Pembuatan antibiotik menggunakan bakteri apa?

Bakteri
Pembuatan antibiotik menggunakan bakteri apa?

Escherichia coli, salah satu bakteri berwujud batang

Show
Klasifikasi ilmiah
Fila/Divisio[1]

ActinobacteriaFirmicutae

Tenericutae (tanpa dinding)

AquificaeBacteroidetae/ChlorobiaChlamydiae/VerrucomicrobiaDeinococcus-ThermusFusobacteriaGemmatimonadetaeNitrospiraeProteobacteriaSpirochaetaeSynergistaeAcidobacteriaChloroflexiaeChrysiogenetae

Cyanobacteria

DeferribacteraeDictyoglomiFibrobacteriaPlanctomycotaThermodesulfobacteria

Thermotogae

Bakteri (dari kata Latin bacterium; jamak: bacteria) yaitu kumpulan organisme yang tak memiliki membran inti sel.[2] Organisme ini termasuk ke dalam domain prokariota dan berukuran sangat kecil (mikroskopik), serta memiliki peran akbar dalam kehidupan di bumi.[2] Beberapa kumpulan bakteri dikenal sbg kaki tangan penyebab infeksi dan penyakit, sedangkan kumpulan lainnya dapat memberikan ruang lingkup dibidang pangan, pengobatan, dan industri.[3] Susunan sel bakteri relatif sederhana: tanpa nukleus/inti sel, kerangka sel, dan organel-organel lain seperti mitokondria dan kloroplas.[4] Hal inilah yang menjadi dasar perbedaan sela sel prokariot dengan sel eukariot yang semakin kompleks.[5]

Bakteri dapat ditemukan di nyaris semua tempat: di tanah, cairan, udara, dalam simbiosis dengan organisme lain maupun sbg kaki tangan parasit (patogen), bahkan dalam tubuh manusia.[6][7][8][9] Pada umumnya, bakteri berukuran 0,5-5 μm, tetapi benar bakteri tertentu yang dapat berdiameter sampai 700 μm, yaitu Thiomargarita.[10] Mereka umumnya memiliki dinding sel, seperti sel tumbuhan dan jamur, tetapi dengan bahan pembentuk sangat berlainan (peptidoglikan).[11] Beberapa jenis bakteri bersifat motil (mampu bergerak) dan mobilitasnya ini disebabkan oleh flagel.[12]

Sejarah

Pembuatan antibiotik menggunakan bakteri apa?

Model mikroskop awal yang dirancang oleh Robert Hooke; dimuat dalam Micrographia.

Bakteri yaitu organisme mikroskopik.[13] Hal ini menyebabkan organisme ini sangat sulit untuk dideteksi, terutama sebelum ditemukannya mikroskop.[13] Barulah setelah masa zaman ke-19 ilmu tentang mikroorganisme, terutama bakteri (bakteriologi), mulai mengembang.[13] Seiring dengan perkembangan ilmu ilmu, beragam hal tentang bakteri telah sukses ditelaah.[13] Akan tetapi, perkembangan tersebut tak terlepas dari peranan beragam tokoh penting seperti Robert Hooke, Antoni van Leeuwenhoek, Ferdinand Cohn, dan Robert Koch.[13] Istilah bacterium dikenalkan di kemudian hari oleh Ehrenberg pada tahun 1828, diambil dari kata Yunani βακτηριον (bakterion) yang memiliki guna "batang-batang kecil".[13] Ilmu tentang bakteri mengembang setelah serangkaian percobaan yang dilakukan oleh Louis Pasteur, yang melahirkan cabang ilmu mikrobiologi.[13] Bakteriologi yaitu cabang mikrobiologi yang mempelajari biologi bakteri.[5]

Robert Hooke (1635-1703), seorang berbakat matematika dan sejarahwan warga negara Inggris, menulis suatu buku yang berjudul Micrographia pada tahun 1665 yang mengandung hasil pengamatan yang dilakukan dengan memakai mikroskop sederhana.[13]Akan tetapi, Robert Hooke sedang belum dapat menumukan susunan bakteri.[13] Dalam bukunya tersebut, tergambar hasil penemuannya mengenai tubuh buah kapang.[13] Walau demikian, buku inilah yang menjadi sumber deskripsi awal dari mikroorganisme.[13]

Antoni van Leeuwenhoek (1632—1723) hidup di era yang sama dengan Robert Hooke di mana pengamatan dengan mikroskop sedang sangat sederhana.[13] Terinspirasi dari kerja Robert Hooke, beliau membuat mikroskop rancangannya sendiri dengan sangat patut untuk mengamati makhluk mikroskopik ini pada beragam media alami pada tahun 1684.[13] Antoni van Leeuwenhoek sukses menemukan bakteri untuk pertama kalinya di dunia pada tahun 1676.[13] Hasil temuannya dikirimkan ke Royal Society of London yang kemudian dipublikasikan pada tahun 1684.[13] Penemuan ini segera mendapat banyak konfirmasi dari ilmuwan lainnya.[13] Sejak saat itulah, tak hanya ilmu tentang bakteri tetapi juga mikroorganisme pada umumnya pun mulai mengembang.[13]

Ferdinand Cohn (1828-1898) yaitu seorang botanis warga negara Breslau (sekarang Polandia).[13] Hasil penemuannya banyak berkisar tentang bakteri yang resisten terhadap panas.[13] Ketertarikannya pada kumpulan bakteri ini mengarahkannya pada penemuan kumpulan bakteri penghasil endospora yang resisten terhadap suhu tinggi.[13] Ferdinand Cohn juga sukses menjelaskan siklus hidup bakteri Bacillus yang sekaligus menjelaskan mengapa bakteri ini bersifat tahan panas.[13] Selanjutnya, beliau juga membuat dasar klasifikasi bakteri sederhana dan mengembangkan beberapa cara untuk mencegah kontaminasi pada kultur bakteri, seperti penggunaan kapas sbg penutup pada labu takar, erlenmeyer, dan tabung reaksi. Cara ini kemudian dipakai oleh ilmuwan lain, Robert Koch.[13]

Robert Koch (1843-1910), seorang berbakat fisika warga negara Jerman, banyak memainkan penelitian mengenai penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri.[13] Ilmuwan pada awalnya mempelajari penyakit antraks yang banyak menyerang binatang ternak.[14] Penyakit ini disebabkan oleh Bacillus anthracis, salah satu bakteri penghasil endospora.[14] Robert Koch juga yaitu orang pertama yang sukses memperoleh isolat murni Mycobacterium tuberculosis, bakteri penyebab penyakit tuberkulosis.[13][15] Berdasarkan dua penelitian mengenai penyakit ini, Robert Koch sukses membuat Postulat Koch, suatu teori mengenai mikroorganisme spesifik untuk penyakit yang spesfik.[13] Dia juga sukses menemukan cara untuk memperoleh isolat murni dari bakteri.[13] Penemuan lainnya yaitu penggunaan media kultur padat untuk menumbuhkan bakteri di luat habitat aslinya.[13] Pada awalnya beliau memakai potongan kentang dan kemudian dikembangkan dengan memakai nutrien gelatin.[13] Penggunaan nutrien gelatin sedang memiliki banyak kekurangan yang pada kemudiannya penggunaanya dialihkan dengan supaya (sejenis polisakarida) yang digagas oleh istri Walter Hesse yang juga memainkan pekerjaan bersama Robert Koch.[13]

Susunan sel

Pembuatan antibiotik menggunakan bakteri apa?

Susunan sel bakteri

Seperti prokariot (organisme yang tak memiliki membran inti) pada umumnya, semua bakteri memiliki susunan sel yang relatif sederhana.[16] Sehubungan dengan ketiadaan membran inti, meteri genetik (DNA dan RNA) bakteri melayang-layang di kawasan sitoplasma yang bernama nukleoid.[16] Salah satu susunan bakteri yang penting yaitu dinding sel.[17] Bakteri dapat diklasifikasikan dalam dua kumpulan akbar berdasarkan susunan dinding selnya, yaitu bakteri gram negatif dan bakteri gram positif.[16] Bakteri gram positif memiliki dinding sel yang tersusun dari lapisan peptidoglikan (sejenis molekul polisakarida) yang tebal dan asam teikoat, sedangkan bakteri gram negatif memiliki lapisan peptidoglikan yang semakin tipis dan mempunyai susunan lipopolisakarida yang tebal.[16][5] Cara yang dipakai untuk membedakan kedua jenis kumpulan bakteri ini dikembangkan oleh ilmuwan Denmark, Hans Christian Gram pada tahun 1884.[16]

Banyak bakteri memiliki susunan di luar sel lainnya seperti flagel dan fimbria yang dipakai untuk memainkan usaha, melekat dan konjugasi.[17] Beberapa bakteri juga memiliki kapsul yang beperan dalam melindungi sel bakteri dari kekeringan dan fagositosis.[16] Susunan kapsul inilah yang sering kali menjadi faktor virulensi penyebab penyakit, seperti yang ditemukan pada Escherichia coli dan Streptococcus pneumoniae.[16] Bakteri juga memiliki kromosom, ribosom, dan beberapa spesies lainnya memiliki granula makanan, vakuola gas, dan magnetosom.[16] Beberapa bakteri mampu membentuk diri menjadi endospora yang membuat mereka mampu bertahan hidup pada bagian yang terkait ekstrim.[18] Clostridium botulinum yaitu salah satu contoh bakteri penghasil endospora yang sangat tahan suhu dan tekanan tinggi, dimana bakteri ini juga termasuk golongan bakteri pengebab keracunan pada makanan kaleng.[18]

Morfologi bakteri

Pembuatan antibiotik menggunakan bakteri apa?

Beragam bangun tubuh bakteri

Berdasarkan bangunnya, bakteri dibagi menjadi tiga golongan akbar, yaitu:

  • Kokus (Coccus) yaitu bakteri yang berwujud bulat seperti bola dan mempunyai beberapa variasi sbg berikut:[19][20]
    • Mikrococcus, bila kecil dan tunggal
    • Diplococcus, jka berganda dua-dua
    • Tetracoccus, bila bergandengan empat dan membentuk bujur sangkar
    • Sarcina, bila bergerombol membentuk kubus
    • Staphylococcus, bila bergerombol
    • Streptococcus, bila bergandengan membentuk rantai
  • Basil (Bacillus) yaitu kumpulan bakteri yang berwujud batang atau silinder, dan mempunyai variasi sbg berikut:[19][20]
    • Diplobacillus, bila bergandengan dua-dua
    • Streptobacillus, bila bergandengan membentuk rantai
  • Spiral (Spirilum) yaitu bakteri yang berwujud lengkung dan mempunyai variasi sbg berikut:[19][20]
    • Vibrio, (bentuk koma), bila lengkung kurang dari setengah lingkaran (bentuk koma)
    • Spiral, bila lengkung semakin dari setengah lingkaran
    • Spirochete, bila lengkung membentuk susunan yang fleksibel.[20]

Bangun tubuh/morfologi bakteri dipengaruhi oleh adanya bagian yang terkait, medium, dan usia. Walaupun secara morfologi berbeda-beda, bakteri tetap yaitu sel tunggal yang dapat hidup dapat berdiri sendiri bahkan saat terpisah dari koloninya.[20]

Alat gerak

Pembuatan antibiotik menggunakan bakteri apa?

Gambar alat gerak bakteri: A-Monotrik; B-Lofotrik; C-Amfitrik; D-Peritrik;

Banyak spesies bakteri yang memainkan usaha memakai flagel.[21] Bakteri yang tak memiliki alat gerak kebanyakan hanya mengikuti pergerakan media pertumbuhannya atau bagian yang terkait tempat bakteri tersebut benar.[21] Sama seperti susunan kapsul, flagel juga dapat menjadi kaki tangan penyebab penyakit pada beberapa spesies bakteri.[21] Berdasarkan tempat dan banyak flagel yang dimiliki, bakteri dibagi menjadi lima golongan, yaitu:[22][21]

  • Atrik, tak mempunyai flagel.[22][21]
  • Monotrik, mempunyai satu flagel pada salah satu ujungnya.[22][21]
  • Lofotrik, mempunyai sebanyak flagel pada salah satu ujungnya.[22][21]
  • Amfitrik, mempunyai satu flagel pada kedua ujungnya.[22][21]
  • Peritrik, mempunyai flagel pada seluruh permukaan tubuhnya.[22][21]

Habitat

Bakteri yaitu mikroorganisme ubikuotus, yang berfaedah melimpah dan banyak ditemukan di nyaris semua tempat.[2] Habitatnya sangat beragam; bagian yang terkait perairan, tanah, udara, permukaan daun, dan bahkan dapat ditemukan di dalam organisme hidup.[2] Dianggarkan total banyak sel mikroorganisme yang mendiami muka bumi ini yaitu 5x1030.[2] Bakteri dapat ditemukan di dalam tubuh manusia, terutama di dalam arus pencernaan yang banyak selnya 10 kali lipat banyakan dari banyak total sel tubuh manusia. [23] Oleh karena itu, kolonisasi bakteri sangatlah mempengaruhi kondisi tubuh manusia.[24]

Pembuatan antibiotik menggunakan bakteri apa?

Thermus aquatiqus, bakteri termofilik yang banyak diaplikasikan dalam bioteknologi.

Terdapat beragam jenis bakteri yang mampu menghabitasi kawasan arus pencernaan manusia, terutama pada usus akbar, diantaranya yaitu bakteri asam laktat dan kumpulan enterobacter .[5] Contoh bakteri yang biasa ditemukan yaitu Lactobacillus acidophilus.[5][25] Di samping itu, terdapat pula kumpulan bakteri lain, yaitu probiotik, yang bersifat menguntungkan karena dapat menunjang kesehatan dan bahkan mampu mencegah terbentuknya kanker usus akbar.[26] Selain di dalam arus pencernaan, bakteri juga dapat ditemukan di permukaan kulit, mata, mulut, dan kaki manusia.[24] Di dalam mulut dan kaki manusia terdapat kumpulan bakteri yang dikenal dengan nama metilotrof, yaitu kumpulan bakteri yang mampu memakai senyawa karbon tunggal untuk menyokong pertumbuhannya.[27][28][29] Di dalam rongga mulut, bakteri ini memakai senyawa dimetil sulfida yang memerankan dalam menyebabkan bau pada mulut manusia.[30][31]

Beberapa kumpulan mikroorganisme ini mampu hidup di bagian yang terkait yang tak memungkinkan organisme lain untuk hidup.[32] Kondisi bagian yang terkait yang ekstrim ini menuntut benarnya toleransi, mekanisme metabolisme, dan daya tahan sel yang unik.[2][33][34] Sbg contoh, Thermus aquatiqus yaitu salah satu jenis bakteri yang hidup pada sumber cairan panas dengan kisaran suhu 60-80 oC.[2] Tak hanya di bagian yang terkait bersuhu tinggi, bakteri juga dapat ditemukan pada bagian yang terkait dengan suhu yang sangat dingin.[35] Pseudomonas extremaustralis ditemukan pada Antartika dengan suhu di bawah 0 oC.[35] Di samping pengaruh ekstrim temperatur, bakteri juga dapat hidup pada beragam bagian yang terkait lain yang nyaris tak memungkinkan benarnya kehidupan (lingkungan steril).[36] Halobacterium salinarum dan Halococcus sp. yaitu contoh dari bakteri yang dapat hidup pada kondisi garam (NaCl) yang sangat tinggi (15-30%).[36][37] Tedapat pula beberapa jenis bakteri yang mampu hidup pada kadar gula tinggi (kelompok osmofil), kadar cairan rendah (kelompok xerofil), derajat keasaman pH sangat tinggi, dan rendah.[2]

