. Keterampilan yang dapat dikembangkan dan diasah tersebut menggunakan kekuatan raga, jiwa, dan pikiran, yaitu keterampilan menari. Keterampilan menari adalah kegiatan yang menggunakan kekuatan raga, jiwa, dan pikiran karena dalam melakukan kegiatan menari menggunakan konsentrasi raga, pikiran, dan juga penjiwaan. Keterampilan menari juga termasuk kategori kecerdasan kinestetik. Kecerdasan kinestetik yang dimaksud adalah kemampuan menyelaraskan pikiran dengan badan, sehingga apa yang dikatakan oleh pikiran akan tertuang dalam bentuk gerakan-gerakan badan yang indah, kreatif, dan mempunyai makna. Kecerdasan kinestetik tersebut juga identik dengan kemampuan seseorang dalam mengembangkan gerak, sehingga mempunyai nilai performa yang begitu indah dan berbeda dari yang lainnya.

Kegiatan menari juga memerlukan latihan-latihan yang khusus untuk mengasah dan mengembangkan keterampilan yang dimiliki, hal ini berbeda dengan orang yang hanya menggerakkan badan saja. Kecerdasan kinestetik


(19)

merupakan kecerdasan yang perlu dikembangkan, seni tari merupakan salah satu bentuk pengembangan intelegensi kinestetik karena dalam pengungkapannya menggunakan gerak tubuh manusia sebagai media utama. Semua gerak yang dihasilkan dari anggota badan dikoordinasikan menjadi satu kesatuan bentuk tarian yang diungkapkan lewat gerakan yang indah.

Dalam pengembangan bakat menari, tidak semua orang dapat memaknai dan melakukan sebuah tarian. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar diantaranya: 1) perubahan secara tidak sadar, 2) perubahan bersifat kontinu dan fungsional, 3) perubahan bersifat positif dan aktif, 4) perubahan bukan bersifat sementara, 5) perubahan bertujuan atau terarah, 6) perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku (Slameto, 1995:2-4). Perubahan dalam belajar tidak akan berhasil apabila tidak didasari bakat dari peserta didik sendiri.

Bakat adalah kemampuan bawaan dan merupakan potensi (potential ability) yang harus dikembangkan dan dilatih. Kemampuan tidak akan berkembang tanpa didorong kapasitas latihan yang memadai dan secara kontinu (Semiawan, 1984:1-2). Untuk dapat memaknai dan melakukannya, hal pertama yang diperlukan adalah minat dalam diri untuk belajar tari. Salah satu upaya untuk menumbuhkan minat diperlukan sebuah motivasi baik dari dalam (internal) maupun dari luar dirinya sendiri (eksternal). Keterampilan


(20)

4

dalam melakukan gerak tari akan berhasil apabila tingkat motivasi diri untuk berlatih sangat tinggi.

Bakat akan mempengaruhi hasil belajar peserta didik, apabila hasil kompetensi menari peserta didik dapat dicapai berdasarkan kecerdasan serta bakat yang dimiliki. Pada hasil akhir pembelajaran tidak semua peserta didik dapat mengikuti materi tari yang diberikan. Peserta didik yang memiliki bakat menari cenderung mempunyai hasil yang maksimal dibandingkan peserta didik yang kurang berbakat dalam menari. Peserta didik yang memiliki kesulitan dalam menari, diperlukan materi khusus sebagai upaya untuk mempermudah mempelajari tari. Pemilihan materi yang tepat perlu di perhatikan dalam pembelajaran awal ketika seseorang belajar menari.

Penciptaan ragam gerak tari Rantaya merupakan salah satu bentuk upaya mempermudah peserta didik untuk belajar menari guna mengembangkan bakat serta keterampilan awal dalam mempelajari sebuah tarian. Tari Rantaya dirumuskan oleh HBS (Himpunan Budaya Surakarta) pada tahun 1950. Terciptanya tari Rantaya ini adalah sebagai metode pembelajaran yang sangat sistematis yang mengajarkan dasar-dasar gerak teknik menari. Metode ini secara sengaja disusun agar pembelajaran dapat lancar, mudah, dan cepat (Wawancara dengan Daryono,S.Kar, M.Hum. 22 Juni 2013).

Di dalam Keraton Kasunanan Surakarta terdapat banyak aliran gaya tari (wiled). Menurut pembagian secara gender pada prinsipnya tari Kasunanan terbagi dalam 2 (dua) kelompok, yaitu: tari putra (beksan kakung)


(21)

dan tari putri (beksan putri). Menurut kualitas tari (jogged) gaya Kasunanan terbagi menjadi 3 (tiga) macam kualitas tari, yaitu:

1. Kualitas gagahan atau gagah (tari putra gagah) 2. Kualitas alusan atau halus (alus) (tari putra alus) 3. Kualitas putren atau putri (tari putri)

Tiap kualitas tersebut secara tradisi dibedakan menurut karakter peran/tokoh dengan pola gerak yang berbeda. Penyusunan bentuk ragam ini merupakan sebuah upaya untuk mempermudah peserta didik dalam belajar tari berdasarkan klasifikasi bentuk ragam yang telah ditentukan gerak dasarnya.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah peneliti dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana keterampilan menari yang dimiliki oleh peserta didik dalam mengolah gerak.

2. Tarian dasar Rantaya.

3. Fungsi kinestetik sebagai terapi talenta menari.

C. Pembatasan Masalah

Permasalahan ini dibatasi peneliti untuk mengkaji dan menganalisis tentang fungsi kinestetik tari Rantaya I kualitas alusan/ tari putra alus, karena gerak dasar tari ini melibatkan keseluruhan mekanisme penggerak tubuh sebagai sarana terapi talenta menari. Gerak tari Rantaya sangat


(22)

6

memperhatikan teknik gerak dan ketukan gendhingnya, akan tetapi pada ragam tari alusan ini berbeda dengan kedua ragam yang lainnya, ragam tari

alusan mempunyai karakteristik ketukan gendhing yang berbeda dilihat dari

geraknya berkesinambungan (mbanyu mili).

D. Rumusan Masalah

Dari uraian identifikasi di atas, permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut Bagaimana fungsi kinestetik tari Rantaya I putra alus dapat digunakan sebagai terapi talenta menari?

E. Tujuan Peneltian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsiksn fungsi kinestetik dari setiap unsur gerak yang disusun pada gerak tari Rantaya I putra alus sebagai terapi talenta menari.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat diambil manfaatnya, yaitu: 1. Manfaat Teoritis

Dengan hasil penelitian yang mengungkapkan fungsi kinestetik pada gerak tari Rantaya I putra alus adalah sebagai upaya terapi talenta menari yang diharapkan mampu menumbuhkan rangsang awal dalam upaya pelatihan keterampilan gerak tari Rantaya I putra alus secara efektif dalam peningkatan dan pengembangan bakat menari peserta didik.


(23)

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peserta didik, penelitian ragam gerak tari Rantaya I putra alus ini diharapkan mampu memberikan rangsang awal terhadap pembelajaran seni tari dan dapat memacu minat serta kemampuan peserta didik untuk belajar tari dengan tingkatan materi tari bentuk yang lebih sukar. Selain itu bagi peserta didik yang kesulitan untuk melakukan gerakan tari, diharapkan mampu mengembangkan keterampilan geraknya, dalam upaya pengembangan bakat menari. Peserta didik dapat merasakan perubahan gerak, tempo, dan bentuk secara keseluruhan pada saat peserta didik melakukan gerakan tari.

b. Bagi Pendidik, penelitian dengan objek ragam gerak tari Rantaya I putra alus ini diharapkan dapat memberi kontribusi positif terhadap pengetahuan tentang fungsi gerakan dasar sebagai pengembangan kecerdasan kinestetik terutama pada pengembangan talenta menari peserta didik. Untuk selanjutnya materi ragam gerak tari Rantaya I putra alus ini dapat diaplikasikan oleh pendidik sebagai pembelajaran awal ketika peserta didik mengenal tari, tujuannya agar mempermudah proses pelatihan awal dalam memberikan pelatihan tari pada peserta didik terutama pengenalan unsur gerak dalam tari Jawa khususnya tari klasik gaya Surakarta. Selanjutnya dapat dengan mudah memberikan materi dengan tingkat kesulitan yang lebih sulit pada peserta didik. Penelitian ini juga diharapkan mampu membantu para pendidik tari untuk meningkatkan keterampilan dengan memahami dasar-dasar gerakan, sehingga pendidik


(24)

8

dapat memperbaiki gerakan yang pada dasarnya memerlukan latihan agar gerakan-gerakan tersebut menjadi terlatih yang dapat memberikan hasil gerak peserta didiknya secara optimal.

c. Bagi Pembaca, penelitian ini diharapkan memberi sumbangan pemikiran dan kepustakaan yang berfungsi sebagai informasi tambahan dan referensi bagi pembaca. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai suatu wacana bagi masyarakat khususnya mahasiswa yang nantinya bisa digunakan sebagai referensi tulisan oleh para mahasiswa pendidikan seni tari. Selain untuk mahasiswa, penelitian ini juga dapat dibaca masyarakat untuk menambah pemahaman dimana pembelajaran dasar itu sangatlah penting dan perlu diutamakan.

G. Batasan Istilah

1. Fungsi Kinestetik: keberadaan gerak tubuh manusia yang memiliki nilai-nilai dan hasil guna yang memberikan manfaat.

2. Tari Rantaya: adalah tarian gerak dasar sederhana yang melibatkan gerak kaki, tangan, leher/kepala, badan, serta arah pandang/polatan (ekspresi wajah)

3. Terapi: sebuah upaya pendekatan melalui pelatihan gerak tari bagi peserta didik yang mengalami kesulitan dalam melakukan gerak tari sebagai upaya pengembangan atau penggalian bakat.


