Pasca perang dingin Gerakan Non Blok mempunyai kedudukan yang sangat penting karena

Pasca perang dingin Gerakan Non Blok mempunyai kedudukan yang sangat penting karena
Pasca perang dingin Gerakan Non Blok mempunyai kedudukan yang sangat penting karena

Anggota dari seri tentang
Sejarah Perang Dingin

Asal Perang DinginPerang Alam II
Konferensi perang
Blok Timur
Tirai BesiPerang Dingin (19471953)Perang Dingin (19531962)Perang Dingin (19621979)Perang Dingin (19791985)Perang Dingin (19851991)Garis masa · Konflik
Historiografi

Perang Dingin (bahasa Inggris: Cold War, bahasa Rusia: холо́дная война́, kholodnaya voyna, 19471991) yaitu sebutan untuk suatu periode terjadinya ketegangan politik dan militer antara Alam Barat, yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan sekutu NATO-nya, dengan Alam Komunis, yang dipimpin oleh Uni Soviet beserta sekutu negara-negara satelitnya. Peristiwa ini dimulai setelah kesuksesan Sekutu dalam mengalahkan Jerman Nazi di Perang Alam II, yang kemudian menyisakan Amerika Serikat dan Uni Soviet sbg dua negara adidaya di alam dengan perbedaan adicita, ekonomi, dan militer yang mulia. Uni Soviet, bersama dengan negara-negara di Eropa Timur yang direbutnya, membentuk Blok Timur. Proses pemulihan pasca-perang di Eropa Barat difasilitasi oleh program Rencana Marshall Amerika Serikat, dan sbg menandinginya, Uni Soviet kemudian juga membentuk COMECON bersama sekutu Timurnya. Amerika Serikat membentuk aliansi militer NATO pada tahun 1949, sedangkan Uni Soviet juga membentuk Pakta Warsawa pada tahun 1955. Beberapa negara memilih sbg memihak salah satu dari dua negara adidaya ini, sedangkan lainnyanya memilih sbg tetap netral dengan mendirikan Gerakan Non-Blok

Peristiwa ini dinamakan Perang Dingin karena kedua belah pihak tidak pernah terlibat dalam tingkah laku yang dibuat militer secara langsung, namun masing-masing pihak mempunyai senjata nuklir yang bisa mengakibatkan kehancuran mulia. Perang Dingin juga mengakibatkan ketegangan tinggi yang pada hasilnya memicu konflik militer regional seperti Blokade Berlin (19481949), Perang Korea (19501953), Krisis Suez (1956), Krisis Berlin 1961, Krisis Rudal Kuba (1962), Perang Vietnam (19591975), Perang Yom Kippur (1973), Perang Afganistan (19791989), dan penembakan Korean Cairan Penerbangan 007 oleh Soviet (1983). Alih-alih terlibat dalam konflik secara langsung, kedua belah pihak bersaingan melalui koalisi militer, penyebaran adicita dan pengaruh, memberikan bantuan kepada negara klien, spionase, kampanye propaganda secara besar-besaran, perlombaan nuklir, menarik negara-negara netral, bersaingan di area olahraga internasional, dan kompetisi teknologi seperti Perlombaan Angkasa. AS dan Uni Soviet juga bersaingan dalam bermacam perang proksi; di Amerika Latin dan Asia Tenggara, Uni Soviet menolong revolusi komunis yang ditentang oleh beberapa negara-negara Barat, Amerika Serikat berusaha sbg mencegahnya melalui pengiriman tentara dan peperangan. Dalam rangka meminimalkan resiko perang nuklir, kedua belah pihak sepakat memainkan pendekatan détente pada tahun 1970-an sbg meredakan ketegangan politik.

Pada tahun 1980-an, Amerika Serikat kembali meningkatkan tekanan diplomatik, militer, dan ekonomi terhadap Uni Soviet di kala negara komunis itu sedang menderita stagnasi perekonomian. Pada pertengahan 1980-an, Presiden Soviet yang baru, Mikhail Gorbachev, memperkenalkan kebijakan reformasi liberalisasi perestroika ("rekonstruksi, reorganisasi", 1987) dan glasnost ("keterbukaan", ca. 1985). Kebijakan ini mengakibatkan Soviet dan negara-negara satelitnya dilanda oleh gelombang revolusi damai yang hasilnya dengan runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991, dan pada hasilnya menyisakan Amerika Serikat sbg satu-satunya daya militer yang dominan di alam. Perang Dingin dan bermacam peristiwa yang menyertainya telah menimbulkan dampak mulia terhadap alam dan sering diceritakan dalam budaya populer, khususnya dalam media yang mempertunjukkan tema spionase dan ancaman perang nuklir.

Asal istilah

Pada yang belakang sekali Perang Alam II, penulis dan jurnalis Inggris George Orwell memakai istilah perang dingin sbg istilah umum dalam esainya yang berjudul "You and the Atomic Bomb" (Anda dan Bom Atom), yang diterbitkan oleh surat kabar Inggris, Tribune, pada tanggal 19 Oktober 1945. Esai tersebut menggambarkan alam yang hidup di bawah ancaman perang nuklir. Orwell menulis:

"Selama empat puluh atau lima puluh tahun terakhir, Mr. H. G. Wells dan lainnyanya telah memperingatkan kita bahwa manusia hendak mempunyai dalam bahaya, menghancurkan dirinya dengan senjatanya sendiri, menyisakan semut atau beberapa himpunan spesies lainnya sbg mengambil alih. Barangsiapa yang telah melihat kehancuran kota-kota di Jerman hendak berpikir bahwa alasan ini setidaknya masuk ikhtiar. Namun demikian, bila melihat alam secara semuanya, peristiwa selama beberapa dekade terakhir tidak menuju ke arah anarki, namun ke arah pemberlakuan kembali perbudakan. Kita mungkin tidak menuju ke arah pengrusakan umum, tapi ke 100 tahun perbudakan lawas yang mengerikan. Teori James Burnham telah banyak dibahas, namun beberapa kecil orang belum menganggapnya sbg implikasi adicita. Jenis pandangan terhadap alam, jenis keyakinan, dan struktur sosial mungkin hendak menguasai negara yang tak terkalahkan dan menegakkannya dalam "perang dingin" permanen dengan tetangganya."[1]

Dalam The Observer edisi 10 Maret 1946, Orwell menulis bahwa "setelah konferensi Moskow Desember lalu, Rusia mulai memainkan 'perang dingin' terhadap Britania dan Imperium Britania."[2]

Istilah yang dipergunakan sbg menggambarkan ketegangan geopolitik antara Uni Soviet dan negara satelitnya dengan Amerika Serikat dan sekutu Eropa Barat-nya pasca-Perang Alam II dicetuskan pertama kali oleh Bernard Baruch, seorang mahir keuangan Amerika dan penasihat presiden.[3] Dalam sebuah pidato di South Carolina pada tanggal 16 April 1947,[4] Baruch menyatakan bahwa: "Janganlah kita tertipu: hari ini kita mempunyai di tengah-tengah perang dingin."[5] Seorang reporter dan kolumnis surat kabar bernama Walter Lippmann menjabarkan penjelasan panjang lebar tentang Perang Dingin dalam bukunya yang berjudul The Cold War, ketika ditanyakan pada tahun 1947 tentang sumber istilah "perang dingin", dia menyebutkan bahwa istilah tersebut merujuk pada istilah Perancis dari tahun 1930-an, la guerre froide.[6]

Latar balik

Pasca perang dingin Gerakan Non Blok mempunyai kedudukan yang sangat penting karena

Mempunyai perdebatan di antara para sejarawan tentang titik awal dari Perang Dingin. Beberapa mulia sejarawan menyatakan bahwa Perang Dingin dimulai segera setelah Perang Alam II hasilnya, lainnyanya berpendapat bahwa Perang Dingin sudah dimulai menjelang yang belakang sekali Perang Alam I, walaupun ketegangan antara Kekaisaran Rusia, negara-negara Eropa lainnya, dan Amerika Serikat sudah terjadi sejak pertengahan ratus tahun ke-19.[7]

Revolusi Bolshevik di Rusia pada tahun 1917 (diikuti dengan penarikan mundur pasukannya dari Perang Alam I), mengakibatkan Soviet Rusia terisolasi dari diplomasi internasional.[8] Pemimpin Vladimir Lenin menyatakan bahwa Uni Soviet "dikepung oleh para kapitalis yang bermusuhan", dan dia memandang diplomasi sbg senjata sbg menjauhkan Soviet dari musuh, dimulai dengan pembentukan Komintern Soviet, yang menyerukan pergolakan revolusioner di luar Soviet.[9]

Pemimpin Soviet Joseph Stalin, yang menganggap Uni Soviet sbg sebuah "kepulauan sosialis", menyatakan bahwa Uni Soviet harus memandang "dominasi kapitalis kala ini harus digantikan oleh dominasi sosialis."[10] Pada awal 1925, Stalin menyatakan bahwa dia memandang politik internasional sbg sebuah alam bipolar di mana Uni Soviet hendak menarik negara-negara lainnya ke arah sosialisme dan negara-negara kapitalis juga hendak menarik negara-negara lain ke arah kapitalisme, sementara alam sedang mempunyai dalam periode "stabilisasi sementara kapitalisme" menjelang keruntuhannya.[11]

Bermacam peristiwa menjelang Perang Alam Kedua menunjukkan keadaan saling ketidakpercayaan dan kecurigaan antara daya Barat dan Uni Soviet, terlepas dari filosofi umum Partai Bolshevik yang diproduksi sbg menentang kapitalisme.[12] Mempunyai dukungan dari Barat terhadap gerakan Putih anti-Bolshevik dalam Perang Saudara Rusia,[7] pemberian dana oleh Uni Soviet kepada pekerja pemberontak Britania pada tahun 1926 mengakibatkan Britania Raya memutuskan hubungan dengan Uni Soviet,[13] deklarasi Stalin tahun 1927 sbg hidup berdampingan secara damai dengan negara-negara kapitalis diurungkan,[14] tuduhan keadaan konspirasi dalam Peradilan Shakhty tahun 1928 yang direncanakan oleh Britania dan Perancis memicu kudeta,[15] penolakan Amerika sbg mengakui Uni Soviet sampai tahun 1933,[16] dan Stalinisme Peradilan Moskow sbg kasus Pembersihan Besar-Besaran, serta tuduhan atas keadaan spionase dari Britania, Perancis, dan Jerman Nazi yaitu peristiwa-peristiwa yang melatarbelakangi Perang Dingin.[17]

Ketika Tentara Jerman menginvasi Uni Soviet pada bulan Juni 1941, Sekutu mengambil keuntungan dari front baru ini dan memutuskan sbg menolong Uni Soviet. Britania menandatangani persekutuan formal dan Amerika Serikat membentuk kesepakatan tidak resmi dengan Soviet. Pada masa perang, Amerika Serikat memfasilitasi Britania dan Soviet lewat program Lend-Lease nya.[18]

Bagaimanapun juga, Stalin tetap mencurigai kedua negara tersebut dan percaya bahwa Britania dan Amerika Serikat bersekongkol sbg memastikan bahwa Soviet hendak menanggung beban terbesar dalam pertempuran menghadapi Jerman Nazi. Menurut pandangannya ini, Sekutu Barat dengan sengaja menunda sbg buka front anti-Jerman kedua dengan tujuan sbg beraksi di saat-saat terakhir dan kemudian membuat penyelesaian damai. Dengan demikian, persepsi Soviet terhadap Barat mengakibatkan munculnya arus ketegangan dan permusuhan dengan pihak Sekutu.[19]

Yang belakang sekali Perang Alam II (19451947)

Konferensi pasca-perang di Eropa

Pasca perang dingin Gerakan Non Blok mempunyai kedudukan yang sangat penting karena

Setelah perang, Sekutu tidak menemui kesepakatan tentang pembagian dan penetapan perbatasan di Eropa.[20] Masing-masing pihak mempunyai ide-ide yang berlainan tentang pembentukan dan pemeliharaan keamanan alam pasca-perang.[20] Sekutu Barat menginginkan sistem keamanan dengan membentuk seluas mungkin pemerintahan demokrasi, yang memungkinkan negara-negara sbg menyelesaikan konflik secara damai melalui organisasi internasional.[21]

Mengingat sejarah invasi yang sering diterapkan terhadap Rusia,[22] serta mulianya jumlah korban tewas (diperkirakan 27 juta) dan kehancuran Uni Soviet yang berkelanjutan selama Perang Alam II,[23] Uni Soviet berusaha sbg meningkatkan keamanan dengan mendominasi urusan dalam negeri negara-negara yang bersamaan batasnya dengannya.[20][24]

Sekutu Barat sendiri juga mempunyai perbedaan tentang visi mereka terhadap kondisi alam pasca-perang. Tujuan Roosevelt - kejayaan militer di Eropa dan Asia, pencapaian supremasi ekonomi global Amerika yang mengalahkan Imperium Britania, dan membuat sebuah organisasi perdamaian alam - lebih bersifat global dibandingkan dengan Churcill, yang visinya berfokus sbg mengamankan kontrol atas Laut Tengah, memastikan keberlangsungan Imperium Britania, dan melepaskan negara-negara Eropa Timur sbg menjadikannya sbg penyangga antara Soviet dan Britania Raya.[25]

Dalam pandangan Amerika, Stalin diasumsikan sbg salah satu sekutu potensial sbg mencapai tujuan mereka, sedangkan dalam pandangan Britania, Stalin diasumsikan sbg ancaman terbesar dalam pencapaian programa mereka. Dengan direbutnya beberapa mulia negara-negara Eropa Timur oleh Soviet, Stalin mempunyai pada pihak yang beruntung dan kedua pemimpin Barat saling bersaingan sbg mendapat dukungannya. Perbedaan visi antara Roosevelt dan Churchill mengakibatkan kedua belah pihak memainkan negosiasi secara terpisah dengan Stalin. Pada bulan Oktober 1944, Churcill memainkan perjalanan ke Moskow dan sepakat sbg membagi Balkan berlandaskan pengaruh masing-masing, dan tidak lama kemudian, di Yalta, Roosevelt juga menandatangani kesepakatan terpisah dengan Stalin tentang persoalan Asia dan menolak sbg mendukung Churcill dalam isu dan Reparasi Polandia.[25]

Pasca perang dingin Gerakan Non Blok mempunyai kedudukan yang sangat penting karena

Zona pendudukan Sekutu di Jerman pasca-perang.