Beberapa komunitas bakteri dapat bertahan hidup di dalam awan dengan ketingian sampai 10 kilometer. Suatu tim peneliti memakai pesawat tua DC-8 yang dimodifikasi sbg laboratorium terbang sukses menggambil sampel sebanyak bakteri di awan dalam kondisi badai. Bakteri yang hidup dalam nukleasi es terbawa badai dan bertahan dalam ionisasi awan.[38]

Pengaruh bagian yang terkait terhadap bakteri

Kondisi bagian yang terkait yang mendukung dapat memacu pertumbuhan dan reproduksi bakteri.[39] Faktor-faktor bagian yang terkait yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan reproduksi bakteri yaitu suhu, kelembapan, dan cahaya.[39] Secara umum, terdapat beberapa alat yang dapat dipakai untuk memainkan pengamatan sel bakteri terhadap beragam parameter tersebut, seperti mikroskop optikal, mikroskop elektron, dan atomic force microscope (AFM).[39]

Suhu

Suhu memerankan penting dalam mengatur jalannya reaksi metabolisme untuk semua makhluk hidup.[2] Khususnya untuk bakteri, suhu bagian yang terkait yang benar semakin tinggi dari suhu yang dapat ditoleransi akan menyebabkan denaturasi protein dan komponen sel esensial lainnya sehingga sel akan mati.[2] Demikian pula bila suhu bagian yang terkaitnya benar di bawah batas toleransi, membran sitoplasma tak akan berwujud cair sehingga transportasi nutrisi akan terhambat dan ronde kehidupan sel akan terhenti.[2] Berdasarkan kisaran suhu kegiatannya, bakteri dibagi menjadi 4 golongan:

  • Bakteri psikrofil, yaitu bakteri yang hidup pada kawasan suhu sela 0°– 30 °C, dengan suhu optimum 15 °C.
  • Bakteri mesofil, yaitu bakteri yang hidup di kawasan suhu sela 15° – 55 °C, dengan suhu optimum 25° – 40 °C.
  • Bakteri termofil, yaitu bakteri yang dapat hidup di kawasan suhu tinggi sela 40° – 75 °C, dengan suhu optimum 50 - 65 °C
  • Bakteri hipertermofil, yaitu bakteri yang hidup pada kisaran suhu 65 - 114 °C, dengan suhu optimum 88 °C.[2]

Kelembaban relatif

Pada umumnya bakteri memerlukan kelembaban relatif (relative humidity, RH) yang cukup tinggi, anggaran 85%.[2] Kelembaban relatif dapat diartikan sbg kandungan cairan yang terdapat di udara.[2] Pengurangan kadar cairan dari protoplasma menyebabkan kegiatan metabolisme terhenti, misalnya pada ronde pembekuan dan pengeringan.[2] Sbg contoh, bakteri Escherichia coli akan mengalami penurunan daya tahan dan elastisitas dinding selnya saat RH bagian yang terkait kurang dari 84%.[39] Bakteri gram positif cenderung hidup pada kelembaban udara yang semakin tinggi dibandingkan dengan bakteri gram negatif terkait dengan perubahan susunan membran selnya yang mengandung lipid bilayer.[40]

Cahaya

Cahaya yaitu salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri.[41] Secara umum, bakteri dan mikroorganisme lainnya dapat hidup dengan patut pada paparan cahaya normal.[41] Akan tetapi, paparan cahaya dengan intensitas sinar ultraviolet (UV) tinggi dapat mempunyai dampak fatal untuk pertumbuhan bakteri.[41] Teknik penggunaan sinar UV, sinar x, dan sinar gamma untuk mensterilkan suatu bagian yang terkait dari bakteri dan mikroorganisme lainnya dikenal dengan teknik iradiasi yang mulai mengembang sejak awal masa zaman ke-20.[41][5]. Cara ini telah diaplikasikan secara luas untuk beragam kebutuhan, terutama pada sterilisasi makanan untuk meningkatkan masa simpan dan daya tahan.[5] Beberapa contoh bakteri patogen yang mampu dihambat ataupun dihilangkan diantaranya Escherichia coli 0157:H7 and Salmonella.[5]

Radiasi

Radiasi pada daya tertentu dapat menyebabkan kelainan dan bahkan dapat bersifat letal untuk makhluk hidup, terutama bakteri.[42] Sbg contoh pada manusia, radiasi dapat menyebabkan penyakit hati akut, katarak, hipertensi, dan bahkan kanker.[42] Akan tetapi, terdapat kumpulan bakteri tertentu yang mampu bertahan dari paparan radiasi yang sangat tinggi, bahkan ratusan kali semakin akbar dari daya tahan manusia tehadap radiasi, yaitu kumpulan Deinococcaceae. [43] Sbg perbandingan, manusia pada umumnya tak dapat bertahan pada paparan radiasi semakin dari 10 Gray (Gy, 1 Gy = 100 rad), sedangkan bakteri yang termasuk dalam kumpulan ini dapat bertahan sampai 5.000 Gy.[43][44]

Pada umumnya, paparan energi radiasi dapat menyebabkan mutasi gen dan putusnya rantai DNA.[45] Apabila terjadi pada intensitas yang tinggi, bakteri dapat mengalami kematian.[45] Deinococcus radiodurans memiliki kemampuan untuk bertahan terhadap mekanisme perusakan materi genetik tersebut melewati sistem adaptasi dan benarnya ronde perbaikan rantai DNA yang sangat efisien.[45]

Peranan

Bagian bagian yang terkait

Keanekaragaman bakteri dan jalur metabolismenya menyebabkan bakteri memiliki peranan yang akbar untuk bagian yang terkait.[5] Sbg contoh, bakteri saprofit menguraikan tumbuhan atau binatang yang telah mati dan sisa-sisa atau kotoran organisme.[5] Bakteri tersebut menguraikan protein, karbohidrat dan senyawa organik lain menjadi CO2, gas amoniak, dan senyawa-senyawa lain yang semakin sederhana.[5] Contoh bakteri saprofit diantaranya Proteus dan Clostridium.[5] Tak hanya memerankan sbg pengurai senyawa organik, beberapa kumpulan bakteri saprofit juga yaitu patogen oportunis.[5]

Pembuatan antibiotik menggunakan bakteri apa?

Frankia alni, salah satu bakteri pengikat N2 yang berasosiasi dengan tanaman membentuk bintil akar.

Kumpulan bakteri lainnya memerankan dalam siklus nitrogen, seperti bakteri nitrifikasi.[2] Bakteri nitrifikasi yaitu kumpulan bakteri yang mampu menyusun senyawa nitrat dari senyawa amonia yang pada umumnya berlanjut secara aerob di dalam tanah.[46] Kumpulan bakteri ini bersifat kemolitotrof.[46] Nitrifikasi terdiri atas dua tahap yaitu nitritasi (oksidasi amonia (NH4) menjadi nitrit (NO2-)) dan nitratasi (oksidasi senyawa nitrit menjadi nitrat (NO3)).[46] Dalam bagian pertanian, nitrifikasi sangat menguntungkan karena menghasilkan senyawa yang diperlukan oleh tanaman yaitu nitrat.[46] Setelah reaksi nitrifikasi berakhir, akan terjadi ronde dinitrifikasi yang dilakukan oleh bakteri denitrifikasi.[46] Denitrifikasi sendiri yaitu reduksi anaerobik senyawa nitrat menjadi nitrogen lepas (N2) yang semakin gampang diserap dan dimetabolisme oleh beragam makhluk hidup.[2] Contoh bakteri yang mampu memainkan metabolisme ini yaitu Pseudomonas stutzeri, Pseudomonas aeruginosa, and Paracoccus denitrificans.[47] Di samping itu, reaksi ini juga menghasilkan nitrogen dalam bangun lain, seperti dinitrogen oksida (N2O).[2] Senyawa tersebut tak hanya dapat memerankan penting untuk hidup beragam organisme, tetapi juga dapat memerankan dalam fenomena hujan asam dan rusaknya ozon.[2] Senyawa N2O akan dioksidasi menjadi senyawa NO dan kemudian bereaksi dengan ozon (O3) membentuk NO2- yang akan kembali ke bumi dalam bangun hujan asam (HNO2).[2]

Di bagian pertanian dikenal benarnya suatu kumpulan bakteri yang mampu bersimbiosis dengan akar tanaman atau hidup lepas di tanah untuk menolong penyuburan tanah.[5] Kumpulan bakteri ini dikenal dengan istilah bakteri pengikat nitrogen atau singkatnya bakteri nitrogen. Bakteri nitrogen yaitu kumpulan bakteri yang mampu mengikat nitrogen (terutaman N2) lepas di udara dan mereduksinya menjadi senyawa amonia (NH4) dan ion nitrat (NO3-) oleh bantuan enzim nitrogenase.[48][49] Kumpulan bakteri ini kebanyakan bersimbiosis dengan tanaman kacang-kacangan dan polong untuk membentuk suatu simbiosis mutualisme berupa nodul atau bintil akar untuk mengikat nitrogen lepas di udara yang pada umumnya tak dapat dipakai secara langsung oleh kebanyakan organisme.[49][2] Secara umum, kumpulan bakteri ini dikenal dengan istilah rhizobia, termasuk di dalamnya genus bakteri Rhizobium, Bradyrhizobium, Mesorhizobium, Photorhizobium, dan Sinorhizobium.[2] Contoh bakteri nitrogen yang hidup bersimbiosis dengan tanaman polong-polongan yaitu Rhizobium leguminosarum, yang hidup di akar membentuk nodul atau bintil-bintil akar.[2]

Bagian pangan

Terdapat beberapa kumpulan bakteri yang mampu memainkan ronde fermentasi dan hal ini telah banyak diterapkan pada pengolahan berbagi jenis makanan.[5] Bahan pangan yang telah difermentasi pada umumnya akan memiliki masa simpan yang semakin lama, juga dapat meningkatkan atau bahkan memberikan cita rasa baru dan unik pada makanan tersebut.[5] Beberapa makanan hasil fermentasi dan mikroorganisme yang berperan:

Beberapa spesies bakteri pengurai dan patogen dapat tumbuh di dalam makanan.[50] Kumpulan bakteri ini mampu memetabolisme beragam komponen di dalam makanan dan kemudian menghasilkan metabolit sampingan yang bersifat racun.[50] Clostridium botulinum, menghasilkan racun botulinin, seringkali terdapat pada makanan kalengan dan kini senyawa tersebut dipakai sbg bahan dasar botox.[50] Beberapa contoh bakteri perusak makanan:

Bagian kesehatan

Tak hanya di bagian bagian yang terkait dan pangan, bakteri juga dapat memberikan ruang lingkup dibidang kesehatan. Antibiotik yaitu zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme dan mempunyai daya hambat terhadap kegiatan mikroorganisme lain dan senyawa ini banyak dipakai dalam menyembuhkan suatu penyakit.[5] Beberapa bakteri yang menghasilkan antibiotik adalah:

  • Streptomyces griseus, menghasilkan antibiotik streptomycin[2]
  • Streptomyces aureofaciens, menghasilkan antibiotik tetracycline[2]
  • Streptomyces venezuelae, menghasilkan antibiotik chloramphenicol[2]
  • Penicillium, menghasilkan antibiotik penisilin[5]
  • Bacillus polymyxa, menghasilkan antibiotik polymixin.[5]

Terlepas dari peranannya dalam menghasilkan antibiotik, banyak jenis bakteri yang justru bersifat patogen.[53] Pada manusia, beberapa jenis bakteri yang sering kali menjadi kaki tangan penyebab penyakit yaitu Salmonella enterica subspesies I serovar Typhi yang menyebabkan penyakit tifus, Mycobacterium tuberculosis yang menyebabkan penyakit TBC, dan Clostridium tetani yang menyebabkan penyakit tetanus.[54][55] Bakteri patogen juga dapat menyerang binatang ternak, seperti Brucella abortus yang menyebabkan brucellosis pada sapi dan Bacillus anthracis yang menyebabkan antraks.[56] Untuk infeksi pada tanaman yang umum dikenal yaitu Xanthomonas oryzae yang menyerang pucuk batang padi dan Erwinia amylovora yang menyebabkan busuk pada buah-buahan.[57]

Dekomposisi

Pembuatan antibiotik menggunakan bakteri apa?

Dekomposisi buah persik setelah 6 hari.

Ronde degradasi jasad makhluk hidup dilakukan oleh banyak organisme, salah satunya yaitu bakteri. Beberapa jenis bakteri, terutama bakteri heterotrof, mampu mendegradasi senyawa organik dan memakainya untuk menunjang pertumbuhannya.[58] Ronde dekomposisi ini ditolong oleh beberapa jenis enzim untuk memecah makromolekul, seperti karbohidrat, protein, dan lemak, untuk dipecah menjadi senyawa yang semakin sederhana. Sbg contoh, enzim protease dipakai untuk memecah protein menjadi senyawa semakin sederhana, seperti asam amino.[58] Ronde dekomposisi ini juga memerankan dalam pengembalian unsur-unsur, terutama karbon dan nitrogen, ke dunia untuk masuk ke dalam siklus lagi.[59]

Dekomposisi jasad makhluk hidup dimulai oleh bakteri yang hidup di dalam tubuh manusia, dimulai dari jaringan-jaringan otot.[59] Ronde ini dipercepat saat tubuh telah dikuburkan. Reaksi pertama dalam dekomposisi ini yaitu hidrolisis protein oleh protease membentuk asam amino.[59] Selanjutnya, asam amino akan diubah menjadi asam asetat, gas hidrogen, gas nitrogen, dan karbon dioksida sehingga pH bagian yang terkait akan turun menjadi 4-5.[59] Reaksi ini dilakukan oleh bakteri acetogen. Pada tahap pengahabisan, semua senyawa tersebut diubah menjadi gas metana oleh metanogen.[59]