(25)

4. Talenta Menari: bakat menari atau kemampuan seseorang dalam bidang tari yang dapat berkembang dan memerlukan pelatihan yang kontinu dan optimal.


(26)

10 BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi teoritik

1. Fungsi

Fungsi dapat diartikan dengan sesuatu hal yang memiliki manfaat. Aktivitas suatu kehidupan sosial dapat dikatakan fungsional apabila aktivitas tersebut masih memberi sumbangan bagi sistem sosial begitu juga sebaliknya, aktivitas kehidupan sosial tidak fungsional lagi apabila sudah tidak sama sekali memberi sumbangan bagi sistem sosial. Fungsi tari merupakan salah satu keberadaan tari yang memiliki nilai dan hasil guna yang memberi manfaat pada masyarakat khususnya dalam kesinambungan kehidupan sosial.

Soedarsono (1999:167-169) membedakan dua fungsi dalam seni pertunjukan yaitu fungsi primer dan fungsi sekunder. Fungsi primer dapat diartikan apabila seni pertunjukan tersebut jelas dipertunjukkan kepada siapa, dan siapa penikmatnya, sedangkan fungsi sekunder yaitu suatu fungsi apabila seni pertunjukan tersebut sekedar hanya untuk dinikmati dan mempunyai kepentingan yang lain.

Fungsi primer dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu : (1) sebagai yang melibatkan diri dalam pertunjukkan, (2) sebagai presentasi estetis (keindahan bentuk) yang dipertunjukkan, dipresentasikan dan disajikan kepada penonton. fungsi sekunder dibagi menjadi sembilan bagian, yaitu : (1) sebagai sarana pengikat solidaritas sekelompok masyarakat, (2) sebagai sarana pengikat solidaritas bangsa, (3) sebagai sarana komunikasi massa, (4) sebagai


(27)

sarana media propaganda keagamaan, (5) sebagai sarana media propaganda politik, (6) sebagai sarana media progam-progam pemerintahan, (7) sebagai sarana media imitasi, (8) sebagai sarana terapi atau pengobatan, (9) sebagai sarana media perangsang (Soedarsono. 1999:167-169).

Dari pendapat ahli yang mengungkapkan berbagai fungsi yang sangat komplek tersebut, dengan demikian tari Rantaya putra alus menurut fungsinya dapat di golongkan dalam fungsi sekunder sebagai sarana terapi atau pengobatan. Uraian tentang fungsi tari sebagai terapi merupakan pendekatan kinestetik yang berupa sentuhan untuk memberi kemudahan dalam mengatasi kesulitan dalam menari. Jika arti fungsi ditinjau dari segi kinestetik merupakan manfaat atau kegunaan dari gerak tari itu sendiri.

2. Kinestetik

Gerak adalah kegiatan atau proses perubahan tempat dan posisi ditinjau dari titik pandang tertentu. Gerakan manusia dapat diamati karena adanya perubahan posisi dari tubuh atau anggota tubuh dalam ruang dan waktu. Semua bentuk gerakan terjadi karena dipengaruhi oleh sejumlah gaya. Gaya disini tidak lain adalah kontraksi otot. Unsur-unsur terjadinya gerakan disebabkan oleh: (1) tulang sebagai alat gerak, (2) otot sebagai sumber penggerak, (3) persendian yang memungkinkan terjadinya gerakan (Subagyo dan Sigit, 2010:19). Dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa otot adalah sumber gerak utama yang menyebabkan terjadinya gerakan pada tubuh manusia dan juga sebagai pelindung persendian.


(28)

12

Menurut Murgiyanto (1983: 20), medium atau bahan baku tari berupa gerakan-gerakan tubuh. Gerak adalah rangkaian sikap sedangkan sikap adalah keadaan gerak sesaat. Pengertian gerak tari bukanlah gerak seperti yang dilakukan sehari-hari, melainkan gerak yang mengandung arti, yaitu gerak yang telah mengalami perubahan-perubahan dari bentuk semula. Gerak yang indah adalah gerak yang telah distilisasi yaitu gerak wantah yanag diubah menjadi gerak yang tidak wantah, baik diperhalus maupun dirombak dari bentuk aslinya, biasa disebut gesture (Soedarsono, 1972:1-17).

Gerak dalam tubuh manusia dibagi menjadi dua, diantaranya gerak-gerak tubuh yang dilakukan di tempat (nonlokomotor) maupun gerak berpindah tempat (lokomotor). Gerak di tempat lebih menekankan estetika dan simbol gerak, sedangkan gerak berpindah tempat biasanya difungsikan sebagai penghubung dari ragam satu ke ragam berikutnya (Soedarsono, 1972:1-17).

Menurut Soedarsono (1978:1) substansi atau materi tari adalah gerak. Gerak adalah pengalaman fisik yang paling elementer dari kehidupan manusia untuk menyatakan keinginannya, atau dapat dikatakan pula bahwa gerak merupakan bentuk refleksi spontan dari gerak batin manusia. Sebagai substansi dasar gerak merupakan bagian yang hakiki dalam kehidupan, sehingga manusia cenderung untuk menerima gerak tanpa memikirkan dari mana keberadaannya.

Menurut Hadi, (2011:10) dalam koreografi (penciptaan) gerak adalah dasar ekspresi, oleh sebab itu gerak dipahami sebagai ekspresi dari semua


(29)

pengalaman emosional. Pengertian gerak dalam seni tari pada dasarnya merupakan ungkapan gerak yang dihasilkan oleh tubuh manusia. Maka gerakan-gerakan yang dihasilkan merupakan sebuah gerak yang mengandung nilai-nilai tertentu.

Tari merupakan salah satu bentuk pengembangan dari intelegensi (kecerdasan) kinestetik, yang merupakan suatu kemampuan untuk menggunakan keseluruhan tubuh atau sebagian dari tubuh untuk memecahkan suatu masalah. Tari merupakan salah satu kegiatan yang mengembangkan kecerdasan kinestetik karena dalam pegungkapannya diwujudkan melalui gerakan-gerakan yang diungkapkan dengan media tubuh manusia. Dalam perkembangan kecerdasan kinestetik, seseorang yang memiliki kemampuan untuk menggunakan keseluruhan atau sebagian tubuh mereka seperti tangan atau kaki yang merupakan satu bentuk pengembangan intelegensi kinestetik (Campbell, 2006: 75).

Kinesiologi berasal dari bahasa Yunani (greek), yang terdiri dari kata

kinein yang berarti gerak (montion/move), logos yang berarti ilmu

pengetahuan. Jadi kinesiologi adalah ilmu yang mempelajari gerak manusia

(human movement). Kinesiologi adalah ilmu yang mempelajari gerak (the

science of movement) yang diaplikasikan dan menjelaskan tentang gerak

tubuh manusia (Yusup dan Sunaryadi, 2000: 52)

Kinesiologi merupakan suatu cabang ilmu yang mempelajari gerak manusia yang berkaitan dengan anatomi tubuh manusia yang memiliki fungsi gerak. Pengetahuan kinesiologi ini dapat membantu pendidik untuk lebih


(30)

14

dapat memahami dasar-dasar motorik peserta didik maupun spesialisasi keterampilan gerak secara efektif (Sunaryadi, 2000:52). Kinesiologi merupakan bidang ilmu yang didasari dari bidang ilmu anatomi, fisiologi dan mekanika. Ketiga bidang ilmu tersebut sangat berperan dalam menganalisis gerakan yang efisien, efektif, dan aman berkaitan dengan analisis tulang dan sendi (anatomi), sistem otot syaraf (fisiologi) dan gerakan manusia (mekanika) akan tercipta dengan baik (Subagyo dan Sigit, 2010:1)

Terciptanya tari Rantaya ini sudah dilihat dari segi kinestetik geraknya, sehingga di dalam tari Rantaya di susun mulai dari yang mudah sampai yang susah. Gerak keseluruhan dari tari Rantaya telah diperhitungkan dan dipertimbangkan dalam segi kinesiologinya, karena gerak tari Rantaya ini diambil dari gerak keseharian hidup manusia (wawancara dengan Daryono, S.Kar.,M.Hum dan Bambang Tri Atmadja, M.Sn. 22 juni 2013).

Dalam melakukan gerak yang baik atau sesuai dengan tujuan dari tari, perlu kesiapan dari anggota tubuh untuk dapat melakukan gerak sesuai yang diinginkan. Penari dalam melakukan gerak tari membutuhkan kemampuan kekuatan, daya tahan, otot-otot tungkai sebagai tumpuan untuk bergerak begitu pula kelenturan, keseimbangan, serta koordinasi gerak tubuh yang baik. Untuk dapat menari dengan baik dan menunjang gerakan anggota tubuh guna mempersiapkan organ-organ dan otot-otot tubuh agar selalu siap dan dapat berfungsi lebih baik serta meningkatkan kualitas gerak dalam menunjang peningkatan prestasi penari yaitu dengan latihan-latihan kondisi fisik yang terdiri dari unsur-unsur kekuatan, daya tahan, keseimbangan, kelenturan,


(31)

kecepatan, kelincahan, koordinasi dan ketepatan. Selain itu juga ditekankan pada pembentukan dan peningkatan kualitas gerak.

Dalam gerak tari dapat dibedakan menjadi dua, yaitu gerak murni dan gerak maknawi. Gerak murni adalah gerak yang digarap sekedar untuk mendapatkan bentuk artistik dan tidak dimaksudkan untuk menggambarkan sesuatu. Gerak maknawi adalah gerak yang mengandung arti yang jelas dan sudah mengalami stilisasi atau distorsi (Soedarsono, 1978:22-23). Seperti halnya dengan bentuk gerak, gerak dalam seni tari mempergunakan anggota badan manusia. Anggota tubuh seperti jari-jari, pergelangan tangan, dan sebagainya. Anggota tubuh ini dapat berdiri sendiri atau dapat bergabung, bersinambungan, dan berurutan antara anggota badan satu dengan yang lainnya (Kussudiardja, 1992:5).

