Menurutmu sendiri apakah yang dimaksud dengan Allah Tritunggal dan peran nya dalam hidupmu?

Banyak pertanyaan yang sering tidak dimengerti dalam iman Kristen dan dari sekian banyak pertanyaan tersebut, salah satu yang paling dipertanyakan adalah tentang Tritunggal. Pengertian sebetulnya dari Tritunggal yang utama adalah Allah adalah 1 namun dengan 3 pribadi yang berbeda. Kita sebagai manusia seringkali tidak mengerti tentang hal ini sebab kita tidak mengenal secara baik tentang kesempurnaan Allah yang Maha Agung tersebut. Pada artikel kali ini, kami akan mengulas secara lengkap pengertian Tritunggal dalam Alkitab untuk anda.

Pada 1 Yohanes 4:8 dan 1 Yohanes 4:10 dijelaskan jika kasih berasal dari Allah dan sudah ada sejak awal sebab Allah merupakan kasih dan Bapa, Putra dan Roh Kudus menjadi satu kesatuan yang tidak terpecah. Dengan kasih Allah yang benar-benar tumbuh dalam diri kita dan mujizat Tuhan Yesus tersebut, sebetulnya kita juga dapat menyatu dan tak terpecah, akan tetapi selama hidup di dunia ini membuat kita tidak dapat berbuat kasih sempurna dari Bapa sebab godaan dunia yang begitu besar.

Arti Allah Tritunggal Dalam Ajaran Alkitab 

Pada Yohanes 10:30, Yesus memperlihatkan satu kesatuan yang tidak terpisah dengan Allah dan pada Doa-nya yang terakhir bersama dengan para murid sebelum sengsara-Nya, Yesus juga berdoa pada Bapa supaya semua murid bisa menjadi satu sama seperti Bapa yang ada didalam Dia dan Dia didalam Bapa, dengan ini bisa disimpulkan jika Yesus sudah menyatakan diri-Nya yang serupa dengan Allah dan Ia adalah Allah itu sendiri. Ini juga mengingatkan kita kembali pada makna kebangkitan Yesus pernyataan Allah Bapa, sebab Allah Bapa bersabda Yesus adalah anak-Nya yang dikasihi pada waktu pembaptisan Yesus.

Dalam Yohanes 15:26 juga menjelaskan kesatuan Yesus dengan Allah Bapa dimana Yesus juga sudah menyatakan kesatuan Diri-Nya dengan Roh Kudus yakni Roh yang sudah dijanjikan-Nya pada para murid yang disebut dengan Roh Kebenaran dari Bapa. Roh tersebut adalah Roh Yesus sebab Ia merupakan kebenaran. Kesatuan ini juga kembali dipertegas Yesus pada pesan terakhir sebelum Ia naik ke surga, Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus…”[Mat 28:18-20]. Dalam Yohanes 5:7 juga kita bisa melihat pengajaran Yesus seperti Rasul Yohanes yang mengajarkan jika Bapa, Firman yang adalah Yesus Kristus dan Roh Kudus adalah satu.

1. Allah Adalah Esa

Dalam beberapa ayat Alkitab tersebut sudah menjelaskan pengertian Allah secara jelas dan masih banyak ayat dalam Alkitab yang menjelaskan tentang janji-janji Tuhan Yesus bagi orang percaya dan pengertian Allah Tritunggal dalam arti yang tersamar. Dengan begitu banyak ayat yang menjelaskan pengertian Allah adalah satu tersebut membuat kita sebenarnya tidak lagi harus mempertanyakan dan ragu akan hal tersebut. Kesatuan Allah ini meliputi Bapa, Yesus Kristus dan juga Roh Kudus dan bukan menjadi 3 pribadi yang berbeda namun 1 kesatuan dan ketiganya merupakan kekal, sudah ada sejak semula, tidak ada penciptanya dan bahkan sebelum semua ini terjadi.