Pustaka

  1. ^ "Bacteria (eubacteria)". Taxonomy Browser. NCBI. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/Taxonomy/Browser/wwwtax.cgi?mode=Undef&id=2&lvl=3&lin=f&keep=1&srchmode=1&unlock. Diakses pada 2008-09-10.
  2. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z Madigan MT; Martinko JM, Dunlap PV, Clark DP (2009). Brock Biology of Microorganisms Twelfth Edition. 
  3. ^ Berg JM, Tymoczko JL Stryer L (2002). Molecular Cell Biology (5th ed.). WH Freeman. ISBN 0-7167-4955-6. 
  4. ^ Berg JM, Tymoczko JL Stryer L (2002). Molecular Cell Biology (5th ed.). WH Freeman. ISBN 0-7167-4955-6. 
  5. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s Todar K. 2008. Online Textbook of Bacteriology. http://www.textbookofbacteriology.net/index.html [diakses pada 21 Juni 2011].
  6. ^ Anesti V, McDonald IR, Ramaswamy M, Wade WG, Kelly DP, Wood AP. 2005. Isolation and molecular detection of methylotrophic bacteria occurring in the human mouth. Environ Microbiol 7(8):1227-38.
  7. ^ Gallego V, Garcia MT, Ventosa A. 2005.Methylobacteriumvariabile sp. nov., a methylotrophic bacterium isolated froman aquatic environment. Int J Syst Evol Microbiol 55:1429-33.
  8. ^ Pasamba EM, Demigillo RM, Lee AC. 2007. Antibiograms of pink pigmented facultative methylotrophic bacterial isolates fromvarious sources. Philipp Scient 44:47-56.
  9. ^ Sorokin DY, Trotsenko YA, Doronina NV, Tourova TP, Galinski EA, Kolganova TV, Muyzer G. 2005. Methylohalomonas lacus gen. nov., sp. nov.and Methylonatrum kenyense gen. nov., sp. nov., methylotrophic gamma proteobacteria fromhypersaline lakes. Int J Syst Evol Microbiol 57: 2762–69.
  10. ^ Gray ND dan Head IM (2005). Microorganisms and Earth Systems; Advances in Geomicrobiology. ISBN 0-521-86222-1. 
  11. ^ Koch A (2003). "Bacterial wall as target for attack: past, present, and future research". Clin Microbiol Rev 16 (4): 673–87. doi:10.1128/CMR.16.4.673-687.2003. PMC 207114. PMID 14557293. 
  12. ^ Bardy SL, Ng SY, Jarrell KF (February 2003). "Prokaryotic motility structures". Microbiology (Reading, Engl.) 149 (Pt 2): 295–304. doi:10.1099/mic.0.25948-0. PMID 12624192. 
  13. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac Madigan MT; Martinko JM, Dunlap PV, Clark DP (2009). Brock Biology of Microorganisms Twelfth Edition. 
  14. ^ a b Welkos S, Little S, Friedlander A, Fritz D, Fellows P. 2001. The role of antibodies to Bacillus anthracis and anthrax toxin components in inhibiting the early stages of infection by anthrax spores. Microbiol 147(6):1677-85.
  15. ^ Cole ST, et al.1998. Deciphering the biology of Mycobacterium tuberculosis from the complete genome sequence. Nat 393:537-544. doi:10.1038/31159
  16. ^ a b c d e f g h Davidson MW. 2009. Bacteria Cell Structure. http://micro.magnet.fsu.edu/cells/bacteriacell.html. Diakses pada 22 Juni 2011.
  17. ^ a b Carl. The Bacteria Cell. http://www.lanesville.k12.in.us/lcsyellowpages/tickit/carl/bacteria.html. Diakses pada 22 Juni 2011.
  18. ^ a b Margosch D, Ehrmann MA, Buckow R, Heinz V, Vogel RF, Ganzle MG. 2006. High-Pressure-Mediated Survival of Clostridium botulinum and Bacillus amyloliquefaciens Endospores at High Temperature. Appl Environ Microbiol 72(5):3476-81. doi:10.1128/AEM.72.5.3476-3481.2006
  19. ^ a b c Wellmeyer B. 2009. Bacterial Morphology. http://nhscience.lonestar.edu/biol/wellmeyer/bacteria/bacmorph.htm. Diakses pada 22 Juni 2011.
  20. ^ a b c d e Kaiser GE. 2006. The Prokaryotic Cell: Bacteria. http://faculty.ccbcmd.edu/courses/bio141/lecguide/unit1/shape/shape.html. Diakses pada 22 Juni 2011.
  21. ^ a b c d e f g h i Heritage J. 2006. Medical Microbiology - A Brief Introduction. Diakses pada 22 Juni 2011.
  22. ^ a b c d e f Rollins DM, Joseph SW. 2004. Arrangement of Bacterial Flagella. Diakses pada 22 Juni 2011.
  23. ^ Wenner M. 2007. Humans Carry More Bacterial Cells than Human Ones. http://www.scientificamerican.com/article.cfm?id=strange-but-true-humans-carry-more-bacterial-cells-than-human-ones. Diakses pada 22 Juni 2011.
  24. ^ a b Science Daily. 2008. Humans Have Ten Times More Bacteria Than Human Cells: How Do Microbial Communities Affect Human Health?. http://www.sciencedaily.com/releases/2008/06/080603085914.htm. Diakses pada 22 Juni 2011.
  25. ^ Heilig HGHJ. Zoetendal EG, Vaughan EE, Marteau P, Akkermans ADL, de Vos WM. 2001. Molecular Diversity of Lactobacillus spp. and Other Lactic Acid Bacteria in the Human Intestine as Determined by Specific Amplification of 16S Ribosomal DNA. Appl Environ Microbiol 68(1):114-123. DOI: 10.1128/AEM.68.1.114-123.2002
  26. ^ Rafter JJ. 1995. The role of lactic acid bacteria in colon cancer prevention. Scandinavian Journal of Gastroenterology 30(6):497-502.
  27. ^ Hanson RS, Hanson TE. 1996. Methanotrophic bacteria. Microbiol Rev 60:439-471.
  28. ^ Lengeler JW, DrewsGerhart, Schlegel HG. 1999. Biology of the Prokaryotes. Stuttgart: Blackwell Science.
  29. ^ Trotsenko YA, Doronina NV, Govorukhina NI. 1985. Metabolism of non-motile obligately methylotrophic bacteria. FEMS Microbiol Letters 33:293-297.
  30. ^ Anesti V, McDonald IR, Ramaswamy M, Wade WG, Kelly DP, Wood AP. 2005. Isolation and molecular detection of methylotrophic bacteria occurring in the human mouth. Environ Microbiol 7(8):1227-38.
  31. ^ Liu Q, Kirchhoff JR, Faehnle CR, Viola RE, Hudson RA. 2005. A rapid method for the purification of methanol dehydrogenase from Methylobacterium extorquens. Prot Exp Pur 46:316-320.
  32. ^ Wassenaar TM. 2009. Extremophiles. http://www.bacteriamuseum.org/cms/Evolution/extremophiles.html. Diakses pada 22 Juni 2011.
  33. ^ Cavicchioli R, Siddiqui KS, Andrews D, Sowers K. 2002. Low-temperature extremophiles and their applications. Current Opinion Biotechnol 13(3)253-261. doi:10.1016/S0958-1669(02)00317-8.
  34. ^ NIehaus F, Bertoldo, Kahler M, Antranikian G. 1999. Extremophiles as a source of novel enzymes for industrial application. Appl Microbiol Biotechnol 51(6)711-729. DOI: 10.1007/s002530051456
  35. ^ a b Tribelli PM, Lopez NI. 2011. Poly(3-hydroxybutyrate) influences biofilm formation and motility in the novel Antarctic species Pseudomonas extremaustralis under cold conditions. Extremophiles. DOI: 10.1007/s00792-011-0384-1.
  36. ^ a b Cohen Krausz S, Trachtenberg S. 2002. The Structure of the Archeabacterial Flagellar Filament of the Extreme Halophile Halobacterium salinarum R1M1 and Its Relation to Eubacterial Flagellar Filaments and Type IV Pili. J Mol Biol 321(3):383-395.
  37. ^ Valera FR, Berraquero FR, Cormenzana AR. 1979. Isolation of Extreme Halophiles from Seawater. Appl Environ Microbiol 38(1):164-165.
  38. ^ "Bakteri Hidup Tinggi di Awan Badai". http://jurnal.kesimpulan.com/2013/01/bakteri-hidup-tinggi-di-awan-badai.html. Diakses pada 29 Januari 2013.
  39. ^ a b c d Nikiyan H, Vasilchencko A, Deryabin D. 2010. Humidity-Dependent Bacterial Cells Functional Morphometry Investigations Using Atomic Force Microscope. Int J Microbiol. Vol 2010. doi:10.1155/2010/704170.
  40. ^ Maier RM, Pepper IL, Gerba CP (2009). Environmental Microbiology, 2nd Edition. ISBN 978-0-12-370519-8. 
  41. ^ a b c d Caldwell A. 2011. The Effects of Ultraviolet Light on Bacterial Growth. http://www.ehow.com/facts_5871403_effects-ultraviolet-light-bacterial-growth.html. Diakses pada 24 Juni 2011.
  42. ^ a b Shrieve DC, Loeffler JS. 2010. Human Radiation Injury. Halaman 105. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. ISBN 978-1-60547-011-5
  43. ^ a b Mattimore V, Battista JR. 1995. Radioresistance of Deinococcus radiodurans: Functions Necessary To Survive Ionizing Radiation Are Also Necessary To Survive Prolonged Desiccation. J Bacteriol 178(3): 633-637.
  44. ^ Madigan MT; Martinko JM, Dunlap PV, Clark DP (2009). Brock Biology of Microorganisms Twelfth Edition. pp. 480–481. 
  45. ^ a b c Battista JR, Cox MM. 2005. Deinococcus radiodurans — the consummate survivor. Nat Rev Microbiol 3:882-892. doi:10.1038/nrmicro1264
  46. ^ a b c d e Madigan MT; Martinko JM, Dunlap PV, Clark DP (2009). Brock Biology of Microorganisms Twelfth Edition. pp. 403–404. 
  47. ^ Carlson CA, Ingraham JL. 1983. Comparison of denitrification by Pseudomonas stutzeri, Pseudomonas aeruginosa, and Paracoccus denitrificans. Appl Environ Microbiol 45(4):1247–1253.
  48. ^ Nitrogen Fixing Bacteria. 2011. Diakses pada 26 Juli 2011.
  49. ^ a b Deacon J. The Microbial World: The Nitrogen cycle and Nitrogen fixation Diakases pada 26 Juli 2011.
  50. ^ a b c Marler B. 2010. Clostridium Botulinum (Botulism). http://www.foodborneillness.com/botulism_food_poisoning/. Diakses pada 24 Juni 2011.
  51. ^ Welling W, Cohen JA, Berends W. 1960. Disturbance of oxidative phosphorylation by an antibioticum produced by pseudomonas cocovenenans. Biochem Pharmacol 3(2):122-135. doi:10.1016/0006-2952(60)90028-9.
  52. ^ Bacterial Fermentation. Diakses pada 24 Juni 2011.
  53. ^ Parry CM, Hien TT, Dougan G, White NJ, Farrar JJ. 2002. Typhoid fever. N Engl J Med 347:1770–1782.
  54. ^ Parry CM, Hien TT, Dougan G, White NJ, Farrar JJ. 2002. Typhoid fever. N Engl J Med 347:1770–1782.
  55. ^ Medie FM, Salahi IB, Drancourt M, Henrissat B. 2010. Paradoxical conservation of a set of three cellulose-targeting genes in Mycobacterium tuberculosis complex organisms. Microbiol 156:1468-1475. doi: 10.1099/mic.0.037812-0.
  56. ^ Rodriguez MC, Froger A, Rolland JP, Thomas D, Aguerol J, Delamarche C, Garcia-Lobo JM. A functional water channel protein in the pathogenic bacterium Brucella abortus. Microbiol 146(12):3251-3257. doi: 3251-3257.
  57. ^ Feng JX, Song ZZ, Duan CJ, Zhao S, Wu YQ, Wang C, Dow JM, Tang JL. 2009. The xrvA gene of Xanthomonas oryzae pv. oryzae, encoding an H-NS-like protein, regulates virulence in rice. Microbiol 155(9):3033-44.
  58. ^ a b Decomposition by bacteria. Diakses pada 24 Juni 2011.
  59. ^ a b c d e Decomposition of Organic Matter. Diakses pada 24 Juni 2011.

Pranala luar

  • Alcamo IE (2001). Fundamentals of microbiology. Boston: Jones and Bartlett. ISBN 0-7637-1067-9. 
  • Atlas RM (1995). Principles of microbiology. St. Louis: Mosby. ISBN 0-8016-7790-4. 
  • Martinko JM, Madigan MT (2005). Brock Biology of Microorganisms (11th ed. ed.). Englewood Cliffs, N.J: Prentice Hall. ISBN 0-13-144329-1. 
  • Holt JC, Bergey DH (1994). Bergey's manual of determinative bacteriology (9th ed. ed.). Baltimore: Williams & Wilkins. ISBN 0-683-00603-7. 
  • Hugenholtz P, Goebel BM, Pace NR (1998). "Impact of culture-independent studies on the emerging phylogenetic view of bacterial diversity". J Bacteriol 180 (18): 4765–74. PMID 9733676. 
  • Funke BR, Tortora GJ, Case CL (2004). Microbiology: an introduction (8th ed, ed.). San Francisco: Benjamin Cummings. ISBN 0-8053-7614-3. 
  • Bacterial Nomenclature Up-To-Date from DSMZ
  • The largest bacteria
  • Tree of Life: Eubacteria
  • Videos of bacteria swimming and tumbling, use of optical tweezers and other videos.
  • Planet of the Bacteria by Stephen Jay Gould
  • On-line text book on bacteriology
  • Animated guide to bacterial cell structure.

edunitas.com


Page 2

Bakteri
Pembuatan antibiotik menggunakan bakteri apa?

Escherichia coli, salah satu bakteri berwujud batang

Klasifikasi ilmiah
Fila/Divisio[1]

ActinobacteriaFirmicutae

Tenericutae (tanpa dinding)

AquificaeBacteroidetae/ChlorobiaChlamydiae/VerrucomicrobiaDeinococcus-ThermusFusobacteriaGemmatimonadetaeNitrospiraeProteobacteriaSpirochaetaeSynergistaeAcidobacteriaChloroflexiaeChrysiogenetae

Cyanobacteria

DeferribacteraeDictyoglomiFibrobacteriaPlanctomycotaThermodesulfobacteria

Thermotogae

Bakteri (dari kata Latin bacterium; jamak: bacteria) yaitu kumpulan organisme yang tak memiliki membran inti sel.[2] Organisme ini termasuk ke dalam domain prokariota dan berukuran sangat kecil (mikroskopik), serta memiliki peran besar dalam kehidupan di bumi.[2] Beberapa kumpulan bakteri dikenal sbg kaki tangan penyebab infeksi dan penyakit, sedangkan kumpulan lainnya mampu memberikan ruang lingkup dibidang pangan, pengobatan, dan industri.[3] Susunan sel bakteri relatif sederhana: tanpa nukleus/inti sel, kerangka sel, dan organel-organel lain seperti mitokondria dan kloroplas.[4] Hal inilah yang menjadi dasar perbedaan sela sel prokariot dengan sel eukariot yang semakin kompleks.[5]

Bakteri mampu ditemukan di nyaris seluruh tempat: di tanah, air, udara, dalam simbiosis dengan organisme lain maupun sbg kaki tangan parasit (patogen), bahkan dalam tubuh manusia.[6][7][8][9] Pada umumnya, bakteri berukuran 0,5-5 μm, tetapi benar bakteri tertentu yang mampu berdiameter sampai 700 μm, yaitu Thiomargarita.[10] Mereka umumnya memiliki dinding sel, seperti sel tumbuhan dan jamur, tetapi dengan bahan pembentuk sangat berlainan (peptidoglikan).[11] Beberapa jenis bakteri bersifat motil (mampu bergerak) dan mobilitasnya ini disebabkan oleh flagel.[12]

Sejarah

Pembuatan antibiotik menggunakan bakteri apa?

Model mikroskop awal yang dirancang oleh Robert Hooke; dimuat dalam Micrographia.

