Menurut Agama Katolik Apa tujuan Allah menciptakan manusia?

Suatu benda saja diciptakan dengan suatu tujuan, terlebih lagi manusia. Mengapa Tuhan menciptakan manusia? Apa alasan Tuhan menempatkan kita dalam planet ini? Terkadang kita seperti orang yang berkata demikian: Saya memiliki jam yang memberitahu saya kapan harus bangun, namun terkadang saya butuh ada yang memberitahu mengapa saya bangun. Tidak heran bahwa Kejadian, kita mengenai asal muasal, memberitahu kita lebih dahulu mengapa Tuhan menciptakan manusia dalam Kejadian 1:26-31.

Untuk dapat mengerti teks tersebut, kita harus mengerti tujuan Tuhan yang diungkapkan melalui Alkitab. Dibalik tujuan Tuhan dalam menciptakan manusia, ada konflik dengan Setan dan malaikat-malaikat yang jatuh. Sebelum jatuh dalam dosa, Satan memiliki meterai kesempurnaan, dan berada di Eden, taman Tuhan. (Petunjuk mengenai kejatuhan Seta nada di Yesaya 14:12-15 & Yehezkiel 28:12-16). Kemungkinan, sebelum kejatuhannya, Setan lebih dahulu memerintah di bumi dibawah kuasa Tuhan. Ketika dia memberontak dan memimpin sejumlah pasukan malaikat dengannya, Tuhan membawa penghukuman pada ciptaannya tersebut, yang berakibat pada kerusahan, kekosongan dan kegelapan pada Kejadian 1:2 (teori kesenjangan). Dalam bumi yang diciptakan kembali, tujuan Tuhan adalah untuk memiliki manusia di bumi yang mencerminkan gambar dan rupa-Nya serta memerintah atas ciptaannya yang lain (Kejadian 1:26, 28).

Namun, kepada siapa manusia mencerminkan gambar dan rupa Allah? Tidak ada seorangpun kecuali Adam dan Hawa. Sekalinya orang lain lahir, orang dapat dapat mencerminkan gambar dan rupa Allah kepada orang lainnya, sehingga memuliakan Allah. Namun itu bukanlah gambar yang utuh. Jawaban yang lebih lengkap adalah, pria dan wanita mencerminkan gambar dan rupa Allah kepada semua ciptaan, termasuk yang baik dan jahat. Tuhan menempatkan manusia disini untuk berkuasa atas Setan. Bumi ini adalah sebuah teater untuk kemenangan Tuhan terhadap Satan dan malaikat-malaikat yang jatuh. Satan ingin menentang Allah dengan menguasai bumi. Sehingga dia datang kepada pasangan yang pertama dan mencobai mereka untuk mengikut dia sebagai pemberontakan terhadap Allah. Ketika mereka jatuh kedalam dosa, tujuan Tuhan bagi bumi sementara digagalkan saat Adam dan Hawa tunduk dibawah kekuasaan Setan. Jadi, untuk saat ini Setan diakui sebagai penguasa dunia ini (Yohanes 12:31, 14:30). Namun Tuhan memperoleh kembali kekuasaan melalui kematian dan kebangkitan dari Yesus Kristus (Yohanes 12:31, Efesus 1:19-23).

Lantas, bagaimana Kristus menjalankan kekuasaan-Nya? Suatu hari Dia akan datang kembali kan memerintah atas bumi, namun untuk sekarang Dia seara fisik tidak hadir di bumi. Dalam Efesus, Paulus mengungkapkan bahwa kekuasaan Kristus akan dijalankan melalui gereja. Begitu pula dengan gambar dan rupa Allah akan dicerminkan melalui gereja. Terdapat beberapa parallel antara Kejadian dan Efesus. Adam seumpama Kristus; Hawa seumpama gereja. Seperti Hawa yang diambil dari Adam ketika tidur dan diberikan kepadanya setelah dia bangun sebagai pengantinnya sebagai bagian dari tubuhnya (Kejadian 2:18-24), begitupula gereja dibawa sebagai hasil dari kematian dan kebangkitan Kristus, berikan kepada Kristus sebagai pengantin-Nya dan tubuh-Nya (Efesus 5:25-27; 1:19-23). Bersama, sebagai laki-laki dan perempuan (Kejadian 1:27), manusia pertama mencerminkan gambar dan rupa Allah. Gereja adalah manusia baru secara korporat, Kepada dan tubuh, Mempelai dan Pengantin, diciptakan dalam gambar dan rupa Allah untuk berkuasa atas Setan (Efesus 1:22-23; 2:15-16; 4:24; 5:32; 6:10-20; Kolose 3:10). Sehingga, melalui gereja (dan unit-unitnya, keluarga) Kristus memperoleh kembali apa yang hilang pada kejatuhan.

