Nabi Muhammad SAW adalah Nabi yang diberi gelar al Amin yang artinya

Al-Amin adalah sebuah gelar yang ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW. Gelar Al-Amin bagi Nabi Muhammad SAW disandangkan oleh penduduk Mekkah karena dikenalnya Nabi Muhammad SAW sebagai seorang laki-laki yang penuh amanah, jujur dan dapat dipercaya. Dan karena fakta ini, amanah dan jujur, saja yang menarik hati seorang Khadijah yang kemudian berharap dapat menikahinya, setelah melihat dengan mata kepalanya sendiri saat dia dipekerjakan di usaha dagang yang digelutinya.[1]

  1. ^ Islam.com. Al-Amin Gelar untuk Muhammad SAW

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Al-Amin&oldid=19180396"

2 menit

Property People, tahukah kamu mengapa Nabi Muhammad diberi gelar Al-Amin? Apa alasannya Rasulullah mendapat gelar tersebut? Berikut penjelasannya.

Dari sekian banyak gelar, Al-Amin merupakan salah satu gelar yang paling diingat oleh umat Nabi Muhammad saw.

Rasulullah mendapat gelar Al-Amin dari para penduduk Mekkah.

Kendati telah mengetahui gelar Nabi Muhammad tersebut, namun masih banyak yang belum tahu apa arti Al-Amin dan alasan pemberian gelar itu.

Padahal, kamu harus tahu kalau pemberian gelar ini bukan tanpa alasan dan tidaklah sembarangan.

Untuk itu, yuk cari tahu mengapa Nabi Muhammad mendapat gelar Al-Amin di bawah ini.

Apa Itu Gelar Al-Amin

Nabi Muhammad SAW adalah Nabi yang diberi gelar al Amin yang artinya

Sumber: britannica.com

Nabi Muhammad saw. adalah sosok yang berakhlak mulia, bahkan jauh sebelum menjadi rasul.

Sifat Nabi Muhammad adalah jujur, amanah, cerdas, hingga tabligh.

Maka tak heran kalau Nabi Muhammad mendapatkan sejumlah gelar, salah satunya Al-Amin.

Gelar Al Amin artinya orang yang dapat dipercaya.

Berkat kejujurannya, Nabi Muhammad mendapat gelar Al Amin yang artinya beliau dipercaya oleh para umatnya.

Lantas, mengapa Rasulullah mendapat gelar Al Amin?

Melansir buku “Kisah Nabi Muhammad saw” oleh Ajen Dianawati terbitan WahyuMedia, berikut informasinya.

Mengapa Nabi Muhammad Diberi Gelar Al-Amin

Nabi Muhammad SAW adalah Nabi yang diberi gelar al Amin yang artinya

Sumber: mujahiddakwah.com

Mengapa Nabi Muhammad diberi gelar Al-Amin adalah karena beliau merupakan orang yang dapat dipercaya atas apa yang dilakukannya.

Pemberian gelar Al-Amin bermula ketika terjadi banjir besar di Mekkah saat Nabi Muhammad berusia 35 tahun.

Banjir yang melanda kota Mekkah ini menghancurkan bangunan Ka’bah.

Oleh para penduduk, bangunan Mekkah itu ingin diperbaiki kembali.

Saat itu, terdapat berbagai macam suku sehingga pembangunannya dilakukan bersama-sama.

Namun, perselisihan mulai terjadi saat pembangunan Ka’bah hampir rampung.

Mereka berselisih pendapat tentang siapa yang akan meletakkan Hajar Aswad ditempatnya semula.

Masing-masing suku di Mekkah merasa berhak untuk meletakkan batu hitam suci tersebut sehingga timbul perselisihan yang hampir berujung pada perkelahian.

Hingga akhirnya, mereka bersepakat bahwa orang yang pertama kali memasuki Masjidil Haram maka dialah yang berhak memutuskan perkara ini.

Rupanya, saat itu Nabi Muhammad saw. adalah orang yang pertama masuk ke Masjidil Haram.

Dengan penuh kebijaksanaan, Rasulullah meletakkan Hajar Aswad di atas sorbannya dan meminta perwakilan masing-masing suku di Mekkah untuk memegang ujung sorban dan meletakkannya bersama-sama.

Setelah tersimpan di tempat semula, semua orang yang melihatnya merasa puas dengan keputusan Nabi Muhammad dalam memutuskan perkara dengan penuh kejujuran.