Negosiasi lebih lanjut antara Soviet dan Sekutu terkait dengan keseimbangan alam pasca-perang berlanjut dalam Konferensi Yalta pada bulan Februari 1945, walaupun konferensi ini juga gagal mencapai konsesus tentang kerangka kerja pasca-perang di Eropa.[26] Pada bulan April 1945, Churcill dan Presiden Amerika Serikat yang baru, Harry S. Truman, sepakat sbg menentang keputusan Soviet yang memberi bantuan kepada pemerintahan Lublin, saingan Pemerintahan Polandia di pengasingan yang dikontrol oleh Soviet.[27]

Setelah kemenangan Sekutu pada bulan Mei 1945, Soviet secara efektif mulai menduduki Eropa Timur,[26] sedangkan pasukan Amerika Serikat dan Sekutu Barat tetap bertahan di Eropa Barat. Di wilayah Jerman yang direbut Sekutu, Uni Soviet, Amerika Serikat, Britania Raya dan Perancis mendirikan zona pendudukan dan membentuk kerangka kerja sbg membagi wilayah-wilayah tersebut diproduksi menjadi empat zona pendudukan.[28]

Konferensi Sekutu pada tahun 1945 di San Francisco menghasilkan keputusan tentang pendirian organisasi PBB multi-nasional sbg memelihara perdamaian alam, namun kapasitas penegakannya oleh Dewan Keamanan secara efektif dilumpuhkan oleh kemampuan anggotanya sbg memakai hak veto.[29] Oleh sebab itu, PBB pada dasarnya diubah diproduksi menjadi sebuah forum aktif sbg bertukar retorika polemik, dan Soviet diasumsikan secara eksklusif sbg tribun propaganda.[30]

Konferensi Potsdam dan kekalahan Jepang

Pasca perang dingin Gerakan Non Blok mempunyai kedudukan yang sangat penting karena

Dalam Konferensi Potsdam, yang dimulai pada yang belakang sekali Juli setelah menyerahnya Jerman, perbedaan serius muncul terkait dengan perkembangan masa depan Jerman dan Eropa Timur.[31] Selain itu, jumlah partisipan perang dan perbedaan kebiasaan diproduksi menjadi alasan oleh satu sama lainnya sbg mengkonfirmasi kecurigaan mereka tentang niat bermusuhan dan mempertahankan kubu mereka masing-masing.[32] Dalam konferensi ini, Truman memberitahu Stalin bahwa Amerika Serikat mempunyai senjata baru yang kuat.[33]

Stalin menyadari bahwa Amerika Serikat sedang mengembangkan bom atom, dan mengingat bahwa tujuan Amerika Serikat mungkin yaitu saingan Soviet, yaitu Jepang, maka Stalin menanggapinya dengan tenang. Stalin bercakap jikalau dia merasa senang atas berita tersebut dan menyatakan keinginannya bahwa senjata tersebut hendak dipergunakan sbg melawan Jepang.[33] Satu ahad setelah akhir-akhirnyanya Konferensi Potsdam, Amerika Serikat membom Hiroshima dan Nagasaki. Tak lama setelah penyerangan negara, Stalin protes kepada para petinggi Amerika Serikat karena kecilnya anggota Jepang yang direbut Sekutu yang dinegosiasikan oleh Presiden Truman kepada Soviet.[34]

Awal Blok Timur

Pasca perang dingin Gerakan Non Blok mempunyai kedudukan yang sangat penting karena

Pada awal Perang Alam II, Uni Soviet menaruh dasar untuk terbentuknya Blok Timur dengan mencaplok langsung beberapa negara seperti Republik Sosialis Soviet, yang awal mulanya diserahkan kepada Soviet oleh Jerman Nazi dalam Pakta Molotov-Ribbentrop. Wilayah ini termasuk Polandia anggota timur (kemudian dipisahkan diproduksi menjadi dua negara Soviet yang berbeda),[35][36] Estonia (yang kemudian diproduksi menjadi RSS Estonia),[37] Latvia (menjadi RSS Latvia),[35][36] Lithuania (menjadi RSS Lithuania),[35][36] anggota timur Finlandia (menjadi RSS Karelo-Finlandia), dan Rumania timur (yang diproduksi menjadi RSS Moldavia).[38][39]

Wilayah Eropa Timur yang dibebaskan dari Nazi dan direbut oleh pasukan Soviet kemudian juga ditambahkan ke Blok Timur dengan mengubahnya diproduksi menjadi negara satelit,[40] negara-negara ini di antaranya Jerman Timur,[41] Republik Rakyat Polandia, Republik Rakyat Bulgaria, Republik Rakyat Hongaria,[42] Republik Sosialis Cekoslowakia,[43] Republik Rakyat Romania, dan Republik Rakyat Albania.[44]

Rezim Soviet yang muncul di negara-negara Blok Timur tidak hanya mengadopsi sistem ekonomi komando Soviet, tetapi juga mengadopsi cara brutal yang dipergunakan oleh Joseph Stalin dan polisi rahasia Soviet sbg menekan oposisi yang nyata dan potensial.[45] Di Asia, Tentara Merah telah membanjiri Manchuria pada bulan-bulan terakhir perang, dan melanjutkan sbg menempati beberapa mulia wilayah Korea anggota utara.[46]

Sbg anggota dari konsolidasi kontrol Stalin atas Blok Timur, NKVD, yang dipimpin oleh Lavrentiy Beria, mengawasi pembentukan sistem polisi rahasia yang bergaya Soviet di Blok Timur sbg membasmi perlawanan anti-komunis.[47] Bila muncul sedikit saja semangat kemerdekaan di negara-negara Blok Timur, mereka yang terlibat hendak disingkirkan dari kekuasaan, diadili, dipenjarakan, dan dalam beberapa kasus, dieksekusi.[48]

Perdana Menteri Britania Raya Winston Churchill khawatir bahwa jumlah mulia pasukan Soviet yang ditaruh di Eropa pada yang belakang sekali perang, dan persepsi bahwa pemimpin Soviet Joseph Stalin tidak bisa diandalkan, hendak menimbulkan ancaman untuk Eropa Barat.[49] Pada bulan April-Mei 1945, Kabinet Perang Britania Raya mengembangkan sebuah rencana operasi sbg "memaksakan keinginan Amerika Serikat dan Imperium Britania kepada Rusia".[50] Namun rencana ini dihalau oleh Kepala Staf Komite karena ketidaklayakan sumber daya militer.[49]

Persiapan sbg "perang baru"

Pada bulan Februari 1946, laporan "Telegram Panjang" George F. Kennan dari Moskow menolong sbg mengartikulasikan kebijakan pemerintah AS yang semakin intensif dalam melawan Soviet, yang diproduksi menjadi dasar untuk strategi Amerika Serikat terhadap Uni Soviet selama Perang Dingin.[51] Pada bulan September, pihak Soviet merilis telegram Novikov, yang dikirim oleh duta mulia Soviet kepada Amerika Serikat, namun pengiriman telegram ini ditugasi dan juga ditulis oleh Vyacheslav Molotov, telegram ini menjelaskan bahwa AS "berada dalam cengkeraman monopoli kapitalis yang mengembangkan kemampuan militer dalam rangka mempersiapkan kondisi sbg memenangkan supremasi alam dalam sebuah perang baru".[52]

Pada tanggal 6 September 1946, James F. Byrnes menyampaikan pidato di Jerman yang menyangkal Rencana Morgenthau (sebuah proposal sbg memisahkan dan de-industrialisasi di Jerman pasca-perang). Byrnes juga memperingatkan Soviet bahwa AS berniat sbg mempertahankan keberadaan militernya tanpa batas di Eropa.[53] Sebulan kemudian, Byrnes mengakui bahwa pernyataannya ini yaitu "intisari dari program kami sbg memenangkan hati warga Jerman[...] itu yaitu pertempuran akal antara kami dan Rusia[...]"[54]

Beberapa ahad setelah dirilisnya "Telegram Panjang", mantan Perdana Menteri Britania Winston Churchill menyampaikan istilah terkenalnya, "Tirai Besi", dalam sebuah pidato di Fulton, Missouri.[55] Dalam pidato tersebut, Churcill menyerukan supaya Inggris-Amerika bersekutu sbg melawan Soviet, yang dituduhnya telah membentangkan sebuah "tirai besi" dari "Stettin di Baltik sampai ke Trieste di Adriatik".[40][56]

Pada tahun 1952, Stalin berulang kali mengajukan rencana sbg menyatukan Jerman Timur dan Jerman Barat di bawah satu pemerintahan tunggal yang dipilih dalam pemilihan umum yang dikawal oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa bila Jerman yang baru ini terlepas dari aliansi militer Barat, namun usulan ini dihalau oleh daya Barat. Beberapa sumber mempersengketakan kesungguhan usulan ini.[57]

Awal Perang Dingin (19471953)

Kominform dan perpecahan TitoStalin

Informasi lebih lanjut: KominformdanPerpecahan TitoStalin

Pada bulan September 1947, Soviet membentuk Kominform, yang tujuannya yaitu sbg menegakkan ortodoksi dalam gerakan komunis internasional dan memperketat kontrol politik atas negara-negara satelit Soviet melalui koordinasi dari pihak komunis di Blok Timur.[58] Kominform merasakan kemunduran pada bulan Juni berikutnya setelah perpecahan TitoStalin, yang mengakibatkan Soviet mengucilkan Yugoslavia. Yugoslavia tetap diproduksi menjadi negara komunis, namun mulai mengadopsi posisi Non-Blok.

Kontainmen dan Doktrin Truman

Pasca perang dingin Gerakan Non Blok mempunyai kedudukan yang sangat penting karena

Pada tahun 1947, penasihat Presiden AS Harry S. Truman mendesak Truman sbg mengambil langkah-langkah segera dalam melawan pengaruh Uni Soviet, mengingat upaya Stalin (ditengah kebingungan dan keruntuhannya pasca-perang) sbg melemahkan Amerika Serikat melalui persaingan yang bisa mendorong kalangan kapitalis supaya memicu perang lain.[59] Bulan Februari 1947, pemerintah Britania mengumumkan bahwa mereka tidak sanggup lagi membiayai rezim militer monarki Yunani dalam Perang Saudara Yunani sbg melawan pemberontak komunis.

Tanggapan pemerintah Amerika terhadap pengumuman Britania ini yaitu bahwa mereka hendak mengadopsi kebijakan kontainmen,[60] yaitu kebijakan yang mempunyai tujuan sbg menghentikan penyebaran komunisme. Truman menyampaikan pidato yang menyerukan alokasi dana sebesar $ 400 sbg memfasilitasi keterlibatan Amerika Serikat dalam perang Yunani dan meluncurkan Doktrin Truman, yang menyatakan bahwa konflik tersebut yaitu kontes antara masyarakat tidak terikat sama sekali dan rezim totaliter.[60] Walaupun kenyataannya para pemberontak komunis mendapat bantuan dari pemimpin Yogoslavia Josip Broz Tito,[16] AS menuduh bahwa Uni Soviet bersekongkol dengan komunis Yunani sbg melawan royalis dalam upayanya sbg meluaskan pengaruh Soviet.[61]

Doktrin Truman menandai awal dari kebijakan pertahanan bipartisan AS dan konsesus kebijakan luar negeri antara Partai Republik dan Demokrat yang benar-benar berfokus pada kontainmen (penahanan) dan pencegahan penyebaran komunisme selama dan setelah Perang Vietnam.[62][63] Partai moderat dan konservatif lainnya di Eropa, serta demokratik sosial, mulai memberikan dukungan penuh tanpa syarat kepada Sekutu Barat,[64] sedangkan Komunis Amerika dan Eropa, dengan dibiayai oleh KGB, telibat dalam operasi intelijen,[65] operasi ini tetap berlandaskan dengan aturan Moskow, walaupun perbedaan argumen di kalangan komunis ini mulai muncul setelah tahun 1956. Kritik lain terkait dengan Doktrin Truman ini berasal dari aktivis anti-Perang Vietnam, CND dan gerakan pembekuan nuklir.[66]

Rencana Marshall dan kudeta Cekoslowakia

Pasca perang dingin Gerakan Non Blok mempunyai kedudukan yang sangat penting karena
Peta era Perang Dingin di Eropa dan Timur Dekat, menunjukkan negara-negara yang menerima bantuan Rencana Marshall. Kolum merah menunjukkan jumlah relatif bantuan yang diterima per negara.
Pasca perang dingin Gerakan Non Blok mempunyai kedudukan yang sangat penting karena

Aliansi perekonomian Eropa.

Pada awal 1947, Britania, Perancis, dan Amerika Serikat tidak sukses mencapai kesepakatan dengan Uni Soviet tentang rencana pembangunan kembali perekonomian Jerman, termasuk jumlah rinci tentang penanaman modal industri, benda/barang, dan infrastruktur yang telah dihancurkan oleh Sekutu selama perang.[67] Bulan Juni 1947, berlandaskan dengan Doktrin Truman, Amerika Serikat mengesahkan program Rencana Marshall, yaitu suatu program bantuan ekonomi untuk semua negara Eropa yang bersedia sbg berpartisipasi, termasuk Uni Soviet.[67]

Tujuan dari rencana ini yaitu sbg mendirikan kembali sistem demokrasi dan perekonomian Eropa dan sbg membatasi pengaruh komunis di Eropa.[68] Rencana ini juga menyatakan bahwa kemakmuran Eropa bergantung pada pemulihan ekonomi Jerman.[69] Satu bulan kemudian, Truman mengesahkan Undang-Undang Keamanan Nasional 1947, membentuk Departemen Pertahanan terpadu, CIA, dan Badan Keamanan Nasional (NSC). Hal ini kemudian hendak diproduksi menjadi birokrasi utama kebijakan AS dalam Perang Dingin.[70]

Stalin percaya bahwa integrasi ekonomi dengan Barat hendak memungkinkan negara-negara Blok Timur sbg memisahkan diri dari kontrol Soviet, Stalin juga percaya bahwa AS berusaha sbg membeli Eropa supaya berpihak kepada AS.[58] Oleh sebab itu, Stalin melarang negara-negara Blok Timur menerima bantuan Marshall.[58] Alternatif Uni Soviet dalam menandingi Rencana Marshall, yang konon menghabiskan subsidi Soviet dan perdagangan dengan Eropa Timur, yaitu dengan membentuk Rencana Molotov (kemudian dilembagakan pada bulan Januari 1949 dengan nama Comecon).[16] Stalin juga mengkhawatirkan upaya AS sbg merekonstitusi Jerman; visi pasca-perangnya terhadap Jerman tidak mencakup hal ini, karena Soviet enggan mempersenjatai kembali Jerman atau dengan kata lain, takut bahwa hal itu hendak menimbulkan ancaman lagi terhadap Uni Soviet.[71]

Pada awal 1948, menyusul laporan yang memperkuat "elemen reaksioner" di Cekoslowakia, Soviet memainkan kudeta di Cekoslowakia, yang yaitu satu-satunya negara Blok Timur yang diijinkan Soviet sbg mempertahankan struktur demokrasinya.[72][73] Kebrutalan publik dalam kudeta ini mengejutkan negara-negara Barat, perdebatan muncul di Kongres Amerika Serikat, yang ketakutan bahwa perang hendak terjadi kembali dalam upaya Soviet sbg menyapu habis seluruh pendukung Rencana Marshall.[74]

Kebijakan kembar Doktrin Truman dan Rencana Marshall mengakibatkan miliaran bantuan ekonomi dan militer mengalir sbg Eropa Barat, Yunani, dan Turki. Dengan bantuan AS, militer Yunani sukses memenangkan perang saudara.[70] Partai Demokrasi Kristen Italia juga sukses mengalahkan aliansi Komunis-Sosialis dalam pemilihan umum tahun 1948.[75] Pada kala yang bersamaan, terjadi peningkatan cara intelijen dan spionase, pembelotan Blok Timur, dan pengusiran diplomatik.[76]

Blokade Berlin

Pasca perang dingin Gerakan Non Blok mempunyai kedudukan yang sangat penting karena

C-47s memainkan pembongkaran di Bandar Udara Tempelhof di Berlin selama berlanjutnya Blokade Berlin.