Dalam Yohanes 17:5 juga kita bisa melihat Yesus menyatakan keberadaan-Nya yang sudah ada bersama dengan Allah Bapa sebelum dunia diciptakan. Kristus merupakan Firman yang ada bersama Allah dan Firman itu sendiri adalah Allah serta oleh-Nya lah semua bisa dijadikan. Ini menyimpulkan jika mustahil Yesus menjadikan segala sesuatu apabila Ia bukanlah Allah sendiri.

2. Bapa adalah Allah, Yesus adalah Allah dan Roh Kudus adalah Allah

Dalam 1 Korintus 8:6 yang sudah tertulis di Alkitab secara singkat menjelaskan jika Bapa menjadi sumber dari segala sesuatu dan hanya pada hukum taurat yang harus kita taati kepada Bapa kita hidup. Hanya lewat Yesus Kristus semuanya bisa terjadi dan menjadi jalan bagi kita menuju ke Bapa. Yesus merupakan firman yang hidup, saat hari penciptaan, Allah berfirman dan semuanya terjadi dan Yesus merupakan firman yang sudah terwujud menjadi seorang manusia.

Dalam Yohanes 1:1 dijelaskan jika Yesus adalah Anak Allah yang hidup dan pada Yohanes 10:30 dijelaskan jika Yesus menyatakan Diri-Nya dan Allah Bapa merupakan satu kesatuan yang utuh dan tak terpisahkan. Roh kudus adalah Allah dan Roh Kudus memiliki sifat yang sama persis dengan sifat Allah. Roh Kudus tidak memiliki karakter seperti kekuatan mistis sebab merupakan satu pribadi dengan Allah. Dalam Kisah Para Rasul 5:3-4 tertulis jika kita sebagai manusia mendustai Roh Kudus, maka itu berarti kita juga mendustai Allah.

3. Mengapa Menjadi Kesatuan

Lalu bagai mana mungkin Bapa, Anak dan juga Roh Kudu menjadi satu kesatuan? Kita sebagai manusia seringkali menggunakan sebuah perumpamaan dari makna Paskah seperti contoh seorang anak yang ada dalam sebuah keluarga dan menjadi murid di sekolah serta menjadi seorang teman diantara sahabatnya. Meskipun ketiga hal tersebut berbeda namun tetap seorang anak yang sama dan hanya mempunyai fungsi yang berbeda. Dalam Bapa, Putra dan Roh Kudus mempunyai fungsi yang berbeda dan merupakan 3 pribadi yang juga berbeda, sehingga perumpaan tentang seorang anak diatas terasa kurang cocok.

Dalam Yohanes 17:23 menjelaskan jika apa yang sudah Bapa berikan pada Yesus Kristus dan diberikan lagi oleh Yesus pada kita adalah kasih dan kasih dari Bapa inilah yang membuat kita menjadi satu kesatuan dalam simbol Kristen. Kasih ini adalah kasih Agape yang tidak bersyarat dan menjadi kasih sempurna yang hanya milik dari Allah dan kesimpulan dari Bapa, Putra dan Roh Kudus adalah kasih tersebut sebab kasih agape yang sudah menyatukan Bapa, Putra dan Roh Kudus. Tiga hal tersebut bukanlah hal yang berbeda namun sebuah kesatuan yang tidak mungkin dipisahkan.

Dalam Syahadat Aku Percaya dalam Katolik juga dinyatakan jika rahasia pusat dari Iman Kristen adalah Misteri Tritunggal. Oleh karena itu Trinitas merupakan dasar dari iman orang Kristen yang utama. Dan masih ada pengertian yang banyak diketahui dengan mengenai Allah Tritunggal sebagai Maha Kudus sebagai berikut:

Dogma Mengenai Trintunggal Maha Kudus

  • Tritunggal merupakan Allah yang satu dan pribadi ini tidak membagi Allah seperti menjadi sepertiga bagian, akan tetapi merupakan seluruhnya atau sepenuhnya. Bapa merupakan sama seperti Putera dan Putera sama seperti Bapa dan Bapa serta Putra merupakan sama seperti Roh Kudus yakni satu Allah pada kodrat yang juga sama. Dengan kesatuan ini, maka Bapa sepenuhnya ada dalam Putera dan seluruhnya ada dalam Roh Kudus. Putera sepenuhnya dalam Bapa dan sepenuhnya dalam Roh Kudus, Roh Kudus sepenuhnya ada dalam Bapa dan sepenuhnya dalam Putera.
  • Tiga pribadi ini berbeda secara nyata yakni dalam hubungan asalnya. Allah Bapa “melahirkan” Allah Putera yang dilahirkan dan Roh Kudus yang dihembuskan.
  • Tiga pribadi ini saling berhubungan antara yang satu dengan yang lain dan perbedaan dalam asal ini tidak memisahkan kesatuan Ilahi, akan tetapi memperlihatkan hubungan saling timbal balik diantara pribadi Allah tersebut. Bapa berhubungan dengan Putera, Putera berhubungan dengan Bapa, Putera dengan Bapa dan Roh kudus dengan keduanya dan hakikat ini adalah satu yakni Allah.

Dengan kasih-Nya yang sempurna tersebut dalam kehidupan Tritunggal Maha Kudus, Allah merangkul kita supaya bisa menanggapi panggilan-Nya dan dengan persatuan Allah maka kita sudah mencapai puncak kehidupan spiritual dimana kita sudah dimampukan oleh Allah untuk mengasihi-Nya dan juga sesama.

Artikel Lainnya” state=”closed

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Walaupun kita mengetahui bahwa konsep Trinitas ini tidak dapat dijelaskan hanya dengan akal, bukan berarti bahwa Allah Tritunggal ini adalah konsep yang sama sekali tidak masuk akal. Berikut ini adalah sedikit uraian bagaimana kita dapat mencoba memahami Trinitas, walaupun pada akhirnya harus kita akui bahwa adanya tiga Pribadi dalam Allah yang Satu ini merupakan misteri yang tidak cukup kita jelaskan dengan akal, sebab jika dapat dijelaskan dengan tuntas, maka hal itu tidak lagi menjadi misteri. St. Agustinus bahkan mengatakan, “Kalau engkau memahami-Nya, Ia bukan lagi Allah”. [[St. Agustinus, sermon. 52, 6, 16, seperti dikutip dalam KGK 230.]] Sebab Allah jauh melebihi manusia dalam segala hal, dan meskipun Ia telah mewahyukan Diri, Ia tetap tinggal sebagai rahasia/ misteri yang tak terucapkan. Di sinilah peran iman, karena dengan iman inilah kita menerima misteri Allah yang diwahyukan dalam Kitab Suci, sehingga kita dapat menjadikannya sebagai dasar pengharapan, dan bukti dari apa yang tidak kita lihat [lih. Ibr. 11:1-2]. Agar dapat sedikit menangkap maknanya, kita perlu mempunyai keterbukaan hati. Hanya dengan hati terbuka, kita dapat menerima rahmat Tuhan, untuk menerima rahasia Allah yang terbesar ini; dan hati kita akan dipenuhi oleh ucapan syukur tanpa henti.

Mungkin kita pernah mendengar orang yang menjelaskan konsep Allah Tritunggal dengan membandingkan-Nya dengan matahari: yang terdiri dari matahari itu sendiri, sinar, dan panas. Atau dengan sebuah segitiga, di mana Allah Bapa, Allah Putera, dan Allah Roh Kudus menempati masing-masing sudut, namun tetap dalam satu segitiga. Bahkan ada yang mencoba menjelaskan, bahwa Trinitas adalah seperti kopi, susu, dan gula, yang akhirnya menjadi susu kopi yang manis. Penjelasan yang menggunakan analogi ini memang ada benarnya, namun sebenarnya tidak cukup, sehingga sangat sulit diterima oleh orang-orang non-Kristen. Apalagi dengan perkataan, ‘pokoknya percaya saja’, ini juga tidak dapat memuaskan orang yang bertanya. Jadi jika ada orang yang bertanya, apa dasarnya kita percaya pada Allah Tritunggal, sebaiknya kita katakan, “karena Allah melalui Yesus menyatakan Diri-Nya sendiri demikian”, dan hal ini kita ketahui dari Kitab Suci.

