Paulus mengajarkan Firman Tuhan kepada jemaat yang jauh dengan cara
Kitab Kisah Para Rasul menempati posisi istimewa di antara kitab-kitab Perjanjian Baru karena kitab ini mencatat sisi praktis dari berbagai peristiwa yang dapat ditemukan juga dalam surat-surat para rasul. Selain itu, kitab ini juga menunjukkan bagaimana cara para abdi Allah seperti Paulus, Petrus, dll. berjalan bersama-Nya, sehingga kita pun dapat belajar teladan yang praktis dari kehidupan mereka. Teladan itulah yang akan kita pelajari dalam Kisah Para Rasul 16, sebuah pasal yang khusus mengisahkan tentang kunjungan Paulus ke Filipi. Pasal inilah yang menjadi subjek dari artikel kita. Show 1. Keputusan mengenai kunjunganKita akan memulainya dari Kisah Para Rasul 16:6-8. Di sana kita membaca: “Mereka melintasi tanah Frigia dan tanah Galatia, karena Roh Kudus mencegah mereka untuk memberitakan Injil di Asia. Dan setibanya di Misia mereka mencoba masuk ke daerah Bitinia, tetapi Roh Yesus tidak mengizinkan mereka. Setelah melintasi Misia, mereka sampai di Troas. Bila Anda melihat peta, Anda dapat melihat bahwa apa yang digambarkan dalam empat baris kalimat di atas merupakan perjalanan yang sangat panjang. Galatia, Frigia dan Asia (Kecil) merupakan tiga wilayah yang letaknya berurutan. Paulus dan rekan-rekan seperjalanannya telah melewati dua wilayah pertama (Frigia dan Galatia) dan akan memasuki wilayah yang ketiga: Asia Kecil. Namun, seperti yang dikatakan dalam teks, Roh Kudus melarang mereka untuk memberitakan Injil di sana, sehingga mereka pun pergi ke utara menuju Misia. Namun, ketika dari Misia, mereka mencoba memasuki daerah Bitinia, Allah kembali melarang mereka. Akibatnya, mereka pun melewati Misia, kemudian menuju ke Troas yang terletak di Laut Aegea. Jelaslah bahwa Filipi bukan merupakan daerah yang menjadi target tujuan pelayanan Paulus dan Silas. Selain itu, dua kali mereka mencoba pergi ke daerah yang lain, namun Allah melarang mereka. Alasan Allah melarang mereka bukan karena Dia tidak ingin firman-Nya diberitakan di daerah-daerah tersebut. Di kemudian hari, Paulus berkesempatan untuk pergi dan melayani di Asia Kecil, sehingga seperti dikatakan dalam Kisah Para Rasul 19:10: “Semua penduduk Asia mendengar firman Tuhan, baik orang Yahudi maupun orang Yunani. Namun, kita semua mengerti bahwa tidaklah mungkin bagi seseorang untuk berada di dua tempat berbeda pada waktu bersamaan. Dengan kata lain, firman Tuhan tidak mungkin diberitakan secara bersamaan oleh orang-orang yang sama di Asia atau Bitinia dan sekaligus juga di Filipi. Tempat yang satu harus dilayani terlebih dahulu dan tempat yang lain akan dilayani kemudian. Tampaknya, dari sudut pandang Allah, Filipi perlu lebih dahulu diprioritaskan dari Asia dan Bitinia. Dengan demikian, dapat kita simpulkan bahwa Allah tidak menginginkan hanya pemberitaan firman, tetapi Dia menginginkan firman-Nya itu diberitakan di tempat yang DIA inginkan, sesuai dengan yang DIA inginkan dan pada waktu yang Dia inginkan. Efesus 5:23 mengatakan kepada kita, bahwa: "Kristus adalah kepala jemaat." Jemaat mempunyai seorang kepala, yaitu seorang yang kepadanya segala sesuatu yang berkaitan dengan jemaat perlu dikonsultasikan. Yang menjadi kepala ini bukan Anda, bukan saya, juga bukan manusia fana mana pun, melainkan Kristus. Dalam kasus yang sedang kita bahas ini, apa yang sesungguhnya diinginkan oleh Sang Kepala tercatat dalam ayat 9-10: Kisah Para Rasul 16:9-10 Allah tidak memanggil mereka pada saat itu untuk memberitakan Injil di Asia dan