Obat untuk menghilangkan bengkak karena infus

BILA Anda pernah dirawat di rumah sakit, pasti diberi cairan infus. Entah untuk cairan makanan, obat atau vitamin dan mineral.

Biasanya bekas jarum infus pada area yang ditusuk akan membengkak. Sebenarnya wajar saja karena merupakan reaksi alami tubuh. Tapi menurut Go Dok pembengkakan dalam skala yang besar bisa menyebabkan penekanan pada syaraf-syaraf Anda sehingga menyebabkan rasa sakit, nyeri, atau mati rasa.

Adapula risiko lainnya, yakni pembengkakan juga bisa berarti bahwa Anda terkena infeksi. Ini disebabkan ada luka gores yang mengekspos bagian bawah kulit pada tubuh Anda, maka risiko terjadinya infeksi pun akan semakin besar. Ini membutuhkan penanganan khusus agar infeksi segera mereda.

Penyebab lainnya menurut Go Dok, IV fluid (cairan infus) yang digunakan ternyata sudah terinfeksi sesuatu, baik bakteri, virus, maupun parasit. Maka jika ada gejala infeksi sedikit saja, Anda harus segera mengonsultasikannya dengan dokter. Jangan menjadi dokter bagi diri sendiri, tak ada ruginya meminta saran dari dokter yang ada.

Bisa juga terjadi kondisi yang dinamakan Thrombophlebtis, yakni terjadi pembengkakan pada area kulit tempat dimasukkannya selang infus. Ini karena saat cairan infus tidak diberikan dengan benar sesuai prosedur. Bisa juga karena dibiarkan terlalu lama tanpa diganti atau dicabut.

Pada laman Go Dok memberikan langkah-langkah mengatasi pembengkak karena Thrombophlebtis.

Lepas Selang

Jika selang IV masih pada tempatnya dan belum dipindahkan, maka penting bagi Anda untuk segera melepasnya, atau mintalah perawat untuk melepaskannya dari tangan Anda. Mintalah salep untuk meredakan pembengkakan.

Obat untuk menghilangkan bengkak karena infus
(Foto: Irish - Clinics Health

Saran Dokter

Konsumsilah Ibuprofen, yang memiliki kandungan anti-inflamasi (anti-pembengkakan) sesuai saran dokter. Dengan meminta saran dari dokter maka penanganannya akan lebih efektif.

Posisi

Buatlah posisi tangan Anda lebih tinggi. Gunanya untuk mengurangi pembengkak tadi.

Hindari

Jangan tekan area tubuh yang membengkak. Usahakan Anda menahan diri untuk menyentuh bagian yang bengkak itu. Semakin Anda menyentuh dan menekannya, ada kemungkinan akan semakin membuatnya bengkak.

Namun apabila langkah-langkah itu belum membuahkan hasil dalam lima hari. Sebaiknya meminta perawatan lebih khusus dari dokter. (psr)

#TantanganGurusiana

#TantanganHariKe-24

Sejak Rabu siang, 5 Februari 2020 , pergelangan tangan kananku membengkak karena kelamaan diinfus. Di pembuluh darah vena pergelangan tangan kananlah dipasang spuit TW (Tri Way). TW adalah saluran yang memiliki 3 percabangan untuk memasukkan selang infus, suntikan antibiotik, juga infus antibiotik, dan jenis suntikan lainnya. Karena sudah 4 hari diinfus antibiotik Metronidazole dengan kecepatan laju aliran yang harus habis dalam waktu 10 menit per 100 ml cairan antibiotik Metronidazole 500 mg/100 ml. Untuk kondisi yang saya alami menurut dokter memang dianggap tidak perlu diinfus dengan cairan Ringer Laktat.

Karena saya tidak menerima cairan infus lain, hanya harus mendapatkan 3 suntikan lainnya melalui TW. Antara lain suntikan antibiotik metronidazole, suntikan obat anti nyeri dan suntikan Ranitidin sebagai obat anti mual. Penyuntikan langsung ketiga suntikan berurutan itu membuat vena pergelangan tangan penuh. Apalagi bila disuntikkan bersamaan dengan masuknya cairan infus antibiotik metronidazole 500 mg/100 ml.