Doktrin Trinitas atau Allah Tritunggal Maha Kudus adalah pengajaran bahwa Tuhan adalah SATU, namun terdiri dari TIGA pribadi: 1] Allah Bapa [Pribadi pertama], 2] Allah Putera [Pribadi kedua], dan Allah Roh Kudus [Pribadi ketiga]. Karena ini adalah iman utama kita, maka kita harus dapat menjelaskannya lebih daripada hanya sekedar menggunakan analogi matahari, segitiga, maupun kopi susu.

Dasar dari Kitab Suci dan pengajaran Gereja

Yesus menunjukkan persatuan yang tak terpisahkan dengan Allah Bapa, “Aku dan Bapa adalah satu” [Yoh 10:30]; “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa…” [Yoh 14:9]. Di dalam doa-Nya yang terakhir untuk murid-murid-Nya sebelum sengsara-Nya, Dia berdoa kepada Bapa, agar semua murid-Nya menjadi satu, sama seperti Bapa di dalam Dia dan Dia di dalam Bapa [lih. Yoh 17: 21]. Dengan demikian Yesus menyatakan Diri-Nya sama dengan Allah: Ia adalah Allah. Hal ini mengingatkan kita akan pernyataan Allah Bapa sendiri, tentang ke-Allahan Yesus sebab Allah Bapa menyebut Yesus sebagai Anak-Nya yang terkasih, yaitu pada waktu pembaptisan Yesus [lih. Luk 3: 22] dan pada waktu Yesus dimuliakan di atas gunung Tabor [lih. Mat 17:5].

Yesus juga menyatakan keberadaan Diri-Nya yang telah ada bersama-sama dengan Allah Bapa sebelum penciptaan dunia [lih. Yoh 17:5]. Kristus adalah sang Sabda/ Firman, yang ada bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah, dan oleh-Nya segala sesuatu dijadikan [Yoh 1:1-3]. Tidak mungkin Yesus menjadikan segala sesuatu, jika Ia bukan Allah sendiri.

Selain menyatakan kesatuan-Nya dengan Allah Bapa, Yesus juga menyatakan kesatuan-Nya dengan Roh Kudus, yaitu Roh yang dijanjikan-Nya kepada para murid-Nya dan disebutNya sebagai Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, [lih. Yoh 15:26]. Roh ini juga adalah Roh Yesus sendiri, sebab Ia adalah Kebenaran [lih. Yoh 14:6]. Kesatuan ini ditegaskan kembali oleh Yesus dalam pesan terakhir-Nya sebelum naik ke surga, “…Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus…”[Mat 28:18-20].

Selanjutnya, kita melihat pengajaran dari para Rasul yang menyatakan kembali pengajaran Yesus ini, contohnya, Rasul Yohanes yang mengajarkan bahwa Bapa, Firman [yang adalah Yesus Kristus], dan Roh Kudus adalah satu [lih 1 Yoh 5:7]; demikian juga pengajaran Petrus [lih. 1 Pet:1-2; 2 Pet 1:2]; dan Paulus [lih.  1Kor 1:2-10; 1Kor 8:6; Ef 1:3-14]. Rasul Paulus

Dasar dari Pengajaran Bapa Gereja

Para Rasul mengajarkan apa yang mereka terima dari Yesus, bahwa Ia adalah Sang Putera Allah, yang hidup dalam kesatuan dengan Allah Bapa dan Allah Roh Kudus. Iman akan Allah Trinitas ini sangat nyata pada Tradisi umat Kristen pada abad-abad awal.

1. St. Paus Clement dari Roma [menjadi Paus tahun 88-99]:
“Bukankah kita mempunyai satu Tuhan, dan satu Kristus, dan satu Roh Kudus yang melimpahkan rahmat-Nya kepada kita?” [[St. Clement of Rome, Letter to the Corinthians, chap. 46, seperti dikutip oleh John Willis SJ, The Teachings of the Church Fathers, [San Francisco, Ignatius Press, 2002, reprint 1966], p. 145]]

2. St. Ignatius dari Antiokhia [50-117] membandingkan jemaat dengan batu yang disusun untuk membangun bait Allah Bapa; yang diangkat ke atas oleh ‘katrol’ Yesus Kristus yaitu Salib-Nya dan oleh ‘tali’ Roh Kudus. [[St. Ignatius of Antiokh, Letter to the Ephesians, Chap 9, Ibid., p. 146]]