Sejak kejadian tersebut, Nabi Muhammad mendapat gelar Al Amin yang artinya dapat dipercaya.

Itulah mengapa Nabi Muhammad diberi gelar Al-Amin dari orang-orang Quraisy.

***

Semoga bermanfaat, Property People.

Simak informasi menarik lainnya hanya di Berita 99.co Indonesia.

Kunjungi www.99.co/id dan rumah123.com jika kamu sedang mencari rumah untuk keluarga.

Dapatkan kemudahan untuk memenuhi kebutuhan properti karena kami selalu #AdaBuatKamu.

Cek sekarang juga, salah satunya ada Perumahan Harvest City!

Makna Dari Gelar Al-Amin Rasulullah dan Keteladanannya – Bagi umat muslim, tentunya sudah sangat dekat dan mengenal sosok nabi Muhammad SAW sang nabi sekaligus rasul terakhir yang menjadi panutan umatnya.

Melalui sosok beliau yang menjadi teladan bagi umatnya, tidak heran ketika nabi Muhammad mendapatkan banyak gelar yang mana salah satunya adalah gelar Al-Amin. Apakah makna dari gelar Al-Amin yang diberikan kepada rasulullah?

Arti dan Makna Gelar Al-Amin Rasulullah

Al-Amin artinya dapat dipercaya. Nabi Muhammad SAW menyandang gelar Al-Amin dikarenakan keteladanan Rasulullah, sikap amanah, dapat dipercaya dan juga jujur.

Gelar ini diberikan oleh para penduduk Mekkah secara langsung kepada Rasulullah. Keteladanannya dan sikap baiknya menjadi panutan dan begitu dijunjung oleh penduduk Mekkah sehingga membuat mereka mempercayai Nabi Muhammad sebagai sosok yang tepat menyandang gelar tersebut.

Sikap keteladanan Rasulullah ini telah dibuktikan dalam berbagai situasi. Orang-orang menyadari bahwa Rasulullah adalah sosok yang jujur, ketika beliau berdagang beliau akan berkata apa adanya mengenai kondisi barang dagangannya.

Nabi Muhammad juga akan mengatakan hal sesungguhnya jika barangnya memiliki cacat atau terjadi hal-hal yang mempengaruhi dagangannya.

Selain itu Nabi Muhammad juga tidak mengambil laba atau keuntungan dalam menentukan harga jualannya. Beliau juga begitu amanah dalam menyampaikan barang sesuai kualitas yang diinginkan pelanggan serta terkenal begitu baik hati ketika melakukan dagang.

Hal ini telah menjadi kebiasaan Rasulullah untuk selalu bersikap baik, amanah serta jujur dan membuat banyak orang percaya dan mencontoh beliau.

Latar Belakang Pemberian Gelar Al-Amin

Pada suatu masa, ketika Nabi Muhammad memasuki umur 35 tahun pernah terjadi suatu insiden yang cukup besar dan merugikan di Mekkah. Pada kala itu terjadi banjir bandang yang cukup besar di Masjidil Haram dan merusak Ka’bah. Oleh sebab itu, para orang Quraisy ingin memperbaiki Ka’bah yang sempat rusak.

Seusai perbaikan Ka’bah, terjadi suatu perselisihan yang cukup besar diantara orang-orang Quraisy ini terkait siapa orang yang layak untuk meletakan Hajar Aswad. Perselisihan ini pun menemukan titik terang ketika akhirnya seorang kaum tertua di sana yakni Abu Umayyah bin Mughirah memberikan solusi.

Beliau berkata bahwa siapapun yang melangkahkan kaki pertama kali ke pintu as-Shofa maka dialah yang akan menentukan peletakan Hajar Aswad nantinya. Seolah sudah menjadi takdir dari Allah SWT, orang pertama yang melewati pintu tersebut adalah Nabi Muhammad SAW.

Seketika setelah melaluinya maka kaum Quraisy pun berkata bahwa beliau adalah Al-Amin, yang sudah di takdirkan dan membawa amanah untuk melakukan peletakan Hajar Aswad tersebut. Kaum Quraisy juga berkata bahwa mereka ridho jika Rasulullah yang meletakan Hajar Aswad.

Bersama-sama dengan para pimpinan kabilah, Nabi Muhammad dibantu untuk meletakan Hajar Aswad kembali ke tempat semulanya. Sejak saat itu Rasulullah diberikan gelar Al-Amin yang telah diakui orang-orang.