Dalam Efesus 3:9-12, Paulus menjelaskan gerejanya mengenai tujuan Allah yang kekal. Dalam ayatnya yang ke-9, dia merujuk pada Tuhan, yang menciptakan segalanya. Mengapa Paulus menyinggung tentang penciptaan pada saat itu? Karena dia berbicara mengenai tujuan Tuhan dalam ciptaan, untuk memiliki manusia diatas bumi yang mencerminkan gambar dan rupa-Nya, serta menjalankan kekuasaan.

Keluarga, sebagai unit dari gereja, jga memiliki peran dalam tujuan Allah diatas bumi, mengingat hubungan pernikahan adalah gambaran duniawi dari Kristus dan gereja (Efesus 5:22-33). Sebagai suami dan istri yang hidup bersama dalam kesatuan dalam konteks peran yang sesuai (pria dan wanita, sama namun berbeda; sama namun ada kepala dan ketundukan), keluarga menjadi pelopor dari pemerintahan Tuhan. Sehingga, pernikahan sesuai dengan tujuan Allah untuk dunia ini, mengalahkan Setan dan pasukannya. Di surga nanti tidak akan ada perkawinan (Matius 22:29-30), ketika Setan akann dihempaskan kedalam api neraka. Dengan latar belakang teologis dan Alkitab tersebut, mari kita meninjau Kejadian 1:26-31 dan melihat mengapa Tuhan menciptakan menusia, yaitu:

Tuhan menciptakan manusia untuk mencerminkan gambar dan rupa-Nya, untuk memerintah atas ciptaan, dan untuk mereproduksi keturunan ilahi

1. Tuhan menciptakan manusia untuk mencerminkan gambar dan rupa-Nya

Hal pertama yang menohok kita adalah pengulangan kata ganti jamak yang mengacu pada Tuhan: Mari Kita menciptakan manusia seturut gambar dan rupa Kita (1:26). Orang-orang terpelajar Yahudi biasanya menjelaskan ini seolah-olah Tuhan berbicara dengan para malaikat. Namun Alkitab mengatakan bahwa Tuhan tidak berunding dengan malaikat ketika Dia menciptakan manusia (Yesaya 40:12-26; 44:24), dan selain itu, Dia tidak menciptakan manusia segambar dan serupa dengan Dia bersama dengan para malaikat. Walaupun terlalu jauh dari topik untuk mengatakan bahwa kata ganti jamak tersebut mengajarkan mengenai doktrik Trinitas, adalah benar bahwa itu berbicara mengenai doktrin tersebut. Ada konsultasi diantara Tuhan terkait penciptaan manusia. Hanya ada satu Tuhan, namun Dia ada dalam tiga Pribadi yang kekal dan sama kedudukannya, sama dalam substansinya, namun berbeda dalam penghidupannya. Hal ini terdengar paradox, dan tidaklah mungkin dapat diterka oleh pikiran kita yang terbatas. Namun itulah pewahyuan yang jelas dari Alkitab. Manusia dalam gambar dan rupa Allah adalah satu (dia) dan juga jamak (pria dan wanita).

Kedua, perhatikan bahwa ada penegasan tiga kali (1:27) bahwa Tuhan menciptakan manusia, dua kali menekankan menurut gambar dan rupa-Nya. Tidak ada ruang bagi kita untuk menyelaraskan apa yang dimaksud dalam Kejadian evolusi asal muasal manusia. Tuhan menciptakan manusia berbeda dari binatang. Hanya manusia yang diciptakan segambar dan serupa dengan Allah.