Dalam tari Rantaya, gerak-gerak yang sederhana telah diolah dan sudah mengalami stilisasi kemudian disususn kembali menjadi suatu bentuk terapi gerak yang mengandung gerakan-gerakan murni dan maknawi. Gerakan tersebut memiliki maksud dan tujuan serta fungsi tari Rantaya bagi upaya terapi perkembangan talenta menari.

3. Tari

Dalam Kamus Besar Indonesia arti dari kata tari adalah gerakan seluruh anggota badan, kepala, tangan dan kaki yang berirama dan diiringi bunyi-bunyian musik atau gamelan (pusat Bahasa Depdiknas, 2001:1144). Sehingga, tari dapat diartikan sebagai sebuah hasil perenungan dan proses penghayatan akan lingkungan sekitar dan apa yang dialami serta dirasakan


(32)

16

seseorang yang kemudian di ekspesikan lewat gerak yang indah maupun hanya dengan simbol-simbol tertentu dengan melibatkan seluruh anggota tubuh sebagai komponen utama dalam tari dan musik serta iringan sebagai komponen pendukung dalam tari.

Pengertian seni tari menurut Cooric Hartong, seorang ahli tari dari Belanda, adalah gerak-gerak yang diberi bentuk ritmis dari badan di dalam ruang. Sedangkan menurut Kamaladevi Chattopadhaya, seorang ahli tari dari India, memberi batasan tentang tari yang merupakan desakan perasaan manusia yang mendorongnya untuk mencari ungkapan berupa gerak-gerak yang ritmis. Curt Sachs dalam buku World History of the dance mengutarakan definisi tari lebih singkat lagi, yaitu tari adalah gerak yang ritmis. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam setiap tari pasti ada gerak, maka gerak menjadi elemen utama dan ritme merupakan elemen yang kedua.

Bagong Koesdiardjo (1992:1-2). Seorang ahli dan tokoh kesenian memberikan pengertian tentang tari bahwa seni tari adalah keindahan gerak anggota-anggota badan manusia yang bergerak, berirama, dan berjiwa yang harmonis. Keindahan bukan hanya hal yang halus dan bagus saja, melainkan sesuatu yang memberi kepuasan batin manusia. Jadi gerak yang kasar, keras, kuat, dan lainnya bisa merupakan gerak yang indah. Berjiwa bisa diartikan memberi kekuatan yang bisa menghidupkan, jadi gerak yang telah dibentuk dan berirama tersebut seakan hidup dan dapat memberikan pesan yang dapat dimengerti. Tari adalah keindahan bentuk anggota badan manusia yang terungkap melalui ekspresi jiwa manusia yang bersifat estetis dan tidak


(33)

bersifat independent dan kehadirannya tidak dapat dilepaskan dari masyarakat pendukungnya. Dari pengertian di atas dapat dilihat adanya hubungan atau keterkaitan antara gerak tubuh dengan tari. Medium pokok tari adalah gerak anggota tubuh sedangkan tubuh merupakan media pokok dari manusia melakukan gerakan tari.

Salma Jean Cohen (dalam Murgiyanto, 2002:11), tari sebagai rangkaian gerak yang dirancang untuk dilihat demi kepentingan melihat itu sendiri dan untuk tujuan yang lebih luhur dari kepentingan akan makna semata. Setiap gerakan dapat disebut gerak tari apabila dibalik gerakan tersebut mengandung tujuan yang lebih luhur dari kepentingan makna gerak itu sendiri. Dari berbagai definisi tari dari para ahli memaparkan batasan arti dari istilah tari itu sendiri. Definisi tari klasik Jawa menurut Soerjodinigrat:

Ingkang kawastanan djoged inggih punika ebahing sadaya

sarandhoening badhan kasarengan oengeling gangsa (gamelan)

katata pikantoek wiramaning gendhing djumbuhing pasemon kalajan pikajenging djoged

Definisi tersebut mengandung makna bahwa keindahan tari tidak hanya keselarasan gerakan-gerakan badan dengan iringan musik gamelan, akan tetapi seluruh ekspresi harus mengandung maksud-maksud isi tari atau pesan yang dibawakan, (Soerjodiningrat, 1934:3). Menurut Bastomi, seni tari merupakan suatu kesatuan gerak yang berkesinambungan, seni tari tidak hanya suatu keahlian teknik gerak tetapi juga ungkapan jiwa dan nilai hidup yang dirasakan dan digambarkan dengan media irama gerak jasmaniah (Bastomi, 1992:38).


(34)

18

Menurut Soedarsono (1978:4), seni tari merupakan ekspresi jiwa manusia melalui gerak gerak ritmis yang indah. Keindahan adalah rasa, suatu pengertian yang dalam keindahan Jawa Timur khususnya, diartikan sebagai perpaduan ide yang digiring oleh serangkaian pengertian atau seringkali dengan penerimaanindera yang dilontarkan oleh wujud gerak atau suara berpola tertentu yang melambangkan pengertian-pengertian tertentu (Sedyawati, 1981:20). Seni tari merupakan seni yang dapat diserap melalui indra penglihatan, dimana keindahannya dapat dinikmati dari gerakan-gerakan tubuh, dengan ritme-ritme teratur, yang diiringi irama, musik, yang diserap melalui indra pendengaran.

4. Rantaya

Tari Rantaya adalah tarian dasar untuk pembelajaran awal tari gaya Surakarta. Tari Rantaya adalah tarian gerak dasar sederhana yang melibatkan gerak kaki, tangan, leher atau kepala, badan, dan arah pandang atau polatan (ekspresi wajah) (Teguh, 1989:9). Maksud dan tujuan tari Rantaya adalah melemaskan sendi-sendi dan otot, agar penari terbiasa dengan gerak-gerak tari yang baku dan tepat. Tari Rantaya I putra alus dimaksudkan untuk meluweskan gerak tari alusan. Disamping untuk belajar gerak tari, tari Rantaya juga melatih penari menyesuaikan gerak dengan iringannya, yaitu

gendhing Jawa.

Menari dapat di sebut dengan olahraga. Menari membutuhkan kekuatan otot dan keluwesan gerak. Maka perlu diadakan latihan terus menerus dengan tekun. Alangkah baiknya, jika penari yang melakukan gerak


(35)

tari Rantaya juga dapat mengerti dan memahami fungsi kinestetik gerak yang dilakukan.

Unsur-unsur kelambatan (mbanyu mili) dari gendhing jawa pada tari Rantaya I putra alus semua dirasakan perubahan tempo, bentuk, secara keseluruhan bentuk geraknya dikaji dari kepala sampai kaki dan sangat mungkin jika dilakukan secara terus menerus dapat dihubungkan dengan terapi.

5. Terapi

Terapi adalah suatu sarana penyembuhan yang memanfaatkan segenap pengetahuan dan teori yang membentuk psikologi sebagai disiplin ilmiah. Sasaran dapat dicapai dengan menekankan pada penelitian eksperimental secara perkasus yaitu pasien itu sendiri (Soerjono, 1993:62). Pendidikan terapi

(therapy) adalah sejenis penyembuhan untuk membantu individu memiliki

kemampuan mendorong dirinya sendiri guna mengatasi masalah di dalam kehidupannya, serta membantu individu untuk bereaksi, berintegrasi dengan lingkungan sosialnya (Sumandiyo, 2003:82). Pendidikan terapi pada gerak tari Rantaya tidak semata-mata mementingkan tujuan seninya ataupun nilai artistik yang ada di dalam gerakan tersebut, melainkan sebagai sarana untuk membantu mengembangkan atau mengaktifkan keterampilan talenta menari dan juga pada hasil atau manfaat dari fungsi terapi dalam usaha penyembuhan.

Istilah terapi seni (Art Therapy) merupakan suatu bentuk terapi yang menggunakan pendekatan kognitif dari suatu bentuk seni tertentu yang berfungsi untuk memperjelas tujuan hidup orang yang diterapi serta


(36)

20

mengubah keyakinan, pikiran dan emosi (Ronan dalam Safaria, 2004:52). Pendekatan terapi dalam tari menggunakan gerak tubuh manusia yang disebut dengan terapi latihan. Terapi latihan berfungsi untuk melenturkan mekanisme alat penggerak tubuh. Akan tetapi yang digerakkan adalah hanya sebagian dari anggota badan yang terdiri dari grup otot tertentu.

Gerakan yang tersusun dalam gerak tari Rantaya putra alus ini merupakan upaya terapi talenta menari yang berisi susunan gerak tari yang memiliki fungsi sebagai sarana penyembuhan yang dilakukan dengan latihan. Pelatihan ini ditujukan bagi orang yang sama sekali belum mengenal gerak tari khususnya tari Surakarta. Pada akhirnya peserta didik yang belum mengenal dapat melakukan gerak tari gaya Surakarta dengan teknik yang benar.

Terapi tari menggunakan pendekatan yang mengacu pada kinestetik metode, yaitu pendekatan gerak yang mendukung kerja otot yang terkait dengan pelatihan kelenturan, keseimbangan, dan ketangkasan dalam melakukan gerak. Gerakan tari dalam sistem pembelajaran dapat digunakan untuk membantu seseorang dalam penyembuhan untuk meningkatkan kepekaan terhadap lingkungannya secara maksimal pada batas potensinya sendiri (Hadi, 2005:82). Dengan demikian, tari Rantaya ini mengacu pada terapi latihan yang fungsinya melatih mekanisme alat penggerak pada tubuh manusia. Dalam hal ini keseluruhan tubuh bekerja secara besama-sama, sehingga membutuhkan kecerdasan kinestetik dalam melakukan gerak dasar untuk memudahkan anak dalam melakukan gerak tari.