Bitinia. Namun, Ia memanggil mereka untuk memberitakan Injil di Makedonia. Bagaimana mereka dapat mengetahuinya? Allah menyatakannya kepada mereka melalui sebuah penglihatan. Bahkan Ia menyatakan sedemikian jelasnya sehingga mereka dengan yakin menarik kesimpulan bahwa Allah telah memimpin mereka untuk pergi ke sana. Namun, apakah menurut Anda Allah akan melakukan hal ini jikalau mereka tidak siap untuk pergi ke tempat yang Ia inginkan? Saya rasa tidak. Allah tidak akan memaksa siapa pun untuk bekerja di ladang-Nya. Namun, bagi orang yang ingin bekerja bagi-Nya−dan inilah yang Dia harapkan dari setiap kita−ia tidak seharusnya menjadi orang yang menentukan sendiri tentang bagaimana, kapan dan ke mana ia harus pergi, melainkan ia harus berkonsultasi dengan Sang Tuan, yang bertanggung jawab untuk memutuskan hal-hal ini. 2. Kunjungan ke Filipi dan hasil-hasilnyaSetelah mendengar perintah yang jelas untuk berlayar ke Makedonia, Paulus dan rekannya segera berangkat. Ayat 11-12 mengatakan: Kisah Para Rasul 16:11-12 Allah telah mengatakan agar mereka pergi ke Makedonia. Jadi, mereka tidak berhenti dahulu di Samotrake untuk memberitakan Injil di sana, tetapi langsung ke Filipi, yang merupakan kota pertama di bagian Makedonia. Di sana, terjadilah beberapa peristiwa yang akan kita lihat berikut ini. 2.1 Lidia: orang percaya pertama di EropaDimulai dari ayat 13-15 kita membaca: Kisah Para Rasul 16:13-15 Apakah Lidia seorang yang beribadah kepada Allah? Ya, itulah yang dikatakan ayat-ayat di atas. Namun, apakah ia sudah diselamatkan? BELUM, karena ia belum mengenal Tuhan Yesus Kristus. Jadi, ia sama seperti Kornelius: ia saleh, ia serta seisi rumahnya takut akan Allah dan ia memberi banyak sedekah kepada umat Yahudi dan senantiasa berdoa kepada Allah (Kisah Para Rasul 10:2). Namun, ia membutuhkan kedatangan Petrus ke rumahnya untuk menyampaikan suatu berita yang, seperti dikatakan malaikat, akan mendatangkan keselamatan baginya dan seisi rumahnya (Kisah Para Rasul 11:14). Sama seperti Kornelius, Lidia pun seorang yang beribadah kepada Allah. Namun, ia membutuhkan seseorang untuk datang dan mengatakan kepadanya tentang Yesus Kristus sehingga ia percaya dan diselamatkan. Dan itulah yang terjadi: Allah membuat Paulus datang jauh-jauh dari Sisilia untuk menyampaikan Kabar Baik kepadanya. Lidia percaya dan ia pun menjadi orang percaya pertama dari daratan Eropa yang tercatat di Alkitab. Namun, ini baru permulaannya. 2.2 Perempuan yang dikuasai roh jahatAyat 16-18 mengatakan kepada kita: Kisah Para Rasul 16: 16-18 Perempuan ini jelas-jelas dikuasai oleh roh jahat dan melaluinya, roh jahat itu seakan sedang mempromosikan Paulus dan pekerjaan misinya di sana. Selintas, kita mungkin melihat sebuah paradoks, yakni Iblis seakan sedang mendukung pekerjaan Tuhan! Namun, mungkinkah hal seperti ini terjadi? Saya rasa tidak. Sebagaimana Paulus katakan kepada Elimas, seorang yang juga dikuasai oleh roh jahat: Kisah Para Rasul 13:9-10 Apa yang terus menerus diupayakan oleh Iblis (dan ia tidak akan pernah berhenti melakukannya) adalah: membelokkan jalan Tuhan yang lurus. Oleh karena itu, satu-satunya alasan mengapa ia sepertinya menyampaikan hal-hal yang sama seperti yang Paulus sampaikan, adalah karena ia bermaksud untuk MEMBELOKKAN jalan Tuhan yang lurus. Tidaklah terlalu sulit untuk dimengerti bagaimana cara Iblis melakukannya. Bayangkan seberapa besar Firman yang Paulus sampaikan telah diselewengkan oleh si Iblis melalui seruan perempuan yang dikuasai oleh roh jahat ini. Bagi