Amerika Serikat dan Britania menggabungkan zona pendudukan mereka di Jerman diproduksi menjadi Bizonia (1 Januari 1947, kemudian diproduksi menjadi Trizonia setelah zona pendudukan Perancis juga digabungkan pada bulan April 1949).[77] Sbg anggota dari upaya pembangunan kembali perekonomian Jerman, pada awal 1948 perwakilan dari sejumlah negara Eropa Barat dan Amerika Serikat mengumumkan kesepakatan sbg menggabungkan wilayah pendudukan Jerman Barat diproduksi menjadi sebuah pemerintahan federal.[78] Selain itu, berlandaskan dengan Rencana Marshall, mereka memulai kembali industrialisasi dan menata kembali perekonomian Jerman bersama-sama, termasuk pengenalan mata uang baru Deutsche Mark sbg menggantikan mata uang Reichsmark lama yang nilainya telah dijatuhkan oleh Soviet.[79]

Tidak lama kemudian, Stalin melembagakan Blokade Berlin (24 Juni 1948 - 12 Mei 1949), salah satu krisis mulia pertama yang terjadi selama Perang Dingin, yang mempunyai tujuan sbg memutus akses dan mencegah makanan, bahan, dan perlengkapan lainnya memasuki Berlin Barat.[80] Amerika Serikat, Britania, Perancis, Kanada, Selandia Baru, Australia, dan beberapa negara lainnya memulai bantuan udara besar-besaran sbg memasok Berlin Barat dengan makanan dan perlengkapan lainnya.[81]

Soviet melancarkan kampanye hubungan publik terhadap perubahan kebijakan di Jerman Barat. Para Komunis di Berlin Timur berupaya sbg mengganggu prosesi pemilihan umum munisipal di Berlin (seperti yang mereka lakukan dalam pemilu 1946),[77] yang disediakan pada tanggal 5 Desember 1948 dan menghasilkan 86,3% pemilih sekaligus kemenangan mulia untuk partai non-Komunis.[82] Hasil ini secara efektif membagi Berlin diproduksi menjadi dua anggota, yaitu Berlin Timur dan Berlin Barat. 300.000 warga Berlin berunjukrasa dan mendesak supaya bantuan udara internasional sbg Berlin tetap dilanjutkan,[83] dan pilot US Cairan Force Gail Halvorsen kemudian menanggapinya dengan membentuk Operasi Permen sbg memasok permen untuk anak-anak Jerman.[84] Pada bulan Mei 1949, Stalin mundur dan mencabut blokade terhadap Berlin.[47][85]

Awal NATO dan Radio Free Europe

Pasca perang dingin Gerakan Non Blok mempunyai kedudukan yang sangat penting karena
Presiden Truman menandatangani Amandemen Undang-Undang Keamanan Nasional 1949 dengan para tamu di Oval Office.

Britania, Perancis, Amerika Serikat, Kanada dan delapan negara-negara Eropa Barat menandatangani Pakta Pertahanan Atlantik Utara pada bulan April 1949 sbg mendirikan North Atlantic Treaty Organization (NATO).[47] Pada bulan Agustus, perangkat atom Soviet pertama diledakkan di Semipalatinsk, RSS Kazakhtan.[16] Setelah Soviet menolak sbg berpartisipasi dalam upaya pembangunan kembali Jerman yang telah dikuatkan oleh negara-negara Eropa Barat pada tahun 1948,[78][86] AS, Britania, dan Perancis mempelopori pembentukan Jerman Barat di tiga zona pendudukan mereka yang digabungkan pada bulan April 1949.[31][87] Soviet kemudian menyikapinya dengan memproklamirkan pendirian Republik Demokratik Jerman di zona pendudukannya di Jerman Timur pada bulan Oktober.[31]

Media massa di Blok Timur yaitu organ negara, operasionalnya benar-benar bergantung dan tunduk pada peraturan partai komunis, media televisi dan radio dikuatkan sbg badan usaha milik negara, sedangkan media cetak biasanya dimiliki oleh organisasi politik, beberapa mulianya dimiliki oleh partai komunis lokal.[88] Propaganda Soviet memakai filosofi Marxis sbg menyerang kapitalisme, mengklaim eksploitasi tenaga kerja, dan perang terhadap imperialisme.[89]

Seiring dengan diperluasnya siaran British Broadcasting Corporation dan Voice of America ke Eropa Timur,[90] upaya propaganda besar-besaran dimulai pada tahun 1949 dengan diproduksinya Radio Free Europe/Radio Liberty, yang didedikasikan sbg memberitakan tentang era kekacauan dari sistem komunisme di Blok Timur.[91] Radio Free Europe berusaha sbg mencapai tujuannya dengan melayani pendengar sbg stasiun radio pengganti, serta diproduksi menjadi alternatif untuk media dalam negeri yang dikontrol dan didominasi oleh partai.[91] Radio Free Europe Eropa yaitu produk dari beberapa arsitek yang sangat menonjol dari strategi Perang Dingin awal Amerika, terutama mereka yang percaya bahwa Perang Dingin pada hasilnya hendak diperjuangkan lewat jalur politik ketimbang militer, seperti George F. Kennan.[92]

Pembuat kebijakan Amerika, termasuk Kennan dan John Foster Dulles, mengakui bahwa Perang Dingin pada kenyataannya yaitu sebuah perang alasan.[92] Amerika Serikat, dibantu oleh CIA, mendanai daftar panjang proyek-proyek sbg melawan daya tarik komunis untuk kalangan intelektual Eropa dan negara-negara mengembang, atau dengan kata lain, mencegah upaya Soviet sbg menyebarkan pengaruh komunisnya.[93] CIA diam-diam juga mensponsori kampanye propaganda dalam negeri yang dinamakan Pembasmian sbg Kebebasan.[94]

Pada awal 1950-an, AS berupaya sbg mempersenjatai kembali Jerman Barat. Pada tahun 1955, AS menjamin keanggotaan penuh Jerman Barat di NATO.[31] Sebelumnya, bulan Mei 1953, Soviet gagal mencegah upaya penggabungan Jerman Barat ke dalam NATO.[95]

Perang Saudara Cina dan SEATO

Pasca perang dingin Gerakan Non Blok mempunyai kedudukan yang sangat penting karena

Pada tahun 1949, Tentara Pembebasan Rakyat Mao Zedong sukses menggulingkan Pemerintahan Nasionalis Kuomintang (KMT) Chiang Kai-shek yang didukung oleh Amerika Serikat di Cina, dan Uni Soviet kemudian menjalin aliansi dengan Republik Rakyat Cina yang baru terbentuk.[96] Chiang dan pemerintahan KMT nya mundur ke kepulauan Taiwan. Karena dihadapkan pada revolusi komunis di Cina dan yang belakang sekali dari monopoli atom Amerika Serikat pada tahun 1949, pemerintahan Truman segera meluaskan dan meningkatkan kebijakan kontainmen mereka di Cina.[16] Dalam NSC-68, sebuah dokumen rahasia pada tahun 1950,[97] diceritakan bahwa Dewan Keamanan Nasional mengusulkan sbg memperkuat sistem aliansi pro-Barat dan memperbesar pengeluaran pertahanan.[16]

Amerika Serikat kemudian juga mulai meluaskan kebijakan kontainmen mereka ke Asia, Afrika, dan Amerika Latin sbg melawan gerakan nasionalis revolusioner, kebanyakannya dipimpin oleh partai-partai komunis yang dibiayai oleh Soviet dan berjuang dalam menentang dominasi kolonial Eropa di Asia Tenggara dan wilayah lainnya.[98] Pada awal 1950-an (periode ini kadang dikenal dengan Pactomania), AS membentuk serangkaian aliansi dengan Jepang, Australia, Selandia Baru, Thailand, dan Filipina (terutama ANZUS pada tahun 1951 dan SEATO pada tahun 1954). Aliansi ini membuat AS mempunyai sejumlah pangkalan militer jangka panjang di negara-negara tersebut.[31]

Perang Korea

Pasca perang dingin Gerakan Non Blok mempunyai kedudukan yang sangat penting karena
Jenderal Douglas MacArthur, Komandan CiC PBB (duduk), mengamati penembakan laut Incheon dari USS Mt. McKinley, 15 September 1950.

Salah satu dampak yang signifikan dari kebijakan kontainmen Amerika Serikat yaitu pecahnya Perang Korea. Pada bulan Juni 1950, Tentara Rakyat Korea Utara di bawah arahan dari Kim Il-Sung menginvasi Korea Selatan.[99] Joseph Stalin merencanakan, mempersiapkan, dan memulai invasi tersebut,[100] menyusun rencana [perang] dengan rinci yang kemudian dikirimkan kepada Korea Utara.[101][102][103][104] Sbg mengejutkan Stalin,[16] Dewan Keamanan PBB mendukung dan memfasilitasi pertahanan di Korea Selatan, walaupun Soviet kemudian memboikot sidang sbg protes karena Taiwan yang diberi kursi tetap di dewan, bukannya Komunis Cina.[105] Personel militer gabungan PBB yang terdiri dari Korea Selatan, AS, Britania Raya, Turki, Kanada, Australia, Perancis, Afrika Selatan, Filipina, Belanda, Belgia, Selandia Baru, dan negara-negara lainnya bersatu sbg menghentikan invasi ini.[106]

Efek lain dari Perang Korea yaitu mendorong NATO sbg mengembangkan struktur militer.[107] Opini publik di negara-negara yang terlibat, seperti Britania, beberapa mulia menentang perang ini. Banyak yang ketakutan bahwa perang ini hendak meningkat diproduksi menjadi perang mulia dengan Komunis Cina, atau bahkan diproduksi menjadi perang nuklir. Pandangan yang berlainan tentang perang ini seringkali menimbulkan ketegangan dalam hubungan BritaniaAmerika. Karena alasan ini, Britania mengambil langkah cepat sbg meredakan konflik dengan menyatakan ide tentang mempersatukan Korea di bawah naungan PBB dan penarikan semua pasukan asing.[108]

Walaupun Cina dan Korea Utara sudah lelah dampak perang yang berkelanjutan dan siap sbg mengakhirinya pada tahun 1952, Stalin bersikeras bahwa mereka harus terus berjuang, dan gencatan senjata baru disetujui pada tahun 1953 setelah kematian Stalin.[31] Pemimpin Korea Utara Kim Il Sung kemudian membuat kediktatoran yang sangat terpusat dan brutal di Korea Utara, memberikannya kekuasaan tak terbatas dan menghasilkan sebuah kultus kepribadian yang tak tertembus berdekade-dekade lamanya.[109][110] Di Korea Selatan, pemimpin korup Syngman Rhee yang mendapat dukungan dari AS memainkan sistem pemerintahan totaliter.[111] Setelah Rhee digulingkan pada tahun 1960, Korea Selatan jatuh di bawah masa pemerintahan militer yang berlanjut sampai pembentukan kembali sistem multi-partai pada tahun 1987.

Krisis dan peningkatan (1953-1962)

Pasca perang dingin Gerakan Non Blok mempunyai kedudukan yang sangat penting karena

Khrushchev, Eisenhower dan de-Stalinisasi

Pada tahun 1953, perubahan dalam kepemimpinan politik di kedua belah pihak ikut menggeser dinamika Perang Dingin.[112] Dwight D. Eisenhower dilantik sbg Presiden AS yang baru pada bulan Januari. Selama 18 bulan terakhir pemerintahan Truman, aturan pertahanan Amerika Serikat telah meningkat empat kali lipat, dan Eisenhower bertekad sbg mengurangi sepertiga dari pengeluaran militer sambil terus berjuang dalam Perang Dingin secara efektif.[16]

Setelah kematian Joseph Stalin, Nikita Khrushchev diproduksi menjadi pemimpin Soviet setelah deposisi dan pengeksekusian Lavrentiy Beria dan juga menyingkirkan saingannya seperti Georgy Malenkov dan Vyacheslav Molotov. Pada tanggal 25 Februari 1956, Khrushchev mengejutkan delegasi dalam Kongres ke-20 Partai Komunis Soviet dengan mencela kejahatan Stalin.[113] Sbg anggota dari kampanye de-Stalinisasi, dia menyatakan bahwa satu-satunya cara sbg mereformasi dan menjauh dari kebijakan Stalin yaitu dengan mengakui kesalahan yang diterapkannya di masa lalu.[70]

Pada tanggal 18 November 1956, kala berpidato kepada duta mulia Barat dalam sebuah resepsi di kedutaan Polandia di Moskow, Khrushchev mengungkapkan kalimat terkenalnya: "Entah kalian suka atau tidak, sejarah mempunyai di pihak kami. Kami hendak mengubur kalian", pernyataannya ini mengejutkan semua tamu yang hadir.[114] Khrushchev kemudian mengklaim bahwa dia tidak membicarakan tentang perang nuklir, melainkan tentang kemenangan komunisme atas kapitalisme.[115] Tahun 1961, Khrushchev menyatakan: "bahkan bila Uni Soviet mempunyai di balik Barat, dalam satu dekade kekurangan perumahan hendak hilang, barang-barang konsumsi hendak melimpah, dan dalam dua dekade, pembangunan masyarakat komunis di Uni Soviet hendak selesai".[116]

Sekretaris negara Eisenhower, John Foster Dulles, memprakarsai kebijakan "New Look" sbg strategi kontainmen (penahanan) baru, yang menyerukan supaya AS lebih mengandalkan senjata nuklir sbg melawan musuh-musuhnya di masa perang.[70] Dulles juga menyerukan doktrin "pembalasan besar-besaran" dan menyuruh AS sbg tidak menanggapi setiap penyerangan negara Soviet. Sbg contoh, karena Soviet mempunyai keunggulan nuklir, Eisenhower, di bawah ancaman dari Khrushchev, menolak sbg campur tangan dalam Krisis Suez di Timur Tengah pada tahun 1956.[16]

Pakta Warsawa dan Revolusi Hungaria

Pasca perang dingin Gerakan Non Blok mempunyai kedudukan yang sangat penting karena

Setelah kematian Stalin pada tahun 1953, ketegangan berlanjut dengan sedikit lebih santai, walaupun situasi di Eropa tetap belum kondusif.[117] Soviet, yang sudah membentuk jaringan perjanjian bantuan timbal balik dalam Blok Timur pada tahun 1949,[118] juga membentuk suatu aliansi formal sbg melengkapinya, yaitu Pakta Warsawa pada tahun 1955.[31]

Revolusi Hongaria 1956 terjadi tak lama setelah Khrushchev menghapuskan kekuasaan pemimpin Stalinis Hongaria Mátyás Rákosi.[119] Sbg tanggapan terhadap pemberontakan,[120] rezim baru ini secara resmi dibubarkan oleh polisi rahasia, menyatakan niatnya sbg menarik diri dari Pakta Warsawa dan berjanji sbg menyelenggarakan pemilihan umum yang tidak terikat sama sekali. Tentara Soviet mulai menyerbu.[121] Ribuan warga Hongaria ditangkap, dipenjarakan, dideportasi ke Uni Soviet,[122] dan lebih dari 200.000 warga melarikan diri keluar Hongaria.[123] Pemimpin Hongaria Imre Nagy dan lainnyanya dieksekusi setelah diproses dalam sebuah persidangan rahasia.[124]

Dari 1957 sampai 1961, Khrushchev secara buka dan berulang kali mengancam Barat dengan pemusnahan nuklir. Dia mengklaim bahwa kemampuan rudal Soviet jauh lebih unggul daripada Amerika Serikat, dan bisa memusnahkan kota-kota di Amerika atau Eropa. Namun, Khrushchev menolak keyakinan Stalin dalam keniscayaan perang dan menyatakan bahwa tujuan barunya yaitu sbg "hidup berdampingan secara damai".[125] Kebijakan ini berlainan dengan Soviet pada era Stalin, di mana perjuangan kelas internasional berfaedah bahwa kedua kubu yang berlawanan mempunyai pada konflik tak terelakkan dengan komunisme yang hendak menang melalui perang global. Sekarang, perdamaian hendak memungkinkan kapitalisme sbg menghadapi keruntuhannya sendiri,[126] dan juga memberikan masa untuk Soviet sbg meningkatkan kemampuan militer mereka,[127] yang hendak tetap bertahan puluhan tahun sampai munculnya era "pemikiran baru" Gorbachev.[128]

Peristiwa di Hongaria melumpuhkan adicita partai-partai Komunis alam, terutama di Eropa Barat, dan terjadi penurunan yang mulia dalam jumlah keanggotaan partai. Negara-negara Barat dan komunis merasa kecewa dengan respon brutal Soviet.[129] Partai komunis di Barat tidak pernah pulih dari pengaruh Revolusi Hongaria dalam hal keanggotaan partai, fakta yang segera diakui oleh beberapa pihak, seperti politisi Yugoslavia Milovan Djilas, yang menyatakan bahwa: "luka yang ditorehkan oleh Revolusi Hongaria terhadap komunisme tidak pernah benar-benar sembuh".[129]

Ultimatum Berlin dan integrasi Eropa

Pasca perang dingin Gerakan Non Blok mempunyai kedudukan yang sangat penting karena

Wilayah-wilayah di alam yang mempunyai di bawah pengaruh Soviet setelah Revolusi Kuba tahun 1959 dan sebelum perpecahan Sino-Soviet tahun 1961.