Bakteri yaitu organisme mikroskopik.[13] Hal ini menyebabkan organisme ini sangat sulit untuk dideteksi, terutama sebelum ditemukannya mikroskop.[13] Barulah setelah masa zaman ke-19 ilmu tentang mikroorganisme, terutama bakteri (bakteriologi), mulai mengembang.[13] Seiring dengan perkembangan ilmu ilmu, beragam hal tentang bakteri telah sukses ditelaah.[13] Akan tetapi, perkembangan tersebut tak terlepas dari peranan beragam tokoh penting seperti Robert Hooke, Antoni van Leeuwenhoek, Ferdinand Cohn, dan Robert Koch.[13] Istilah bacterium dikenalkan di kemudian hari oleh Ehrenberg pada tahun 1828, diambil dari kata Yunani βακτηριον (bakterion) yang memiliki guna "batang-batang kecil".[13] Ilmu tentang bakteri mengembang setelah serangkaian percobaan yang dilakukan oleh Louis Pasteur, yang melahirkan cabang ilmu mikrobiologi.[13] Bakteriologi yaitu cabang mikrobiologi yang mempelajari biologi bakteri.[5]

Robert Hooke (1635-1703), seorang berbakat matematika dan sejarahwan warga negara Inggris, menulis suatu buku yang berjudul Micrographia pada tahun 1665 yang mengandung hasil pengamatan yang dilakukan dengan memakai mikroskop sederhana.[13]Akan tetapi, Robert Hooke sedang belum mampu menumukan susunan bakteri.[13] Dalam bukunya tersebut, tergambar hasil penemuannya mengenai tubuh buah kapang.[13] Walau demikian, buku inilah yang menjadi sumber deskripsi awal dari mikroorganisme.[13]

Antoni van Leeuwenhoek (1632—1723) hidup di era yang sama dengan Robert Hooke di mana pengamatan dengan mikroskop sedang sangat sederhana.[13] Terinspirasi dari kerja Robert Hooke, beliau membuat mikroskop rancangannya sendiri dengan sangat patut untuk mengamati makhluk mikroskopik ini pada beragam media alami pada tahun 1684.[13] Antoni van Leeuwenhoek sukses menemukan bakteri untuk pertama kalinya di dunia pada tahun 1676.[13] Hasil temuannya dikirimkan ke Royal Society of London yang kemudian dipublikasikan pada tahun 1684.[13] Penemuan ini segera mendapat banyak konfirmasi dari ilmuwan lainnya.[13] Sejak kala itulah, tak hanya ilmu tentang bakteri tetapi juga mikroorganisme pada umumnya pun mulai mengembang.[13]

Ferdinand Cohn (1828-1898) yaitu seorang botanis warga negara Breslau (sekarang Polandia).[13] Hasil penemuannya banyak berkisar tentang bakteri yang resisten terhadap panas.[13] Ketertarikannya pada kumpulan bakteri ini mengarahkannya pada penemuan kumpulan bakteri penghasil endospora yang resisten terhadap suhu tinggi.[13] Ferdinand Cohn juga sukses menjelaskan siklus hidup bakteri Bacillus yang sekaligus menjelaskan mengapa bakteri ini bersifat tahan panas.[13] Selanjutnya, beliau juga membuat dasar klasifikasi bakteri sederhana dan mengembangkan beberapa cara untuk mencegah kontaminasi pada kultur bakteri, seperti penggunaan kapas sbg penutup pada labu takar, erlenmeyer, dan tabung reaksi. Cara ini kemudian dipakai oleh ilmuwan lain, Robert Koch.[13]

Robert Koch (1843-1910), seorang berbakat fisika warga negara Jerman, banyak memperagakan penelitian mengenai penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri.[13] Ilmuwan pada awalnya mempelajari penyakit antraks yang banyak menyerang binatang ternak.[14] Penyakit ini disebabkan oleh Bacillus anthracis, salah satu bakteri penghasil endospora.[14] Robert Koch juga yaitu orang pertama yang sukses memperoleh isolat murni Mycobacterium tuberculosis, bakteri penyebab penyakit tuberkulosis.[13][15] Berdasarkan dua penelitian mengenai penyakit ini, Robert Koch sukses membuat Postulat Koch, suatu teori mengenai mikroorganisme spesifik untuk penyakit yang spesfik.[13] Dia juga sukses menemukan cara untuk memperoleh isolat murni dari bakteri.[13] Penemuan lainnya yaitu penggunaan media kultur padat untuk menumbuhkan bakteri di luat habitat aslinya.[13] Pada awalnya beliau memakai potongan kentang dan kemudian dikembangkan dengan memakai nutrien gelatin.[13] Penggunaan nutrien gelatin sedang memiliki banyak kekurangan yang pada kemudiannya penggunaanya dialihkan dengan supaya (sejenis polisakarida) yang digagas oleh istri Walter Hesse yang juga memperagakan pekerjaan bersama Robert Koch.[13]

Susunan sel

Pembuatan antibiotik menggunakan bakteri apa?

Susunan sel bakteri

Seperti prokariot (organisme yang tak memiliki membran inti) pada umumnya, seluruh bakteri memiliki susunan sel yang relatif sederhana.[16] Sehubungan dengan ketiadaan membran inti, meteri genetik (DNA dan RNA) bakteri melayang-layang di kawasan sitoplasma yang bernama nukleoid.[16] Salah satu susunan bakteri yang penting yaitu dinding sel.[17] Bakteri mampu diklasifikasikan dalam dua kumpulan besar berdasarkan susunan dinding selnya, yaitu bakteri gram negatif dan bakteri gram positif.[16] Bakteri gram positif memiliki dinding sel yang tersusun dari lapisan peptidoglikan (sejenis molekul polisakarida) yang tebal dan asam teikoat, sedangkan bakteri gram negatif memiliki lapisan peptidoglikan yang semakin tipis dan mempunyai susunan lipopolisakarida yang tebal.[16][5] Cara yang dipakai untuk membedakan kedua jenis kumpulan bakteri ini dikembangkan oleh ilmuwan Denmark, Hans Christian Gram pada tahun 1884.[16]

Banyak bakteri memiliki susunan di luar sel lainnya seperti flagel dan fimbria yang dipakai untuk memperagakan usaha, melekat dan konjugasi.[17] Beberapa bakteri juga memiliki kapsul yang beperan dalam melindungi sel bakteri dari kekeringan dan fagositosis.[16] Susunan kapsul inilah yang sering kali menjadi faktor virulensi penyebab penyakit, seperti yang ditemukan pada Escherichia coli dan Streptococcus pneumoniae.[16] Bakteri juga memiliki kromosom, ribosom, dan beberapa spesies lainnya memiliki granula makanan, vakuola gas, dan magnetosom.[16] Beberapa bakteri mampu membentuk diri menjadi endospora yang membuat mereka mampu bertahan hidup pada bagian yang terkait ekstrim.[18] Clostridium botulinum yaitu salah satu contoh bakteri penghasil endospora yang sangat tahan suhu dan tekanan tinggi, dimana bakteri ini juga termasuk golongan bakteri pengebab keracunan pada makanan kaleng.[18]

Morfologi bakteri

Pembuatan antibiotik menggunakan bakteri apa?

Beragam wujud tubuh bakteri

Berdasarkan wujudnya, bakteri dibagi menjadi tiga golongan besar, yaitu:

  • Kokus (Coccus) yaitu bakteri yang berwujud bulat seperti bola dan mempunyai beberapa variasi sbg berikut:[19][20]
    • Mikrococcus, bila kecil dan tunggal
    • Diplococcus, jka berganda dua-dua
    • Tetracoccus, bila bergandengan empat dan membentuk bujur sangkar
    • Sarcina, bila bergerombol membentuk kubus
    • Staphylococcus, bila bergerombol
    • Streptococcus, bila bergandengan membentuk rantai
  • Basil (Bacillus) yaitu kumpulan bakteri yang berwujud batang atau silinder, dan mempunyai variasi sbg berikut:[19][20]
    • Diplobacillus, bila bergandengan dua-dua
    • Streptobacillus, bila bergandengan membentuk rantai
  • Spiral (Spirilum) yaitu bakteri yang berwujud lengkung dan mempunyai variasi sbg berikut:[19][20]
    • Vibrio, (bentuk koma), bila lengkung kurang dari setengah lingkaran (bentuk koma)
    • Spiral, bila lengkung semakin dari setengah lingkaran
    • Spirochete, bila lengkung membentuk susunan yang fleksibel.[20]

Wujud tubuh/morfologi bakteri dipengaruhi oleh adanya bagian yang terkait, medium, dan usia. Walaupun secara morfologi berbeda-beda, bakteri tetap yaitu sel tunggal yang mampu hidup dapat berdiri sendiri bahkan kala terpisah dari koloninya.[20]

Alat gerak

Pembuatan antibiotik menggunakan bakteri apa?

Gambar alat gerak bakteri: A-Monotrik; B-Lofotrik; C-Amfitrik; D-Peritrik;

Banyak spesies bakteri yang memperagakan usaha memakai flagel.[21] Bakteri yang tak memiliki alat gerak kebanyakan hanya mengikuti pergerakan media pertumbuhannya atau bagian yang terkait tempat bakteri tersebut benar.[21] Sama seperti susunan kapsul, flagel juga mampu menjadi kaki tangan penyebab penyakit pada beberapa spesies bakteri.[21] Berdasarkan tempat dan banyak flagel yang dimiliki, bakteri dibagi menjadi lima golongan, yaitu:[22][21]

  • Atrik, tak mempunyai flagel.[22][21]
  • Monotrik, mempunyai satu flagel pada salah satu ujungnya.[22][21]
  • Lofotrik, mempunyai sebanyak flagel pada salah satu ujungnya.[22][21]
  • Amfitrik, mempunyai satu flagel pada kedua ujungnya.[22][21]
  • Peritrik, mempunyai flagel pada seluruh permukaan tubuhnya.[22][21]

Habitat

Bakteri yaitu mikroorganisme ubikuotus, yang berfaedah melimpah dan banyak ditemukan di nyaris seluruh tempat.[2] Habitatnya sangat beragam; bagian yang terkait perairan, tanah, udara, permukaan daun, dan bahkan mampu ditemukan di dalam organisme hidup.[2] Dianggarkan total banyak sel mikroorganisme yang mendiami muka bumi ini yaitu 5x1030.[2] Bakteri mampu ditemukan di dalam tubuh manusia, terutama di dalam arus pencernaan yang banyak selnya 10 kali lipat banyakan dari banyak total sel tubuh manusia. [23] Oleh karena itu, kolonisasi bakteri sangatlah mempengaruhi kondisi tubuh manusia.[24]

Pembuatan antibiotik menggunakan bakteri apa?

Thermus aquatiqus, bakteri termofilik yang banyak diaplikasikan dalam bioteknologi.

Terdapat beragam jenis bakteri yang mampu menghabitasi kawasan arus pencernaan manusia, terutama pada usus besar, diantaranya yaitu bakteri asam laktat dan kumpulan enterobacter .[5] Contoh bakteri yang biasa ditemukan yaitu Lactobacillus acidophilus.[5][25] Di samping itu, terdapat pula kumpulan bakteri lain, yaitu probiotik, yang bersifat menguntungkan karena mampu menunjang kesehatan dan bahkan mampu mencegah terbentuknya kanker usus besar.[26] Selain di dalam arus pencernaan, bakteri juga mampu ditemukan di permukaan kulit, mata, mulut, dan kaki manusia.[24] Di dalam mulut dan kaki manusia terdapat kumpulan bakteri yang dikenal dengan nama metilotrof, yaitu kumpulan bakteri yang mampu memakai senyawa karbon tunggal untuk menyokong pertumbuhannya.[27][28][29] Di dalam rongga mulut, bakteri ini memakai senyawa dimetil sulfida yang memerankan dalam menyebabkan bau pada mulut manusia.[30][31]

Beberapa kumpulan mikroorganisme ini mampu hidup di bagian yang terkait yang tak memungkinkan organisme lain untuk hidup.[32] Kondisi bagian yang terkait yang ekstrim ini menuntut benarnya toleransi, mekanisme metabolisme, dan daya tahan sel yang unik.[2][33][34] Sbg contoh, Thermus aquatiqus yaitu salah satu jenis bakteri yang hidup pada sumber air panas dengan kisaran suhu 60-80 oC.[2] Tak hanya di bagian yang terkait bersuhu tinggi, bakteri juga mampu ditemukan pada bagian yang terkait dengan suhu yang sangat dingin.[35] Pseudomonas extremaustralis ditemukan pada Antartika dengan suhu di bawah 0 oC.[35] Di samping pengaruh ekstrim temperatur, bakteri juga mampu hidup pada beragam bagian yang terkait lain yang nyaris tak memungkinkan benarnya kehidupan (lingkungan steril).[36] Halobacterium salinarum dan Halococcus sp. yaitu contoh dari bakteri yang mampu hidup pada kondisi garam (NaCl) yang sangat tinggi (15-30%).[36][37] Tedapat pula beberapa jenis bakteri yang mampu hidup pada kadar gula tinggi (kelompok osmofil), kadar air rendah (kelompok xerofil), derajat keasaman pH sangat tinggi, dan rendah.[2]

Beberapa komunitas bakteri mampu bertahan hidup di dalam awan dengan ketingian sampai 10 kilometer. Suatu tim peneliti memakai pesawat tua DC-8 yang dimodifikasi sbg laboratorium terbang sukses menggambil sampel sebanyak bakteri di awan dalam kondisi badai. Bakteri yang hidup dalam nukleasi es terbawa badai dan bertahan dalam ionisasi awan.[38]

Pengaruh bagian yang terkait terhadap bakteri

Kondisi bagian yang terkait yang mendukung mampu memacu pertumbuhan dan reproduksi bakteri.[39] Faktor-faktor bagian yang terkait yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan reproduksi bakteri yaitu suhu, kelembapan, dan cahaya.[39] Secara umum, terdapat beberapa alat yang mampu dipakai untuk memperagakan pengamatan sel bakteri terhadap beragam parameter tersebut, seperti mikroskop optikal, mikroskop elektron, dan atomic force microscope (AFM).[39]

Suhu

Suhu memerankan penting dalam mengatur jalannya reaksi metabolisme untuk seluruh makhluk hidup.[2] Khususnya untuk bakteri, suhu bagian yang terkait yang benar semakin tinggi dari suhu yang mampu ditoleransi akan menyebabkan denaturasi protein dan komponen sel esensial lainnya sehingga sel akan mati.[2] Demikian pula bila suhu bagian yang terkaitnya benar di bawah batas toleransi, membran sitoplasma tak akan berwujud cair sehingga transportasi nutrisi akan terhambat dan ronde kehidupan sel akan terhenti.[2] Berdasarkan kisaran suhu kegiatannya, bakteri dibagi menjadi 4 golongan:

  • Bakteri psikrofil, yaitu bakteri yang hidup pada kawasan suhu sela 0°– 30 °C, dengan suhu optimum 15 °C.
  • Bakteri mesofil, yaitu bakteri yang hidup di kawasan suhu sela 15° – 55 °C, dengan suhu optimum 25° – 40 °C.
  • Bakteri termofil, yaitu bakteri yang mampu hidup di kawasan suhu tinggi sela 40° – 75 °C, dengan suhu optimum 50 - 65 °C
  • Bakteri hipertermofil, yaitu bakteri yang hidup pada kisaran suhu 65 - 114 °C, dengan suhu optimum 88 °C.[2]

Kelembaban relatif

Pada umumnya bakteri membutuhkan kelembaban relatif (relative humidity, RH) yang cukup tinggi, anggaran 85%.[2] Kelembaban relatif mampu diartikan sbg kandungan air yang terdapat di udara.[2] Pengurangan kadar air dari protoplasma menyebabkan kegiatan metabolisme terhenti, misalnya pada ronde pembekuan dan pengeringan.[2] Sbg contoh, bakteri Escherichia coli akan merasakan penurunan daya tahan dan elastisitas dinding selnya kala RH bagian yang terkait kurang dari 84%.[39] Bakteri gram positif cenderung hidup pada kelembaban udara yang semakin tinggi dibandingkan dengan bakteri gram negatif terkait dengan perubahan susunan membran selnya yang mengandung lipid bilayer.[40]

Cahaya

Cahaya yaitu salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri.[41] Secara umum, bakteri dan mikroorganisme lainnya mampu hidup dengan patut pada paparan cahaya normal.[41] Akan tetapi, paparan cahaya dengan intensitas sinar ultraviolet (UV) tinggi mampu mempunyai dampak fatal untuk pertumbuhan bakteri.[41] Teknik penggunaan sinar UV, sinar x, dan sinar gamma untuk mensterilkan suatu bagian yang terkait dari bakteri dan mikroorganisme lainnya dikenal dengan teknik iradiasi yang mulai mengembang sejak awal masa zaman ke-20.[41][5]. Cara ini telah diaplikasikan secara luas untuk beragam kebutuhan, terutama pada sterilisasi makanan untuk meningkatkan masa simpan dan daya tahan.[5] Beberapa contoh bakteri patogen yang mampu dihambat ataupun dihilangkan diantaranya Escherichia coli 0157:H7 and Salmonella.[5]

Radiasi

Radiasi pada daya tertentu mampu menyebabkan kelainan dan bahkan mampu bersifat letal untuk makhluk hidup, terutama bakteri.[42] Sbg contoh pada manusia, radiasi mampu menyebabkan penyakit hati akut, katarak, hipertensi, dan bahkan kanker.[42] Akan tetapi, terdapat kumpulan bakteri tertentu yang mampu bertahan dari paparan radiasi yang sangat tinggi, bahkan ratusan kali semakin besar dari daya tahan manusia tehadap radiasi, yaitu kumpulan Deinococcaceae. [43] Sbg perbandingan, manusia pada umumnya tak mampu bertahan pada paparan radiasi semakin dari 10 Gray (Gy, 1 Gy = 100 rad), sedangkan bakteri yang termasuk dalam kumpulan ini mampu bertahan sampai 5.000 Gy.[43][44]

Pada umumnya, paparan energi radiasi mampu menyebabkan mutasi gen dan putusnya rantai DNA.[45] Apabila terjadi pada intensitas yang tinggi, bakteri mampu merasakan kematian.[45] Deinococcus radiodurans memiliki kemampuan untuk bertahan terhadap mekanisme perusakan materi genetik tersebut melewati sistem adaptasi dan benarnya ronde perbaikan rantai DNA yang sangat efisien.[45]

Peranan

Bagian bagian yang terkait

Keanekaragaman bakteri dan jalur metabolismenya menyebabkan bakteri memiliki peranan yang besar untuk bagian yang terkait.[5] Sbg contoh, bakteri saprofit menguraikan tumbuhan atau binatang yang telah mati dan sisa-sisa atau kotoran organisme.[5] Bakteri tersebut menguraikan protein, karbohidrat dan senyawa organik lain menjadi CO2, gas amoniak, dan senyawa-senyawa lain yang semakin sederhana.[5] Contoh bakteri saprofit diantaranya Proteus dan Clostridium.[5] Tak hanya memerankan sbg pengurai senyawa organik, beberapa kumpulan bakteri saprofit juga yaitu patogen oportunis.[5]

Pembuatan antibiotik menggunakan bakteri apa?