Apa yang dimaksud dengan menciptakan segambar dan serupa dengan Allah? Penulis mengenggap dua kata tersebut sebagai sinonim, digunakan dalam bentuk yang tergabung untuk menambah intensitas dan kejelasannya. Sementara para teolog memperdebatkan mengenai pentingnya makna dari gambar Tuhan pada diri manusia, penulis berpikir fitur esensialnya adalah bahwa manusia (sebagai laki-laki dan perempuan) mampu mencerminkan keserupaan dengan Kristus. Tentu saja, manusia yang terbatas, bahkan sebelum kejatuhan, tidak dapat mencerminkan dengan sempurna atau dengan akurat natur Allah yang kekal. Namun dengan sigat, kepintaran dan kemampuan untuk mengetahui dan menghubungkan dengan Tuhan, manusia mampu mencerminkan keserupaan dengan Allah dalam cara yang terbatas.

Dua teks yang berhubungan dengan penciptaan manusia oleh Allah membantu kita mengerti apa artinya. Dalam Efesus 4:24, Paulus berkata bahwa orang-orang percaya telah mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah dalam kebenran dan kekudusan yang sesungguhnya. Dalam Kolose 3:10, Paulus mengungkapkan bahwa kita perlu mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut Khalik-Nya. Oleh karena itu kebenaran, kekudusan, kebajikan dan pengetahuan akan Tuhan termasuk dalam apa yang dimaksud dengan diciptakan segambar dan serupa dengan Allah.

Juga, bagian dari gambaran mulia melibatkan ketundukan seorang Anak kepada Bapa-Nya dalam konteks kesejajaran. Bapa dan Anak sama dalam hal kepribadian, keduanya memiliki atribut Tuhan. Namun dalam rangka menjalankan tujuan mulia, Sang Anak dengan rela tunduk kepada Bapa. Dalam cara yang sama, ketundukan dari istri kepada suami dan perempuan dalam gereja kepada kepemimpinan laki-laki semua dalam konteks kesejajaran dalam kepribadian dan berdiri dihadapan Tuhan, terikat dengan manusia (sebagai laki-laki dan perempuan) ang diciptakan dalam gambaran yang mulia. Diciptakan menurut gambar dan rupa Allah tidak hanya persoalan individu, namun sebagai persoalan bersama. Hal tersebut melibatkan bagaimana kita berelasi satu sama lain sebagai suami dan istri dalam pernikahan, dan sebagai laki-laki dan perempuan dalam gereja local. Bukanlah suatu kebetulan bahwa peran laki-laki dan perempuan menjadi perdebatan akhir-akhir ini.

Ketika gambar Allah ternodai oleh kejatuhan, gambar Allah tidak hancur. Sementara pria dan wanita yang tidak menerima penebusan tidak dapat mencerminkan citra ilahi seperti mereka yang sesuai dengan gambar dan rupa Allah melalui pengudusan (Roma 8:29), terdapat pula sisa dari gambar ilahi pada manusia yang jatuh. Oleh karena itu Tuhan kemudian menetapkan hukuman mati untuk pembunuhan, karena manusia diciptakan dalam gambar dan rupa Allah (Kejadian 9:6, Yakobus 3:9). Gambar dari manusia yang telah jatuh mencakup aspek kepribadian, pengetahuan, moral, kewajiban dan kesadaran akan Tuhan. Walaupun manusia yang tidak menerima penebusan adalah mati secara spiritual (Efesus 2:1), setiap manusia memiliki roh (1 Korintus 2:11) yang mana ketika diperbaharui, akan mampu bersekutu dengan Tuhan, yang adalah Roh (Yohanes 4:24).