Selama bulan November 1958, Khrushchev gagal sbg mengubah seluruh Berlin diproduksi menjadi "kota yang independen, terdemiliterisasi dan bebas", hal ini membuat Amerika Serikat, Britania, dan Perancis diberi ultimatum enam bulan sbg menarik pasukan mereka dari sektor yang masih direbut di Berlin Barat, atau Khrushchev hendak mengalihkan kendali hak akses Barat ke Jerman Timur. Khrushchev sebelumnya menjelaskan kepada Mao Zedong bahwa "Berlin yaitu testikelnya Barat. Setiap kali saya mau membuat Barat menjerit, maka saya hendak meremas Berlin."[130] NATO secara resmi menolak ultimatum ini pada pertengahan Desember dan Khrushchev menarik kembali ultimatumnya dalam konferensi Jenewa.[131]

Lebih lapang lagi, salah satu ciri dari tahun 1950-an yaitu awal dari integrasi-Eropa, yang yaitu produk dari Perang Dingin yang memperomosikan politik, ekonomi, dan militer Truman dan Eisenhower, namun kemudian hal ini dipandang sbg kebijakan yang ambigu, takut bahwa Eropa yang independen hendak memainkan détente terpisah dari Uni Soviet, yang bisa dipergunakan sbg memperburuk perpecahan Barat.[132]

Persaingan di Alam Ketiga

Pasca perang dingin Gerakan Non Blok mempunyai kedudukan yang sangat penting karena

Perangko Soviet tahun 1961 yang menuntut kebebasan untuk negara-negara Afrika.

Pasca perang dingin Gerakan Non Blok mempunyai kedudukan yang sangat penting karena

Gerakan nasionalis di beberapa negara seperti Guatemala, Indonesia dan Indocina seringkali bersekutu dengan himpunan komunis, atau yang diasumsikan oleh Barat dibantu oleh komunis.[70] Dalam konteks ini, Amerika Serikat dan Uni Soviet semakin meningkatkan persaingan mereka sbg menyebarkan pengaruh dengan cara mencari proksi di Alam Ketiga, dan ini bertepatan dengan momentum dekolonisasi pada tahun 1950-an dan awal 1960-an.[133] Selain itu, Soviet terus dirugikan oleh kekuatan-kekuatan imperialis.[134] Kedua belah pihak mulai memainkan pengiriman dan penjualan senjata kepada negara-negara Alam Ketiga sbg memperoleh pengaruh.[135]

Amerika Serikat memanfaatkan Central Intelligence Agency (CIA) sbg menyusup ke dalam pergolakan politik di Alam Ketiga dan juga sbg mendukung sekutu mereka.[70] Pada tahun 1953, CIA memainkan Operasi Ajax, sebuah operasi rahasia yang mempunyai tujuan sbg menggulingkan perdana menteri Iran, Mohammed Mossadegh. Mosadegh yang menganut prinsip Non-Blok telah diproduksi menjadi nemesis Timur Tengah untuk Britania sejak dia menasionalisasi perusahaan minyak Anglo-Iranian Oil Company milik Britania pada tahun 1951. Winston Churchill mengatakan kepada AS bahwa Mossadegh "semakin berpindah ke komunisme".[136][137][138][139] Shah yang pro-Barat, Mohammad Reza Pahlavi, kemudian naik kedudukan sbg monarki otokratik.[140] Kebijakan Shah yang baru ini di antaranya melarang cara partai komunis Tudeh dan penekanan perbedaan argumen politik oleh SAVAK, badan keamanan dan intelijen dalam negeri Shah.

Di Guatemala, sebuah kudeta militer yang didukung CIA sukses menggulingkan presiden sayap kiri Jacobo Arbenz Guzmán pada tahun 1954.[141] Pemerintah pasca-Arbenz yang dipimpin oleh Carlos Castillo Armas mengembalikan semua properti milik AS yang dinasionalisasi, membentuk Komite Nasional Pertahanan Melawan Komunisme, dan mendekritkan Hukum Pidana Pencegahan Terhadap Komunisme atas permintaan Amerika Serikat.[142]

Presiden Indonesia, Soekarno, yang menganut prinsip-prinsip Non-Blok, dihadapkan pada ancaman mulia pada awal tahun 1956, ketika beberapa komandan kawasan mulai menuntut otonomi dari Jakarta. Setelah proses mediasi gagal, Soekarno mengambil aksi tegas sbg menyingkirkan mereka yang membangkang. Pada bulan Februari 1958, komandan militer di Sumatera Tengah (Kolonel Ahmad Hussein) dan Sulawesi Utara (Kolonel Ventje Sumual) mendeklarasikan pembentukan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia-Permesta, yang mempunyai tujuan sbg menggulingkan rezim Soekarno. Mereka bergabung dengan politisi sipil lainnya dari Partai Masyumi seperti Sjafruddin Prawiranegara, yang menentang pertumbuhan pengaruh dari Partai Komunis Indonesia. Karena retorika anti-komunis mereka, pemberontakan mereka mendapat bantuan senjata, dana, dan bantuan lainnya dari CIA. Hal ini terbukti kala pesawat Amerika yang dipiloti oleh Allen Lawrence Pope tertembak jatuh di Ambon pada bulan April 1958. Pemerintah pusat menanggapinya dengan meluncurkan invasi militer lewat laut dan udara melalui Padang dan Manado. Pada yang belakang sekali 1958, para pemberontak sukses dikalahkan, dan pemberontak yang tersisa menyerahkan diri pada bulan Agustus 1961.[143]

Di Irak, Abd al-Karim Qasim menggulingkan monarki Hashemite pada tahun 1958 dan mendirikan aliansi dengan Partai Komunis Irak dan Uni Soviet.[144] Walaupun Partai Ba'ath yang anti-komunis yaitu faksi dominan dalam kabinet Qasim,[145] AS mulai khawatir bahwa pemberontakan mungkin hendak menginspirasi "reaksi berantai" di seluruh Timur Tengah.[146] Mesir dan Suriah juga berusaha sbg membunuh Qasim sbg alasan mereka sendiri,[147] CIA juga diasumsikan memerankan dalam mengirimkan saputangan beracun kepada Qasim (meskipun masih diperdebatkan).[148] Setelah serangkaian kudeta, Ba'athist sukses merebut kekuasaan pada tahun 1968, probabilitas dengan dukungan dari KGB,[149] walaupun militer Irak juga memainkan kudeta.[150]

Di Republik Kongo, yang baru merdeka dari Belgia pada bulan Juni 1960, CIA menghasut presiden Joseph Kasa-Vubu sbg memberhentikan Perdana Menteri terpilih Patrice Lumumba dan mencerai-beraikan kabinet Lumumba pada bulan September.[151] Dalam Krisis Kongo yang terjadi setelahnya, CIA mendukung Kolonel Mobutu dengan cara memobilisasi pasukannya sbg merebut kekuasaan melalui kudeta militer.[151]

Di Guiana Britania, kandidat Partai Progresif Rakyat (PPP) yang bertujuan kiri, Cheddi Jagan, memenangkan posisi ketua menteri dalam pemilihan umum kolonial yang disediakan pada tahun 1953, namun secara cepat dipaksa sbg mengundurkan diri dari kedudukannya setelah keadaan suspensi dari Britania Raya yang masih mempunyai kewenangan terhadap konstitusi negara tersebut.[152] Dipermalukan oleh kemenangan telak Jagan yang diduga Marxis, Britania memenjarakan ketua PPP pada tahun 1955 dan merekayasa perpecahan antara Jagan dengan rekan PPP nya.[153] Jagan lagi-lagi memenangkan pemilu kolonial pada tahun 1957 dan 1961. Amerika Serikat menekan Britania sbg menunda memberikan kemerdekaan kepada Guiana sampai haluan politik Jagan telah teridentifikasi.[154]

Karena dilelahkan oleh perang gerilya komunis yang menuntut kemerdekaan Vietnam, Perancis setuju sbg memainkan negosiasi dengan komunis Vietnam. Dalam Konferensi Jenewa, perjanjian damai ditandatangani, dan Vietnam dibagi diproduksi menjadi Vietnam Utara yang pro-Soviet dan Vietnam Selatan yang pro-Barat. Antara tahun 1954 dan 1961, Amerika Serikat mengirimkan bantuan ekonomi dan penasihat militer sbg memperkuat rezim pro-Barat Vietnam Selatan dalam menghalangi upaya komunis yang berniat sbg mengacaukannya.[16]

Banyak negara-negara mengembang di Asia, Afrika, dan Amerika Latin yang menolak tekanan sbg memihak salah satu blok. Pada tahun 1955, dalam Konferensi Bandung di Indonesia, puluhan negara Alam Ketiga memutuskan sbg keluar dari Perang Dingin.[155] Konsesus yang dikuatkan di Bandung mencapai puncaknya dengan didirikannya Gerakan Non-Blok yang bermarkas di Belgrade pada tahun 1961.[70] Sementara itu, Khrushchev meluaskan kebijakan Moskow dengan menjalin hubungan dengan India dan negara-negara netral lainnya. Gerakan kemerdekaan di Alam Ketiga mengubah tatanan alam pasca-perang diproduksi melebihi pluralistik dengan diterapkannya dekolonisasi untuk negara-negara Afrika dan Timur Tengah dan semangat nasionalisme juga meningkat di Asia dan Amerika Latin.[16]

Perpecahan Sino-Soviet dan Perlombaan Angkasa

Pasca perang dingin Gerakan Non Blok mempunyai kedudukan yang sangat penting karena

Periode setelah 1956 ditandai dengan kemunduran serius untuk Uni Soviet, terutama pecahnya aliansi Cina-Soviet, yang dimulai dengan perpecahan Sino-Soviet. Mao membela Stalin ketika Khrushchev mengkritiknya setelah kematiannya pada tahun 1956, dan menganggap pemimpin Soviet yang baru sbg "pemula yang dangkal", Mao juga menuduhnya telah kehilangan sisi revolusioner.[156] Sementara itu, Khrushchev, yang merasa terganggu atas sikap Mao yang anti-perang nuklir, menyebut pemimpin Cina sbg "orang yang gila takhta".[157]

Setelah hal itu terjadi, Khrushchev memainkan bermacam upaya sbg mendirikan kembali aliansi dengan Cina, namun Mao menolak setiap usulannya.[156] Permusuhan Cina-Soviet ini hasilnya tumpah dalam perang propaganda intra-komunis.[158] Selanjutnya, Soviet mulai berfokus pada persaingan sengit dengan Cina sbg memperebutkan posisi sbg pemimpin gerakan komunis alam.[159]

Dilatardepani oleh senjata nuklir, Amerika Serikat dan Uni Soviet mulai bersaingan sbg mendirikan persenjataan nuklir dan mengembangkan senjata jangka-panjang yang bisa mereka pergunakan sbg menyerang satu sama lain.[31] Bulan Agustus 1957, Soviet sukses meluncurkan peluru kendali balistik antar benua pertama (ICBM),[160] dan pada bulan Oktobernya, Soviet meluncurkan satelit Bumi pertama, Sputnik.[161] Peluncuran Sputnik ini menandai dimulainya Perlombaan Angkasa antara Soviet dan Amerika Serikat. Persaingan ini memuncak dengan pendaratan Apollo di Bulan, yang dideskripsikan oleh astronot Frank Borman sbg "pertempuran dalam Perang Dingin".[162]

Revolusi Kuba dan Invasi Teluk Babi

Pasca perang dingin Gerakan Non Blok mempunyai kedudukan yang sangat penting karena

Di Kuba, Gerakan 26 Juli sukses merebut kekuasaan pada bulan Januari 1959, menjatuhkan Presiden Fulgencio Batista, yang rezimnya tidak populer dan tidak direstui oleh pemerintahan Eisenhower.[163]

Hubungan diplomatik antara Kuba dan Amerika Serikat terus berlanjut selama beberapa masa setelah kejatuhan Batista, namun Presiden Eisenhower sengaja meninggalkan ibu kota sbg menghindari pertemuan dengan pemimpin pemuda revolusioner Kuba Fidel Castro pada bulan April, dan memerintahkan Wakil Presiden Richard Nixon sbg menyelenggarakan pertemuan dengan Castro di kediamannya.[164] Eisenhower tidak yakin, apakah Castro seorang komunis atau bukan. Eisenhower juga menentang upaya Kuba sbg mengurangi ketergantungan ekonomi mereka pada Amerika Serikat.[165] Kuba mulai memainkan negosiasi pembelian senjata dengan Eropa Timur pada bulan Maret 1960.[166]

Bulan Januari 1961, sesaat sebelum turun dari kedudukannya, Eisenhower secara resmi memutuskan hubungan dengan pemerintah Kuba. Pada bulan April 1961, Presiden Amerika yang baru terpilih, John F. Kennedy, dengan bantuan dari CIA, gagal menginvasi pulau-pulau di Playa Girón dan Playa Larga di Provinsi Las Villas kegagalan yang mempermalukan Amerika Serikat di mata alam.[165] Castro menanggapinya dengan mengadopsi paham Marxisme-Leninisme, dan Soviet berjanji sbg memberikan dukungan lebih lanjut kepada Kuba.[165]

Krisis Berlin 1961

Pasca perang dingin Gerakan Non Blok mempunyai kedudukan yang sangat penting karena

Tank Soviet berhadapan dengan tank Amerika Serikat di Checkpoint Charlie, 27 Oktober, selama berlanjutnya Krisis Berlin 1961

Krisis Berlin 1961 yaitu insiden mulia terakhir yang terjadi dalam masa Perang Dingin terkait dengan status Berlin dan kondisi Jerman pasca-Perang Alam II. Pada awal 1950-an, pendekatan Soviet tentang kebijakan pembatasan emigrasi ditiru oleh beberapa mulia negara Blok Timur lainnya.[167] Namun, ratusan ribu warga Jerman Timur beremigrasi ke Jerman Barat setiap tahunnya melalui "celah" yang terdapat dalam sistem antara Berlin Timur dan Berlin Barat dan dengan bantuan dari pasukan Sekutu di Jerman Barat.[168]

Emigrasi mengakibatkan berpindahnya sumber daya manusia yang berpotensi seperti kalangan profesional terdidik dari Jerman Timur ke Jerman Barat, nyaris 20% penduduk Jerman Timur telah bermigrasi ke Jerman Barat pada tahun 1961.[169] Pada bulan Juni, Uni Soviet mengeluarkan ultimatum baru yang menuntut penarikan pasukan Sekutu dari Berlin Barat.[170] Permintaan tersebut dihalau, dan pada tanggal 13 Agustus, Jerman Timur mendirikan penghalang kawat berduri yang kemudian konstruksinya diperluas sampai kelak membentuk Tembok Berlin, yang secara efektif menutup "celah" antara kedua wilayah tersebut.[171]

Krisis Rudal Kuba dan penggulingan Khrushchev

Pasca perang dingin Gerakan Non Blok mempunyai kedudukan yang sangat penting karena

Setelah Invasi Teluk Babi, Kennedy terus mencari cara sbg menggulingkan Castro, Kennedy dan pemerintahannya bereksperimen secara diam-diam dengan memfasilitasi penggulingan pemerintahan Kuba. Keinginan yang signifikan disematkan pada sebuah program rahasia bernama Proyek Kuba, yang dirancang di bawah pemerintahan Kennedy pada tahun 1961.