penduduk setempat, perempuan ini dikenal sebagai juru bicara Apolo, seorang dewa Yunani kuno. Kita mengetahui hal ini karena teks Yunani kuno tidak mengatakan bahwa perempuan ini dikuasai roh tenung, melainkan bahwa perempuan ini dikuasai oleh “roh, Pithon”. Menurut Zodhiates1: "Pithon adalah nama Yunani yang diberikan kepada ular atau naga dalam mitologi yang hidup di Pitho di bawah Gunung Parnasus dan dijaga oleh Orakel Delfi. Nama itu kemudian menjadi julukan dari Apolo, yang merupakan dewa tenung dalam mitologi Yunani, sehingga nama itu kemudian dipakai untuk menamai semua roh tenung dan ramal.” Jelaslah bahwa bagi penduduk setempat, perempuan ini telah dianggap sebagai juru bicara Apolo. Itulah sebabnya teks mengatakan bahwa ia memiliki roh tenung atau roh Pithon. Selain itu, “Allah yang maha tinggi” bagi perempuan itu, yang dimengerti demikian juga oleh para penduduk setempat, bukanlah Allah yang benar, bukanlah Bapa dari Tuhan Yesus Kristus2, melainkan ...... Zeus. Dengan demikian, kita dapat memahami dengan mudah penyesatan seperti apa yang perempuan itu lakukan terhadap pemberitaan Paulus dan bahwa apa yang Iblis ingin lakukan melalui perempuan itu bukanlah untuk memberitakan Kabar Baik, melainkan untuk “MEMBELOKKAN jalan Tuhan yang lurus.” Syukurlah, Iblis gagal mencapai tujuannya. Sebagaimana Kisah Para Rasul 16:18 katakan kepada kita: Penuh dengan Roh Kudus, Paulus mengetahui bahwa yang berbicara melalui perempuan ini adalah roh jahat, si Iblis. Itulah sebabnya ia berbicara secara langsung kepada roh itu, dan mengusirnya, sehingga “seketika itu juga keluarlah roh itu.” 2.3 Persekutuan penjara tengah malamSayangnya kebebasan yang diberikan kepada perempuan itu membuat marah beberapa orang. Tuan-tuan perempuan itu yang tadinya memperoleh penghasilan yang besar dari hasil tenungan, begitu melihat bahwa “harapan mereka akan mendapat penghasilan” lenyap: Kisah Para Rasul 16:19-24 Setelah mengalami penganiayaan sehebat itu, kebanyakan dari kita mungkin protes kepada Tuhan, menyalahkan Dia atas apa yang telah terjadi. Namun, firman Tuhan menasihati agar kita tidak mengeluh ketika mengalami kejadian serupa. Sebagaimana dikatakan dalam 1 Petrus 4:16: I Petrus 4:16 Dan, itulah yang Paulus dan Silas lakukan: Kisah Para Rasul 16:25 Terlepas dari kenyataan bahwa kedua orang yang baru saja disiksa dengan kejam itu sedang berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah, perhatikan bahwa semua orang hukuman lain mendengarkan mereka. Kata “mendengarkan” dalam perikop ini merupakan terjemahan dari kata kerja Yunani “epakroomai” yang artinya bukan sekadar “mendengar”, tetapi “mendengar dengan memberi perhatian penuh pada apa yang diucapkan3". Perhatikan apa yang kemudian terjadi: Kisah Para Rasul 16:26 Agar dapat memahami pentingnya peristiwa di atas, mari kita sejenak membayangkan diri kita sebagai salah seorang dari para tahanan itu. Jadi, pada saat itu kita sedang berada di dalam penjara dan mendengarkan dengan saksama dua orang yang baru saja disiksa sedang memuliakan Allah dan tiba-tiba terjadilah gempa yang sangat hebat yang …… melepaskan rantai-rantai yang membelenggu kita serta membuka semua pintu penjara. Tentu kita akan ingat fenomena ajaib itu seumur hidup kita, bukan? Tidak cukupkah peristiwa seperti ini membuat kita segera berseru kepada Allahnya Paulus dan Silas? Saya rasa cukup. Kita dapat melihat reaksi spontan yang ditunjukkan oleh salah seorang yang berada di sana pada malam itu: Kisah Para Rasul 16:27-30 Bagaimana orang ini merasa