(37)

6. Talenta

Talenta merupakan pembawaan seseorang sejak lahir (Pusat Bahasa Depdiknas, 2001:1127). Talenta dapat juga disebut bakat, keahlian, kemampuan seseorang (Marhiyanto dan Munir, 2003:264). Bakat (Aptitude) diartikan sebagai kemampuan bawaan dan merupakan potensi (Potential

Ability) yang masih perlu dikembangkan atau dilatih. Kemampuan tidak akan

berkembang tanpa didorong kapasitas latihan yang memadai dan secara continue dilakukan tindakan (yang diawali dengan niat) sebagai hasil dari pembawaan dan latihan. Maka dari itu bakat memerlukan dukungan dengan latihan, pengetahuan, dorongan atau motivasi dan juga pengalaman agar bakat tersebut terwujud dengan baik (Semiawan, 1984:1-2).

Tingkat kecerdasan seseorang dapat menentukan bakat dalam bidangnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tingkat kecerdasan masing-masing individu mempengaruhi keahlian, dan keterampilan seseorang pada bidangnya. Seseorang yang memiliki bakat tari belum tentu dapat melakukan gerak tari dengan baik tanpa adanya suatu pelatihan yang kontinu dan terarah. Sedangkan seseorang yang pada awalnya sama sekali tidak memiliki bakat tari dapat menjadi seorang penari yang berbakat apabila mempunyai keinginan untuk mempelajari dan berlatih menari.

Dengan demikian penciptaan gerak tari Rantaya ini merupakan tujuan utama sebagai pendekatan awal dalam memudahkan peserta didik untuk memulai pembelajaran menari sehingga dengan latihan yang dilakukan secara rutin akan dapat mengembangkan talenta pada peserta didik dalam


(38)

22

pembelajaran tari. Pada jenjang selanjutnya, peserta didik dapat berkembang dengan melakukan tingkatan gerak yang lebih sulit.

B. Sajian Konstruk Analisis

Penelitian yang digunakan yaitu analisis uji (content analisis)

inferensional. Penelitian ini menggali isi/makna pesan simbolik dalam

dokumen, yang berupa data yang tidak terstruktur secara deskriptif. Penelitian ini tidak hanya menggunakan isi pesan akan tetapi juga menggunakan makna serta memberikan pesan pada pembaca, pendengar dan pengamat bahkan penikmat seni, penelitian menggunakan pendekatan kualitatif yang diharapkan mampu menghasilkan uraian yang mendalam tentang fungsi kinestetik tari Rantaya I putra alus sebagai sarana terapi talenta menari.

Menurut Murgiyanto (2002:44), menyebutkan empat tahapan dalam analisis tari diantaranya, 1) mendeskripsikan komponen dasar tarian, 2) mencermati struktur dan bentuk tarian, 3) menginterpretasikan tarian, 4) mengevaluasi tarian.

Dalam penelitian ini analisis terhadap tari Rantaya I putra alus dilakukan melalui tahapan yakni:

1. mendeskripsikan dan menguraikan latar belakang dan tujuan dari penciptaan tari Rantaya I putra alus,

2. mendeskripsikan/menguraikan secara rinci dari gerakan yang digunakan, elemen visual dan auditif dari tari Rantaya I putra alus hubungannya dengan fungsi kinestetik pengembangan talenta menari,


(39)

3. mendeskripsikan/mengenali berbagai komponen tari dengan mencermati hubungan antar komponen dan mengenali struktur dan bentuk tarian. 4. melakukan sebuah interpretasi dan evluasi yang merupakan proses untuk

mengungkapkan isi dari tari Rantaya I putra alus. Interpretasi bertolak dari penjelasan yang diberikan berdasarkan konsep penciptaan fungsi kinestetik pada unsur geraknya sebagai sarana terapi telenta menari dan atas tinjauan pada pokok masalah yang diungkapkan. Evaluasi dilakukan untuk mengungkap kualitas tari Rantaya I putra alus ditinjau dari segi fungsional.


(40)

24 BAB III

METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif kualitatif. Dalam penelitian kualitatif data-data yang diperoleh yaitu berupa kata-kata melalui informasi dari para pendukung, tulisan-tulisan, dan foto-foto. Metode kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati dan diarahkan pada latar belakang secara utuh (Moleong, 1998:1)

Metode deskriptif mempunyai arti bahwa data yang dikumpulkan, diwujudkan dalam bentuk keterangan atau gambaran tentang kejadian atau kegiatan yang menyeluruh, kontekstual, dan bermakna. Data diperoleh dari wawancara secara mendalam dengan pihak yang terkait. Setelah mendapatkan data, peneliti mengolah dan menganalisis data tesebut. Selanjutnya mendeskripsikan dan menyimpulkan. Analisis dilakukan terhadap data dan dikumpulkan untuk memperoleh jawaban yang telah disusun dalam rumusan masalah. Penelitian ini diharapkan dapat mendeskripsikan fungsi kinestetik tari Rantaya I putra alus sebagai terapi talenta menari.


(41)

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat dan waktu penelitian ini sebagai berikut:

1. ISI Surakarta merupakan tempat latihan peneliti dalam melakukan observasi Tari Rantaya I putra alus

2. ISI Surakarta merupakan tempat yang digunakan peneliti dalam melakukan observasi dan mencari data yang valid dan reliabel. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Juli-Oktober 2013

3. ISI Surakarta tempat dimana peneliti melakukan wawancara dengan narasumber bapak Daryono, S.Kar., M.Hum.

4. Kediaman bapak Bambang Tri Atmadja, M.Sn. di Condong Catur dimana peneliti melakukan wawancara dengan narasumber

5. Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY tempat peneliti melakukan wawancara dengan narasumber bapak Dr.Tomoliyus, M.S

C. Sumber Data

Menurut Moleong (1998: 4) sumber data utama penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Data penelitian merupakan informasi tentang fungsi kinestetik tari Rantaya I putra alus sebagai terapi talenta menari dimana data dalam penelitian ini diperoleh melalui berbagai sumber guna memperoleh data yang benar-benar sesuai dengan pemasalahan yang akan dikaji. Baik yang diperoleh secara langsung melalui wawancara, maupun data-data yang berupa


(42)

26

dokumen yang dimiliki oleh instansi atau lembaga yang berkaitan dengan penelitian.

Sumber data penelitian tentang fungsi kinestetik tari Rantaya I putra

alus sebagai terapi talenta menari ada dua, yaitu:

1. Sumber data primer

Sumber data penelitian ini adalah tari Rantaya. Tari Rantaya ini disumuskan oleh HBS dengan tujuan tari Rantaya sebagai metode pembelajaran yang sangat sistematis dan menjadi dasar-dasar teknik menari. Metode ini disusun sengaja untuk pembalajaran agar lancar, mudah, dan cepat di pahami. Data didapat dari informasi-informasi yang berhubungan dengan tari Rantaya putra alus yaitu dengan wawancara, maupun data-data yang berupa dokumen.

2. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder yaitu data yang diperoleh dari informan, melalui wawancara mendalam kepada narasumber.

a. Nama : Bambang Tri Atmadja, M.Sn. NIP : 19580303 198503 1 005 Pekerjaan : PNS dosen ISI Yogyakarta


(43)

b. Nama : Daryono, S.Kar., M.Hum NIP : 19581111 198103 1 004 Pekerjaan : Dosen tari FSP ISI Surakarta

Alamat : Jln. Garuda 11, 001/008 Perum triyasan, Mojolaban, Sukoharjo

c. Nama : Dr. Tomoliyus, M.S NIP : 19540618 198203 1 004 Pekerjaan : Dosen Kinesiologi FIK UNY

Alamat : Babatan Rt. 48 Pendowoharjo, Sewon, Bantul

D. Teknik pengumpulan data

Pengumpulan data adalah tujuan utama untuk mendapatkan data. Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini diperoleh dengan beberapa cara, yaitu dengan observasi, study dokumentasi, serta wawancara. 1. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara peneliti melakukan peninjauan langsung ke lapangan terlebih dahulu dengan harapan supaya bisa mendapatkan data yang relevan dengan objek penelitian. Adapun objek yang akan diteliti adalah mengenai fungsi kinestetik tari Rantaya I putra

alus sebagai sarana terapi talenta menari. Pengamatan dilakukan untuk

mengamati, dengan tujuan memperoleh hasil tentang objek data yang akan diteliti yaitu susunan gerak baku tari Rantaya I putra alus, motif gerak pada setiap gerak tari Rantaya I puta alus. Data yang didapat dari pengamatan


(44)

28

secara langsung berupa catatan, gambar dan hasil rekaman tari Rantaya I putra alus.

2. Studi dokumentasi

Studi dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan sumber tertulis yang berupa catatan gerak (denceskript), buku-buku atau literature tentang kinesiologi maupun buku yang mendukung penelitian. Informasi diperoleh dari foto, dokumen audio visual, dan cacatan iringan tari. Peneliti menggunakan alat (handycam, dan camera digital) agar setiap penjelasan dan yang diucapkan dari narasumber tidak terlewatkan dan peneliti juga mencatat beberapa istilah kata bahasa asing yang diucapkan oleh narasumber saat proses wawancara berlangsung. Dokumentasi digunakan sebagai sumber data yang dimanfaatkan sebagai bahan untuk menguji objek penelitian. Sumber data penelitian ini menggunakan dokumentasi tari Rantaya I putra alus, dengan cara mengamati setiap motif gerak pada tari Rantaya I putra alus. 3. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mencari data dan informasi yang diperlukan dengan sejelas-jelasnya dari narasumber untuk mendapatkan keterangan mengenai fungsi kinestetik tari Rantaya I putra alus sebagai terapi talenta menari. Dilakukannya wawancara bertujuan untuk memperoleh informasi yang nantinya untuk menjelaskan keseluruhan dalam penelitian yang mencakup fungsi kinestetik tari Rantaya I putra alus serta digunakan sebagai pelengkap data-data skripsi. Wawancara dilakukan berkali-kali guna untuk mendapatkan hasil penelitian yang maksimal.