Fakta bahwa manusia sudah diciptakan segambar dan serupa dengan Allah memiliki banyak implikasi praktis. Yang pertama, jika kita tidak berelasi dengan benar dengan Pencipta kita, hidup kita tidak akan memiliki tujuan. Kita lahir, bertumbuh, hidup beberapa tahun mencoba untuk membuat penghidupan yang nyaman, namun tubuh kita bertambah tua dan kita mati! Apa yang menjadi poinnya? Namun jika kita tahu Tuhan yang kekal melalui Yesus Kristus yang menyatakan diri-Nya kepada kita dan Dia, yang oleh kematian dan kebangkitan-Nya membuka jalan bagi kita untuk diampuni dan memiliki persekutuan dengan Pencipta kita, maka sekarang dan selama-lamanya hidup kita memiliki tujuan dan makna jauh dari sekedar kuburan. Agustinus pernah mengungkapkan pernyataannya yang terkenal, Engkau telah menciptakan kamu untuk diri-Mu, ya Allah, dan hati kami gelisah sampai mereka menemukan ketenangan mereka di dalam Engkau!

Setiap manusia, laki-laki dan perempuan, diciptakan dalam gambar dan rupa Allah juga berarti bahwa hidup manusia itu berharga dan setiap manusia harus diperlakukan dengan hormat. Bayi yang belum lahir tidak boleh dibunuh karena tidak diinginan, atau karena orangtua lebih menginginkan anak laki-laki dibandingkan perempuan. Bahkan jika anak tersebut cacat secara fisik maupun mental, dia tetaplah manusia yang hidup, berharga di mata Allah. Orangtua yang sudah tua renta, bahkan yang sudah tidak bias berpikir dengan baik, harus diperlakukan dengan hormat dan dipedulikan. Aborsi dan sejenisnya membuat harga dari hidup manusia menjadi murahan. Doktrin ini juga yang menjadi dasar untuk memperlakukan perempuan dengan rasa hormat yang sama dengan laki-laki, karena apa yang tertulis sangat jelas, seperti halnya laki-laki, perempuan juga diciptakan dalam gambar ilahi.

Fakta bahwa mereka yang didalam Tuhan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah dalam kebenran dan kekudusan yang sesungguhnya (Efesus 4:24), memiliki arti bahwa kita harus berkomitmen untuk bertumbuh dalam kekudusan. Kita diciptakan untuk mencerminkan gambar dan rupa Allah dalam setiap aspek dan area kehidupan kita, khususnya keluarga kita.

2. Tuhan menciptakan manusia untuk berkuasa atas ciptaan

Supaya mereka berkuasa (Kejadian 1:26) adalah konsekuensi dari baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa kita. Tuhan memberikan kita hak untuk memerintah atas segala ciptaan. Perintah untuk menaklukan itu (1:28) menyiratkan bahwa ada pekerjaan yang terlibat, bahkan di tempat yang sempurna seperti Taman Eden, untuk membawa ciptaan dibawah kekuasaan manusia yang benar. Kuasa untuk menaklukan itu melihatkan penatalayanan bumi dan sumber dayanya dibawh kedaulatan Tuhan.

Manusia yang telah jatuh telah menuju dua arah ketika berbicara mengenai bumi dan sumber dayanya. Entah mereka berusaha untuk merusak ciptaan, melalui polusi atau bentuk lainnya; atau justru mereka dikuasai oleh ciptaan, melalui penyembahan alam yang salah. Kedua ekstrem tersebut muncul dalam masyarakat: beberapa ingin menjarah lahan untuk keuntungan atau kesenangan diri mereka sendiri, dan lainnya menaruh hormat yang berlebihan terhadap alam, yang membuat manusia tunduk bahkan pada hewan. Tidak ada ekstrem yang sesuai dengan Alkitab.

Tampaknya, dalam awal mula penciptaan, baik manusia dan binatang adalah vegetarian (1:29-30, meskipun Calvin dan yang lainnya mempertanyakan hal ini). Yesaya bernubuat (Yesaya 11:6-8, 65:25) bahwa dalam kerajaan seribu thun, ketika dunia berada di bawah pemerintahan Kristus, hewan tidak akan pernah memakan hewan lainnya, tetapi beruang dan singa akan merumput seperti sapi, dengan kata lain memulihkan penciptaan kedalam bentuknya sebelum adanya kejatuhan. Setelah banjir, Tuhan memberikan ijin secara eksplisit kepada manusia untuk makan daing, selama mereka tidak makan darah (Kejadian 9:3-4).