begitu yakin bahwa Paulus dan Silas mampu memberi jawaban yang benar atas pertanyaan yang sangat penting itu? Jawabannya adalah karena ia mendengar mereka memuji-muji Allah dan ia melihat Allah menjawab mereka melalui gempa dan peristiwa ajaib selanjutnya. Melihat semua itu, kepala penjara yakin bahwa kedua orang ini benar-benar mewakili Allah. Itulah sebabnya, ia bertanya secara langsung kepada mereka. Sekarang mari kita membaca bagaimana jawaban Paulus dan Silas: Kisah Para Rasul 16:31 Saya tidak tahu berapa banyak orang pada zaman sekarang yang dapat menjawab selugas Paulus dan Silas bila ditanya mengenai keselamatan. “Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat.” Itulah jawabannya. Bila percaya kita selamat. Bila tidak percaya kita tidak selamat. Sebagaimana dikatakan juga dalam Roma 10:9: Roma 10:9 Kembali ke catatan mengenai kepala penjara, setelah Paulus dan Silas memberi kepadanya jawaban yang ia perlukan, mereka pun melanjutkan dengan mengajarinya lebih jauh lagi: Kisah Para Rasul 16:32-34 Perhatikan waktu berlangsungnya semua kejadian ini. Semuanya terjadi SETELAH tengah malam, karena hari telah kira-kira tengah malam ketika Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah (ayat 25). Jadi, setelah tengah malam, Paulus, Silas dan kepala penjara serta seisi rumahnya mengalami persekutuan yang indah di mana banyak jiwa diselamatkan dan dipenuhi sukacita di dalam Tuhan!! Siapa dapat membayangkan terjadinya peristiwa semacam ini? Namun peristiwa yang luar biasa ini tercatat dalam Alkitab. Namun, apakah peristiwa ini akan terjadi jika Paulus dan Silas bukannya memuliakan Allah tetapi berkeluh kesah kepada-Nya? TIDAK. Mereka memuliakan Allah di tengah masalah yang mereka alami, mereka mengajarkan firman Tuhan kepada tahanan-tahanan yang lain melalui puji-pujian dan doa mereka. Allah mendukung Firman-Nya dengan memberikan tanda ajaib yang berdampak hebat pada mereka semua. Bahkan, kepala penjara dan seluruh keluarganya percaya pada malam itu juga dan sesaat setelah lewat tengah malam mereka turut bersekutu bersama dengan Paulus dan Silas!! Sungguh berkat yang sangat besar bagi kita, karena dapat membaca peristiwa yang indah ini. Dan, Bagi Paulus dan Silas, betapa hal ini pun menjadi berkat dan kesembuhan yang menggetarkan setelah penganiayaan yang mereka alami. Namun, berkat itu belum berhenti di sini. Keesokan harinya: Kisah Para Rasul 16:35-40 Pada akhir hari itu, para pembesar kotalah yang dipermalukan, dan bukan Paulus atau Silas. Mereka bahkan MEMOHON kepada Paulus dan Silas untuk meninggalkan kota itu. Namun, mereka telah mendirikan sebuah jemaat di sana. Jemaat ini, juga banyak jemaat lain di Yunani, tidak akan pernah ada, jika Paulus dan rekannya tidak mematuhi kehendak Allah untuk pergi ke Makedonia tetapi bertindak sesuai keinginan mereka sendiri. Sekalipun demikian, fakta bahwa mereka menaati kehendak Allah, bukan berarti mereka tidak akan pernah mengalami penganiayaan. Namun, Allah dapat mengubah penganiayaan menjadi kebaikan dan melaluinya banyak jiwa diselamatkan, jumlah jemaat di tempat itu bertambah, dan umat-Nya mengalami pembebasan dan dorongan. Anastasios Kioulachoglou 1. Lihat Spiros Zodhiates, Kamus lengkap studi kata, AMG publishers, 1992, p.1253 2. Sampai saat itu belum ada seorang pun yang mengatakan kepada penduduk setempat tentang Dia, sehingga, mereka tentu tidak mengetahui siapa Allah Maha Tinggi yang sesungguhnya. 3. Lihat: Dimitrakos: Leksikon dari semua Bahasa Yunani, p. 2,688 (dalam Bahasa Yunani). |