(45)

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen penelitian atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Penelitian kualitatif sebagai human

instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai

narasumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data, dam membuat kesimpulan atas penelitiannya. Dalam penelitian kualitatif segala sesuatu yang dicari dari objek penelitian belum jelas dan pasti masalahnya, sumber datanya, hasil yang diharapkan belum jelas. Oleh karena itu peneliti akan terjun sendiri ke lapangan, melakukan pengumpulan data, analisis dan membuat kesimpulan.

F. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah gerak tari Rantaya I putra alus. Kajian penelitian ini difokuskan pada analisis fungsi kinestetik dari setiap unsur geraknya. Analisis tari mempunyai sasaran terhadap gerak, ruang, dan waktu sebagai satu kesatuan simbol guna memahami isi dari tari itu sendiri (Jazuli, 2001:34). Analisis gerak merupakan satu kesatuan infrastruktur isi tari, sehingga analisis gerak dapat diartikan mengurai, merinci, dan, membagi elemen-elemen garak yang terdapat dalam sebuah ragam gerak tari Rantaya I putar alus.

Analisis fungsi kinestetik pada motif gerak tari Rantaya I putra alus akan diurai, dirinci, dan dipaparkan dari unsur gerak tari Rantaya I putra alus yang mempunyai fungsi kinestetik pada penggerak tubuh manusia sebagai


(46)

30

perkembangan terapi talenta menari. Semua sajian penelitian ini mencakup unsur gerak yang meliputi kepala, badan, tangan, dan kaki. Dari keempat unsur ini dipilih agar secara keseluruhan dapat dikaji fungsi kinestetiknya bagi terapi pengembangan talenta menari.

G. Penyeleksian Data

Penyeleksian data dilakukan untuk memisahkan data-data yang kurang relevan. Penelitian ini akan mengkaji fungsi kinestetik motif gerak tari Rantaya I putra alus. Pemilihan gerak dasar putra alus ini dikarenakan gerak yang telah disusun secara kompleks, bervariasi dan memiliki fungsi kinestetik yang dapat dikaji lebih lanjut. Penyeleksian data yang termasuk satu kesatuan dari bentuk tari Rantaya I putra alus ini selain dari geraknya, dalam tari Rantaya ini terdapat berbagai macam unsur pendukung yaitu: iringan

(gendhing), tata rias dan busana, komposisi (pola lantai), dan sebagainya.

Unsur-unsur pendukung tersebut yang paling relevan dari tari Rantaya I putra

alus adalah iringan (Gendhing). Unsur iringan tidak dikaji secara terperinci

dan menyeluruh, keterkaitan iringan disebutkan sebatas pada relevansinya terhadap gerak tari Rantaya I putra alus. Unsur iringan dibahas secara singkat sebagai pendukung dari data yang diperoleh.


(47)

H. Teknik Keabsahan Data

Dalam setiap kegiatan penelitian perlu diusahakan kemantapan dan kebenarannya, kerena merupakan jaminan bagi kemantapan kesimpulan dan tafsir makna sebagai hasil penelitian (Sutopo, 2002:78). Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk mengecek sebagai pembanding dari data tersebut. Teknik pemeriksaan keabsahan data tersebut dapat dilakukan dengan cara menggunakan trianggulasi sumber, trianggulasi metode, trianggulasi teori, trianggulasi peneliti dan review informan (Sutopo, 2002:79-83). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan trianggulasi sumber, trianggulasi metode, dan review informan.

Trianggulasi sumber dilakukan dengan cara membandingkan data yang diperoleh dari narasumber yang satu dengan narasumber yang lain mengenai tari Rantaya I putra alus. Misalnya data yang diperoleh dari Bambang Tri Atmadja, M.Sn. dibandingkan dengan data yang diperoleh dari Daryono, S.Kar., M.Hum. Perbandingan tersebut merupakan suatu proses yang peneliti lakukan untuk mendapatkan data tentang tari Rantaya I putra alus secara sinkron antara beberapa narasumber. Sumber secara lisan dari beberapa narasumber tersebut kemudian dibandingkan lalu dikaji untuk kemudian dilihat hasilnya mengenai tari Rantaya I putra alus dari beberapa narasumber tersebut. Perbandingan tersebut akan menghasilkan penelitian secara valid tentang tari Rantaya I putra alus.


(48)

32

Peneliti juga menggunakan trianggulasi metode yaitu mempergunakan lebih dari satu cara untuk memperoleh data tentang tari Rantaya I putra alus. Peneliti menggunakan metode wawancara dan studi dokumentasi lalu membandingkan data hasil wawancara dengan data hasil dokumentasi mengenai tari Rantaya I putra alus. Setelah semua hasil penelitian disusun, untuk lebih memantapkan kebenaran penelitian tersebut, peneliti menggunakan review informan. Cara review informan diperoleh dengan cara mendiskusikan kembali seluruh data atau hasil yang diperoleh dengan informan serta didiskusikan dengan informan kinesiologi

I. Analisis Data

Analisis data digunakan untuk menentukan frekuensi adanya hubungan tertentu antara suatu gejala dan gejala lain dalam masyarakat. Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola atau nomor, lalu memilahnya lagi kedalam kategori atau kode, lalu membentuknya menjadi unit paragraf, memasukkannya dalam daftar dan membuat salinannya (Sutopo, 2002:88-90). Dari proses analisis tersebut akan membentuk satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja (Moleong, 1998:280). Mekanisme penggerak tubuh manusia dalam grup otot sebagai sumber gerak pada setiap unsur tari Rantaya I putra alus sebagai upaya terapi dalam pengembangan talenta menari serta menganalisis bentuk gerak yang dibedakan menurut bidang gerakan dan perputaran sumbunya (nomenclature gerak). Teknik analisis data menurut


(49)

Sutopo (2002:91-93), dilakukan secara deskriptif kualitatif, kegiatan yang dilakukan dalam menganalisis data antara lain dengan tahap-tahap reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan.

1. Reduksi data adalah proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, abstraksi data dari fieldnote (Sutopo, 2002:91). Pada waktu pengumpulan data-data tentang tari Rantaya I putra alus, reduksi data dilakukan dengan membuat ringkasan dari catatan data yang diperoleh di lapangan. Dalam menyusun ringkasan tersebut, peneliti juga membuat kode pemisah, memusatkan tema, dan menentukan batas masalah.

2. Sajian data merupakan kumpulan deskripsi data dalam bentuk narasi yang memungkinkan simpulan penelitian dapat dilakukan. Sajian data-data tentang proses penyampaian materi fungsi kinestetik tari Rantaya I putra

alus yang merupakan narasi yang disusun dengan pertimbangan

permasalahannya dengan menggunakan logika. Sajian data ini merupakan rangkaian kalimat yang disusun secara logis dan sistematis sehingga bila dibaca akan mudah dipahami berbagai hal yang terjadi.

3. Penarikan kesimpulan merupakan kegiatan untuk membuat simpulan pernyataan tentang seluruh isi dan pemahaman arti dari berbagai hal yang ditemui dengan melakukan pencatatan peraturan, konfigurasi, pola, pernyataan, arahan sebab akibat atau proporsi. Simpulan diperoleh pada saat proses pengumpulan data berakhir. Simpulan perlu diverifikasi supaya penelitian dapat dipertanggungjawabkan dan lebih dapat dipercaya.


(50)

34

Data yang telah dianalisis kemudian divalidasikan, untuk mencapai validitas dalam penafsiran data dan keabsahan data ditempuh dengan cara mengadakan diskusi dengan ahli kinesiologi gerak. Hasil wawancara yang relevan dan dapat mendukung hasil kajian analisis.


(51)

35 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian

Sumber informasi data primer dari penelitian fungsi kinestetik tari Rantaya I putra alus sebagai sarana terapi talenta menari didapat dari wawancara mendalam (deep interview) dengan Bambang Tri Atmadja, M.Sn. dan Daryono, S.Kar., M.Hum sebagai pelaku seni, beliau adalah nara sumber utama data-data primer penelitian hasil wawancara mendalam mengenai fungsi kinestetik tari Rantaya I putra alus. Data sekunder sebagai pendukung dari data primer sebagai validitas data mengenai fungsi kinestetik tari Rantaya didapat dari wawancara dengan Dr. Tomoliyus, M.S sebagai ahli kinesiologi.

B. Sajian hasil penelitian

Hasil wawacara dengan ahli kinesiologi digunakan sebagai data pendukung dalam pencapaian validitas data hasil analisis maupun data-data yang diperoleh dari hasil wawancara terhadap narasumber utama. Hasil wawancara terhadap pelaku seni maupun ahli kinesiologi kemudian direlevansikan dengan analisis objek penelitian. Kajian yang diungkapkan pada hasil penelitian telah melalui proses validasi. Adapun pembahasan dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Latar belakang penciptaan tari Rantaya gaya Surakarta.

Kajian diuraikan berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Bambang Tri Atmadja, M.Sn dan bapak Daryono, S.Kar., M.Hum. Dasar pemikiran sampai


(52)

36

dengan tujuan dalam penciptaan terapi talenta menari melalui gerakan-gerakan yang disusun dalam tari Rantaya I putra alus sebagai sarana terapi talenta menari untuk peserta didik yang sedang belajar tari.

2. Tari Rantaya sebagai sarana terapi talenta menari.

Kajian ini diuraikan berdasarkan tahapan pada gerak tari Rantaya I putra alus sebagai terapi talenta menari untuk peserta didik yang sedang belajar tari. 3. Fungsi kinestetik unsur gerak tari Rantaya I putra alus sebagai sarana

terapi talenta menari untuk peserta didik yang sedang belajar tari.