Sifat dan Keteladanan Nabi Muhammad Yang Menjadi Panutan

1. Sidiq

Salah satu sifat serta keteladanan Nabi Muhammad yang perlu di contoh umatnya yakni sidiq yang bermakna benar. Dalam hal ini memiliki arti bahwa segala sesuatu yang dilakukan beliau merupakan suatu kebenaran, kejujuran dan tanpa ditutup-tutupi. Perilaku Nabi Muhammad juga selalu sejalan dengan perkataannya, membuat Rasulullah selalu menjadi panutan orang-orang disekitarnya.

2. Amanah

Selain sifat yang sidiq, rasulullah juga merupakan sosok yang memiliki sifat amanah atau dapat dipercaya. Sifat ini merupakan sifat yang sudah sewajarnya dimiliki oleh semua nabi dan juga rasul, sebab keberadaan mereka yang menjadi panutan para umatnya. Hendaknya menjadi sosok yang amanah, yang menjalankan tugas dengan baik dan jujur sesuai dengan apa yang diperintahkan.

3. Tabligh

Tabligh memiliki makna menyampaikan, yang mana berarti Nabi Muhammad memiliki sifat tabligh sebagai penyampai pesan dari Allah SWT pada umat islam. Keberadaan Nabi Muhammad sebagai penjembatan wahyu Allah untuk para sahabat dan umat menjadikan beliau sebagai sosok yang tabligh.

Memiliki sifat ini juga tidak semata-mata hanya perlu sekedar menyampaikan, namun dibarengi dengan sifat-sifat teladan lainnya seperti amanah dan sidiq.

4. Fathonah

Seorang Nabi tentunya perlu memiliki sifat fathonah yang memiliki arti cerdas, sebab dengan kecerdasan beliau dapat menjadi panutan yang baik. Kecerdasan rasulullah ini dapat membantu beliau memerangi orang-orang yang tidak tidak di jalannya, serta supaya mampu melawan orang yang berniat jahat kepada beliau dan umatnya.

5. Rendah Hati

Keteladanan lain dari Nabi Muhammad SAW yakni beliau dikenal sebagai seorang yang sangat rendah hati. Sifat ini membuat begitu banyak orang mencintai beliau atas kebaikan serta ketidak sombongannya.

Rasulullah mengajarkan dan memberikan contoh hidup jauh dari ketidak sombongan, sebab beliau menyadari bahwa ada Allah SWT yang jauh lebih baik dari pada dirinya. Sehingga sebagai manusia beliau menunjukan sifat rendah hati dan senantiasa mengajak umatnya bersikap serupa supaya hidup menjadi lebih mudah dan tenang.

6. Taat Kepada Allah SWT

Nabi Muhammad juga telah menjadi pribadi yang begitu taat dengan semua perintah Allah SWT. Itulah mengapa umat islam banyak yang menjadikan rasulullah sebagai panutan dalam kehidupan beragama mereka. Bagaimana perilaku terpuji Nabi Muhammad sangat patut dicontoh.

Rasulullah menjadi sosok yang begitu baik dan senantiasa memberi serta mengasihi sesama manusia. Bahkan ketika orang-orang berniat jahat terhadapnya pun, beliau tetap menunjukan perilaku yang baik.

Rasulullah terkenal sebagai sosok yang gemar bersedekah. Pernah pada suatu saat, beliau menitipkan sejumlah uang kepada Aisyah sang istri. Lalu kemudian ketika Nabi Muhammad mulai jatuh sakit, beliau bertanya dimana keberadaan uang tersebut.

Ketika mengetahui uang tersebut masih ada pada Aisyah, beliau meminta Aisyah untuk membagikan uang tersebut ke jalan untuk orang-orang yang jauh lebih membutuhkan. Ketika ditanya alasanya Nabi Muhammad mengambil keputusan tersebut. Rasulullah menjawab bahwa ia akan malu jika masih memiliki sejumlah timbunan kekayaan.

8. Sopan Santun

Memiliki sopan santun merupakan hal yang sudah mendarah daging di dalam diri rasulullah. Kesopanan Nabi Muhammad ini justru tidak mengurangi kewibawaan beliau. Sifat sopan beliau yang konsisten dan begitu santun ketika berbicara dengan orang lain membuat beliau sangat disegani dan juga begitu dihormati oleh orang-orangnya.