Apakah hal tersebut berarti lebih spiritual menjadi vegetarian? Sebelum terjun kedalam kesimpulan tersebut, ingatlah bahwa Tuhan dan dua malaikat memakan daging sapi saat mereka mengunjungi Abraham (Kejadian 18:7-8). Tuhan mengijinkan para imam, yang mana kesucian pribadinya sangatlah penting, untuk memakan sebagian dari korban persembahan (1 Korintus 9:13). Yesus makan domba panggang (Paskah, Lukas 22:15) dan juga ikan panggang (setelah kebangkitan, Lukas 24:42-43). Jadi, anda bebas untuk tidak makan daging untuk alasan diet, jika anda memilih demikian, anda tidak lebih dikuduskan jika menjauhkan diri.

Manusia memerintah atas ciptaan sebelum kejatuhan. Namun ketika Setan menyuruh manusia untuk menaatinya, Setan menjadi penguasa di bumi. Agar manusia dapat memperoleh kembali tempat kekuasaannya atas dunia ini, dia harus menjalankan kekuasaan bukan hanya atas materi di dunia, namun juga terhadap kekautan spiritual kegelapan (Efesus 6:10-20). Hal ini hanya bias diperoleh dengan menjadi anggota tubuh Kristus, Kepala, yang melalui kebangkitan-Nya telah diangkat ke tempat kekuasaan atas segala sesuatu (Efesus 1:19-23). Jadi, bagian utama dari tujuan kita sebagai gereja adalah menjalankan kekuasaan Kristus atas Setan dan pasukkannya melalui peperangan rohani.

Implikasi praktis dari kekuasaan kita atas ciptaan adalah kita harus mengenakan persenjataan penuh Allah dan khususnya menjadi orang-orang yang berdoa (Efesus 6:13-19). Ketika Petrus berbicara mengenai peran suami dan istri dalam pernikahan, dia memberitahu suami untuk memberi hormat pada istri sebagai perawis kasih karunia kehidupan, dan kemudian menambahkan, agar doamu tidak terhalang (1 Petrus 3:7). Jadi baik di gereja maupun di rumah, kita harus menguasai segala ciptaan, tapi terutama atas kuasa kegelapan, dibawah otoritas Kristus melalui doa.

3. Tuhan menciptakan manusia untuk mereproduksi keturunan ilahi

Beranak-cucu dan bertambah banyaklah, penuhilah bumi dna taklukanlah itu! (1:28). Ini adalah ucapan Yesus yang menunjukkan berkat sekaligus delegasi tanggung jawab-Nya. Berkat dalam proses kreatif Allah dengan keturunan yang diberikan kepada makhluk hidup lainnya selain manusia (1:22, 24-25). Namun manusia sendiri diperintahkan tidak hanya untuk memenuhi bumi, tapi juga menaklukkan. Hal ini berarti tidak hanya melahirkan anak-anak. Tapi juga membesarkan anak-anak yang saleh yang akan benar-benar menaklukkan bumi dibawah Tuhan. Dengan memproduksi anak-anak durhaka, manusia mengisi, namun tidak menundukkan bumi.

Bagaimana seharusnya kita menerapkan ayat ini hari ini? Orang-orang Katolik Roma menganggap bahwa mengendalikan kelahiran adalah salah dan tujuan utama dari pernikahan adalah melahirkan anak. Namun banyak juga penganut Protestan yang tidak mempraktekkan bentuk apapun dari kelahiran buatan dan memiliki anak sebanyak mungkin. Kita perlu berhati-hati untuk menerapkan ayat ini dengan benar.