Frankia alni, salah satu bakteri pengikat N2 yang berasosiasi dengan tanaman membentuk bintil akar.

Kumpulan bakteri lainnya memerankan dalam siklus nitrogen, seperti bakteri nitrifikasi.[2] Bakteri nitrifikasi yaitu kumpulan bakteri yang mampu menyusun senyawa nitrat dari senyawa amonia yang pada umumnya berlanjut secara aerob di dalam tanah.[46] Kumpulan bakteri ini bersifat kemolitotrof.[46] Nitrifikasi terdiri atas dua tahap yaitu nitritasi (oksidasi amonia (NH4) menjadi nitrit (NO2-)) dan nitratasi (oksidasi senyawa nitrit menjadi nitrat (NO3)).[46] Dalam bagian pertanian, nitrifikasi sangat menguntungkan karena menghasilkan senyawa yang diperlukan oleh tanaman yaitu nitrat.[46] Setelah reaksi nitrifikasi berakhir, akan terjadi ronde dinitrifikasi yang dilakukan oleh bakteri denitrifikasi.[46] Denitrifikasi sendiri yaitu reduksi anaerobik senyawa nitrat menjadi nitrogen lepas (N2) yang semakin gampang diserap dan dimetabolisme oleh beragam makhluk hidup.[2] Contoh bakteri yang mampu memperagakan metabolisme ini yaitu Pseudomonas stutzeri, Pseudomonas aeruginosa, and Paracoccus denitrificans.[47] Di samping itu, reaksi ini juga menghasilkan nitrogen dalam wujud lain, seperti dinitrogen oksida (N2O).[2] Senyawa tersebut tak hanya mampu memerankan penting untuk hidup beragam organisme, tetapi juga mampu memerankan dalam fenomena hujan asam dan rusaknya ozon.[2] Senyawa N2O akan dioksidasi menjadi senyawa NO dan kemudian bereaksi dengan ozon (O3) membentuk NO2- yang akan kembali ke bumi dalam wujud hujan asam (HNO2).[2]

Di bagian pertanian dikenal benarnya suatu kumpulan bakteri yang mampu bersimbiosis dengan akar tanaman atau hidup lepas di tanah untuk menolong penyuburan tanah.[5] Kumpulan bakteri ini dikenal dengan istilah bakteri pengikat nitrogen atau singkatnya bakteri nitrogen. Bakteri nitrogen yaitu kumpulan bakteri yang mampu mengikat nitrogen (terutaman N2) lepas di udara dan mereduksinya menjadi senyawa amonia (NH4) dan ion nitrat (NO3-) oleh bantuan enzim nitrogenase.[48][49] Kumpulan bakteri ini kebanyakan bersimbiosis dengan tanaman kacang-kacangan dan polong untuk membentuk suatu simbiosis mutualisme berupa nodul atau bintil akar untuk mengikat nitrogen lepas di udara yang pada umumnya tak mampu dipakai secara langsung oleh kebanyakan organisme.[49][2] Secara umum, kumpulan bakteri ini dikenal dengan istilah rhizobia, termasuk di dalamnya genus bakteri Rhizobium, Bradyrhizobium, Mesorhizobium, Photorhizobium, dan Sinorhizobium.[2] Contoh bakteri nitrogen yang hidup bersimbiosis dengan tanaman polong-polongan yaitu Rhizobium leguminosarum, yang hidup di akar membentuk nodul atau bintil-bintil akar.[2]

Bagian pangan

Terdapat beberapa kumpulan bakteri yang mampu memperagakan ronde fermentasi dan hal ini telah banyak diterapkan pada pengolahan berbagi jenis makanan.[5] Bahan pangan yang telah difermentasi pada umumnya akan memiliki masa simpan yang semakin lama, juga mampu meningkatkan atau bahkan memberikan cita rasa baru dan unik pada makanan tersebut.[5] Beberapa makanan hasil fermentasi dan mikroorganisme yang berperan:

No.Nama produk atau makananBahan bakuBakteri yang memerankan
1.YoghurtsusuLactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus
2.MentegasusuStreptococcus lactis
3.TerasiikanLactobacillus sp.
4.Asinan buah-buahanbuah-buahanLactobacillus sp.
5.SosisdagingPediococcus cerevisiae
6.KefirsusuLactobacillus bulgaricus dan Streptococcus lactis

Beberapa spesies bakteri pengurai dan patogen mampu tumbuh di dalam makanan.[50] Kumpulan bakteri ini mampu memetabolisme beragam komponen di dalam makanan dan kemudian menghasilkan metabolit sampingan yang bersifat racun.[50] Clostridium botulinum, menghasilkan racun botulinin, seringkali terdapat pada makanan kalengan dan sekarang senyawa tersebut dipakai sbg bahan dasar botox.[50] Beberapa contoh bakteri perusak makanan:

Bagian kesehatan

Tak hanya di bagian bagian yang terkait dan pangan, bakteri juga mampu memberikan ruang lingkup dibidang kesehatan. Antibiotik yaitu zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme dan mempunyai daya hambat terhadap kegiatan mikroorganisme lain dan senyawa ini banyak dipakai dalam menyembuhkan suatu penyakit.[5] Beberapa bakteri yang menghasilkan antibiotik adalah:

  • Streptomyces griseus, menghasilkan antibiotik streptomycin[2]
  • Streptomyces aureofaciens, menghasilkan antibiotik tetracycline[2]
  • Streptomyces venezuelae, menghasilkan antibiotik chloramphenicol[2]
  • Penicillium, menghasilkan antibiotik penisilin[5]
  • Bacillus polymyxa, menghasilkan antibiotik polymixin.[5]

Terlepas dari peranannya dalam menghasilkan antibiotik, banyak jenis bakteri yang justru bersifat patogen.[53] Pada manusia, beberapa jenis bakteri yang sering kali menjadi kaki tangan penyebab penyakit yaitu Salmonella enterica subspesies I serovar Typhi yang menyebabkan penyakit tifus, Mycobacterium tuberculosis yang menyebabkan penyakit TBC, dan Clostridium tetani yang menyebabkan penyakit tetanus.[54][55] Bakteri patogen juga mampu menyerang binatang ternak, seperti Brucella abortus yang menyebabkan brucellosis pada sapi dan Bacillus anthracis yang menyebabkan antraks.[56] Untuk infeksi pada tanaman yang umum dikenal yaitu Xanthomonas oryzae yang menyerang pucuk batang padi dan Erwinia amylovora yang menyebabkan busuk pada buah-buahan.[57]

Dekomposisi

Pembuatan antibiotik menggunakan bakteri apa?

Dekomposisi buah persik setelah 6 hari.

Ronde degradasi jasad makhluk hidup dilakukan oleh banyak organisme, salah satunya yaitu bakteri. Beberapa jenis bakteri, terutama bakteri heterotrof, mampu mendegradasi senyawa organik dan memakainya untuk menunjang pertumbuhannya.[58] Ronde dekomposisi ini ditolong oleh beberapa jenis enzim untuk memecah makromolekul, seperti karbohidrat, protein, dan lemak, untuk dipecah menjadi senyawa yang semakin sederhana. Sbg contoh, enzim protease dipakai untuk memecah protein menjadi senyawa semakin sederhana, seperti asam amino.[58] Ronde dekomposisi ini juga memerankan dalam pengembalian unsur-unsur, terutama karbon dan nitrogen, ke dunia untuk masuk ke dalam siklus lagi.[59]

Dekomposisi jasad makhluk hidup dimulai oleh bakteri yang hidup di dalam tubuh manusia, dimulai dari jaringan-jaringan otot.[59] Ronde ini dipercepat kala tubuh telah dikuburkan. Reaksi pertama dalam dekomposisi ini yaitu hidrolisis protein oleh protease membentuk asam amino.[59] Selanjutnya, asam amino akan diubah menjadi asam asetat, gas hidrogen, gas nitrogen, dan karbon dioksida sehingga pH bagian yang terkait akan turun menjadi 4-5.[59] Reaksi ini dilakukan oleh bakteri acetogen. Pada tahap pengahabisan, seluruh senyawa tersebut diubah menjadi gas metana oleh metanogen.[59]