Tidak hanya keteladanan yang telah dipaparkan dalam ulasan diatas, sesungguhnya masih banyak keteladanan Nabi Muhammad lainnya yang dapat dijadikan contoh dan perlu kita terapkan juga dalam kehidupan kita saat ini. Simak selengkapnya mengenai kisah-kisah sang Al-Amin dalam buku ini.

Baca juga: Kisah Nabi Muhammad dari Lahir

Riwayat Perjalanan Nabi Muhammad SAW

1. Masa Kecil

Nabi muhammad SAW lahir pada sekitar 570M di Mekkah. Beliau merupakan anak dari Abdullah dan Aminah yang merupakan keluarga terhormat di suku Bani Hasyim. Namun sang ayah meninggal ketika Nabi Muhammad masih dalam kandungan, dan ibunya meninggal ketika Muhammad berumur 6 tahun.

Muhammad tumbuh dan dibesarkan oleh sang kakek bernama Abdul Muthalib dan kemudian sejak 8 tahun ia dirawat sang paman Abu Thalib hingga dewasa. Terlahir dalam keluarga yang baik dan tumbuh dengan ajaran agama yang begitu melekat membuat Muhammad menjadi sosok yang juga begitu baik, rendah hati dan penuh keteladanan.

Muhammad remaja bekerja sebagai pedagang yang dikenal baik serta jujur dalam melakukan tugas-tugasnya. Dalam kesehariannya Muhammad senantiasa belajar dan memperdalam ilmu agama, melatih bela diri dan juga sering memanah. Hingga akhirnya berita keteladanan Muhammad ini mempertemukannya dengan Khadijah, yang kemudian menjadi istrinya.

2. Memperoleh kerasulan

Muhammad tinggal di antara masyarakat yang gemar akan kekerasan dan segala pertempuran kala itu, sedikit banyak membuat Muhamad dewasa. Sejak remaja hingga pada sekitar umur 40, beliau menjadi semakin sering menyendiri di gua Hira yang berada di sisi timur Mekkah.

Disana Muhammad sering bertafakur hingga berhari-hari untuk mencari ketenangan. Yang mana tindakan tersebut rupanya begitu berbanding terbalik dengan budaya Arab pada masa lalu yang suka bergerombol.

Hingga akhirnya Muhammad menerima wahyu pertamanya pada 17 Ramadhan yang disampaikan oleh Malaikat Jibril. Surah pertama yang disampaikan yakni Al-Alaq. Tepat setelah itu beliau akhirnya diangkat sebagai rasul.

Nabi Muhammad mendapatkan mukjizat yang berupa kitab suci Al-Quran secara berangsur-angsur atau satu persatu. Setiap ayat dan surah pun disampaikan kepada Nabi Muhammad sedikit-demi sedikit selama 23 tahun, sesuai dengan situasi yang terjadi pada masa itu.

3. Penyebaran Islam

Situasi bangsa Arab yang pada masa itu telah menjamur budaya yang bertentangan dengan ajaran islam, membuat Nabi Muhammad tidak dapat secara terang-terangan melakukan dakwah. Demi meminimalisir kerusuhan, selama tiga tahun pertama Nabi Muhammad menjadi rasul beliau hanya melakukan penyebaran agama islam pada sahabat serta keluarga terdekat saja.

Dapat dikatakan bahwa Nabi Muhammad seolah menggunakan jalur bawah tanah, beliau menyebarkan ajaran islam perlahan dan diam-diam. Sehingga tidak jarang jika mereka yang memeluk islam setelah Nabi Muhammad adalah orang-orang terdekatnya.

Tiga tahun setelahnya, Nabi Muhammad mulai menyebarkan agama islam secara terbuka di Mekkah. Namun, hal tersebut tidak direspon dengan baik oleh masyarakat kala itu. Hal ini disebabkan ajaran agama yang dibawa Nabi Muhammad begitu bertentangan dengan budaya dan cara pandang masyarakat Arab saat itu.

Nabi Muhammad bahkan dianggap merusak tatanan dan budaya mereka sehingga tidak sedikit para umat pemeluk agama islam yang pertama beserta Nabi Muhammad disiksa, dianiaya hingga di kucilkan. Abu Jahal sebagai sang pemimpin bangsa Arab, begitu menentang Nabi dan membuat semua masyarakat ikut membencinya.

Besarnya penolakan masyarakat jahiliyah di Mekkah ini, tidak menurunkan semangat Nabi Muhammad dan para sahabat untuk tetap berpegang teguh terhadap amanahnya. Ajaran agama islam yang telah terdengar pun membuahkan hasil, Nabi Muhammad mendapatkan banyak pengikut yang menjadi umat agama islam kala itu.