Jelas, teks itu tidak berarti bahwa setiap orang harus menikah dan memiliki anak untuk memenuhi tujuan Tuhan. Baik Yesus maupun rasul Paulus tidak akan memenuhi kualifikasi jika seperti itu. Namun itu berarti anak-anak harus dipandang sebagai berkat dari Tuhan. Hal tersebut perlu dikatakan di jaman kita ketika banyak pasangan yang memilih untuk tidak memiliki anak sehingga mereka dapat secara egois mengejar karirnya dan hidup materialistik mereka. Sementara penulis percaya bahwa terdapat kasus Alkitabiah untuk menggunakan sarana untuk mencegah kelahiran dalam pernikahan Kristen, ada alasan yang benar dan salah dalam menggunakan cara seperti itu. Keegoisan bukanlah motif yang tepat. Anak-anak kita adalah salah satu berkat yang paling besar sekaligus tanggung jawab yang sangat besar yang Tuhan percayakan kepada kita. Kita perlu meluangkan waktu dan usaha untuk melihat setiap anak datang mengenal Kristus dan dilatih dengan cara-Nya.

Penulis juga percaya bahwa ada juga aplikasi spiritual dari kejadian 1:28. Untuk mereproduksi keturunan ilahi berarti kita semua harus terlibat dalam pekerjaan penginjilan. Untuk memenuhi bumi dan menaklukkannya berarti kita harus menaklukkan penguasa bumi, yaitu Setan, dengan menyelamatkan manusia dari kuasa kegelapan dan melihat mereka berpindah ke kerajaan Allah (Kolose 1:13). Manusia tidak dapat mencerminkan gambar dan rupa Allah, memerintah atas ciptaan dan mereproduksi keturunan ilahi, kecuali mereka hidup dibawah kekuasaan Yesus Kristus. Penulis Ibrani membuat aplikasi ini saat dia menghubungkan dengan kata-kata Kristus: Lihatlah, Aku dan anak-anak yang telah diberikan Allah kepadaku (Ibrani 2:13). Salah satu berkat Tuhan yang terbesar adalah saat Dia memberikan kita anak-anak rohani, buah yang tetap sepanjang kekekalan!

Kita harus menyadari fakta bahwa tujuan kita berada di bumi ini bukan hanya untuk mereproduksi keturunan ilahi, tidak hanya dengan anak-anak kita sendiri, tetapi juga dengan memberikan kesaksian tentang anugrah keselamatan dari Tuhan yesus Kristus, sehingga orang lain akan mengenal Pencipta mereka dan tujuan mereka untuk berada disini.

Kesimpulan

Seorang pria meninggal dan di batu nisannya tertera tulisan demikian: Manusia datang, tinggal beberapa saat, dan pergi. Suatu kata-kata yang menyedihkan! Tapi bagaimana jika dikatakan, Manusia datang, tinggal sebentar, menikah, bekerja di pekerjaannya, membangun keluarga dan pergi? Katakanlah dia menjadi sukses dalam karirnya dan menghasilkan banyak uang. Masih ada hal yang terlewat dari tujuan Allah menciptakan kita.

Tuhan menciptakan kita secara individu, dan sebagai laki-laki dan perempuan dalam pernikahan kita, dan secara korporat sebagai gereja-Nya, untuk mencerminkan gambar dan rupa-Nya dengan menjadi manusia-manusia ilahi. Dia menciptakan kita untuk memerintah atas ciptaan-Nya sebagai penatalayanan yang bertanggung jawab atas bumi, dan untuk memerintah atas penguasa dunia yang telah jatuh ini saat kita menjalankan wewnang Kristus, Kepala kita melalui doa. Dia menciptakan kita untuk memproduksi keturunan ilahi, baik di keluarga kita maupun dalam keluarga gereja kita melalui melahirkan anak-anak rohani.

Itulah sebabnya Tuhan menciptakan manusia. Itulah sebabnya Dia menciptakan kita- untuk mengenai dan bertumbuh menjadi serupa dengan-Nya yang memiliki citra sebagaimana kita diciptakan. Untuk memerintah bersama dengan Dia, dan untuk menjadi alat-Nya dalam kerajaan-Nya. Kita akan merasa resah, bingung atau kurang puas sampai kita hidup sesuai dengan tujuan Allah menciptakan kita.

*Diterjemahkan dari artikel oleh Steven J. Cole Why God Created People diperoleh melalui situs https://bible.org/seriespage/lesson-4-why-god-created-people-genesis-126-31*

Share this:

  • Twitter
  • Facebook

Menyukai ini:

Suka Memuat...

Terkait