Pustaka

  1. ^ "Bacteria (eubacteria)". Taxonomy Browser. NCBI. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/Taxonomy/Browser/wwwtax.cgi?mode=Undef&id=2&lvl=3&lin=f&keep=1&srchmode=1&unlock. Diakses pada 2008-09-10.
  2. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z Madigan MT; Martinko JM, Dunlap PV, Clark DP (2009). Brock Biology of Microorganisms Twelfth Edition. 
  3. ^ Berg JM, Tymoczko JL Stryer L (2002). Molecular Cell Biology (5th ed.). WH Freeman. ISBN 0-7167-4955-6. 
  4. ^ Berg JM, Tymoczko JL Stryer L (2002). Molecular Cell Biology (5th ed.). WH Freeman. ISBN 0-7167-4955-6. 
  5. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s Todar K. 2008. Online Textbook of Bacteriology. http://www.textbookofbacteriology.net/index.html [diakses pada 21 Juni 2011].
  6. ^ Anesti V, McDonald IR, Ramaswamy M, Wade WG, Kelly DP, Wood AP. 2005. Isolation and molecular detection of methylotrophic bacteria occurring in the human mouth. Environ Microbiol 7(8):1227-38.
  7. ^ Gallego V, Garcia MT, Ventosa A. 2005.Methylobacteriumvariabile sp. nov., a methylotrophic bacterium isolated froman aquatic environment. Int J Syst Evol Microbiol 55:1429-33.
  8. ^ Pasamba EM, Demigillo RM, Lee AC. 2007. Antibiograms of pink pigmented facultative methylotrophic bacterial isolates fromvarious sources. Philipp Scient 44:47-56.
  9. ^ Sorokin DY, Trotsenko YA, Doronina NV, Tourova TP, Galinski EA, Kolganova TV, Muyzer G. 2005. Methylohalomonas lacus gen. nov., sp. nov.and Methylonatrum kenyense gen. nov., sp. nov., methylotrophic gamma proteobacteria fromhypersaline lakes. Int J Syst Evol Microbiol 57: 2762–69.
  10. ^ Gray ND dan Head IM (2005). Microorganisms and Earth Systems; Advances in Geomicrobiology. ISBN 0-521-86222-1. 
  11. ^ Koch A (2003). "Bacterial wall as target for attack: past, present, and future research". Clin Microbiol Rev 16 (4): 673–87. doi:10.1128/CMR.16.4.673-687.2003. PMC 207114. PMID 14557293. 
  12. ^ Bardy SL, Ng SY, Jarrell KF (February 2003). "Prokaryotic motility structures". Microbiology (Reading, Engl.) 149 (Pt 2): 295–304. doi:10.1099/mic.0.25948-0. PMID 12624192. 
  13. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac Madigan MT; Martinko JM, Dunlap PV, Clark DP (2009). Brock Biology of Microorganisms Twelfth Edition. 
  14. ^ a b Welkos S, Little S, Friedlander A, Fritz D, Fellows P. 2001. The role of antibodies to Bacillus anthracis and anthrax toxin components in inhibiting the early stages of infection by anthrax spores. Microbiol 147(6):1677-85.
  15. ^ Cole ST, et al.1998. Deciphering the biology of Mycobacterium tuberculosis from the complete genome sequence. Nat 393:537-544. doi:10.1038/31159
  16. ^ a b c d e f g h Davidson MW. 2009. Bacteria Cell Structure. http://micro.magnet.fsu.edu/cells/bacteriacell.html. Diakses pada 22 Juni 2011.
  17. ^ a b Carl. The Bacteria Cell. http://www.lanesville.k12.in.us/lcsyellowpages/tickit/carl/bacteria.html. Diakses pada 22 Juni 2011.
  18. ^ a b Margosch D, Ehrmann MA, Buckow R, Heinz V, Vogel RF, Ganzle MG. 2006. High-Pressure-Mediated Survival of Clostridium botulinum and Bacillus amyloliquefaciens Endospores at High Temperature. Appl Environ Microbiol 72(5):3476-81. doi:10.1128/AEM.72.5.3476-3481.2006
  19. ^ a b c Wellmeyer B. 2009. Bacterial Morphology. http://nhscience.lonestar.edu/biol/wellmeyer/bacteria/bacmorph.htm. Diakses pada 22 Juni 2011.
  20. ^ a b c d e Kaiser GE. 2006. The Prokaryotic Cell: Bacteria. http://faculty.ccbcmd.edu/courses/bio141/lecguide/unit1/shape/shape.html. Diakses pada 22 Juni 2011.
  21. ^ a b c d e f g h i Heritage J. 2006. Medical Microbiology - A Brief Introduction. Diakses pada 22 Juni 2011.
  22. ^ a b c d e f Rollins DM, Joseph SW. 2004. Arrangement of Bacterial Flagella. Diakses pada 22 Juni 2011.
  23. ^ Wenner M. 2007. Humans Carry More Bacterial Cells than Human Ones. http://www.scientificamerican.com/article.cfm?id=strange-but-true-humans-carry-more-bacterial-cells-than-human-ones. Diakses pada 22 Juni 2011.
  24. ^ a b Science Daily. 2008. Humans Have Ten Times More Bacteria Than Human Cells: How Do Microbial Communities Affect Human Health?. http://www.sciencedaily.com/releases/2008/06/080603085914.htm. Diakses pada 22 Juni 2011.
  25. ^ Heilig HGHJ. Zoetendal EG, Vaughan EE, Marteau P, Akkermans ADL, de Vos WM. 2001. Molecular Diversity of Lactobacillus spp. and Other Lactic Acid Bacteria in the Human Intestine as Determined by Specific Amplification of 16S Ribosomal DNA. Appl Environ Microbiol 68(1):114-123. DOI: 10.1128/AEM.68.1.114-123.2002
  26. ^ Rafter JJ. 1995. The role of lactic acid bacteria in colon cancer prevention. Scandinavian Journal of Gastroenterology 30(6):497-502.
  27. ^ Hanson RS, Hanson TE. 1996. Methanotrophic bacteria. Microbiol Rev 60:439-471.
  28. ^ Lengeler JW, DrewsGerhart, Schlegel HG. 1999. Biology of the Prokaryotes. Stuttgart: Blackwell Science.
  29. ^ Trotsenko YA, Doronina NV, Govorukhina NI. 1985. Metabolism of non-motile obligately methylotrophic bacteria. FEMS Microbiol Letters 33:293-297.
  30. ^ Anesti V, McDonald IR, Ramaswamy M, Wade WG, Kelly DP, Wood AP. 2005. Isolation and molecular detection of methylotrophic bacteria occurring in the human mouth. Environ Microbiol 7(8):1227-38.
  31. ^ Liu Q, Kirchhoff JR, Faehnle CR, Viola RE, Hudson RA. 2005. A rapid method for the purification of methanol dehydrogenase from Methylobacterium extorquens. Prot Exp Pur 46:316-320.
  32. ^ Wassenaar TM. 2009. Extremophiles. http://www.bacteriamuseum.org/cms/Evolution/extremophiles.html. Diakses pada 22 Juni 2011.
  33. ^ Cavicchioli R, Siddiqui KS, Andrews D, Sowers K. 2002. Low-temperature extremophiles and their applications. Current Opinion Biotechnol 13(3)253-261. doi:10.1016/S0958-1669(02)00317-8.
  34. ^ NIehaus F, Bertoldo, Kahler M, Antranikian G. 1999. Extremophiles as a source of novel enzymes for industrial application. Appl Microbiol Biotechnol 51(6)711-729. DOI: 10.1007/s002530051456
  35. ^ a b Tribelli PM, Lopez NI. 2011. Poly(3-hydroxybutyrate) influences biofilm formation and motility in the novel Antarctic species Pseudomonas extremaustralis under cold conditions. Extremophiles. DOI: 10.1007/s00792-011-0384-1.
  36. ^ a b Cohen Krausz S, Trachtenberg S. 2002. The Structure of the Archeabacterial Flagellar Filament of the Extreme Halophile Halobacterium salinarum R1M1 and Its Relation to Eubacterial Flagellar Filaments and Type IV Pili. J Mol Biol 321(3):383-395.
  37. ^ Valera FR, Berraquero FR, Cormenzana AR. 1979. Isolation of Extreme Halophiles from Seawater. Appl Environ Microbiol 38(1):164-165.
  38. ^ "Bakteri Hidup Tinggi di Awan Badai". http://jurnal.kesimpulan.com/2013/01/bakteri-hidup-tinggi-di-awan-badai.html. Diakses pada 29 Januari 2013.
  39. ^ a b c d Nikiyan H, Vasilchencko A, Deryabin D. 2010. Humidity-Dependent Bacterial Cells Functional Morphometry Investigations Using Atomic Force Microscope. Int J Microbiol. Vol 2010. doi:10.1155/2010/704170.
  40. ^ Maier RM, Pepper IL, Gerba CP (2009). Environmental Microbiology, 2nd Edition. ISBN 978-0-12-370519-8. 
  41. ^ a b c d Caldwell A. 2011. The Effects of Ultraviolet Light on Bacterial Growth. http://www.ehow.com/facts_5871403_effects-ultraviolet-light-bacterial-growth.html. Diakses pada 24 Juni 2011.
  42. ^ a b Shrieve DC, Loeffler JS. 2010. Human Radiation Injury. Halaman 105. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. ISBN 978-1-60547-011-5
  43. ^ a b Mattimore V, Battista JR. 1995. Radioresistance of Deinococcus radiodurans: Functions Necessary To Survive Ionizing Radiation Are Also Necessary To Survive Prolonged Desiccation. J Bacteriol 178(3): 633-637.
  44. ^ Madigan MT; Martinko JM, Dunlap PV, Clark DP (2009). Brock Biology of Microorganisms Twelfth Edition. pp. 480–481. 
  45. ^ a b c Battista JR, Cox MM. 2005. Deinococcus radiodurans — the consummate survivor. Nat Rev Microbiol 3:882-892. doi:10.1038/nrmicro1264
  46. ^ a b c d e Madigan MT; Martinko JM, Dunlap PV, Clark DP (2009). Brock Biology of Microorganisms Twelfth Edition. pp. 403–404. 
  47. ^ Carlson CA, Ingraham JL. 1983. Comparison of denitrification by Pseudomonas stutzeri, Pseudomonas aeruginosa, and Paracoccus denitrificans. Appl Environ Microbiol 45(4):1247–1253.
  48. ^ Nitrogen Fixing Bacteria. 2011. Diakses pada 26 Juli 2011.
  49. ^ a b Deacon J. The Microbial World: The Nitrogen cycle and Nitrogen fixation Diakases pada 26 Juli 2011.
  50. ^ a b c Marler B. 2010. Clostridium Botulinum (Botulism). http://www.foodborneillness.com/botulism_food_poisoning/. Diakses pada 24 Juni 2011.
  51. ^ Welling W, Cohen JA, Berends W. 1960. Disturbance of oxidative phosphorylation by an antibioticum produced by pseudomonas cocovenenans. Biochem Pharmacol 3(2):122-135. doi:10.1016/0006-2952(60)90028-9.
  52. ^ Bacterial Fermentation. Diakses pada 24 Juni 2011.
  53. ^ Parry CM, Hien TT, Dougan G, White NJ, Farrar JJ. 2002. Typhoid fever. N Engl J Med 347:1770–1782.
  54. ^ Parry CM, Hien TT, Dougan G, White NJ, Farrar JJ. 2002. Typhoid fever. N Engl J Med 347:1770–1782.
  55. ^ Medie FM, Salahi IB, Drancourt M, Henrissat B. 2010. Paradoxical conservation of a set of three cellulose-targeting genes in Mycobacterium tuberculosis complex organisms. Microbiol 156:1468-1475. doi: 10.1099/mic.0.037812-0.
  56. ^ Rodriguez MC, Froger A, Rolland JP, Thomas D, Aguerol J, Delamarche C, Garcia-Lobo JM. A functional water channel protein in the pathogenic bacterium Brucella abortus. Microbiol 146(12):3251-3257. doi: 3251-3257.
  57. ^ Feng JX, Song ZZ, Duan CJ, Zhao S, Wu YQ, Wang C, Dow JM, Tang JL. 2009. The xrvA gene of Xanthomonas oryzae pv. oryzae, encoding an H-NS-like protein, regulates virulence in rice. Microbiol 155(9):3033-44.
  58. ^ a b Decomposition by bacteria. Diakses pada 24 Juni 2011.
  59. ^ a b c d e Decomposition of Organic Matter. Diakses pada 24 Juni 2011.

Pranala luar

  • Alcamo IE (2001). Fundamentals of microbiology. Boston: Jones and Bartlett. ISBN 0-7637-1067-9. 
  • Atlas RM (1995). Principles of microbiology. St. Louis: Mosby. ISBN 0-8016-7790-4. 
  • Martinko JM, Madigan MT (2005). Brock Biology of Microorganisms (11th ed. ed.). Englewood Cliffs, N.J: Prentice Hall. ISBN 0-13-144329-1. 
  • Holt JC, Bergey DH (1994). Bergey's manual of determinative bacteriology (9th ed. ed.). Baltimore: Williams & Wilkins. ISBN 0-683-00603-7. 
  • Hugenholtz P, Goebel BM, Pace NR (1998). "Impact of culture-independent studies on the emerging phylogenetic view of bacterial diversity". J Bacteriol 180 (18): 4765–74. PMID 9733676. 
  • Funke BR, Tortora GJ, Case CL (2004). Microbiology: an introduction (8th ed, ed.). San Francisco: Benjamin Cummings. ISBN 0-8053-7614-3. 
  • Bacterial Nomenclature Up-To-Date from DSMZ
  • The largest bacteria
  • Tree of Life: Eubacteria
  • Videos of bacteria swimming and tumbling, use of optical tweezers and other videos.
  • Planet of the Bacteria by Stephen Jay Gould
  • On-line text book on bacteriology
  • Animated guide to bacterial cell structure.

edunitas.com


Page 3

Bakteri
Pembuatan antibiotik menggunakan bakteri apa?

Escherichia coli, salah satu bakteri berwujud batang

Klasifikasi ilmiah
Fila/Divisio[1]

ActinobacteriaFirmicutae

Tenericutae (tanpa dinding)

AquificaeBacteroidetae/ChlorobiaChlamydiae/VerrucomicrobiaDeinococcus-ThermusFusobacteriaGemmatimonadetaeNitrospiraeProteobacteriaSpirochaetaeSynergistaeAcidobacteriaChloroflexiaeChrysiogenetae

Cyanobacteria

DeferribacteraeDictyoglomiFibrobacteriaPlanctomycotaThermodesulfobacteria

Thermotogae

Bakteri (dari kata Latin bacterium; jamak: bacteria) yaitu kumpulan organisme yang tak memiliki membran inti sel.[2] Organisme ini termasuk ke dalam domain prokariota dan berukuran sangat kecil (mikroskopik), serta memiliki peran besar dalam kehidupan di bumi.[2] Beberapa kumpulan bakteri dikenal sbg kaki tangan penyebab infeksi dan penyakit, sedangkan kumpulan lainnya mampu memberikan ruang lingkup dibidang pangan, pengobatan, dan industri.[3] Susunan sel bakteri relatif sederhana: tanpa nukleus/inti sel, kerangka sel, dan organel-organel lain seperti mitokondria dan kloroplas.[4] Hal inilah yang menjadi dasar perbedaan sela sel prokariot dengan sel eukariot yang semakin kompleks.[5]

Bakteri mampu ditemukan di nyaris seluruh tempat: di tanah, air, udara, dalam simbiosis dengan organisme lain maupun sbg kaki tangan parasit (patogen), bahkan dalam tubuh manusia.[6][7][8][9] Pada umumnya, bakteri berukuran 0,5-5 μm, tetapi benar bakteri tertentu yang mampu berdiameter sampai 700 μm, yaitu Thiomargarita.[10] Mereka umumnya memiliki dinding sel, seperti sel tumbuhan dan jamur, tetapi dengan bahan pembentuk sangat berlainan (peptidoglikan).[11] Beberapa jenis bakteri bersifat motil (mampu bergerak) dan mobilitasnya ini disebabkan oleh flagel.[12]

Sejarah

Pembuatan antibiotik menggunakan bakteri apa?

Model mikroskop awal yang dirancang oleh Robert Hooke; dimuat dalam Micrographia.

Bakteri yaitu organisme mikroskopik.[13] Hal ini menyebabkan organisme ini sangat sulit untuk dideteksi, terutama sebelum ditemukannya mikroskop.[13] Barulah setelah masa zaman ke-19 ilmu tentang mikroorganisme, terutama bakteri (bakteriologi), mulai mengembang.[13] Seiring dengan perkembangan ilmu ilmu, beragam hal tentang bakteri telah sukses ditelaah.[13] Akan tetapi, perkembangan tersebut tak terlepas dari peranan beragam tokoh penting seperti Robert Hooke, Antoni van Leeuwenhoek, Ferdinand Cohn, dan Robert Koch.[13] Istilah bacterium dikenalkan di kemudian hari oleh Ehrenberg pada tahun 1828, diambil dari kata Yunani βακτηριον (bakterion) yang memiliki guna "batang-batang kecil".[13] Ilmu tentang bakteri mengembang setelah serangkaian percobaan yang dilakukan oleh Louis Pasteur, yang melahirkan cabang ilmu mikrobiologi.[13] Bakteriologi yaitu cabang mikrobiologi yang mempelajari biologi bakteri.[5]

Robert Hooke (1635-1703), seorang berbakat matematika dan sejarahwan warga negara Inggris, menulis suatu buku yang berjudul Micrographia pada tahun 1665 yang mengandung hasil pengamatan yang dilakukan dengan memakai mikroskop sederhana.[13]Akan tetapi, Robert Hooke sedang belum mampu menumukan susunan bakteri.[13] Dalam bukunya tersebut, tergambar hasil penemuannya mengenai tubuh buah kapang.[13] Walau demikian, buku inilah yang menjadi sumber deskripsi awal dari mikroorganisme.[13]

Antoni van Leeuwenhoek (1632—1723) hidup di era yang sama dengan Robert Hooke di mana pengamatan dengan mikroskop sedang sangat sederhana.[13] Terinspirasi dari kerja Robert Hooke, beliau membuat mikroskop rancangannya sendiri dengan sangat patut untuk mengamati makhluk mikroskopik ini pada beragam media alami pada tahun 1684.[13] Antoni van Leeuwenhoek sukses menemukan bakteri untuk pertama kalinya di dunia pada tahun 1676.[13] Hasil temuannya dikirimkan ke Royal Society of London yang kemudian dipublikasikan pada tahun 1684.[13] Penemuan ini segera mendapat banyak konfirmasi dari ilmuwan lainnya.[13] Sejak kala itulah, tak hanya ilmu tentang bakteri tetapi juga mikroorganisme pada umumnya pun mulai mengembang.[13]

Ferdinand Cohn (1828-1898) yaitu seorang botanis warga negara Breslau (sekarang Polandia).[13] Hasil penemuannya banyak berkisar tentang bakteri yang resisten terhadap panas.[13] Ketertarikannya pada kumpulan bakteri ini mengarahkannya pada penemuan kumpulan bakteri penghasil endospora yang resisten terhadap suhu tinggi.[13] Ferdinand Cohn juga sukses menjelaskan siklus hidup bakteri Bacillus yang sekaligus menjelaskan mengapa bakteri ini bersifat tahan panas.[13] Selanjutnya, beliau juga membuat dasar klasifikasi bakteri sederhana dan mengembangkan beberapa cara untuk mencegah kontaminasi pada kultur bakteri, seperti penggunaan kapas sbg penutup pada labu takar, erlenmeyer, dan tabung reaksi. Cara ini kemudian dipakai oleh ilmuwan lain, Robert Koch.[13]

Robert Koch (1843-1910), seorang berbakat fisika warga negara Jerman, banyak memperagakan penelitian mengenai penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri.[13] Ilmuwan pada awalnya mempelajari penyakit antraks yang banyak menyerang binatang ternak.[14] Penyakit ini disebabkan oleh Bacillus anthracis, salah satu bakteri penghasil endospora.[14] Robert Koch juga yaitu orang pertama yang sukses memperoleh isolat murni Mycobacterium tuberculosis, bakteri penyebab penyakit tuberkulosis.[13][15] Berdasarkan dua penelitian mengenai penyakit ini, Robert Koch sukses membuat Postulat Koch, suatu teori mengenai mikroorganisme spesifik untuk penyakit yang spesfik.[13] Dia juga sukses menemukan cara untuk memperoleh isolat murni dari bakteri.[13] Penemuan lainnya yaitu penggunaan media kultur padat untuk menumbuhkan bakteri di luat habitat aslinya.[13] Pada awalnya beliau memakai potongan kentang dan kemudian dikembangkan dengan memakai nutrien gelatin.[13] Penggunaan nutrien gelatin sedang memiliki banyak kekurangan yang pada kemudiannya penggunaanya dialihkan dengan supaya (sejenis polisakarida) yang digagas oleh istri Walter Hesse yang juga memperagakan pekerjaan bersama Robert Koch.[13]

Susunan sel

Pembuatan antibiotik menggunakan bakteri apa?