Pada bulan Februari 1962, Khrushchev mengetahui rencana Amerika terhadap Kuba: "proyek Kuba" disetujui oleh CIA dan menetapkan penggulingan pemerintah Kuba pada bulan Oktober, probabilitas melibatkan militer Amerika dan Kennedy mungkin memerintahkan operasi pembunuhan terhadap Castro.[172] Sbg respon, Soviet mempersiapkan pemasangan rudal nuklirnya di Kuba.[172]

Khawatir, Kennedy memutuskan bermacam reaksi sbg menanggapinya, dan hasilnya menanggapi instalasi rudal nuklir Soviet di Kuba dengan memainkan blokade laut dan memberikan ultimatum kepada Soviet. Khrushchev mundur dari konfrontasi, dan Uni Soviet membongkar rudalnya dengan imbalan janji Amerika supaya tidak lagi menyerang Kuba.[173]

Krisis Rudal Kuba (Oktober-November 1962) membawa alam lebih tidak jauh ke arah perang nuklir daripada sebelumnya.[174] Lebih lanjut, peristiwa tersebut juga menunjukkan pemikiran saling meyakinkan hendak bahaya kehancuran, bahwa negara adidaya tidak siap sbg memakai senjata nuklir mereka, takut hendak keadaan kehancuran global total karena saling balas dendam.[175] Dampak dari krisis ini mengakibatkan diterapkannya upaya pertama dalam membatasi perlombaan senjata nuklir dengan pelucutan senjata dan perbaikan hubungan,[117] walaupun upaya-upaya sbg mencegah meletusnya perang nuklir telah dikuatkan sejak tahun 1961 melalui Perjanjian Antartika.[176]

Tahun 1964, rekan Kremlin Khrushchev sukses menggulingkannya, namun tetap mengijinkannya sbg pensiun dengan damai.[177] Khrushchev dituduh memerintah dengan kasar dan inkompetensi, dia juga diasumsikan telah menghancurkan sektor pertanian Soviet dan membawa alam ke ambang perang nuklir.[177] Khrushchev juga dituturkan telah mempermalukan alam komunis ketika dia meresmikan pembangunan Tembok Berlin, yang diasumsikan sbg sebuah penghinaan publik sbg Marxisme-Leninisme.[177]

Konfrontasi melalui détente (19621979)

Pasca perang dingin Gerakan Non Blok mempunyai kedudukan yang sangat penting karena

Daya pasukan NATO dan Pakta Warsawa di Eropa tahun 1973.

Pasca perang dingin Gerakan Non Blok mempunyai kedudukan yang sangat penting karena
Pasca perang dingin Gerakan Non Blok mempunyai kedudukan yang sangat penting karena

F-4 Phantom II milik US Navy menyadap pesawat Tupolev Tu-95 D Soviet pada awal 1970-an.

Pada periode 1960-an dan 1970-an, peserta Perang Dingin berjuang sbg menyesuaikan diri dengan pola baru hubungan internasional yang lebih melilit-lilit, alam tidak lagi dibagi diproduksi menjadi dua blok mulia yang bertentangan.[70] Dari awal periode pasca-perang, Eropa Barat dan Jepang dengan cepat pulih dari kehancuran Perang Alam II dan mulai merasakan pertumbuhan ekonomi yang kuat sepanjang tahun 1950-an dan 1960-an, dengan PDB per kapita yang nyaris mendekati Amerika Serikat, sedangkan perekonomian Blok Timur merasakan stagnasi.[70][178]

Sbg dampak dari krisis minyak 1973, dikombinasikan dengan semakin kuatnya pengaruh Alam Ketiga dengan mendirikan organisasi-organisasi seperti Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan Gerakan Non-Blok, negara-negara Alam Ketiga mempunyai lebih banyak ruang sbg memproklamirkan kemerdekaan mereka dan semakin menunjukkan bahwa mereka tahan banting terhadap tekanan dari negara adidaya.[98] Sementara itu, Soviet dipaksa sbg mengalihkan perhatiannya pada isu-isu internal seperti permasalahan ekonomi di dalam negeri.[70] Selama periode ini, pemimpin Soviet seperti Leonid Brezhnev dan Alexei Kosygin mulai memainkan pendekatan détente.[70]

Pengunduran diri Perancis dari NATO

Keberlangsungan NATO sudah menghadapi tantangan pada awal sejarahnya, krisis terjadi selama kepemimpinan Charles de Gaulle dari Perancis pada tahun 1958 dst-nya. De Gaulle protes tentang kuatnya peran Amerika Serikat dalam organisasi dan cemburu atas "hubungan istimewa" antara Amerika Serikat dan Britania Raya. Dalam sebuah memo yang dikirimkan pada Presiden Dwight D. Eisenhower dan Perdana Menteri Harold Macmillan pada tanggal 17 September 1958, dia berpendapat sbg membentuk tiga serangkai direktorat yang hendak memposisikan Perancis pada kedudukan yang sama dengan Amerika Serikat dan Britania Raya, dan juga perluasan cakupan NATO ke wilayah geografis yang mempunyai kebutuhan dengan Perancis, seperti Aljazair Perancis, yang pemberontakannya di dukung oleh Perancis.[179]

Karena respon yang diberikan tidak memuaskan, de Gaulle mulai mengembangkan penangkal nuklir Perancis secara independen dan pada tahun 1966, Perancis mengundurkan diri dari NATO, disertai dengan pengusiran semua pasukan NATO dari daratan Perancis.[180]

Invasi Cekoslowakia

Pada tahun 1968, periode liberalisasi politik di Cekoslowakia, yang dijuluki dengan Musim Semi Praha, berlanjut dengan bermacam tingkah laku yang dibuat, di antaranya "Program Aksi" liberalisasi, yang menuntut perluasan kebebasan pers, kebebasan bercakap dan kebebasan memainkan usaha, juga penekanan ekonomi pada barang-barang konsumsi, probabilitas sistem multi partai, membatasi kekuasaan polisi rahasia,[181][182] dan probabilitas Cekoslowakia sbg menarik diri dari Pakta Warsawa.[183]

Sbg jawaban atas tingkah laku yang dibuat Musim Semi Praha, tentara Soviet bersama dengan beberapa mulia sekutu Pakta Waesawa mereka, menyerbu Cekoslowakia.[184] Invasi ini disertai oleh gelombang emigrasi, sekitar 70.000 warga Ceko dan Slowakia melarikan diri, dan total hasilnya mencapai 300.000 jiwa.[185] Invasi ini memicu protes keras dari Yugoslavia, Rumania, Cina, dan juga dari partai-partai komunis di Eropa Barat.[186]

Doktrin Brezhnev

Pasca perang dingin Gerakan Non Blok mempunyai kedudukan yang sangat penting karena

Pada bulan September 1968, dalam pidatonya di Kongres Kelima Partai Persatuan Pekerja Polandia, sebulan setelah menginvasi Cekoslowakia, Brezhnev menyampaikan Doktrin Brezhnev; yang mengklaim bahwa "hak kami sbg melanggar kedaulatan negara manapun bila mempunyai yang berupaya sbg menggantikan Marxisme-Leninisme dengan kapitalisme". Dalam pidatonya, Brezhnev menyatakan:[183]

Ketika daya yang memusuhi sosialisme mencoba sbg mengubah haluan beberapa negara sosialis menuju kapitalisme, itu bukan hanya diproduksi menjadi persoalan untuk negara yang bersangkutan, namun persoalan umum dan kepedulian dari semua negara-negara sosialis.

Doktrin tersebut dilatarbelakangi oleh kegagalan Marxisme-Leninisme dalam meningkatkan kesejahteraan di negara-negara seperti Polandia, Hongaria dan Jerman Timur, yang merasakan penurunan standar hidup yang kontras dengan kemakmuran Jerman Barat dan negara Eropa Barat lainnya.[187]

Krisis di Alam Ketiga

Pasca perang dingin Gerakan Non Blok mempunyai kedudukan yang sangat penting karena
Alexei Kosygin (kiri) di samping Presiden AS Lyndon B. Johnson (kanan) dalam Konferensi Tingkat Tinggi Glassboro.

Pada yang belakang sekali April 1965, Presiden Lyndon B. Johnson mendaratkan 22.000 tentaranya di Republik Dominika dan kemudian mendudukinya selama satu tahun melalui invasi yang diberi kode Operasi Power Pack. Operasi ini diterapkan sbg membendung ancaman menyebarnya revolusi bergaya Kuba di Amerika Latin.[16] Pemilihan presiden disediakan pada tahun 1966, yang menghasilkan kemenangan untuk konservatif Joaquín Balaguer. Walaupun Balaguer mendapat dukungan dari sektor-sektor elit dan himpunan petani, lawan politiknya dari partai PRD, mantan presiden Juan Bosch, tidak aktif mengadakan tingkah laku yang dibuat.[188] Aktivis PRD dilumpuhkan dengan kekerasan oleh polisi Dominika dan tingkatan bersenjata.[188]

Di Indonesia, anti-komunis garis keras Jenderal Soeharto meraih kendali pemerintahan dari pendahulunya, Soekarno, dan kemudian mulai mendirikan "Orde Baru". Dari tahun 1965 sampai 1966, militer Indonesia memainkan pembunuhan massal terhadap sekitar setengah juta anggota dan simpatisan Partai Komunis Indonesia serta organisasi-organisasi sayap kiri lainnya.[189]

Meningkatnya konflik yang sedang berlanjut antara pemimpin Vietnam Selatan Ngô Đình Diệm dengan komunis Front Nasional sbg Pembebasan Vietnam Selatan (NLF) membuat Johnson mengirimkan 575.000 tentara Amerika ke Asia Tenggara sbg melumpuhkan NLF dan sekutu Vietnam Utara mereka dalam Perang Vietnam, namun kebijakan ini memakan banyak biaya dan melemahkan perekonomian AS, dan pada tahun 1975, krisis ini memuncak dengan kegagalan Amerika Serikat. Alam memandang peristiwa ini sbg kekalahan memalukan untuk sebuah negara adidaya yang sangat kuat di tangan salah satu negara termiskin alam.[16] Vietnam Utara menerima persetujuan Soviet sbg memulai perang pada tahun 1959. Uni Soviet mengirimkan 15.000 penasihat militer dan bantuan dana sebesar $ 450 juta kepada Vietnam Utara selama perang, sedangkan Cina mengirimkan 320.000 tentara dan bantuan dana senilai $180 juta.[190]

Di Chili, kandidat Partai Sosialis Salvador Allende memenangkan pemilihan presiden tahun 1970, diproduksi menjadi Marxis terpilih demokratis pertama yang diproduksi menjadi presiden di negara-negara Amerika.[191] Jenderal Augusto Pinochet memainkan kudeta terhadap pemerintahan pada tanggal 11 September 1973 dan dengan cepat mengambilalih semua kekuasaan politik diproduksi menjadi kediktatoran militer, aksinya ini direstui oleh AS. Reformasi Allende ekonomi diurungkan dan lawan sayap kiri tewas atau ditahan di kamp-kamp interniran di bawah arahan dari Dirección de Inteligencia Nacional (DINA).

Pasca perang dingin Gerakan Non Blok mempunyai kedudukan yang sangat penting karena

Sementara itu, Operasi Burung Kondor di Amerika Selatan yang dipergunakan oleh para diktator di Argentina, Brasil, Bolivia, Chili, Uruguay, dan Paraguay sbg menekan perbedaan argumen dengan sayap kiri juga mendapat dukungan dari Amerika Serikat, dan (kadang-kadang akurat) diperkirakan juga terdapat Kuba atau Soviet di balik gerakan oposisi tersebut.[192]

Amerika Serikat juga tidak senang kala Jamaika mulai menjalin hubungan yang lebih ketat dengan pemerintah Kuba setelah pemilihan Michael Manley pada tahun 1972.[193] Amerika Serikat meresponnya dengan mendanai lawan-lawan politik Manley, mendorong pemberontakan dalam tubuh tentara Jamaika, dan menyewa tentara bayaran sbg menentang pemerintahan Manley.[153] Kekerasan pun terjadi.

Situasi di Timur Tengah terus diproduksi menjadi sumber persengketaan. Mesir, yang menerima banyak bantuan senjata dan bantuan ekonomi dari Uni Soviet, yaitu klien Soviet yang merepotkan. Dengan terpaksa, Uni Soviet berkewajiban sbg menolong Mesir dalam Perang Enam Hari (dengan mengirimkan penasihat militer dan teknisi) dan Perang Atrisi (dengan mengirimkan pilot dan pesawat) sbg melawan Israel yang pro-Barat.[194] Di samping pembelotan Mesir, dari yang sebelumnya pro-Soviet diproduksi menjadi pro-Amerika pada tahun 1972 (dibawah kepemimpinan Anwar El Sadat),[195] rumor tentang intervensi Soviet dalam Perang Yom Kippur pada tahun 1973 mengakibatkan terjadinya pengiriman tentara Amerika besar-besaran dan mengancam hendak menghancurkan détente.[196] Walaupun pada era pra-Sadat Mesir yaitu penerima bantuan terbesar Soviet di Timur Tengah, Soviet juga sukses menjalin hubungan ketat dengan komunis di Yaman Selatan, serta pemerintahan nasionalis Aljazair dan Irak.[195] Soviet secara langsung memihak dan menolong Palestina dalam menghadapi konflik dengan Israel, termasuk dukungan sbg Yasser Arafat dan Organisasi Pembebasan Palestina.[197] Dari tahun 1973-1975, CIA berkolusi dengan pemerintah Iran sbg membiayai dan mempersenjatai pemberontak Kurdi dalam Perang IrakKurdi Kedua dengan tujuan sbg melumpuhkan pemimpin Irak Ahmed Hassan al-Bakr. Kala Iran dan Irak menandatangani Perjanjian Aljazair pada tahun 1975, dukungan sbg Iran pun juga ikut selesai.[198]

Pasca perang dingin Gerakan Non Blok mempunyai kedudukan yang sangat penting karena

Di Afrika, militer Somalia yang dipimpin oleh Mohamed Siad Barre memainkan kudeta tak berdarah pada tahun 1969 dan mendirikan Republik Demokratik Somalia yang berpaham sosialis. Uni Soviet berjanji sbg mendukung Somalia. Empat tahun kemudian, Kaisar Ethiopia Haile Selassie yang pro-Amerika digulingkan dalam kudeta tahun 1974 oleh himpunan Derg, sebuah himpunan militer radikal pro-Soviet yang dipimpin oleh Mengistu Haile Mariam. Mariem menjalin hubungan dengan Kuba dan Soviet.[199] Kala peperangan antara Somalia dan Ethiopia pecah pada tahun 1977-1978, Barre kehilangan dukungan Soviet dan kemudian bersekutu dengan Amerika Serikat. Tentara Kuba juga memerankan dalam perang ini dengan memihak Ethiopia.[199]

Revolusi Anyelir di Portugis pada tahun 1974 yang melawan keotoriteran Estado Novo membuat Portugis kembali ke sistem multi-partai dan sekaligus memfasilitasi kemerdekaan koloni Portugis di Angola dan Timor Timur. Di Afrika, pemberontak Angola mengobarkan perang kemerdekaan multi-faksi menentang kekuasaan Portugis sejak tahun 1961, setelah perang ini selesai, perang dua dasawarsa menggantikan perang anti-kolonial, yang ditandai dengan peperangan antara komunis Gerakan Rakyat Pembebasan Angola (MPLA), yang didukung oleh Kuba dan Soviet, dengan Front Pembebasan Nasional Angola (FNLA), yang didukung oleh Amerika Serikat, Republik Rakyat Cina, dan pemerintahan Mobutu di Zaire. AS, pemerintahan apartheid Afrika Selatan, dan beberapa negara Afrika lainnya juga mendukung faksi ketiga, Uni Nasional sbg Kemerdekaan Penuh Angola (UNITA). Tanpa berkonsultasi dengan Soviet, Kuba mengirimkan tentaranya sbg berjuang bersama MPLA.[199] Pemerintah apartheid Afrika Selatan juga mengirimkan tentara sbg menolong UNITA, namun MPLA mempunyai di atas tangan karena didukung oleh Kuba dan Soviet.[199]

Di Asia Tenggara, koloni Timor Timur secara sepihak memproklamasikan kemerdekaannya dari Portugis di bawah sayap kiri Fretilin pada bulan November 1975. Dengan dukungan dari Australia dan Amerika Serikat, Soeharto menginvasi Timor Timur pada bulan Desember yang memulai pendudukan Indonesia di Timor Timur selama seperempat ratus tahun.[200]

Selama Perang Vietnam, Vietnam Utara menginvasi dan menduduki beberapa Kamboja sbg dipergunakan sbg pangkalan militer, yang juga memerankan dalam memicu pecahnya Perang Saudara Kamboja antara pemerintah pro-Amerika Lon Nol dan pemberontak Maoist Khmer Merah. Dokumen yang ditemukan dari arsip Soviet mengungkapkan bahwa invasi Vietnam Utara ke Kamboja pada tahun 1970 dilakukan atas permintaan dari Khmer Merah setelah bernegosiasi dengan Nuon Chea.[201] AS dan Vietnam Selatan menanggapinya dengan melancarkan kampanye pemboman dan penyerangan negara darat, efek dari operasi ini masih diperdebatkan oleh para sejarawan.[202] Di bawah kepemimpinan Pol Pot, Khmer Merah membantai 1-3 juta, dari 8,4 juta total penduduk Kamboja, di ladang pembantaian.[203][204][205] Sosiolog Martin Shaw menggambarkan kekejaman ini sbg "genosida sangat murni dari era Perang Dingin".[206] Vietnam menggulingkan Pol Pot pada tahun 1979 dan membentuk pemerintah boneka di bawah pimpinan Heng Samrin.