Kondisi ini menyebabkan tekanan tinggi dari cairan saat ditekan keluar dari spuit jarum suntik melalui TW . Aliran cairan yang sangat masif dan tanpa jeda ke dalam pembuluh vena di pergelangan tangan, sesaat menimbulkan sensasi nyeri, pegal dan kaku. Perlu waktu beberapa menit agar nyerinya hilang.

Mengurut pelan punggung lengan dengan kapas beralkohol sedikit membantu melancarkan alirannya. Bila alirannya sudah lancar tidak berjejalan lagi biasanya nyerinya akan hilang. Kondisi tekanan tinggi dari cairan yang disuntikkan, karena terus berulang lama-lama menyebabkan terjadinya pembengkakan pada pembuluh vena, punggung tangan kanan dan lengan kanan. Selama 5 hari dirawat di RSUD Deli Serdang, setiap 8 jam sekali saya harus diinfus larutan antibiotik Metronidazole 500 mg/100 ml. Setiap 3 jam sekali harus disuntik 3 suntikan lainnya melalui TW. Saat dirawat di ruang Dahlia-1 saya mendapat 4 kali infus Metronidazole, dan 7 kali 3 suntikan lainnya mulai Minggu malam pukul 22.00 Wib sampai Senin malam pukul 22.00 Wib. Saat dipindah perawatan ke ruang Tulip 11 saya dari Senin Malam pukul 22.30 sampai Kamis pagi pukul 6 pagi saya mendapatkan 6 kali suntikan infus antibiotik Metronidazole dan 21 kali 3 suntikan lainnya. Total saya mendapatkann10 botol infus metronidazole dan 28 x 3 suntikan( 84 kali) suntikan via TW selama 5 hari dirawat di RSUD Deli Serdang. Hingga akhirnya vena pergelangan tangan membengkak menjalar hingga ke punggung telapak tangan dan lengan kanan.

Saat mengetahui tangan saya bengkak, perawat segera menawarkan opsi untuk mencabut TW di tangan kanan. Karena bila terjadi pembengkakan, proses penyuntikan cairan harus dihentikan. Bisa menyebabkan demam. Sehingga posisi TW harus dipindah ke tempat lain.

“ Ibu ini nanti TW yang di tangan kanan ibu kita cabut saja ya? Karena tangan ibu sudah bengkak. Kalau diteruskan ibu bisa sakit dan demam,” katanya.

“ Waduh, jadi gimana ini sus?” tanyaku. Saya mulai gamang. Jujur percaya kalau TW di pergelangan tangan kanan memang harus dicabut. Soalnya saya sendiri yang merasakan tekanan tinggi saat penyuntikan. Biasanya malah saya yang berkata :

“ Sus, pelan nekannya, stop bentar, nyeri, takut saya pecah pembuluh vena saya, bentar ya,” ujarku. Memang kurasakan sudah jenuh dan tidak kuat lagi. Sambil mengurut tanganku agar aliran cairan lebih lancar. Untung perawatnya sabar.

“ Sudah bisa saya kanjutkan Bu?” ujar perawat.

“ Ya, pelan ya?” pintaku.

Ternyata setelah berhasil ujungnya malah semakin menjalar bengkaknya sampai ke punggung tangan kanan.

Awal saat masuk ruang IGD pada hari minggu, perawat di ruang IGD mencari pembuluh vena di punggung tangan kiri. Setelah ditemukan kemudian dimasukkan jarum infus. Setelah dimasukkan jarum infus ke pembuluh vena namun karena pembuluh venanya terlalu halus akhirnya pembuluh vena yang sudah ditusuk pecah. Sehingga jarum infus harus ditarik keluar. Bekas luka tusukan diplester untuk menghentikan pendarahan.

“ Maaf ya Bu, pembuluh vena di punggung kiri tangan ibu, sehingga pecah. Kita tutup ya. Kita coba cari dari tangan kanan,” ucap perawat ruang IGD padaku.

“ Ohya, kenapa kok bisa pecah pembuluh vena saya ?” tanyaku.