“Ignatius, juga disebut Theoforus, kepada Gereja di Efesus di Asia… yang ditentukan sejak kekekalan untuk kemuliaan yang tak berakhir dan tak berubah, yang disatukan dan dipilih melalui penderitaan sejati oleh Allah Bapa di dalam Yesus Kristus Tuhan kita.” [St. Ignatius, Letter to the Ephesians, 110]

“Sebab Tuhan kita, Yesus Kristus, telah dikandung oleh Maria seturut rencana Tuhan: dari keturunan Daud, adalah benar, tetapi juga dari Roh Kudus.” [ibid., 18:2].

“Kepada Gereja yang terkasih dan diterangi kasih Yesus Kristus, Tuhan kita, dengan kehendak Dia yang telah menghendaki segalanya yang ada.” [St. Ignatius, Letter to the Romans, 110]

3. St. Polycarpus [69-155], dalam doanya sebelum ia dibunuh sebagai martir, “… Aku memuji Engkau [Allah Bapa], …aku memuliakan Engkau, melalui Imam Agung yang ilahi dan surgawi, Yesus Kristus, Putera-Mu yang terkasih, melalui Dia dan bersama Dia, dan Roh Kudus, kemuliaan bagi-Mu sekarang dan sepanjang segala abad. Amin.” [St. Polycarp, Ibid., 146]

4. St. Athenagoras [133-190]:
“Sebab, … kita mengakui satu Tuhan, dan PuteraNya yang adalah Sabda-Nya, dan Roh Kudus yang bersatu dalam satu kesatuan, –Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus.” [St. Athenagoras, A Plea for Christians, Chap. 24, ibid., 148]

5. Aristides sang filsuf [90-150 AD] dalam The Apology
“Orang- orang Kristen, adalah mereka yang, di atas segala bangsa di dunia, telah menemukan kebenaran, sebab mereka mengenali Allah, Sang Pencipta segala sesuatu, di dalam Putera-Nya yang Tunggal dan di dalam Roh Kudus. [Aristides, Apology 16 [A.D. 140]]

6. St. Irenaeus [115-202]:
“Sebab bersama Dia [Allah Bapa] selalu hadir Sabda dan kebijaksanaan-Nya, yaitu Putera-Nya dan Roh Kudus-Nya, yang dengan-Nya dan di dalam-Nya, …Ia menciptakan segala sesuatu, yang kepadaNya Ia bersabda, “Marilah menciptakan manusia sesuai dengan gambaran Kita.” [ St. Irenaeus, Against Heresy, Bk. 4, Chap.20, Ibid., 148]

“Sebab Gereja, meskipun tersebar di seluruh dunia bahkan sampai ke ujung bumi, telah menerima dari para rasul dan dari murid- murid mereka iman di dalam satu Tuhan, Allah Bapa yang Mahabesar, Pencipta langit dan bumi dan semua yang ada di dalamnya; dan di dalam satu Yesus Kristus, Sang Putera Allah, yang menjadi daging bagi keselamatan kita, dan di dalam Roh Kudus, yang [telah] mewartakan melalui para nabi, ketentuan ilahi dan kedatangan, dan kelahiran dari seorang perempuan, dan penderitaan dan kebangkitan dari mati dan kenaikan tubuh-Nya ke surga dari Kristus Yesus Tuhan kita, dan kedatangan-Nya dari surga di dalam kemuliaan Allah Bapa untuk mendirikan kembali segala sesuatu, dan membangkitkan kembali tubuh semua umat manusia, supaya kepada Yesus Kristus Tuhan dan Allah kita, Penyelamat dan Raja kita, sesuai dengan kehendak Allah Bapa yang tidak kelihatan, setiap lutut bertelut dari semua yang di surga dan di bumi dan di bawah bumi ….” [St. Irenaeus, Against Heresies, I:10:1 [A.D. 189]].