Perbaikan hubungan Cina-Amerika

Pasca perang dingin Gerakan Non Blok mempunyai kedudukan yang sangat penting karena

Sbg dampak dari perpecahan Sino-Soviet, ketegangan yang berlanjut di sepanjang perbatasan Cina-Soviet mencapai puncaknya pada tahun 1969, dan Presiden Amerika Serikat Richard Nixon memutuskan sbg memanfaatkan konflik tersebut sbg alat sbg menggeser keseimbangan kekuasaan ke arah Barat dalam Perang Dingin.[207] Cina juga berusaha meningkatkan hubungan dengan Amerika Serikat dalam upayanya sbg mengambil keuntungan dari Soviet.

Pada bulan Februari 1972, Nixon mengumumkan pemulihan hubungan dengan Cina.[208] Dia memainkan lawatan ke Beijing dan berjumpa dengan Mao Zedong dan Zhou Enlai. Pada kala itu, sumber daya nuklir Uni Soviet telah setara dengan Amerika Serikat, Perang Vietnam juga telah melemahkan pengaruh Amerika di Alam Ketiga dan mendinginkan hubungannya dengan Eropa Barat.[209] Walaupun konflik tak langsung antara dua adidaya dalam Perang Dingin terus berlanjut sampai yang belakang sekali 1960-an dan awal 1970-an, ketegangan perlahan-lahan mulai mereda.[117]

Nixon, Brezhnev, dan détente

Pasca perang dingin Gerakan Non Blok mempunyai kedudukan yang sangat penting karena

Setelah lawatannya ke Cina, Nixon berjumpa dengan para pemimpin Soviet, termasuk Brezhnev di Moskow.[210] Perundingan Pembatasan Senjata Strategis (SALT) antara kedua belah pihak menghasilkan dua kesepakatan tentang pengawasan penggunaan senjata, yaitu SALT I, pakta pembatasan senjata komprehensif pertama yang ditandatangani oleh kedua negara adidaya,[211] dan Traktat Peluru Kendali Anti-Balistik, yang mengatur tentang pembatasan sistem peluru kendali anti-balistik yang dipergunakan sbg mempertahankan wilayah terhadap senjata nuklir yang dibawa misil. Ini mempunyai tujuan sbg membatasi pengembangan peluru kendali anti-balistik dan rudal nuklir berbiaya mahal.[70]

Nixon dan Brezhnev mengumumkan era baru "hidup berdampingan secara damai" dan mendirikan pendekatan hubungan baru yang dinamakan détente (peredaan ketegangan) antara dua negara adidaya. Sementara itu, Brezhnev berusaha sbg memperbaiki kembali perekonomian Soviet yang merasakan penurunan dampak mulianya pengeluaran militer.[16] Antara tahun 1972 dan 1974, kedua belah pihak juga sepakat sbg memperkuat hubungan ekonomi mereka,[16] di antaranya dengan memainkan perjanjian dalam rangka peningkatan cara perdagangan. Sbg hasil dari perundingan mereka, détente menggantikan era permusuhan dari Perang Dingin dan kedua negara bisa hidup secara berdampingan.[210]

Sementara itu, perkembangan hubungan AS dan Soviet juga bertepatan dengan "Ostpolitik" Kanselir Jerman Barat Willy Brandt.[186] Perjanjian lainnya yang disahkan sbg menstabilkan situasi di Eropa yaitu Perjanjian Helsinki, yang ditandatangani dalam Konferensi Keamanan dan Kerjasama di Eropa pada tahun 1975.[212]

Memburuknya hubungan pada yang belakang sekali 1970-an

Pada tahun 1970-an, KGB, yang dikepalai oleh Yuri Andropov, terus menekan kritikus-kritikus terkenal yang mengkritik kepemimpinan Soviet seperti Aleksandr Solzhenitsyn dan Andrei Sakharov.[213] Selama periode détente ini, konflik tak langsung antara kedua negara adidaya masih terus terjadi di Alam Ketiga, khususnya dalam krisis politik di Timur Tengah, Chili, Ethiopia, dan Angola.[214]

Presiden Jimmy Carter berusaha sbg menetapkan pembatasan perlombaan persenjataan lebih lanjut dengan mengesahkan SALT II pada tahun 1979,[215] namun upayanya ini dirusak oleh peristiwa lainnya pada tahun itu, yaitu Revolusi Iran yang didukung oleh KGB,[216] Revolusi Nikaragua sbg menggulingkan rezim pro-AS, dan yang sangat membuat AS berang; intervensi Soviet dalam Perang Afganistan pada bulan Desember.[16]

"Perang Dingin Kedua" (1979-1985)

Istilah "Perang Dingin Kedua" merujuk pada periode peningkatan kembali ketegangan Perang Dingin dan konflik antara kedua belah pihak pada yang belakang sekali 1970-an dan awal 1980-an. Ketegangan sangat meningkat antara Amerika Serikat dan Uni Soviet dan masing-masingnya diproduksi melebihi ter-militeristik.[12] Diggins mengungkapkan: "Reagan mengerahkan segalanya sbg berjuang dalam 'Perang Dingin Kedua' dengan mendukung kontra-pemberontakan di Alam Ketiga."[217] Sementara Cox menyatakan: "Intensitas 'Perang Dingin Kedua' sehebat durasinya yang singkat."[218]

Perang Soviet-Afganistan

Pasca perang dingin Gerakan Non Blok mempunyai kedudukan yang sangat penting karena
Pasca perang dingin Gerakan Non Blok mempunyai kedudukan yang sangat penting karena

Pada bulan April 1978, Partai Demokrasi Rakyat Afganistan (PDPA) yang bertujuan komunis merebut kekuasaan atas Afganistan melalui Revolusi Saur. Dalam hitungan bulan, penentang pemerintahan komunis melancarkan pemberontakan di Afganistan timur, yang dengan cepat mengembang diproduksi menjadi perang saudara antara gerilyawan mujahidin melawan tentara pemerintah. Pemerintah Pakistan memfasilitasi para pemberontak dengan pusat-pusat pelatihan rahasia, sedangkan Uni Soviet mengirim ribuan penasihat militer sbg mendukung pemerintahan PDPA.[219] Sementara itu, meningkatnya gesekan antara faksi-faksi yang bersaingan di PDPA faksi Khalq yang dominan dan Parcham yang lebih moderat mengakibatkan pemberhentian anggota kabinet dan penangkapan perwira militer Parchami dengan dalih kudeta terhadap Parchami. Pada pertengahan 1979, Amerika Serikat memulai sebuah program rahasia sbg menolong mujahidin.[220]

Bulan September 1979, Presiden Khalqist Nur Muhammad Taraki dibunuh dalam sebuah kudeta PDPA yang diatur oleh rekannya sesama anggota Khalq bernama Hafizullah Amin, yang kemudian diproduksi menjadi presiden. Amin dibunuh oleh pasukan khusus Soviet pada bulan Desember 1979. Setelah kematiannya, sebuah pemerintahan yang diorganisir oleh Soviet, di bawah pimpinan Babrak Karmal, mengisi kekosongan kekuasaan. Pasukan Soviet dikerahkan sbg menstabilkan Afganistan di bawah pemerintahan Karmal, yang telah diproduksi menjadi boneka Soviet. Akibatnya, Soviet terlibat langsung dalam apa yang kemudian diproduksi menjadi perang domestik di Afganistan.[221]

Carter menanggapi intervensi Soviet di Afganistan dengan cara menarik kembali perjanjian SALT II dari Senat, memainkan embargo dalam pengiriman gandum dan barang-barang teknologi pada Uni Soviet, serta meningkatkan pengeluaran militer. Amerika Serikat juga memainkan pemboikotan terhadap Olimpiade Moskow 1980. Carter menyatakan bahwa aksi Soviet yaitu "ancaman yang sangat serius terhadap perdamaian selama Perang Dingin Kedua".[222]

Reagan dan Thatcher

Pasca perang dingin Gerakan Non Blok mempunyai kedudukan yang sangat penting karena

Pada bulan Januari 1977, empat tahun sebelum diproduksi menjadi presiden, Ronald Reagan mengungkapkan dalam percakapannya dengan Richard V. Allen, tentang keinginan dasarnya terkait dengan Perang Dingin: "Ide saya tentang kebijakan Amerika terhadap Uni Soviet sederhana, dan beberapa orang hendak menyebutnya sangat sederhana, yaitu: Kita menang dan mereka kalah. Bagaimana menurut Anda?".[223] Tahun 1980, Ronald Reagan mengalahkan Jimmy Carter dalam pemilu presiden 1980. Setelah kemenangannya, dia bersumpah hendak meningkatkan aturan militer dan menghadapi Soviet dimanapun.[224] Sepatutnya Reagan maupun Perdana Menteri Britania Raya yang baru, Margaret Thatcher, sama-sama mengecam Uni Soviet dan adicitanya. Reagan menyebut Uni Soviet sbg sebuah "kekaisaran jahat" dan meramalkan bahwa komunisme hendak hancur diproduksi menjadi "tumpukan abu sejarah".[225]

Walaupun sentimen anti-Amerika di Iran setelah Revolusi Iran meningkat, pemerintahan Reagan tetap mengulurkan tangan kepada pemerintah anti-komunis Ayatollah Khomeini dalam upayanya sbg merekrut teokrasi untuk Amerika pada tahun 1980-an. Direktur CIA William Casey menggambarkan pemerintahan Khomeini sbg pemerintahan yang "goyah dan [mungkin] dalam pergerakan ke arah kebenaran.... AS nyaris tidak mempunyai kartu sbg dimainkan; sementara Uni Soviet mempunyai banyak kartu."[226] Salah satu cara yang diterapkan Amerika sbg mendukung Iran yaitu dengan penjualan senjata secara rahasia. Pada tahun 1983, CIA merilis daftar panjang komunis Iran dan aktivis sayap kiri lainnya yang dicurigai memainkan pekerjaan dalam pemerintahan Khomeini.[227] Sebuah komisi khusus kemudian melaporkan bahwa daftar itu disusun sbg mengambil "langkah-langkah, termasuk eksekusi massal, sbg mengeliminasi semua infrastruktur pro-Soviet di Iran."[227]

Pada awal 1985, prinsip anti-komunis Reagan telah mengembang diproduksi menjadi sikap yang dikenal sbg Doktrin Reagan yang mana, selain penahanan, juga dirumuskan hak tambahan sbg menumbangkan pemerintahan komunis yang mempunyai.[228] Selain melanjutkan kebijakan Carter yang mendukung penentang Islam dalam melawan Soviet dan PDPA di Afganistan, CIA juga berusaha melemahkan Uni Soviet dengan cara mempromosikan politik Islam di mayoritas Islam Soviet Asia Tengah.[229] Di samping itu, CIA mendorong anti-komunis ISI di Pakistan supaya bersedia melatih Muslim dari seluruh alam sbg berpartisipasi dalam jihad melawan Uni Soviet.[229]A

Gerakan solidaritas dan darurat militer di Polandia

Lawatan Paus Yohanes Paulus II ke negara lahirnya, Polandia, pada tahun 1979 telah mendorong kebangkitan spiritual dan nasionalis yang memicu lahirnya gerakan solidaritas dan semangat anti-komunisme. Hal ini diperkirakan yaitu penyebab diterapkannya upaya pembunuhan terhadap Paus Yohanes Paulus II dua tahun kemudian.[230]

Pada bulan Desember 1981, Wojciech Jaruzelski bereaksi terhadap krisis di Polandia dengan memberlakukan masa darurat militer. Sbg menanggapinya, Reagan memberlakukan sanksi ekonomi terhadap Polandia.[231] Mikhail Suslov, ideolog top di Kremlin, menyarankan supaya pemimpin Soviet tidak campur tangan bila Polandia jatuh di bawah kendali gerakan Solidaritas, karena takut hal itu hendak menimbulkan sanksi ekonomi yang lebih berat lagi, yang berfaedah hendak diproduksi menjadi malapetaka untuk perekonomian Soviet.[231]

Isu ekonomi dan militer Soviet dan AS

Informasi lebih lanjut: Era stagnasi,Strategi Inisiatif Pertahanan,RSD-10 Pioneer,danMGM-31 Pershing

Pasca perang dingin Gerakan Non Blok mempunyai kedudukan yang sangat penting karena

Perbandingan stok senjata nuklir AS dan Soviet/Rusia, 19452006

Pasca perang dingin Gerakan Non Blok mempunyai kedudukan yang sangat penting karena

Delta 183 diluncurkan, membawa sensor eksperimen Strategi Inisiatif Pertahanan "Delta Star".

Moskow telah mendirikan sumber daya militer yang menghabiskan 25 persen dari produk nasional bruto Uni Soviet, dengan mengorbankan barang-barang konsumsi dan investasi di sektor sipil.[232] Pengeluaran Soviet sbg perlombaan senjata dan kompetisi Perang Dingin lainnya semakin diperparah oleh persoalan struktural dalam sistem perekonomian Soviet,[233] yang merasakan stagnasi ekonomi selama satu dekade dalam tahun-tahun terakhir pemerintahan Brezhnev.

Pasca perang dingin Gerakan Non Blok mempunyai kedudukan yang sangat penting karena

Investasi Soviet dalam sektor pertahanan tidak didorong oleh kebutuhan militer, namun beberapa mulia sbg mendukung kebutuhan partai-partai mulia dan birokrasi negara, yang bergantung pada sektor militer sbg mendukung kekuasaan dan hak istimewa mereka.[234] Militer Uni Soviet yaitu militer terbesar di alam dalam hal jumlah dan jenis senjata, jumlah tentara, dan jumlah pangkalan militer yang mereka miliki.[235] Namun, keuntungan kuantitatif yang dipegang oleh militer Soviet seringkali dirahasiakan keberadaannya, sehingga Blok Timur secara dramatis tertinggal oleh Barat.[236]

Pasca perang dingin Gerakan Non Blok mempunyai kedudukan yang sangat penting karena
Setelah seorang anak Amerika berusia sepuluh tahun bernama Samantha Smith mengirimkan surat kepada Yuri Andropov, yang mengungkapkan ketakutannya atas perang nuklir, Andropov mengundang Smith ke Uni Soviet.