Kajian diuraikan berdasarkan pada fungsi kinestetik tari Rantaya I putra alus pada peserta didik yang sedang belajar tari. Kajian ini mengacu pada unsur tari Rantaya I putra alus yang digunakan sebagai pengembangan terapi talenta menari. Analisis gerak terdiri dari 4 unsur diantaranya bagian kepala, badan, tangan, dan kaki yang dikaji berdasarkan mekanisme dari grup otot sebagai sumber gerak. Kajian mengacu pada pengembangan kecerdasan kinestetik melalui gerak dasar.

C. Pembahasan

1. Latar belakang penciptaan tari Rantaya gaya Surakarta

Dewasa ini pertunjukan-pertunjukan yang adiluhung dikembangkan di keraton raja-raja Jawa selama abad XIX dan XX. Keraton Surakarta Hadiningrat sebagai salah satu kerajaan di tanah Jawa mempunyai berbagai macam bentuk kesenian antara lain seni sastra, seni musik atau seni karawitan, seni tari, seni pedalangan, dan lain-lain. Seni tari merupakan salah satu cabang


(53)

seni keraton Surakarta dahulu hidup dan berkembang di dalam keraton, dipelihara dengan baik serta dipelajari oleh putra putri keluarga dan kerabat (Sentana) Raja, bahkan kemudian seni pertunjukan tari di keraton dapat dimainkan dan diajarkan di seluruh negeri.

Mempelajari seni pertunjukan khususnya tari tidaklah semudah membuka telapak tangan, karena di dalam tari Jawa mempunyai aturan-aturan tertentu yang dibuat oleh para empu pendahulu. Aturan-aturan tersebut sangatlah ketat dan yang telah mengalami aturan-aturan tersebut biasanya tidak mau atau tidak berani melanggarnya, karena di dalam aturan-aturan tersebut mengandung maksud-maksud tertentu. Untuk mempelajari tari gaya Surakarta sebelumnya harus mempelajari dasar-dasar dari tari gaya Surakarta, karena dasar tari merupakan landasan yang kokoh dalam mempelajari tari sebelumnya. Ibarat mendirikan rumah, apabila dasar-dasarnya tidak kuat maka rumah itupun akan mudah roboh. Demikian juga dengan mempelajari tari, apabila dasarnya tidak kuat maka tarinya tidak akan baik seperti yang diharapkan.

Dasar-dasar dalam tari gaya Surakarta tersebut dinamakan Rantaya. Rantaya ini terdiri dari teknik tari dasar dan bermacam-macam ragam gerak tari serta unsur-unsur gerak lain yang berfungsi untuk membentuk tubuh menjadi kuat dan memantapkan sikap sebagai penari yang baik dengan pengenalannya terhadap irama dan merasakan gendhing sebagai iringannya. Seorang penari bisa dikatakan baik apabila mencapai syarat-syarat yang tercantum dalam


(54)

38

a. Pacak, adalah sikap-sikap dasar dari tari yang merupakan suatu

standarisasi atau pathokan yang harus diterapkan dan ditaati di dalam melakukan setiap gerak tari. Sesungguhnya pacak lebih lazim diterapkan sebagai tata aturan didalam melakukan gerak secara teknis, istilah pacak ini bisa dipakai untuk menyebut ketentuan-ketentuan tata aturan yang harus ditaati didalam mengadakan penyusunan dalam tari.

b. Pancat, adalah pola kesinambungan motif gerak didalam suatu bentuk tari.

Di dalam bentuk tari Jawa, antara motif gerak tari yang satu dengan motif gerak berikutnya harus terangkai melalui suatu gerak penghubung (sendi gerak) yang selaras.

c. Ulat, adalah ekspresi muka. Di dalam bentuk tari yang bersifat dramatis misalnya wayang orang, maka ulat tersebut akan terlihat dengan jelas, tetapi di dalam tari Bedaya atau Srimpi ulatnya harus menunjukkan kesan yang tenang, lembut, luruh jatmika dan menep (terkesan dalam). Sehubungan dengan itu maka pandangan mata juga cenderung melihat ke bawah.

d. Wiled, adalah gaya individual dari masing-masing penari, yang

selanjutnya diterapkan di dalam melakukan ragam gerak tari. Pengertian

wiled ini adalah cengkok atau gaya individu pribadi. Wiled dari suatu

gerak akan menunjukkan suatu ciri gerak yang spesifik bagi setiap penari. Namun pengertian wiled disini dapat diperluas dengan sebutan gaya dari suatu tarian. Namun hal tersebut harus disertai pengertian, bahwa


(55)

sesungguhnya gaya individual yang menunjukkan ciri gerak spesifik pada setiap penari.

e. Luwes, adalah sifat yang nampak selaras atau harmonis, yang muncul dari

cara seorang penari dalam melakukan dan menghayati suatu gerak. Dalam hal ini sebenarnya luwes lebih banyak ditentukan oleh dasar pembawaan dari penari. Dengan demikian sifat luwes ini tidaklah selalu terdapat pada setiap penari. Di dalam hubunganya dengan tata susunan tari tradisional Jawa, maka sifat luwes ini juga menentukan keindahan dari koreografinya. Oleh karena itu untuk menentukan pancat dari suatu tarian, juga harus memperhitungkan sifat luwes tersebut.

f. Lulut, adalah sifat dari gerak tari atau rangkaian gerak tari yang senantiasa

mengalir dan seolah-olah tidak terputus. Di dalam istilah yang lain juga disebut mbanyu mili. Hal ini hanya akan bisa tercapai apabila cara

pancatnya (pola kesinambungan motif-motif gerak melalui sendi)

senantiasa nampak sempurna.

g. Irama, adalah ketukan-ketukan tertentu yang mengatur kecepatan serta

tekanan dari suatu gerak tari. Didalam tari gaya Surakarta terdapat empat macam bentuk irama gerak tari, diantaranya:

1) Ganggang kanyut yaitu irama gerak tari yang nggandul atau ngereni

dengan ketukan irama gendhing yang mengiringinya. Irama ini dipergunakan dalam tari putri dan putra alusluruh.


(56)

40

2) Irama prenjak tinanji yaitu gerak tari yang gerakannya tepat dengan

irama gendhing yang mengiringinya. Irama gerak prenjak tinaji ini dipergunakan untuk tari putra alus lanyap.

3) Irama banyak slulup yaitu irama gerak tari yang dilakukan dengan

mendahului ketukan gendhing yang mengiringinya. Irama ini kebalikan dari irama ganggang kanyut, jika irama ganggang kanyut irama tarinya nggandul, jika irama banyak slulup gerak tarinya mendahului ketukan irama gendhing pengiringnya. Irama ini digunakan untuk tari putra gagah atau dugangan.

4) Irama kebu menggah yaitu irama gerak tari yang gerakannya tepat

dengan ketukan irama gendhing pengiringnya. Irama kebo menggah itu sama dengan irama prenjak tinaji, hanya jika irama kebo meggah dipergunakan untuk tari putra gagah dan tari yang berkarakter raksasa.

h. Gendhing, adalah tata iringan. Seorang penari senantiasa harus mengerti

dan memahami tata gendhing, dimana dalam pola dan pemilihan suasana bisa menghayati dan selaras dengan tari yang dibawakan.

Berbagai usaha telah dilakukan oleh para pemerhati seni maupun pendidik seni tari dalam upaya mengembangkan pembelajaran seni tari baik secara formal maupun nonformal. Tujuannya adalah untuk membentuk generasi penerus dalam upaya melestarikan salah satu bentuk budaya yaitu mengeksistensikan seni tari. Selain itu ditinjau dari manfaat praktisnya, pembelajaran menari pada peserta didik sangat perlu dilakukan mengingat banyaknya manfaat yang dapat dipetik dari hasil pembelajaran dan


(57)

pengembangan kecerdasan kinestetik serta pengembangan motorik halus pada peserta didik yang sedang belajar tari.

Salah satu upaya yang dilakukan oleh pakar tari klasik gaya Surakarta yaitu menyusun metode pembelajaran untuk peserta didik yang sangat sistematis sehingga peserta didik dapat dengan mudah memahami materi yang disampaikan serta menciptakan suatu bentuk terapi pengembangan bakat menari pada peserta didik, khususnya bagi yang kesulitan untuk melakukan gerak tari. Penciptaan susunan gerak pada terapi tari Rantaya I putra alus bertujuan untuk mempengaruhi persepsi peserta didik bahwa menari itu sebenarnya mudah dan menyenangkan.

Pada gerak tari Rantaya terdiri dari dua macam gerak yaitu gerak tari putri dan gerak tari putra yang dibagi lagi menjadi tiga ragam diantaranya ragam putra gagah, putra alus, dan putri, dengan perbedaan motif gerak yang disusun sesuai dengan patokan-patokan baku yang terdapat pada sikap gerak tari klasik gaya Surakarta. Kaki adalah sebagai unsur utama penumpu berat badan yang berpengaruh pada sikap badan dan anggota badan yang lain. Badan merupakan media pokok dari tubuh manusia untuk melakukan gerak tari. Tangan dan kepala berfungsi sebagai keselarasan di dalam suatu gerakan. Susunan tarian pada setiap unsur dapat berdiri sendiri akan tetapi ketika dilakukan secara bersama tampak adanya suatu bentuk keterkaitan atau saling merespon antara gerak kaki, tangan, badan, dan kepala. Pada dasarnya motif gerakan tari Rantaya antara putra maupun putri mempunyai fungsi yang sama, perbedaannya yaitu adanya penambahan-penambahan beberapa bentuk motif


(58)

42

gerak serta penggunaan bentuk, volume, tekanan, dan tempo gerak yang disesuaikan dengan pembagian sikap pada unsur tari yang ada pada tari Jawa yaitu tari putra dan juga putri. Bentuk adalah rumit dan sederhananya gerakan, volume adalah luas dan sempitnya gerak, tekanan adalah keras dan lemahnya gerakan, tempo adalah cepat dan lambatnya gerakan.