Umat Nabi Muhammad inilah yang akhirnya membantu penyebaran agama islam ke seluruh penjuru melalui perdagangan luar negeri. Beberapa diantaranya adalah Persia, Syam dan juga jazirah Arab.

Segala keteladanan Nabi Muhammad yang telah terdengar di penjuru daerah juga memicu banyak orang bersimpati terhadapnya dan penasaran untuk mengetahui serta mempelajari ajaran agama dari Nabi Muhammad secara langsung. Salah satu tokoh besar yakni Umar bin Khattab yang mana seorang pemimpin terpandang di klan Quraisy pun akhirnya memantapkan diri untuk memeluk agama islam sesuai ajaran Nabi Muhammad.

4. Hijrah ke Madinah

Kian bertambahnya pengikut Nabi Muhammad yang ikut serta menyebarkan agama islam membuat umat islam semakin banyak dan bahkan dari luar negeri. Sebagian besar masyarakat Arab yang telah memeluk agama islam pun memiliki kebiasaan untuk selalu mengunjungi Mekkah untuk berziarah ke Ka’bah.

Sebagian diantaranya merupakan orang-orang Yatsrib yang tertarik dengan agama islam. Hal ini membuka peluang Nabi Muhammad untuk semakin memperluas penyebaran islam dengan orang-orang Yastrib lainnya. Mereka sempat bertemu dengan Nabi Muhammad di Aqabah dan memeluk agama islam.

Pada tahun berikutnya, orang-orang Yastrib ini kembali datang ke Mekkah untuk mengajak umat islam di Mekkah melakukan hijrah ke Yastrib sebab situasi Mekkah yang tidak begitu baik dan tidak mendukung adanya islam.

Akan tetapi hal ini diketahui oleh orang-orang jahiliyah yang tidak ingin Nabi Muhammad menyebarkan agama islam disana sebab mereka menyadari peluang besar tersebut dapat membuat islam semakin masif.

Kaum jahiliyah menghalangi para orang islam yang akan berhijrah ke Yastrib dan menimbulkan peperangan yang tidak dapat dihindari lagi. Peperangan tersebut bahkan memakan waktu kurang lebih dua bulan, hingga pada akhirnya orang-orang ini melakukan sejumlah perjanjian dan umat islam dapat melakukan hijrahnya ke Yatsrib.

Selang 8 tahun setelah hijrah, Nabi Muhammad kembali ke Mekkah untuk menaklukan kota dengan ribuan umatnya. Pemimpin Mekkah pada saat itu merasa bahwa mereka tidak memiliki pertahanan yang cukup untuk melawan Nabi Muhammad, sehingga ia memutuskan untuk menyerah.

Sesuai janji Mekkah diserahkan kepada Nabi Muhammad pada tahun berikutnya, dan sejak saat itu Nabi Muhammad berhasil menyatukan Mekkah dan Madinah serta menyebarluaskan ajaran islam disana.

Sudah Tahu Makna Dari Gelar Al-Amin Milik Nabi Muhammad SAW?

Terlahir dari keluarga terhormat yang begitu menjunjung tinggi nilai kebaikan dan keteladanan membuat Nabi Muhammad dijuluki Al-Amin sebagai sosok yang dapat dipercaya.

Sejak muda hingga saat ini semua orang sudah mengetahui semua suri tauladan Nabi Muhammad yang menjadi contoh bagi seluruh muslimin dan muslimah di penjuru dunia. Segala kerja keras dan upaya, serta kegigihan Nabi Muhammad berhasil membuat islam menjadi begitu besar dan kuat saat ini.

Jika kamu adalah salah satu umat muslim tentu Nabi Muhammad pasti menjadi salah satu contoh nyata sebagai panutan kita selama hidup beragama dan berbangsa. Semua keteladanannya tidak hanya semata-mata menjadi contoh namun juga merubah dan mampu membawa kita menjadi sosok yang terbaik versi kita sendiri.

Tertarik dengan sikap dan keteladanan Nabi Muhammad serta kisah hidupnya yang penuh makna? Maka buku-buku berikut mampu menambah wawasan kamu seputar Nabi Muhammad dan Islam itu sendiri!

Baca juga: 

  • Custom log
  • Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas
  • Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda
  • Tersedia dalam platform Android dan IOS
  • Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis
  • Laporan statistik lengkap
  • Aplikasi aman, praktis, dan efisien