Pada awal 1980-an, Uni Soviet telah mendirikan persenjataan dan pasukan militer yang melebihi Amerika Serikat. Segera setelah Soviet menginvasi Afganistan, Presiden Carter memulai pembangunan besar-besaran militer Amerika Serikat. Upaya ini semakin diintensifkan oleh pemerintahan Reagan, yang meningkatkan pengeluaran militer dari 5,3 persen/total GNP pada tahun 1981 diproduksi menjadi 6,5 persen pada tahun 1986,[237] jumlah aturan militer terbesar sepanjang sejarah Amerika Serikat.[238]

Ketegangan terus meningkat pada awal 1980-an ketika Reagan mengaktifkan kembali program B-1 Lancer yang sebelumnya dibatalkan oleh pemerintahan Carter, menghasilkan LGM-118 Peacekeeper,[239] menginstal rudal jelajah AS di Eropa, dan mengumumkan program eksperimental Strategi Inisiatif Pertahanan, yang dijuluki "Star Wars" oleh media, yaitu program pertahanan sbg menembak jatuh rudal musuh di tengah-tengah penerbangannya.[240]

Dilatarbelakangi oleh meningkatnya ketegangan antara Soviet dan Amerika Serikat, serta dipasangnya rudal balistik RSD-10 Pioneer milik Soviet yang mengarah ke Eropa Barat, NATO memutuskan di bawah dorongan dari Presiden Carter sbg menginstal rudal jelajah dan MGM-31 Pershing milik Amerika Serikat di Eropa, terutama di Jerman Barat.[241] Rudal-rudal ini ditaruh dengan jarak mencolok, hanya berjauhan 10 menit dari Moskow.[242]

Setelah pembangunan militer Reagan selesai, Soviet tidak menanggapinya dengan mengembangkan sumber daya militernya lebih mulia lagi karena pengeluaran militer Soviet sudah sangat mulia.[243] Mulianya aturan militer Soviet mengakibatkan tidak efisiennya pembangunan dalam sektor manufaktur dan pertanian, yang hasilnya diproduksi menjadi beban berat untuk perekonomian Soviet.[244] Di kala yang bersamaan, produksi minyak di Arab Saudi meningkat,[245] bahkan produksi minyak di negara-negara non-OPEC juga meningkat pada periode tersebut, termasuk Soviet.[246] Perkembangan ini memberikan kontribusi terhadap fenomena banjir minyak 1980-an yang mempengaruhi Uni Soviet. Minyak mulai diproduksi menjadi sumber utama pendapatan ekspor Soviet.[232][244] Namun, permasalahan perekonomian komando,[247] turunnya harga minyak, dan pengeluaran militer yang tetap mulia secara bertahap membawa perekonomian Soviet menuju stagnasi.[244]

Pada tanggal 1 September 1983, Uni Soviet menembak jatuh Korean Cairan Penerbangan 007, pesawat Boeing 747 yang mengangkut 269 penumpang, termasuk anggota Kongres Larry McDonald. Pesawat itu ditembak karena melanggar wilayah udara Soviet dengan melewati pantai barat Pulau Sakhalin, di tidak jauh Kepulauan Monerontindakan yang oleh Reagan diasumsikan sbg "pembantaian". Aksi Soviet ini semakin meningkatkan dukungan untuk AS supaya segera menerjukan militernya. [248] NATO menyelenggarakan latihan militer Able Archer 83 pada bulan November 1983, yang yaitu simulasi peluncuran nuklir secara nyata. Peristiwa ini disebut-sebut sbg kala yang sangat berbahaya untuk alam sejak Krisis Rudal Kuba pada tahun 1962. Setelah pemimpin Soviet memahami maksud dari latihan militer tersebut, maka diputuskan bahwa perang nuklir semakin tidak jauh.[249]

Ketidaksetujuan publik AS tentang campur tangan AS dalam konflik negara lain sudah berlanjut sejak yang belakang sekali Perang Vietnam.[250] Pemerintahan Reagan menekankan taktik kontra-pemberontakan dan penyelesaian cepat dalam mencampuri konflik asing.[250] Pada tahun 1983, pemerintahan Reagan ikut campur tangan dalam Perang Saudara Lebanon, menginvasi Grenada, membom Libya, dan mendukung gerakan Contras di Amerika Tengah paramiliter anti-komunis yang berusaha menggulingkan pemerintahan pro-Soviet Sandinista di Nikaragua.[98] Intervensi Reagan terhadap Grenada dan Libya mendapat dukungan dari publik AS, namun dukungannya pada Contra mengundang kontroversi.[251]

Sementara itu, Soviet sendiri mengeluarkan biaya tinggi dalam memfasilitasi intervensi mereka terhadap asing. Walaupun Brezhnev meyakini pada tahun 1979 bahwa Perang Soviet-Afganistan hendak berlanjut singkat, gerilyawan Muslim, yang dibantu oleh AS dan negara-negara lainnya, mengobarkan perlawanan sengit terhadap invasi tersebut.[252] Kremlin mengirimkan nyaris 100.000 tentara sbg mendukung rezim boneka di Afganistan, yang dijuluki oleh para pengamat luar dengan "perang 'Vietnam'-nya Soviet".[252] Namun, dampak perang Afganistan ini jauh lebih parah untuk Soviet ketimbang dampak Perang Vietnam untuk Amerika Serikat, karena konflik ini juga bertepatan dengan periode kekacauan dan krisis internal dalam birokrasi dan perekonomian Soviet.[253]

Seorang pejabat senior di Departemen Luar Negeri AS memprediksikan pada awal 1980-an, dia menyatakan bahwa "invasi yang mengakibatkan krisis dalam negeri untuk Soviet.... mungkin itu yaitu hukum termodinamika entropi.... yang terjebak dengan sistem Soviet, yang sekarang rupa-rupanya lebih banyak mengeluarkan energi sbg menjaga keseimbangannya ketimbang sbg memperbaikinya. Kita bisa melihat periode kebangkitan asing pada kala merasakan keruntuhan internal".[254][255]

Tahun-tahun terakhir (19851991)

Pasca perang dingin Gerakan Non Blok mempunyai kedudukan yang sangat penting karena
Pasca perang dingin Gerakan Non Blok mempunyai kedudukan yang sangat penting karena
Penarikan diri Soviet dari Afganistan pada tahun 1988.

Reformasi Gorbachev

Pada kala Mikhail Gorbachev, yang relatif masih muda, diproduksi menjadi Sekretaris Jenderal pada tahun 1985,[225] perekonomian Soviet sedang stagnan dan merasakan penurunan tajam dalam penerimaan mata uang asing dampak turunnya harga minyak alam pada tahun 1980-an.[256] Persoalan ini memaksa Gorbachev sbg mengambil langkah-langkah guna membangkitkan kembali keterpurukan Soviet.[256]

Gorbachev menyatakan bahwa sbg membangkitkan kembali Soviet, diperlukan perubahan yang mendalam dalam struktural Soviet. Pada bulan Juni 1987, Gorbachev mengumumkan programa reformasinya yang dinamakan perestroika atau restrukturisasi.[257] Perestroika memungkinkan lebih efektifnya sistem kuota produksi, kepemilikan swasta atas bidang usaha dan juga buka jalan untuk investor asing. Langkah ini dimaksudkan sbg mengarahkan sumber daya negara dari pembiayaan militer yang mahal sbg menunjang Perang Dingin ke pengembangan sektor sipil yang lebih produktif.[257]

Walaupun muncul skeptisisme dari negara-negara Barat, pemimpin Soviet yang baru ini terbukti berkomitmen sbg memperbaiki kondisi perekonomian Soviet yang buruk, bukannya melanjutkan perlombaan senjata dengan Barat.[117][258] Sbg melawan penentang reformasinya yang berasal dari internal partai, Gorbachev secara bersamaan memperkenalkan glasnost, atau keterbukaan. Kebijakan ini memungkinkan meningkatnya kebebasan pers dan transparansi lembaga-lembaga negara.[259] Glasnost dimaksudkan sbg mengurangi korupsi dalam tubuh Partai Komunis dan memoderasi penyalahgunaan kekuasaan di Komite Sentral.[260] Glasnost juga memungkinkan meningkatnya kontak antara warga Soviet dan Alam barat, khususnya dengan Amerika Serikat, yang memberikan kontribusi untuk peningkatan détente antara kedua negara.[261]

Perbaikan hubungan

Informasi lebih lanjut: Konferensi Tingkat Tinggi Reykjavík,Traktat INF,danSTART I

Menanggapi konsesi politik dan militer Kremlin yang baru, Reagan setuju sbg menyelenggarakan kembali perundingan dengan Soviet terkait dengan isu-isu ekonomi dan perlombaan senjata. [262] Perundingan pertama disediakan pada bulan November 1985 di Jenewa, Swiss. [262] Dalam perundingan tersebut, kedua pemimpin negara, ditemani oleh seorang penerjemah, sepakat sbg mengurangi persenjataan nuklir di masing-masing negara sebesar 50 persen. [263] Perundingan kedua, Konferensi Tingkat Tinggi Reykjavík, disediakan di Islandia. Perundingan tersebut berlanjut lancar sampai pembicaraan bergeser ke arah Strategi Inisiatif Pertahanan Reagan yang mau dieliminasi oleh Gorbachev, namun Reagan menolaknya. [264] Negosiasi hasilnya gagal, namun dalam perundingan ketiga pada tahun 1987, kedua belah pihak sukses menghasilkan terobosan dengan ditandatanganinya Traktat Tingkatan Nuklir Jangka Menengah (INF). Traktat ini menghapuskan keberadaan semua senjata nuklir, rudal balistik, dan rudal jelajah di kedua belah pihak dengan jarak antara 500 dan 5.500 kilometer beserta infrastrukturnya.[265]

Ketegangan antara Timur dengan Barat mereda dengan cepat pada pertengahan 1980-an. Tahun 1989, bertempat di Moskow, Gorbachev dan pengganti Reagan, George H. W. Bush, menandatangani perjanjian START I, yang mengakhiri perlombaan senjata antar kedua negara. [266] Selama tahun-tahun berikutnya, Soviet dihadapkan pada keruntuhan perekonomian yang diakibatkan oleh turunnya harga minyak alam dan mulianya pembiayaan militer.[267] Selain itu, penempatan militer di negara sekutunya diakui tidak relevan lagi untuk Soviet, dan pada tahun 1987, Soviet secara resmi mengumumkan jikalau dia tidak hendak ikut campur lagi dalam urusan dalam negeri negara-negara sekutunya di Eropa Timur.[268]

Tahun 1989, pasukan Soviet mundur dari Afganistan,[269] dan setahun kemudian Gorbachev menyetujui reunifikasi Jerman,[267] satu-satunya alternatif sbg menanggapi skenario Tianmen.[270] Ketika Tembok Berlin runtuh, pemikiran "Common European Home" yang dicetuskan oleh Gorbachev mulai terbentuk.[271]

Pada tanggal 3 Desember 1989, dalam Konferensi Tingkat Tinggi Malta, Gorbachev dan George H. W. Bush secara resmi menyatakan bahwa Perang Dingin sudah hasilnya.[272] Setahun kemudian, dua negara tersebut bermitra dalam Perang Teluk melawan Irak.[273]

Goyahnya sistem Soviet

Informasi lebih lanjut: Perekonomian Uni Soviet,Revolusi 1989,danBaltic Way

Pasca perang dingin Gerakan Non Blok mempunyai kedudukan yang sangat penting karena

Runtuhnya Tembok Berlin pada tahun 1989.

Pada tahun 1989, sistem aliansi Soviet mempunyai di ambang keruntuhan. Dampak hilangnya dukungan militer dari Soviet, satu-persatu para pemimpin negara-negara komunis Pakta Warsawa juga kehilangan kekuasaan.[269] Di Uni Soviet sendiri, kebijakan glasnost melemahkan ikatan yang selama ini menyatukan Soviet.[268] Bulan Februari 1990, dengan semakin memuncaknya isu pembubaran Uni Soviet, para pemimpin Partai Komunis terpaksa menyerahkan tampuk kekuasaannya yang telah bertahan selama 73 tahun.[274]

Pada kala yang sama, isu kemerdekaan yang dipicu oleh glasnost semakin mendorong negara-negara Soviet sbg memisahkan diri dari Moskow. Negara-negara Baltik mulai menarik diri dari Soviet sepenuhnya.[275] Gelombang revolusi damai 1989 yang melanda Eropa Tengah dan Eropa Timur meruntuhkan kedigjayaan komunisme Soviet di negara-negara seperti Polandia, Hongaria, Cekoslowakia dan Bulgaria.[276] Rumania diproduksi menjadi satu-satunya negara Blok Timur yang menggulingkan kekuasaan komunis secara keras dengan mengeksekusi kepala negaranya.[277]

Pembubaran Uni Soviet

Pasca perang dingin Gerakan Non Blok mempunyai kedudukan yang sangat penting karena

Sikap permisif Gorbachev terhadap Eropa Timur awal mulanya tidak bertambah luas ke wilayah Soviet, bahkan Bush, yang berjuang sbg mempertahankan hubungan persahabatan dengan Soviet, mengutuk pembunuhan pada bulan Januari 1991 di Latvia dan Lituania. Bush memperingatkan bahwa hubungan ekonomi hendak dibekukan bila kekerasan terus terjadi.[278] Uni Soviet secara fatal dilemahkan oleh kudeta yang gagal pada tahun 1991 dan meningkatnya jumlah republikan Soviet, khususnya di Rusia, yang mengancam hendak memisahkan diri dari Uni Soviet. Persemakmuran Negara-Negara Merdeka, yang didirikan pada tanggal 21 Desember 1991, dipandang sbg entitas penerus Uni Soviet, namun, menurut para pemimpin Rusia, tujuannya yaitu sbg "memungkinkan perpisahan secara beradab" antara republik-republik Soviet dan juga sebanding dengan keluasan konfederasi.[279] Uni Soviet secara resmi dibubarkan pada tanggal 25 Desember 1991.[280]

Dampak

Pasca perang dingin Gerakan Non Blok mempunyai kedudukan yang sangat penting karena
Pasca perang dingin Gerakan Non Blok mempunyai kedudukan yang sangat penting karena
NATO telah meluaskan cakupannya ke negara-negara bekas Pakta Warsawa dan bekas Uni Soviet sejak akhir-akhirnyanya Perang Dingin.