“Namun demikian, apa yang tidak dapat dikatakan oleh seorangpun yang hidup, bahwa Ia [Kristus] sendiri adalah sungguh Tuhan dan Allah … dapat dilihat oleh mereka yang telah memperoleh bahkan sedikit bagian kebenaran” [St. Irenaeus, ibid., 3:19:1].

7. St. Clement dari Alexandria [150-215 AD] dalam Exhortation to the Heathen [Chapter 1]
“Sang Sabda, Kristus, adalah penyebab, dari asal mula kita -karena Ia ada di dalam Allah- dan penyebab dari kesejahteraan kita. Dan sekarang, Sang Sabda yang sama ini telah menjelma menjadi manusia. Ia sendiri adalah Tuhan dan manusia, dan sumber dari semua yang baik yang ada pada kita” [[St. Clement, Exhortation to the Greeks 1:7:1 [A.D. 190]]].

“Dihina karena rupa-Nya namun sesungguhnya Ia dikagumi, [Yesus adalah], Sang Penebus, Penyelamat, Pemberi Damai, Sang Sabda, Ia yang jelas adalah Tuhan yang benar, Ia yang setingkat dengan Allah seluruh alam semesta sebab Ia adalah Putera-Nya.” [ibid., 10:110:1].

8. St. Hippolytus [170-236 AD] dalam Refutation of All Heresies [Book IX]
“Hanya Sabda Allah [yang] adalah dari diri-Nya sendiri dan karena itu adalah juga Allah, menjadi substansi Allah. [[St. Hippolytus, Refutation of All Heresies 10:33 [A.D. 228]]]

“Sebab Kristus adalah Allah di atas segala sesuatu, yang telah merencanakan penebusan dosa dari umat manusia …. [[ibid., 10:34]].

9. Tertullian [160-240 AD] dalam Against Praxeas
“Bahwa ada dua allah dan dua Tuhan adalah pernyataan yang tidak akan keluar dari mulut kami; bukan seolah Bapa dan Putera bukan Tuhan, ataupun Roh Kudus bukan Tuhan…; tetapi keduanya disebut sebagai Allah dan Tuhan, supaya ketika Kristus datang, Ia dapat dikenali sebagai Allah dan disebut Tuhan, sebab Ia adalah Putera dari Dia yang adalah Allah dan Tuhan.” [Tertullian, Against Praxeas 13:6 [A.D. 216]].

10. Origen [185-254 AD] dalam De Principiis [Book IV]
“Meskipun Ia [Kristus] adalah Allah, Ia menjelma menjadi daging, dan dengan menjadi manusia, Ia tetap adalah Allah.” [Origen, The Fundamental Doctrines 1:0:4 [A.D. 225]].

11. Novatian [220-270 AD] dalam Treatise Concerning the Trinity
“Jika Kristus hanya manusia saja, mengapa Ia memberikan satu ketentuan kepada kita untuk mempercayai apa yang dikatakan-Nya, “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.” [Yoh 17:3]. Bukankah Ia menghendaki agar diterima sebagai Allah juga? Sebab jika Ia tidak menghendaki agar dipahami sebagai Allah, Ia sudah akan menambahkan, “Dan manusia Yesus Kristus yang telah diutus-Nya,” tetapi kenyataannya, Ia tidak menambahkan ini, juga Kristus tidak menyerahkan nyawa-Nya kepada kita sebagai manusia saja, tetapi satu diri-Nya dengan Allah, sebagaimana Ia kehendaki agar dipahami oleh persatuan ini sebagai Tuhan juga, seperti adanya Dia. Karena itu kita harus percaya, seusai dengan ketentuan tertulis, kepada Tuhan, satu Allah yang benar, dan juga kepada Ia yang telah diutus-Nya, Yesus Kristus, yang, …tidak akan menghubungkan Diri-Nya sendiri kepada Bapa, jika Ia tidak menghendaki untuk dipahami sebagai Allah juga. Sebab [jika tidak] Ia akan memisahkan diri-Nya dari Dia [Bapa], jika Ia tidak menghendaki untuk dipahami sebagai Allah.” [Novatian, Treatise Concerning the Trinity 16 [A.D. 235]].