Susunan sel bakteri

Seperti prokariot (organisme yang tak memiliki membran inti) pada umumnya, seluruh bakteri memiliki susunan sel yang relatif sederhana.[16] Sehubungan dengan ketiadaan membran inti, meteri genetik (DNA dan RNA) bakteri melayang-layang di kawasan sitoplasma yang bernama nukleoid.[16] Salah satu susunan bakteri yang penting yaitu dinding sel.[17] Bakteri mampu diklasifikasikan dalam dua kumpulan besar berdasarkan susunan dinding selnya, yaitu bakteri gram negatif dan bakteri gram positif.[16] Bakteri gram positif memiliki dinding sel yang tersusun dari lapisan peptidoglikan (sejenis molekul polisakarida) yang tebal dan asam teikoat, sedangkan bakteri gram negatif memiliki lapisan peptidoglikan yang semakin tipis dan mempunyai susunan lipopolisakarida yang tebal.[16][5] Cara yang dipakai untuk membedakan kedua jenis kumpulan bakteri ini dikembangkan oleh ilmuwan Denmark, Hans Christian Gram pada tahun 1884.[16]

Banyak bakteri memiliki susunan di luar sel lainnya seperti flagel dan fimbria yang dipakai untuk memperagakan usaha, melekat dan konjugasi.[17] Beberapa bakteri juga memiliki kapsul yang beperan dalam melindungi sel bakteri dari kekeringan dan fagositosis.[16] Susunan kapsul inilah yang sering kali menjadi faktor virulensi penyebab penyakit, seperti yang ditemukan pada Escherichia coli dan Streptococcus pneumoniae.[16] Bakteri juga memiliki kromosom, ribosom, dan beberapa spesies lainnya memiliki granula makanan, vakuola gas, dan magnetosom.[16] Beberapa bakteri mampu membentuk diri menjadi endospora yang membuat mereka mampu bertahan hidup pada bagian yang terkait ekstrim.[18] Clostridium botulinum yaitu salah satu contoh bakteri penghasil endospora yang sangat tahan suhu dan tekanan tinggi, dimana bakteri ini juga termasuk golongan bakteri pengebab keracunan pada makanan kaleng.[18]

Morfologi bakteri

Pembuatan antibiotik menggunakan bakteri apa?

Beragam wujud tubuh bakteri

Berdasarkan wujudnya, bakteri dibagi menjadi tiga golongan besar, yaitu:

  • Kokus (Coccus) yaitu bakteri yang berwujud bulat seperti bola dan mempunyai beberapa variasi sbg berikut:[19][20]
    • Mikrococcus, bila kecil dan tunggal
    • Diplococcus, jka berganda dua-dua
    • Tetracoccus, bila bergandengan empat dan membentuk bujur sangkar
    • Sarcina, bila bergerombol membentuk kubus
    • Staphylococcus, bila bergerombol
    • Streptococcus, bila bergandengan membentuk rantai
  • Basil (Bacillus) yaitu kumpulan bakteri yang berwujud batang atau silinder, dan mempunyai variasi sbg berikut:[19][20]
    • Diplobacillus, bila bergandengan dua-dua
    • Streptobacillus, bila bergandengan membentuk rantai
  • Spiral (Spirilum) yaitu bakteri yang berwujud lengkung dan mempunyai variasi sbg berikut:[19][20]
    • Vibrio, (bentuk koma), bila lengkung kurang dari setengah lingkaran (bentuk koma)
    • Spiral, bila lengkung semakin dari setengah lingkaran
    • Spirochete, bila lengkung membentuk susunan yang fleksibel.[20]

Wujud tubuh/morfologi bakteri dipengaruhi oleh adanya bagian yang terkait, medium, dan usia. Walaupun secara morfologi berbeda-beda, bakteri tetap yaitu sel tunggal yang mampu hidup dapat berdiri sendiri bahkan kala terpisah dari koloninya.[20]

Alat gerak

Pembuatan antibiotik menggunakan bakteri apa?

Gambar alat gerak bakteri: A-Monotrik; B-Lofotrik; C-Amfitrik; D-Peritrik;

Banyak spesies bakteri yang memperagakan usaha memakai flagel.[21] Bakteri yang tak memiliki alat gerak kebanyakan hanya mengikuti pergerakan media pertumbuhannya atau bagian yang terkait tempat bakteri tersebut benar.[21] Sama seperti susunan kapsul, flagel juga mampu menjadi kaki tangan penyebab penyakit pada beberapa spesies bakteri.[21] Berdasarkan tempat dan banyak flagel yang dimiliki, bakteri dibagi menjadi lima golongan, yaitu:[22][21]

  • Atrik, tak mempunyai flagel.[22][21]
  • Monotrik, mempunyai satu flagel pada salah satu ujungnya.[22][21]
  • Lofotrik, mempunyai sebanyak flagel pada salah satu ujungnya.[22][21]
  • Amfitrik, mempunyai satu flagel pada kedua ujungnya.[22][21]
  • Peritrik, mempunyai flagel pada seluruh permukaan tubuhnya.[22][21]

Habitat

Bakteri yaitu mikroorganisme ubikuotus, yang berfaedah melimpah dan banyak ditemukan di nyaris seluruh tempat.[2] Habitatnya sangat beragam; bagian yang terkait perairan, tanah, udara, permukaan daun, dan bahkan mampu ditemukan di dalam organisme hidup.[2] Dianggarkan total banyak sel mikroorganisme yang mendiami muka bumi ini yaitu 5x1030.[2] Bakteri mampu ditemukan di dalam tubuh manusia, terutama di dalam arus pencernaan yang banyak selnya 10 kali lipat banyakan dari banyak total sel tubuh manusia. [23] Oleh karena itu, kolonisasi bakteri sangatlah mempengaruhi kondisi tubuh manusia.[24]

Pembuatan antibiotik menggunakan bakteri apa?

Thermus aquatiqus, bakteri termofilik yang banyak diaplikasikan dalam bioteknologi.

Terdapat beragam jenis bakteri yang mampu menghabitasi kawasan arus pencernaan manusia, terutama pada usus besar, diantaranya yaitu bakteri asam laktat dan kumpulan enterobacter .[5] Contoh bakteri yang biasa ditemukan yaitu Lactobacillus acidophilus.[5][25] Di samping itu, terdapat pula kumpulan bakteri lain, yaitu probiotik, yang bersifat menguntungkan karena mampu menunjang kesehatan dan bahkan mampu mencegah terbentuknya kanker usus besar.[26] Selain di dalam arus pencernaan, bakteri juga mampu ditemukan di permukaan kulit, mata, mulut, dan kaki manusia.[24] Di dalam mulut dan kaki manusia terdapat kumpulan bakteri yang dikenal dengan nama metilotrof, yaitu kumpulan bakteri yang mampu memakai senyawa karbon tunggal untuk menyokong pertumbuhannya.[27][28][29] Di dalam rongga mulut, bakteri ini memakai senyawa dimetil sulfida yang memerankan dalam menyebabkan bau pada mulut manusia.[30][31]

Beberapa kumpulan mikroorganisme ini mampu hidup di bagian yang terkait yang tak memungkinkan organisme lain untuk hidup.[32] Kondisi bagian yang terkait yang ekstrim ini menuntut benarnya toleransi, mekanisme metabolisme, dan daya tahan sel yang unik.[2][33][34] Sbg contoh, Thermus aquatiqus yaitu salah satu jenis bakteri yang hidup pada sumber air panas dengan kisaran suhu 60-80 oC.[2] Tak hanya di bagian yang terkait bersuhu tinggi, bakteri juga mampu ditemukan pada bagian yang terkait dengan suhu yang sangat dingin.[35] Pseudomonas extremaustralis ditemukan pada Antartika dengan suhu di bawah 0 oC.[35] Di samping pengaruh ekstrim temperatur, bakteri juga mampu hidup pada beragam bagian yang terkait lain yang nyaris tak memungkinkan benarnya kehidupan (lingkungan steril).[36] Halobacterium salinarum dan Halococcus sp. yaitu contoh dari bakteri yang mampu hidup pada kondisi garam (NaCl) yang sangat tinggi (15-30%).[36][37] Tedapat pula beberapa jenis bakteri yang mampu hidup pada kadar gula tinggi (kelompok osmofil), kadar air rendah (kelompok xerofil), derajat keasaman pH sangat tinggi, dan rendah.[2]

Beberapa komunitas bakteri mampu bertahan hidup di dalam awan dengan ketingian sampai 10 kilometer. Suatu tim peneliti memakai pesawat tua DC-8 yang dimodifikasi sbg laboratorium terbang sukses menggambil sampel sebanyak bakteri di awan dalam kondisi badai. Bakteri yang hidup dalam nukleasi es terbawa badai dan bertahan dalam ionisasi awan.[38]

Pengaruh bagian yang terkait terhadap bakteri

Kondisi bagian yang terkait yang mendukung mampu memacu pertumbuhan dan reproduksi bakteri.[39] Faktor-faktor bagian yang terkait yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan reproduksi bakteri yaitu suhu, kelembapan, dan cahaya.[39] Secara umum, terdapat beberapa alat yang mampu dipakai untuk memperagakan pengamatan sel bakteri terhadap beragam parameter tersebut, seperti mikroskop optikal, mikroskop elektron, dan atomic force microscope (AFM).[39]

Suhu

Suhu memerankan penting dalam mengatur jalannya reaksi metabolisme untuk seluruh makhluk hidup.[2] Khususnya untuk bakteri, suhu bagian yang terkait yang benar semakin tinggi dari suhu yang mampu ditoleransi akan menyebabkan denaturasi protein dan komponen sel esensial lainnya sehingga sel akan mati.[2] Demikian pula bila suhu bagian yang terkaitnya benar di bawah batas toleransi, membran sitoplasma tak akan berwujud cair sehingga transportasi nutrisi akan terhambat dan ronde kehidupan sel akan terhenti.[2] Berdasarkan kisaran suhu kegiatannya, bakteri dibagi menjadi 4 golongan:

  • Bakteri psikrofil, yaitu bakteri yang hidup pada kawasan suhu sela 0°– 30 °C, dengan suhu optimum 15 °C.
  • Bakteri mesofil, yaitu bakteri yang hidup di kawasan suhu sela 15° – 55 °C, dengan suhu optimum 25° – 40 °C.
  • Bakteri termofil, yaitu bakteri yang mampu hidup di kawasan suhu tinggi sela 40° – 75 °C, dengan suhu optimum 50 - 65 °C
  • Bakteri hipertermofil, yaitu bakteri yang hidup pada kisaran suhu 65 - 114 °C, dengan suhu optimum 88 °C.[2]

Kelembaban relatif

Pada umumnya bakteri membutuhkan kelembaban relatif (relative humidity, RH) yang cukup tinggi, anggaran 85%.[2] Kelembaban relatif mampu diartikan sbg kandungan air yang terdapat di udara.[2] Pengurangan kadar air dari protoplasma menyebabkan kegiatan metabolisme terhenti, misalnya pada ronde pembekuan dan pengeringan.[2] Sbg contoh, bakteri Escherichia coli akan merasakan penurunan daya tahan dan elastisitas dinding selnya kala RH bagian yang terkait kurang dari 84%.[39] Bakteri gram positif cenderung hidup pada kelembaban udara yang semakin tinggi dibandingkan dengan bakteri gram negatif terkait dengan perubahan susunan membran selnya yang mengandung lipid bilayer.[40]

Cahaya

Cahaya yaitu salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri.[41] Secara umum, bakteri dan mikroorganisme lainnya mampu hidup dengan patut pada paparan cahaya normal.[41] Akan tetapi, paparan cahaya dengan intensitas sinar ultraviolet (UV) tinggi mampu mempunyai dampak fatal untuk pertumbuhan bakteri.[41] Teknik penggunaan sinar UV, sinar x, dan sinar gamma untuk mensterilkan suatu bagian yang terkait dari bakteri dan mikroorganisme lainnya dikenal dengan teknik iradiasi yang mulai mengembang sejak awal masa zaman ke-20.[41][5]. Cara ini telah diaplikasikan secara luas untuk beragam kebutuhan, terutama pada sterilisasi makanan untuk meningkatkan masa simpan dan daya tahan.[5] Beberapa contoh bakteri patogen yang mampu dihambat ataupun dihilangkan diantaranya Escherichia coli 0157:H7 and Salmonella.[5]

Radiasi

Radiasi pada daya tertentu mampu menyebabkan kelainan dan bahkan mampu bersifat letal untuk makhluk hidup, terutama bakteri.[42] Sbg contoh pada manusia, radiasi mampu menyebabkan penyakit hati akut, katarak, hipertensi, dan bahkan kanker.[42] Akan tetapi, terdapat kumpulan bakteri tertentu yang mampu bertahan dari paparan radiasi yang sangat tinggi, bahkan ratusan kali semakin besar dari daya tahan manusia tehadap radiasi, yaitu kumpulan Deinococcaceae. [43] Sbg perbandingan, manusia pada umumnya tak mampu bertahan pada paparan radiasi semakin dari 10 Gray (Gy, 1 Gy = 100 rad), sedangkan bakteri yang termasuk dalam kumpulan ini mampu bertahan sampai 5.000 Gy.[43][44]

Pada umumnya, paparan energi radiasi mampu menyebabkan mutasi gen dan putusnya rantai DNA.[45] Apabila terjadi pada intensitas yang tinggi, bakteri mampu merasakan kematian.[45] Deinococcus radiodurans memiliki kemampuan untuk bertahan terhadap mekanisme perusakan materi genetik tersebut melewati sistem adaptasi dan benarnya ronde perbaikan rantai DNA yang sangat efisien.[45]

Peranan

Bagian bagian yang terkait

Keanekaragaman bakteri dan jalur metabolismenya menyebabkan bakteri memiliki peranan yang besar untuk bagian yang terkait.[5] Sbg contoh, bakteri saprofit menguraikan tumbuhan atau binatang yang telah mati dan sisa-sisa atau kotoran organisme.[5] Bakteri tersebut menguraikan protein, karbohidrat dan senyawa organik lain menjadi CO2, gas amoniak, dan senyawa-senyawa lain yang semakin sederhana.[5] Contoh bakteri saprofit diantaranya Proteus dan Clostridium.[5] Tak hanya memerankan sbg pengurai senyawa organik, beberapa kumpulan bakteri saprofit juga yaitu patogen oportunis.[5]

Pembuatan antibiotik menggunakan bakteri apa?

Frankia alni, salah satu bakteri pengikat N2 yang berasosiasi dengan tanaman membentuk bintil akar.