“ Iya bu, terlalu halus pembuluh vena di punggung telapak tangan kiri ibu. Sebentar kita ganti jarumnya yang lebih halus lagi, kta coba cari dari tangan kanan ya Bu,?’ ujarnya.

Ya sudahlah, saya menurut saja. Sempat merasakan sakitnya ditusuk jarum infus, sudah berhasil masuk, eh, haus dicabut lagi karena pembuluh venanya pecah. Jadi gagal dong. Harus bersiap-siap meringis lagi nih.

Kemudian Perawat ruang IGD beralih ke mencari pembuluh vena di pergelangan tangan kanan.

“ Oke, ini sudah dapat venanya di pergelangan tangan kanan ibu,” ujarnya sembari mengusap-usap kapas basah beralkohol.

“ Tarik nafas ya Bu,” pintanya. Aku menarik nafas seiring timbulnya rasa nyeri yang ditimbulkan dari tusukan jarum infus yang menusuk vena. Setelahnya, barulah TW. Kemudian diperban.

Cairan infus Ringer laktat sempat diberikan sebentar dengan larutan ringer laktat..Namun belum sampai habis akhirnya dilepas karena bersasarkan hasil pemeriksaan tensi darah, fisik dll dokter menyatakan saya tidak perlu diinfus dengan cairan RL.

TW memang tidak dibuka karena nantinya di ruang perawatan akan dipergunakan untuk memasukkan infus Antibiotik Metronidazole dan 3 suntikan lain yaitu antibiotik lain, antinyeri, anti mual ( ranitidin). Setelah dipindah dari uang IGD ke ruang perawatan di Ruang Dahlia – 1, sebelum melakukan penyuntikan via TW untuk pertama kalinya perawat menginformasikan .. " Maaf ya Bu..ini agak perih cairan antibiotiknya..karena kan diinfus dan disuntikkan langsung tanpa cairan,” Ujarnya. Ternyata benar, rasa nyeri langsung menjalari vena. kurasakan aliran suntikan cairan antibotik baik dari selang infus antibiotik Metronidazole maupun dari suntikan anti nyeri, terasa nyelekit, membuat kebas kesemutan dan pegal.

Gejala tangan membengkak dan pegal ngilu bila diinfus dan disuntik mulai terjadi di hari ke-empat yaitu Rabu Sore saat di Ruang Tulip 11. Karena tangan kanan sudah bengkak, akhirnya di hari kelima, yaitu kamis, 6 Februari 2020 sebelum pemeriksaan Colonoscopy dilakukan, perawat ruang Tulip mencari alternatif dari punggung tangan kiri lagi. Bergeser sedikit dari bekas tusukan di pembuluh vena yang pecah di ruang IGD. Akhirnya ketemu di punggung tangan kiri, kemudian ditusuk lagi dengan jarum infus. Eh..pecah lagi. Ya sudahlah. Keburu TW yang di pergelangan tangan kanan sudah dibuka. Karena sudah bengkak maka tidak boleh dipergunakan lagi.

Sejujurnya saya sebenarnya sudah tidak ingin diinfus antibiotik atau antinyeri lagi. Jadi ya sudahlah, tak usah lagi lah dicari vena lainnya untuk memasang TW yang baru.Tapi setelah dari Kamis pukul 6 hingga pukul 1 siang tidak disuntik, kok kaki malah pegal dan ngilu-ngilu lagi.

Perawat shif siang datang mau menginfus , namun karena tahu tangan kanan saya sudah bengkak dan TW sdh dilepas, mereka bilang, " Bentar ya bu kami ambil jarumnya, kita cari nanti venanya yang terbaik dimana saja"

Aih makjang...Kiraian hari ini saya sudah bebas. Kamis siangs etelah selesai pemeriksaan Colonoscopy saya pikir sudah tidak perlu diinfus lagi. Dan berharap Kamis sore sudah diizinkan pulang oleh dokter Harri.

Bagaimana selanjutnya? Bersambung ya ke part -2.

Fitri Hariana.

Lubuk Pakam Jum’at, 7 Februari 2020.

Merangkai kembali kisah yang terserak di ruang perawatan RSUD Deli Serdang.