12. St. Cyprian of Carthage [200-270 AD] dalam Treatise 3
“Seseorang yang menyangkal bahwa Kristus adalah Tuhan tidak dapat menjadi bait Roh Kudus-Nya …” [St. Cyprian, Letters 73:12 [A.D. 253]].

13. Lactantius [290-350 AD] dalam The Epitome of the Divine Institutes
“Ia telah menjadi baik Putera Allah di dalam Roh dan Putera manusia di dalam daging, yaitu baik Allah maupun manusia. [Lactantius, Divine Institutes 4:13:5 [A.D. 307]]

“Seseorang mungkin bertanya, bagaimana mungkin, ketika kita berkata bahwa kita menyembah hanya satu Tuhan, namun kita menyatakan bahwa ada dua, Allah Bapa dan Allah Putera, di mana penyebutan ini telah menyebabkan banyak orang jatuh ke dalam kesalahan yang terbesar … [yang berpikir] bahwa kita mengakui adanya Tuhan yang lain, dan bahwa Tuhan yang lain itu adalah yang dapat mati …. [Tetapi] ketika kita bicara tentang Allah Bapa dan Allah Putera, kita tidak bicara tentang Mereka sebagai satu yang lain dari yang lainnya, ataupun kita memisahkan satu dari lainnya, sebab Bapa tidak dapat eksis tanpa Putera dan Putera tidak dapat dipisahkan dari Bapa.” [Lactantius, [ibid., 4:28–29]]

14. St. Athanasius [296-373], “Sebab Putera ada di dalam Bapa… dan Bapa ada di dalam Putera…. Mereka itu satu, bukan seperti sesuatu yang dibagi menjadi dua bagian namun dianggap tetap satu, atau seperti satu kesatuan dengan dua nama yang berbeda… Mereka adalah dua,[dalam arti] Bapa adalah Bapa dan bukan Putera, demikian halnya dengan Putera… tetapi kodreat/ hakekat mereka adalah satu [sebab anak selalu mempunyai hakekat yang sama dengan bapanya], dan apa yang menjadi milik BapaNya adalah milik Anak-Nya.” [St. Athanasius, Four Discourses Against the Arians, n. 3:3, in NPNF, 4:395.]

15. St. Agustinus [354-430], “… Allah Bapa dan Putera dan Roh Kudus adalah kesatuan ilahi yang erat, yang adalah satu dan sama esensinya, di dalam kesamaan yang tidak dapat diceraikan, sehingga mereka bukan tiga Tuhan, melainkan satu Tuhan: meskipun Allah Bapa telah melahirkan [has begotten] Putera, dan Putera lahir dari Allah Bapa, Ia yang adalah Putera, bukanlah Bapa, dan Roh Kudus bukanlah Bapa ataupun Putera, namun Roh Bapa dan Roh Putera; dan Ia sama [co-equal] dengan Bapa dan Putera, membentuk kesatuan Tritunggal. ” [St. Augustine, On The Trinity, seperti dikutip oleh John Willis SJ, Ibid., 152.]

Dalam bukunya, On the Trinity [Book XV, ch. 3], St. Agustinus menjabarkan ringkasan tentang konsep Trinitas. Secara khusus ia memberi contoh beberapa trilogi untuk menggambarkan Trinitas, yaitu: 1] seorang pribadi yang mengasihi, pribadi yang dikasihi dan kasih itu sendiri. 2] trilogi pikiran manusia, yang terdiri dari pikiran [mind], pengetahuan [knowledge] yang olehnya pikiran mengetahui dirinya sendiri, dan kasih [love] yang olehnya pikiran dapat mengasihi dirinya dan pengetahuan akan dirinya.

3] ingatan [memory], pengertian [understanding] dan keinginan [will]. Seperti pada saat kita mengamati sesuatu, maka terdapat tiga hal yang mempunyai satu esensi, yaitu gambaran benda itu dalam ingatan/ memori kita, bentuk yang ada di pikiran pada saat kita melihat benda itu dan keinginan kita untuk menghubungkan keduanya.

Video yang berhubungan

Bài Viết Liên Quan

Bài mới nhất

Chủ Đề