Terapi dengan gerak tari tidak mementingkan tujuan seninya atau artistik yang ada di dalamnya, akan tetapi telah ditekankan pada hasil dan manfaat dari fungsi terapi dalam usaha membantu pelatihan pada peserta didik yang kesulitan melakukan gerak tari. Susunan gerak pada terapi tari Rantaya I putra alus merupakan sebuah upaya pelatihan keterampilan peserta didik dalam pengembangan talenta menari, sehingga secara teknik peserta didik dapat menggerakkan tubuhnya untuk menari. Pada perkembangan selanjutnya peserta didik mempunyai keinginan yang lebih untuk belajar menari sehingga muncul sebuah motivasi untuk belajar tari lebih mendalam.

Seperti diuraikan di atas bahwa dalam mempelajari tari Jawa khususnya tari Jawa gaya Surakarta sebaiknya dimulai dari tahap demi tahap, tahap yang terlebih dahulu dipelajari adalah tahap awal atau dasar-dasar dari tari. Dasar-dasar tari merupakan landasan yang dapat diibaratkan sebagai sebuah fondasi dari suatu bangunan, kuat suatu pondasi maka akan kuat pula bangunannya. Sebaliknya rapuh pada dasar-dasar tarinya maka akan rapuh pula tarinya. Dasar-dasar tari yang dipelajari dalam tari gaya Surakarta disebut dengan tari Rantaya. Istilah dari Rantaya ini muncul kira-kira tahun 1950, dimana pada waktu itu di Surakarta berdiri sebuah organisasi kesenian yang disebut


(59)

Himpunan Budhaya Surakarta (HBS). Dari HBS inilah tari Rantaya melalui

penggodogan dari para empu-empu tari yang duduk sebagai Dewan ahli maka

istilah dari tari Rantaya sebagai dasar tari muncul, yang sebelumnya dinamakan dengan istilah tayungan

2. Tari Rantaya sebagai sarana terapi talenta menari

Tari Rantaya merupakan suatu bentuk metode pendekatan gerak dasar yang berupa susunan gerak tari. Bertujuan untuk menggali dan mengembangkan bakat menari pada peserta didik. Pelatihan bakat dalam tari Rantaya mengadopsi kata terapi, disebut terapi karena dalam penciptaan dan penyusunan geraknya bertujuan untuk mengatasi suatu permasalahan serta kesulitan peserta didik dalam melakukan gerak tari.

Dalam pencegahan primer bertujuan untuk mencegah generasi muda yang tidak mengenal seni tari karena bakat menarinya tidak dikembangkan, dalam pencegahan sekunder dan tersier digunakan untuk memberikan pendekatan yang berupa pelatihan gerak kepada peserta didik yang kesulitan dalam melakukan gerak tari agar tidak membatasi perkembangan talenta menari peserta didik.

Pada dasarnya gerak sendi manusia memiliki keterbatasan apabila tidak diimbangi dengan beraktivitas, bergerak ataupun berolahraga gerak sendi akan menjadi sempit tidak elastis/lentur. Demikian juga pada seni tari, dalam upaya pengembangan bakat menari anak diperlukan sebuah penelitian gerak yang bertujuan untuk menguatkan otot, melenturkan otot dan poros gerak serta meluaskan sendi gerak pada anggota badan. Terapi tari Rantaya I putra alus


(60)

44

mengacu pada kecerdasan kinestetik, orientasinya pada pelatihan gerak kontraksi otot sebagai sumber gerak. Untuk itu perlu kiranya peserta didik mengenal gerak tari secara lebih dalam sehingga bakat menarinya dapat dikembangkan menjadi sebuah prestasi.

Pada terapi tari Rantaya I putra alus pelatihan gerak dasar diawali gerakan-gerakan yang hanya melibatkan sebagian dari anggota badan diantaranya, 1)

lumaksana dhadhap anuraga adalah serangkaian gerak yang hanya

melibatkan gerak kepala, badan dan kaki yang dilakukan secara bersamaan. 2)

lumaksana dhadhap impuran adalah serangkaian gerak yang melibatkan gerak

kepala, badan, tangan, dan kaki akan tetapi gerakan tangan masih disederhanakan. 3) lumaksana nayung adalah serangkaian gerak yang melibatkan gerak kepala, badan, tangan, dan kaki, dalam rangkaian gerak

lumaksana nayung ini gerak tangan dan kaki sudah mulai dikembangkan, 4)

lumaksana bambangan adalah serangkaian gerak yang melibatkan gerak

kepala, badan, tangan, dan kaki. Rangkaian gerak lumaksana bambangan ini gerakan pada tangan sudah dikembangkan menggunakan property yaitu sampur. 5) lumaksana oklak adalah serangkaian gerak yang melibatkan gerak kepala, badan, tangan, dan kaki bergerak bersama-sama menjadi satu koordinasi gerak anggota badan yang kompleks.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa susunan gerak pada terapi tari Rantaya dimulai dari gerak yang paling mudah hingga gerak yang mempunyai tingkat kesulitan yang lebih. Susunan gerak pada terapi tari Rantaya mengacu pada pengembangan gerak dasar yang meliputi koordinasi tubuh, kekuatan,


(61)

keseimbangan serta koordinasi tangan, kaki, badan, dan mata. Untuk mengembangkan kecerdasan kinestetik pada peserta didik dengan hasil yang optimal, harus dimulai dari tahap gerak yang sederhana sampai dengan tingkat yang lebih sulit.

Dalam penyampaian materi, terapi tari Rantaya 1 putra alus menggunakan metode model pembelajaran problem solving atau metode pembelajaran pemecahan masalah yaitu penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama. Menirukan gerakan yang dicontohkan oleh pendidik kemudian diikuti peserta didik dengan mencoba menggerakkan tubuhnya sendiri. Pendidik memperhatikan teknik gerak yang dilakukan peserta didik yang baru belajar menari dan disertai penjelasan mengenai poros atau otot tubuh yang harus digerakkan. Apabila mengalami kesulitan dalam bergerak, dapat mengkonsultasikan kapada pendidik, kemudian pendidik mengajarkan lebih intensif mengenai gerakan yang dianggap sulit.

Di dalam pemberian terapi harus mempehatikan sasaran yang akan diterapi dengan objek materi yang dipilih, sehingga dalam penerapannya tidak salah pada sasaran. Dengan demikian, hasil yang akan dicapai peserta didik sehingga dapat menerima dengan optimal sesuai dengan prinsip perkembangan gerak yaitu adanya suatu perubahan fisik maupun psikis sesuai dengan rentang usia dan masa pertumbuhan.


(62)

46

Sebelum pendidik memulai proses terapi, peserta didik terlebih dahulu diberikan sugesti positif yang dapat mempengaruhi persepsi peserta didik bahwa menari itu adalah kegiatan yang sangat mudah dilakukan serta menyenangkan. Sugesti positif inilah yang kemudian akan menumbuhkan minat dan membentuk sebuah persepsi pada pemikiran peserta didik bahwa menari merupakan suatu bentuk kebutuhan. Secara tidak langsung mendorong minat peserta didik untuk belajar menari, dengan demikian talenta menarinya secara perlahan-lahan dapat berkembang.

Dengan demikian bentuk terapi ini merupakan upaya untuk memberi dorongan terhadap motivasi menari peserta didik sehingga bakat peserta didik dengan sendirinya akan berkembang. Selama proses terapi menggunakan sistem relaksasi, peserta didik dalam kondisi badan yang rileks, sehingga peserta didik tidak akan merasakan bahwa dirinya sedang menjalani proses terapi.

Keberadaan iringan tari Rantaya I putra alus sebagai salah satu pendukung dalam pengembangan talenta menari, penyusunan struktur gendhing yang digunakan juga harus mempertimbangkan pengembangan talentanya.

Gendhing yang dipilih sebagai iringan tari Rantaya I putra alus turut andil

dalam upaya membangun motivasi dalam diri peserta didik agar tertarik untuk meningkatkan keinginan belajar menari. Adapun iringan gendhing menggunakan gendhing ketawang irama dadi yang merupakan salah satu jenis gendhing yang sering digunakan dalam pembelajaran awal tari Rantaya I


(63)

putra alus. Gendhing ketawang memiliki 4 gatra dalam 1 gong, yang terdiri dari 16 hitungan atau ketukan.

Untuk mempermudah peserta didik mencermati dan memahami gendhing

ketawang irama dadi ini di dalam 1 gong terdapat 1 kenong dan 2 kempul,

tabuhan kenong berada pada gatra ke 2, sedangkan tabuhan kempul berada

pada gatra ke 1 dan 3, akan tetapi gatra yang pertama tabuhan kempul tidak di tabuh karena kempul kosong, tabuhan gong berada pada gatra ke 4. Lebih mudah lagi dilakukan apabila peserta didik memahami gendhing terlebih dahulu. Gerak penghubung tari Rantaya I putra alus sudah di patenkan gerak dan hitungannya, penghubung pada tari Rantaya I putra alus ada 4 diantaranya penghubung yang pertama adalah sabetan memiliki 12 hitungan, apabila diterapkan dalam gendhing jatuh pada gatra ke 2 tabuhan kenong. Penghubung yang kedua adalah besut memiliki 4 hitungan, jatuh pada gatra ke 4 tabuhan gong. Penghubung yang ketiga adalah ngigel memiliki 8 hitungan, jatuh pada garta ke 3 tabuhan kempul, sedangkan penghubung yang terakhir adalah ombak banyu srisig (OBS) memiliki hitungan yang paling banyak yakni 20 hitungan jatuh pada gatra ke 4 tabuhan gong. Keempat penghubung ini apabila dilakukan selesainya pasti jatuh pada tabuhan gong

gatra ke 4

Unsur kelambatan (mbanyu mili) dari gendhing tari Rantaya I putra alus ini secara tidak sadar dapat mempengaruhi gerak dimana gerak tari secara keseluruhan dapat dirasakan perubahannya, tempo, serta volume geraknya, sehingga apabila tubuh bergerak dengan tepat mulai dari kepala, badan,


(64)

48

tangan, dan kaki memungkinkan peserta didik secara tidak sadar akan melatih kesabaran, keuletan, dan ketelitian untuk menghayati gendhing. Teknik seperti inilah yang merupakan terapi pelatihan terhadap rasa irama atau gendhing yang sangat penting diperhatikan bagi setiap penari pada saat melakukan gerak tari.