Setelah Perang Dingin, Rusia sbg mahir waris utama Uni Soviet memotong pengeluaran militer secara drastis. Restrukturisasi ekonomi mengakibatkan jutaan warga di seluruh Uni Soviet menganggur.[281] Sedangkan reformasi kapitalis mengakibatkan terjadinya resesi parah, lebih parah daripada yang dialami oleh AS dan Jerman selama Depresi Mulia.[282]

Setelah hasilnya, Perang Dingin masih terus mempengaruhi alam.[12] Setelah pembubaran Uni Soviet, alam pasca-Perang Dingin secara lapang diasumsikan sbg alam yang unipolar, menyisakan Amerika Serikat sbg satu-satunya negara adidaya di alam.[283][284][285] Perang Dingin juga menolong mendefenisikan peran politik Amerika Serikat di alam pasca-Perang Alam II: pada tahun 1989 AS menjalin kerjasama militer dengan 50 negara dan mempunyai 526.000[286] tentara di luar negeri yang tersebar di puluhan negara, dengan 326.000 terdapat di Eropa (dua pertiganya di Jerman Barat),[287] dan sekitar 130.000 terdapat di Asia (terutama di Jepang dan Korea Selatan).[286] Perang Dingin juga menandai puncak pengembangan industri-militer, terutama di Amerika Serikat, dan pendanaan militer secara besar-besaran. [288] Pengembangan industri militer ini mempunyai dampak mulia terhadap negara yang bersangkutan; menolong membentuk kehidupan kemasyarakatan, kebijakan, dan hubungan luar negeri negara tersebut.[289]

Pengeluaran militer Amerika Serikat selama berlanjutnya Perang Dingin diperkirakan sekitar $ 8 triliun, sedangkan nyaris 100.000 orang Amerika kehilangan nyawa mereka dalam Perang Korea dan Perang Vietnam.[290] Sulit sbg memperkirakan jumlah korban dan kerugian dari pihak Soviet, namun bila dikawal dari komparasi produk nasional bruto mereka, maka biaya keuangan yang dikeluarkan oleh Soviet selama Perang Dingin jauh lebih mulia daripada yang dikeluarkan oleh Amerika Serikat.[291]

Selain hilangnya nyawa warga sipil oleh para tentara tak berseragam, jutaan jiwa juga tewas dalam perang proksi antar kedua negara adidaya di bermacam belahan alam, terutama di Asia Tenggara.[292] Beberapa mulia perang proksi dan bantuan sbg konflik-konflik lokal ikut hasilnya seiring dengan selesainya Perang Dingin. Perang antar-negara, perang etnis, perang revolusi, serta jumlah pengungsi menurun tajam pada tahun-tahun pasca-Perang Dingin.[293]

Di sisi lain, konflik-konflik antar-negara di Alam Ketiga tidak sepenuhnya terhapus pasca-Perang Dingin. Ketegangan ekonomi dan sosial yang dahulu dimanfaatkan sbg "bahan bakar" Perang Dingin terus berlanjut di Alam Ketiga.[12] Kegagalan kontrol negara di sejumlah wilayah yang dahulunya diduduki oleh pemerintah komunis telah menghasilkan konflik sipil dan etnis baru, terutama di negara-negara bekas Yugoslavia.[12] Akhir-akhirnyanya Perang Dingin telah menghantarkan Eropa Timur pada era pertumbuhan ekonomi dan peningkatan jumlah negara demokrasi liberal, sedangkan di anggota lain alam, seperti di Afganistan, kemerdekaan disertai dengan kegagalan negara.[12]

Historiografi

Setelah istilah "Perang Dingin" dipopulerkan sbg merujuk pada ketegangan antara AS-Soviet pasca-Perang Alam II, penafsiran terhadap asal-usul konflik telah diproduksi menjadi sumber perdebatan di kalangan sejarawan, ilmuwan politik, dan jurnalis.[294] Secara khusus, sejarawan tidak sepakat tentang siapa yang bertanggung jawab atas kerusakan hubungan Soviet-AS setelah Perang Alam II, dan apakah konflik antara dua adidaya tersebut tak terelakkan atau bisa dihindari.[295] Para sejarawan juga tidak sepakat tentang apa defenisi persisnya Perang Dingin itu, apa-apa saja yang diproduksi menjadi sumber-sumber konfliknya, dan bagaimana sbg menguraikan pola tingkah laku yang dibuat dan reaksi antara kedua belah pihak.[12]

Walaupun penjelasan tentang asal-usul dari konflik Perang Dingin dalam diskusi akademik berlanjut dengan kompleks dan beragam, beberapa sekolah umum menetapkan pemikiran pada subjek yang bisa diidentifikasi. Sejarawan umumnya berpendapat bahwa terdapat tiga pendekatan yang berlainan sbg mempelajari Perang Dingin, yaitu: pendekatan "ortodoks", "revisionisme", dan "pasca-revisionisme".[288]

Pendekatan "ortodoks" menyatakan bahwa Uni Soviet dan ekspansinya ke Eropa Timur lah yang memicu berkobarnya Perang Dingin.[288] Kalangan "revisionis" menganggap bahwa Amerika Serikat bertanggung jawab atas kerusakan perdamaian pasca-Perang Alam II karena berupaya sbg mengkonfrontasi dan mengisolasi Uni Soviet sebelum yang belakang sekali Perang Alam II.[288] Sedangkan "pasca-revisionis" memandang Perang Dingin sbg peristiwa yang lebih bernuansa, dan berusaha sbg lebih menyeimbangkan tentang siapa pihak yang bertanggung jawab dalam Perang Dingin.[288] Kebanyakan historiografi tentang Perang Dingin memakai dua atau semuanya pendekatan ini.[31]

Lihat juga

  • Permainan Mulia
  • Imperialisme Amerika Serikat
  • Kanada dalam Perang Dingin
  • Perang dingin (istilah umum)
  • Perang Dingin (serial TV)
  • Kebiasaan istiadat selama Perang Dingin
  • Konferensi Danube River 1948
  • Daftar konferensi Uni Soviet-Amerika Serikat
  • McCarthyisme
  • Intervensi luar negeri Amerika Serikat
  • Ekspansi ekonomi pasca-Perang Alam II
  • Kekaisaran Soviet
  • Garis masa peristiwa dalam Perang Dingin
  • Eksperimen manusia yang tidak etis di Amerika Serikat
  • Perang Alam III
  • Kategori:Perang Dingin

Pustaka dan bacaan lanjutan

  • Applebaum, Anne (2012). Iron Curtain: The Crushing of Eastern Europe, 1944-1956. Doubleday. ISBN0-385-51569-3.
  • Davis, Simon, and Joseph Smith. The A to Z of the Cold War (Scarecrow, 2005), encyclopedia focused on military aspects
  • Dominguez, Jorge I. (1989). To Make a World Safe for Revolution: Cuba's Foreign Policy. Harvard University Press. ISBN0-674-89325-0.
  • Friedman, Norman (2007). The Fifty-Year War: Conflict and Strategy in the Cold War. Naval Institute Press. ISBN1-59114-287-3.
  • Gaddis, John Lewis (1990). Russia, the Soviet Union and the United States. An Interpretative History. McGraw-Hill. ISBN0-07-557258-3.
  • Gaddis, John Lewis (1997). We Now Know: Rethinking Cold War History. Oxford University Press. ISBN0-19-878070-2.
  • Gaddis, John Lewis (2005). The Cold War: A New History. Penguin Press. ISBN1-59420-062-9.
  • Garthoff, Raymond (1994). Détente and Confrontation: American-Soviet Relations from Nixon to Reagan. Brookings Institution Press. ISBN0-8157-3041-1.
  • Haslam, Jonathan. Russia's Cold War: From the October Revolution to the Fall of the Wall (Yale University Press; 2011) 512 pages
  • Hoffman, David E. The Dead Hand: The Untold Story of the Cold War Arms Race and Its Dangerous Legacy (2010)
  • Hussain, Rizwan (2005). Pakistan And The Emergence Of Islamic Militancy In Afghanistan. Ashgate Publishing. ISBN0-7546-4434-0.
  • Judge, Edward H. The Cold War: A Global History With Documents (2012)
  • Kalinovsky, Artemy M. (2011). A Long Goodbye: The Soviet Withdrawal from Afghanistan. Harvard University Press. ISBN978-0-674-05866-8.
  • LaFeber, Walter (2002). America, Russia, and the Cold War, 19452002. McGraw-Hill. ISBN0-07-284903-7.
  • Leffler, Melvyn (1992). A Preponderance of Power: National Security, the Truman Administration, and the Cold War. Stanford University Press. ISBN0-8047-2218-8.
  • Leffler, Melvyn P. and Odd Arne Westad, eds. The Cambridge History of the Cold War (3 vol, 2010) 2000pp; new essays by leading scholars
  • Lewkowicz, Nicolas (2010). The German Question and the International Order, 194348. Palgrave Macmillan. ISBN978-0-230-24812-0.
  • Lundestad, Geir (2005). East, West, North, South: Major Developments in International Politics since 1945. Oxford University Press. ISBN1-4129-0748-9.
  • Lüthi, Lorenz M (2008). The Sino-Soviet split: Cold War in the communist world. Princeton University Press. ISBN0-691-13590-8.
  • McMahon, Robert (2003). The Cold War: A Very Short Introduction. Oxford University Press. ISBN0-19-280178-3.
  • Meher, Jagmohan (2004). America's Afghanistan War: The Success that Failed. Gyan Books. ISBN81-7835-262-1.
  • Lüthi, Lorenz M (2008). The Sino-Soviet split: Cold War in the communist world. Princeton University Press. ISBN0-691-13590-8.
  • Malkasian, Carter (2001). The Korean War: Essential Histories. Osprey Publishing. ISBN1-84176-282-2.
  • Mastny, Vojtech. The Cold War and Soviet insecurity: the Stalin years (1996) online edition
  • Fedorov, Alexander (2011). Russian Image on the Western Screen: Trends, Stereotypes, Myths, Illusions. Lambert Academic Publishing,. ISBN978-3-8433-9330-0.
  • Miller, Roger Gene (2000). To Save a City: The Berlin Airlift, 19481949. Texas A&M University Press. ISBN0-89096-967-1.
  • Njolstad, Olav (2004). The Last Decade of the Cold War. Routledge. ISBN0-7146-8371-X.
  • Nolan, Peter (1995). China's Rise, Russia's Fall. St. Martin's Press. ISBN0-312-12714-6.
  • Pearson, Raymond (1998). The Rise and Fall of the Soviet Empire. Macmillan. ISBN0-312-17407-1.
  • Porter, Bruce; Karsh, Efraim (1984). The USSR in Third World Conflicts: Soviet Arms and Diplomacy in Local Wars. Cambridge University Press. ISBN0-521-31064-4.
  • Puddington, Arch (2003). Broadcasting Freedom: The Cold War Triumph of Radio Free Europe and Radio Liberty. University Press of Kentucky. ISBN0-8131-9045-2.
  • Roberts, Geoffrey (2006). Stalin's Wars: From World War to Cold War, 19391953. Yale University Press. ISBN0-300-11204-1.
  • Stone, Norman (2010). The Atlantic and Its Enemies: A History of the Cold War. Basic Books Press. ISBN0-465-02043-7.
  • Taubman, William (2004). Khrushchev: The Man and His Era. W. W. Norton & Company. ISBN0-393-32484-2.; Pulitzer Prize
  • Tucker, Spencer, ed. Encyclopedia of the Cold War: A Political, Social, and Military History (5 vol. 2008), world coverage
  • Walker, Martin. The Cold War: A History (1995), British perspective
  • Wettig, Gerhard (2008). Stalin and the Cold War in Europe. Rowman & Littlefield. ISBN0-7425-5542-9.
  • Zubok, Vladislav; Pleshakov, Constantine (1996). Inside the Kremlin's Cold War: From Stalin to Khrushchev. Harvard University Press. ISBN0-674-45531-2.
  • Zubok, Vladislav M. A Failed Empire: The Soviet Union in the Cold War from Stalin to Gorbachev (2008)

Historiografi dan memori

  • Hopkins, Michael F. "Continuing Debate and New Approaches in Cold War History," Historical Journal, Dec 2007, Vol. 50 Issue 4, pp 913934,
  • Isaac, Joel, and Duncan Bell, eds. Uncertain Empire: American History and the Idea of the Cold War (2012) excerpt and text search
  • Johnston, Gordon. "Revisiting the cultural Cold War," Social History, Aug 2010, Vol. 35 Issue 3, pp 290307
  • Nuti, Leopoldo, et al., eds. Europe and the End of the Cold War: A Reappraisal (2012) excerpt and text search
  • Wiener, Jon. How We Forgot the Cold War: A Historical Journey across America (2012) excerpt and text search

Sumber primer

  • Andrew, Christopher; Mitrokhin, Vasili (2000). The Sword and the Shield: The Mitrokhin Archive and the Secret History of the KGB. Basic Books. ISBN0-585-41828-4.
  • Dobrynin, Anatoly (2001). In Confidence: Moscow's Ambassador to Six Cold War Presidents. University of Washington Press. ISBN0-295-98081-8.
  • Hanhimaki, Jussi and Odd Arne Westad, eds. The Cold War: A History in Documents and Eyewitness Accounts (Oxford University Press, 2003). ISBN 0-19-927280-8.
  • Sakwa, Richard (1999). The rise and fall of the Soviet Union, 19171991. Routledge. ISBN0-415-12290-2.
  • Cardona, Luis (2007). Cold War KFA. Routledge.
  • "Presidency in the Nuclear Age", conference and forum at the JFK Library, Boston, October 12, 2009. Four panels: "The Race to Build the Bomb and the Decision to Use It", "Cuban Missile Crisis and the First Nuclear Test Ban Treaty", "The Cold War and the Nuclear Arms Race", and "Nuclear Weapons, Terrorism, and the Presidency". ( transcript of "The Cold War and the Nuclear Arms Race")

Pranala luar

Arsip
  • Open Society Archives, Budapest (Hungary), one of the biggest history of communism and cold war archives in the world
  • An archive of UK civil defence material
  • Post-Cold War World Economy from the Dean Peter Krogh Foreign Affairs Digital Archives
  • CONELRAD Cold War Pop Culture Site
  • CBC Digital Archives Cold War Culture: The Nuclear Fear of the 1950s and 1960s
  • The Cold War International History Project (CWIHP)
  • The Cold War Files
  • CNN Cold War Knowledge Bank[tautan nonaktif] comparison of articles on Cold War topics in the Western and the Soviet press between 1945 and 1991
  • The CAESAR, POLO, and ESAU PapersThis collection of declassified analytic monographs and reference aids, designated within the Central Intelligence Agency (CIA) Directorate of Intelligence (DI) as the CAESAR, ESAU, and POLO series, highlights the CIA's efforts from the 1950s through the mid-1970s to pursue in-depth research on Soviet and Chinese internal politics and Sino-Soviet relations. The documents reflect the views of seasoned analysts who had followed closely their special areas of research and whose views were shaped in often heated debate.
  • Documents available online regarding aerial intelligence during the Cold War, Dwight D. Eisenhower Presidential Library
Bibliografi
  • Annotated bibliography for the arms race from the Alsos Digital Library
Berita
  • Video and audio news reports from during the cold war
Sumber edukasional
  • Minuteman Missile National Historic Site: Protecting a Legacy of the Cold War, a National Park Service Teaching with Historic Places (TwHP) lesson plan

Templat:Perang Dingin

Tokoh ternama dalam Perang Dingin

Uni SovietAmerika SerikatRepublik Rakyat CinaJepangJerman BaratBritania RayaItalia
  • Alcide De Gasperi
  • Palmiro Togliatti
  • Giulio Andreotti
  • Aldo Moro
  • Enrico Berlinguer
  • Francesco Cossiga
  • Bettino Craxi
PerancisFinlandiaSpanyolPortugal
  • António de Oliveira Salazar
  • Marcelo Caetano
  • Álvaro Cunhal
  • Salgueiro Maia
  • Otelo Saraiva de Carvalho
  • António de Spínola
  • Vasco Gonçalves
  • António Ramalho Eanes
  • Mário Soares
  • Francisco de Sá Carneiro
  • Aníbal Cavaco Silva
Republik Rakyat PolandiaKanadaFilipinaAfrikaBlok TimurAmerika LatinTimur TengahAsia Selatan dan TimurSejarahPolitikGeografiEkonomi
  • Pertanian
  • Bank sentral
  • Komunikasi
  • Korupsi
  • Kebijakan energi
  • Rencana Lima Tahun
  • Penemuan
  • Mata uang
  • Transportasi
Demografi
  • Bangsa
  • Bahasa
  • Agama
  • Kejahatan
  • Sensus 1989
Budaya
  • Arsitektur
  • Sastra
  • Balet
  • Propaganda
  • Opera
  • Film
  • Musik
  • MarxismeLeninisme
  • Leninisme
  • Brezhnevisme
  • Internet di Uni Soviet
  • Olahraga
LambangPemikiranBidangJenis
Marxisme· Leninisme· Trotskyisme· Maoisme· Luxemburgisme· Titoisme· Stalinisme· Castroisme· Guevarisme· Hoxhaisme· Juche· Komunisme sayap kiri· Dewan komunisme· Komunisme anarkis· Komunisme agamis· Komunisme Eropa· Komunisme alam· Komunisme tanpa negara· Komunisme nasional· Komunisme primitif· Komunisme ilmiah
InternasionaleTokoh pentingHal terkait

Sumber :
m.andrafarm.com, p2k.ptkpt.net, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, dan sebagainya.