Terapi tari Rantaya I putra alus tidak dapat diberikan terlalu lama dikarenakan daya serap atau konsentrasi peserta didik untuk menerima meteri pada saat pembelajaran hanya berkisar 15 menit selebihnya peserta didik akan kehilangan konsentasi untuk menerima materi selanjutnya. Hal tersebut perlu diantisipasi dengan memberikan variasi model pembelajaran lain agar peserta didik dapat kembali fokus terhadap materi yang diberikan.

Secara keseluruhan unsur yang terdapat dalam terapi talenta menari gerak tari Rantaya I putra alus merupakan upaya dalam memudahkan peserta didik untuk menggerakkan anggota badannya sehingga dalam perkembangannya terciptalah calon peserta didik yang berbakat menari sejak dini sehingga seni tari tetap dapat diminati generasi muda dan dapat eksis dibidang seni.

3. Fungsi kinestetik unsur gerak tari Rantaya I putra alus sebagai sarana terapi talenta menari untuk peserta didik yang sedang belajar tari.

Objek dalam penelitian ini adalah fungsi kinestetik pada unsur gerak tari Rantaya I putra alus sebagai sarana terapi talenta menari. Kajian ini berdasarkan fungsi kinestetik yang merupakan pokok bahasan yang meninjau lebih lanjut tentang analisis fungsi dari gerakan yang terdapat pada setiap unsur gerak tari Rantaya I putra alus. Gerakan pada tubuh manusia terjadi


(65)

karena mekanisme penggerak tubuh yang terdiri dari tulang sebagai penggerak pasif, persendian sebagai sumbu atau poros dari gerakan dan kontraksi otot sebagai penggerak dinamis atau sumber utama gerak.

Analisis gerak menggunakan pendekatan ilmu kinesiologi yang dibatasi pada kajian suatu gerakan kontraksi jenis otot secara global atau grup otot dan poros gerak pada sendi, serta analisis secara deskriptif mengenai nomenclatur gerak yaitu penyebutan suatu istilah dalam ilmu kinesiologi yang membedakan setiap bentuk gerak menurut bidang gerakan dan perputaran sumbunya. Kajian dalam penelitian ini dibatasi pada fungsi kinestetik unsur gerak tari Rantaya I putra alus.

Dalam melakukan gerak, tubuh sangat membutuhkan energi. Dimana energi dalam tubuh didapat dari bahan makanan yang berupa karbohidrat, lemak, dan protein yang dioksidasi akan menghasilkan energi. Energi dari karbohidrat, lemak, dan protein dan semuanya digunakan untuk membentuk sejumlah besar Adonesine Tri Posphaine (ATP), dan selanjutnya ATP tersebut digunakan sebagai sumber energi bagi banyak fungsi sel, bila ATP diurai secara kimia sehingga menjadi Adonosine Di Poshate (ADP), akan menghasilkan energi sebesar 8 kkal /mol, dan cukup untuk berlangsungnya hampir semua langkah reaksi kimia dalam tubuh (Wawancara dengan Dr. Tomoliyus, M.S. 12 februari 2014).

Reaksi kimia dalam tubuh menghasikkan gerak kontraksi, dan kontraksi tersebut dibagi dua macam. Otot yang bergerak serta melawan grafitasi bumi


(66)

50

disebut kontraksi isotonik sedangkan gerak yang mengikuti arah grafitasi bumi atau diam (statis) disebut kontraksi isometrik

Pengembangan gerak terapi mengacu pada motif-motif gerak yang terdapat pada tarian Jawa khususnya pada tari klasik gaya Surakarta. Alasan yang mendasar ketika dipilih contoh tersebut karena setting dan macam gerak yang terdapat dalam terapi tari Rantaya I putra alus merupakan gerakan yang paling dasar dalam perkembangan pada teknik tari klasik gaya Surakarta.

Dalam terapi tari Rantaya I putra alus, fungsi kinestetik setiap motif gerak dikaji sesuai pada pembagian unsur gerak. Menurut Bambang Tri Atmadja, M.Sn gerak sebagai unsur pokok dalam tari meliputi bagian-bagian tubuh manusia yaitu, (1) unsur kepala, (2) unsur tangan, (3) unsur badan, dan (4) unsur kaki.

Analisis tidak mengurangi deskripsi gerak susunan tari Rantaya I putra alus secara runtut dari awal sampai dengan akhir, akan tetapi mengambil unsur gerak-gerak yang mempunyai fungsi kinestetik sebagai terapi talenta menari, analisis unsur gerak tari Rantaya I putra alus sebagai berikut:

1. Unsur kepala

Secara global gerak kepala mengikuti gerakan tubuh yang lain. Batang leher sebagai penyangga kepala tegak lurus, tidak menjulur kedepan atau menekan kepala untuk ditarik ke dalam. Dalam sikap kepala tidak ada ketegangan sehingga kepala dapat digerakkan dengan baik. Secara keseluruhan gerakan kepala pada terapi ini dibagi dalam beberapa sikap, yaitu:


(67)

a. Kepala tegak lurus

Sikap kepala tegak lurus merupakan salah satu sikap kekuatan dari unsur gerak kepala. Deskripsi sikap kepala tegak yaitu sikap kepala tegak statis. Muka menghadap depan dan pandangan kedepan lurus. Bidang yang letaknya horizontal melewati lubang telinga dan sisi bawah rongga mata. Sikap kepala tegak lurus merupakan sikap anatomi dari gerakan kepala setiap manusia normal dengan mudah dapat melakukannya. Sikap kepala tegak lurus dilakukan dengan teknik yang tepat akan melatih penguatan kontraksi pada otot-otot leher.

Sikap kepala tegak lurus pada tarian Jawa merupakan sikap statis. Sikap ini dilakukan dari awal hingga akhir ragam gerak tari Rantaya I putra alus.


(68)

52

b. Kepala tolehan

Sikap kepala tolehan merupakan bentuk gerak kekuatan otot leher pada unsur kepala. Noleh adalah gerak berpaling yaitu memutar kepala kesatu sisi (ke kanan atau ke kiri). Tolehan dapat dibagi menjadi tiga macam yaitu:

1.Tolehan I : toleh ke depan pajeg

2.Tolehan II : menoleh ke kanan atau ke kiri kira-kira 90 derajat.

3.Tolehan III : menoleh ke kanan atau ke kiri kira-kira 45 derajat.

4.Tolehan IV : menoleh ke kanan atau ke kiri kira-kira 22,5 derajat.

Dalam istilah kinesiologi, gerak tolehan disebut dengan lateral rotation neck yaitu gerakan rotasi pada leher yang memiliki poros gerak pada sendi atlanto

occipital joint yaitu sendi pada vertebrae cevicalis yaitu sendi pada tulang

leher paling atas. Gerak tolehan ini digunakan pada tari putra dan putri yang merupakan pengembangan gerak kepala yang terdapat pada putra maupun putri pada tari Jawa khususnya pada tari klasik gaya Surakarta. Tolehan biasanya disetai dengan gerakan coklekan terlebih dahulu, sehingga menjadi suatu kombinasi gerak.

Tolehan adalah gerak rotasi leher memalingkan arah muka kesamping kanan

dan kesamping kiri tanpa adanya penekanan pada leher, pandangan mata searah dengan muka. Gerakan tolehan apabila dilakukan dengan tepat dapat melatih elastisitas kontraksi otot spleneus yaitu otot bagian samping depan pada leher yang melintang dari sepanjang tulang leher belakang dan trapezius yaitu otot yang berfungsi membantu gerakan rotasi bagian belakang dan


(69)

tengkuk yang melintang pada pangkal leher ke bahu. Gerakan ini merupakan pelatihan keluwesan otot leher.

Gerakan tolehan ini banyak dijumpai pada tari Rantaya putra maupun putri, pada ragam gerak kepala lumaksana, gerak ini dimulai dari toleh kiri bergerak proses tolehan kekanan dengan diawali dagu terlebih dahulu. Dalam gerak tari Rantaya I putra alus ini sering disebut dengan istilah gedheg yang biasanya dimulai dari noleh ke kiri kemudian digerakkan seperti melingkar dengan dagu yang ditonjolkan menuju ketengah, menjadi hadap kedepan.


(70)

54

c. Kepala coklekan

Pada terapi tari Rantaya gerakan coklekan digunakan dalam gerak tari Jawa klasik gaya Surakarta maupun Yogjakarta. Coklekan atau lateral flexi pada sendi leher yang merupakan gerak kekuatan pada kontraksi otot leher. Poros gerak pada sendi inter cervicalis yaitu persendian pada tulang antara vertebrae dan cevicalis

Gerak coklekan yaitu kepala dipatahkan ke samping kanan dan kiri, kemudian digerakkan lagi kesamping kanan lalu lagi digerakkan kembali keposisi tengah dengan sedikit penekanan pada lenggok terakhir, gerak ini seperti membuat angka 8 rebah. Apabila peserta didik dapat melakukan gerak

coklekan dengan tepat dapat melatih elastisitas kontraksi otot sterno

cleidomastoideus yaitu otot bagian samping pada leher bagian depan yang

melintang dari bawah telinga ke dada dan trapezius.

Gerakan coklekan ini dapat dilihat pada gerak tari putra alus dan putra gagah pada saat melakukan gerakan pacak gulu, akan tetapi geraknya berkesinambungan sehingga menjadi suatu kombinasi gerak.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)