Kumpulan bakteri lainnya memerankan dalam siklus nitrogen, seperti bakteri nitrifikasi.[2] Bakteri nitrifikasi yaitu kumpulan bakteri yang mampu menyusun senyawa nitrat dari senyawa amonia yang pada umumnya berlanjut secara aerob di dalam tanah.[46] Kumpulan bakteri ini bersifat kemolitotrof.[46] Nitrifikasi terdiri atas dua tahap yaitu nitritasi (oksidasi amonia (NH4) menjadi nitrit (NO2-)) dan nitratasi (oksidasi senyawa nitrit menjadi nitrat (NO3)).[46] Dalam bagian pertanian, nitrifikasi sangat menguntungkan karena menghasilkan senyawa yang diperlukan oleh tanaman yaitu nitrat.[46] Setelah reaksi nitrifikasi berakhir, akan terjadi ronde dinitrifikasi yang dilakukan oleh bakteri denitrifikasi.[46] Denitrifikasi sendiri yaitu reduksi anaerobik senyawa nitrat menjadi nitrogen lepas (N2) yang semakin gampang diserap dan dimetabolisme oleh beragam makhluk hidup.[2] Contoh bakteri yang mampu memperagakan metabolisme ini yaitu Pseudomonas stutzeri, Pseudomonas aeruginosa, and Paracoccus denitrificans.[47] Di samping itu, reaksi ini juga menghasilkan nitrogen dalam wujud lain, seperti dinitrogen oksida (N2O).[2] Senyawa tersebut tak hanya mampu memerankan penting untuk hidup beragam organisme, tetapi juga mampu memerankan dalam fenomena hujan asam dan rusaknya ozon.[2] Senyawa N2O akan dioksidasi menjadi senyawa NO dan kemudian bereaksi dengan ozon (O3) membentuk NO2- yang akan kembali ke bumi dalam wujud hujan asam (HNO2).[2]

Di bagian pertanian dikenal benarnya suatu kumpulan bakteri yang mampu bersimbiosis dengan akar tanaman atau hidup lepas di tanah untuk menolong penyuburan tanah.[5] Kumpulan bakteri ini dikenal dengan istilah bakteri pengikat nitrogen atau singkatnya bakteri nitrogen. Bakteri nitrogen yaitu kumpulan bakteri yang mampu mengikat nitrogen (terutaman N2) lepas di udara dan mereduksinya menjadi senyawa amonia (NH4) dan ion nitrat (NO3-) oleh bantuan enzim nitrogenase.[48][49] Kumpulan bakteri ini kebanyakan bersimbiosis dengan tanaman kacang-kacangan dan polong untuk membentuk suatu simbiosis mutualisme berupa nodul atau bintil akar untuk mengikat nitrogen lepas di udara yang pada umumnya tak mampu dipakai secara langsung oleh kebanyakan organisme.[49][2] Secara umum, kumpulan bakteri ini dikenal dengan istilah rhizobia, termasuk di dalamnya genus bakteri Rhizobium, Bradyrhizobium, Mesorhizobium, Photorhizobium, dan Sinorhizobium.[2] Contoh bakteri nitrogen yang hidup bersimbiosis dengan tanaman polong-polongan yaitu Rhizobium leguminosarum, yang hidup di akar membentuk nodul atau bintil-bintil akar.[2]

Bagian pangan

Terdapat beberapa kumpulan bakteri yang mampu memperagakan ronde fermentasi dan hal ini telah banyak diterapkan pada pengolahan berbagi jenis makanan.[5] Bahan pangan yang telah difermentasi pada umumnya akan memiliki masa simpan yang semakin lama, juga mampu meningkatkan atau bahkan memberikan cita rasa baru dan unik pada makanan tersebut.[5] Beberapa makanan hasil fermentasi dan mikroorganisme yang berperan:

No.Nama produk atau makananBahan bakuBakteri yang memerankan
1.YoghurtsusuLactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus
2.MentegasusuStreptococcus lactis
3.TerasiikanLactobacillus sp.
4.Asinan buah-buahanbuah-buahanLactobacillus sp.
5.SosisdagingPediococcus cerevisiae
6.KefirsusuLactobacillus bulgaricus dan Streptococcus lactis

Beberapa spesies bakteri pengurai dan patogen mampu tumbuh di dalam makanan.[50] Kumpulan bakteri ini mampu memetabolisme beragam komponen di dalam makanan dan kemudian menghasilkan metabolit sampingan yang bersifat racun.[50] Clostridium botulinum, menghasilkan racun botulinin, seringkali terdapat pada makanan kalengan dan sekarang senyawa tersebut dipakai sbg bahan dasar botox.[50] Beberapa contoh bakteri perusak makanan:

Bagian kesehatan

Tak hanya di bagian bagian yang terkait dan pangan, bakteri juga mampu memberikan ruang lingkup dibidang kesehatan. Antibiotik yaitu zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme dan mempunyai daya hambat terhadap kegiatan mikroorganisme lain dan senyawa ini banyak dipakai dalam menyembuhkan suatu penyakit.[5] Beberapa bakteri yang menghasilkan antibiotik adalah:

  • Streptomyces griseus, menghasilkan antibiotik streptomycin[2]
  • Streptomyces aureofaciens, menghasilkan antibiotik tetracycline[2]
  • Streptomyces venezuelae, menghasilkan antibiotik chloramphenicol[2]
  • Penicillium, menghasilkan antibiotik penisilin[5]
  • Bacillus polymyxa, menghasilkan antibiotik polymixin.[5]

Terlepas dari peranannya dalam menghasilkan antibiotik, banyak jenis bakteri yang justru bersifat patogen.[53] Pada manusia, beberapa jenis bakteri yang sering kali menjadi kaki tangan penyebab penyakit yaitu Salmonella enterica subspesies I serovar Typhi yang menyebabkan penyakit tifus, Mycobacterium tuberculosis yang menyebabkan penyakit TBC, dan Clostridium tetani yang menyebabkan penyakit tetanus.[54][55] Bakteri patogen juga mampu menyerang binatang ternak, seperti Brucella abortus yang menyebabkan brucellosis pada sapi dan Bacillus anthracis yang menyebabkan antraks.[56] Untuk infeksi pada tanaman yang umum dikenal yaitu Xanthomonas oryzae yang menyerang pucuk batang padi dan Erwinia amylovora yang menyebabkan busuk pada buah-buahan.[57]

Dekomposisi

Pembuatan antibiotik menggunakan bakteri apa?

Dekomposisi buah persik setelah 6 hari.

Ronde degradasi jasad makhluk hidup dilakukan oleh banyak organisme, salah satunya yaitu bakteri. Beberapa jenis bakteri, terutama bakteri heterotrof, mampu mendegradasi senyawa organik dan memakainya untuk menunjang pertumbuhannya.[58] Ronde dekomposisi ini ditolong oleh beberapa jenis enzim untuk memecah makromolekul, seperti karbohidrat, protein, dan lemak, untuk dipecah menjadi senyawa yang semakin sederhana. Sbg contoh, enzim protease dipakai untuk memecah protein menjadi senyawa semakin sederhana, seperti asam amino.[58] Ronde dekomposisi ini juga memerankan dalam pengembalian unsur-unsur, terutama karbon dan nitrogen, ke dunia untuk masuk ke dalam siklus lagi.[59]

Dekomposisi jasad makhluk hidup dimulai oleh bakteri yang hidup di dalam tubuh manusia, dimulai dari jaringan-jaringan otot.[59] Ronde ini dipercepat kala tubuh telah dikuburkan. Reaksi pertama dalam dekomposisi ini yaitu hidrolisis protein oleh protease membentuk asam amino.[59] Selanjutnya, asam amino akan diubah menjadi asam asetat, gas hidrogen, gas nitrogen, dan karbon dioksida sehingga pH bagian yang terkait akan turun menjadi 4-5.[59] Reaksi ini dilakukan oleh bakteri acetogen. Pada tahap pengahabisan, seluruh senyawa tersebut diubah menjadi gas metana oleh metanogen.[59]

Pustaka

  1. ^ "Bacteria (eubacteria)". Taxonomy Browser. NCBI. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/Taxonomy/Browser/wwwtax.cgi?mode=Undef&id=2&lvl=3&lin=f&keep=1&srchmode=1&unlock. Diakses pada 2008-09-10.
  2. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z Madigan MT; Martinko JM, Dunlap PV, Clark DP (2009). Brock Biology of Microorganisms Twelfth Edition. 
  3. ^ Berg JM, Tymoczko JL Stryer L (2002). Molecular Cell Biology (5th ed.). WH Freeman. ISBN 0-7167-4955-6. 
  4. ^ Berg JM, Tymoczko JL Stryer L (2002). Molecular Cell Biology (5th ed.). WH Freeman. ISBN 0-7167-4955-6. 
  5. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s Todar K. 2008. Online Textbook of Bacteriology. http://www.textbookofbacteriology.net/index.html [diakses pada 21 Juni 2011].
  6. ^ Anesti V, McDonald IR, Ramaswamy M, Wade WG, Kelly DP, Wood AP. 2005. Isolation and molecular detection of methylotrophic bacteria occurring in the human mouth. Environ Microbiol 7(8):1227-38.
  7. ^ Gallego V, Garcia MT, Ventosa A. 2005.Methylobacteriumvariabile sp. nov., a methylotrophic bacterium isolated froman aquatic environment. Int J Syst Evol Microbiol 55:1429-33.
  8. ^ Pasamba EM, Demigillo RM, Lee AC. 2007. Antibiograms of pink pigmented facultative methylotrophic bacterial isolates fromvarious sources. Philipp Scient 44:47-56.
  9. ^ Sorokin DY, Trotsenko YA, Doronina NV, Tourova TP, Galinski EA, Kolganova TV, Muyzer G. 2005. Methylohalomonas lacus gen. nov., sp. nov.and Methylonatrum kenyense gen. nov., sp. nov., methylotrophic gamma proteobacteria fromhypersaline lakes. Int J Syst Evol Microbiol 57: 2762–69.
  10. ^ Gray ND dan Head IM (2005). Microorganisms and Earth Systems; Advances in Geomicrobiology. ISBN 0-521-86222-1. 
  11. ^ Koch A (2003). "Bacterial wall as target for attack: past, present, and future research". Clin Microbiol Rev 16 (4): 673–87. doi:10.1128/CMR.16.4.673-687.2003. PMC 207114. PMID 14557293. 
  12. ^ Bardy SL, Ng SY, Jarrell KF (February 2003). "Prokaryotic motility structures". Microbiology (Reading, Engl.) 149 (Pt 2): 295–304. doi:10.1099/mic.0.25948-0. PMID 12624192. 
  13. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac Madigan MT; Martinko JM, Dunlap PV, Clark DP (2009). Brock Biology of Microorganisms Twelfth Edition. 
  14. ^ a b Welkos S, Little S, Friedlander A, Fritz D, Fellows P. 2001. The role of antibodies to Bacillus anthracis and anthrax toxin components in inhibiting the early stages of infection by anthrax spores. Microbiol 147(6):1677-85.
  15. ^ Cole ST, et al.1998. Deciphering the biology of Mycobacterium tuberculosis from the complete genome sequence. Nat 393:537-544. doi:10.1038/31159
  16. ^ a b c d e f g h Davidson MW. 2009. Bacteria Cell Structure. http://micro.magnet.fsu.edu/cells/bacteriacell.html. Diakses pada 22 Juni 2011.
  17. ^ a b Carl. The Bacteria Cell. http://www.lanesville.k12.in.us/lcsyellowpages/tickit/carl/bacteria.html. Diakses pada 22 Juni 2011.
  18. ^ a b Margosch D, Ehrmann MA, Buckow R, Heinz V, Vogel RF, Ganzle MG. 2006. High-Pressure-Mediated Survival of Clostridium botulinum and Bacillus amyloliquefaciens Endospores at High Temperature. Appl Environ Microbiol 72(5):3476-81. doi:10.1128/AEM.72.5.3476-3481.2006
  19. ^ a b c Wellmeyer B. 2009. Bacterial Morphology. http://nhscience.lonestar.edu/biol/wellmeyer/bacteria/bacmorph.htm. Diakses pada 22 Juni 2011.
  20. ^ a b c d e Kaiser GE. 2006. The Prokaryotic Cell: Bacteria. http://faculty.ccbcmd.edu/courses/bio141/lecguide/unit1/shape/shape.html. Diakses pada 22 Juni 2011.
  21. ^ a b c d e f g h i Heritage J. 2006. Medical Microbiology - A Brief Introduction. Diakses pada 22 Juni 2011.
  22. ^ a b c d e f Rollins DM, Joseph SW. 2004. Arrangement of Bacterial Flagella. Diakses pada 22 Juni 2011.
  23. ^ Wenner M. 2007. Humans Carry More Bacterial Cells than Human Ones. http://www.scientificamerican.com/article.cfm?id=strange-but-true-humans-carry-more-bacterial-cells-than-human-ones. Diakses pada 22 Juni 2011.
  24. ^ a b Science Daily. 2008. Humans Have Ten Times More Bacteria Than Human Cells: How Do Microbial Communities Affect Human Health?. http://www.sciencedaily.com/releases/2008/06/080603085914.htm. Diakses pada 22 Juni 2011.
  25. ^ Heilig HGHJ. Zoetendal EG, Vaughan EE, Marteau P, Akkermans ADL, de Vos WM. 2001. Molecular Diversity of Lactobacillus spp. and Other Lactic Acid Bacteria in the Human Intestine as Determined by Specific Amplification of 16S Ribosomal DNA. Appl Environ Microbiol 68(1):114-123. DOI: 10.1128/AEM.68.1.114-123.2002
  26. ^ Rafter JJ. 1995. The role of lactic acid bacteria in colon cancer prevention. Scandinavian Journal of Gastroenterology 30(6):497-502.
  27. ^ Hanson RS, Hanson TE. 1996. Methanotrophic bacteria. Microbiol Rev 60:439-471.
  28. ^ Lengeler JW, DrewsGerhart, Schlegel HG. 1999. Biology of the Prokaryotes. Stuttgart: Blackwell Science.
  29. ^ Trotsenko YA, Doronina NV, Govorukhina NI. 1985. Metabolism of non-motile obligately methylotrophic bacteria. FEMS Microbiol Letters 33:293-297.
  30. ^ Anesti V, McDonald IR, Ramaswamy M, Wade WG, Kelly DP, Wood AP. 2005. Isolation and molecular detection of methylotrophic bacteria occurring in the human mouth. Environ Microbiol 7(8):1227-38.
  31. ^ Liu Q, Kirchhoff JR, Faehnle CR, Viola RE, Hudson RA. 2005. A rapid method for the purification of methanol dehydrogenase from Methylobacterium extorquens. Prot Exp Pur 46:316-320.
  32. ^ Wassenaar TM. 2009. Extremophiles. http://www.bacteriamuseum.org/cms/Evolution/extremophiles.html. Diakses pada 22 Juni 2011.
  33. ^ Cavicchioli R, Siddiqui KS, Andrews D, Sowers K. 2002. Low-temperature extremophiles and their applications. Current Opinion Biotechnol 13(3)253-261. doi:10.1016/S0958-1669(02)00317-8.
  34. ^ NIehaus F, Bertoldo, Kahler M, Antranikian G. 1999. Extremophiles as a source of novel enzymes for industrial application. Appl Microbiol Biotechnol 51(6)711-729. DOI: 10.1007/s002530051456
  35. ^ a b Tribelli PM, Lopez NI. 2011. Poly(3-hydroxybutyrate) influences biofilm formation and motility in the novel Antarctic species Pseudomonas extremaustralis under cold conditions. Extremophiles. DOI: 10.1007/s00792-011-0384-1.
  36. ^ a b Cohen Krausz S, Trachtenberg S. 2002. The Structure of the Archeabacterial Flagellar Filament of the Extreme Halophile Halobacterium salinarum R1M1 and Its Relation to Eubacterial Flagellar Filaments and Type IV Pili. J Mol Biol 321(3):383-395.
  37. ^ Valera FR, Berraquero FR, Cormenzana AR. 1979. Isolation of Extreme Halophiles from Seawater. Appl Environ Microbiol 38(1):164-165.
  38. ^ "Bakteri Hidup Tinggi di Awan Badai". http://jurnal.kesimpulan.com/2013/01/bakteri-hidup-tinggi-di-awan-badai.html. Diakses pada 29 Januari 2013.
  39. ^ a b c d Nikiyan H, Vasilchencko A, Deryabin D. 2010. Humidity-Dependent Bacterial Cells Functional Morphometry Investigations Using Atomic Force Microscope. Int J Microbiol. Vol 2010. doi:10.1155/2010/704170.
  40. ^ Maier RM, Pepper IL, Gerba CP (2009). Environmental Microbiology, 2nd Edition. ISBN 978-0-12-370519-8. 
  41. ^ a b c d Caldwell A. 2011. The Effects of Ultraviolet Light on Bacterial Growth. http://www.ehow.com/facts_5871403_effects-ultraviolet-light-bacterial-growth.html. Diakses pada 24 Juni 2011.
  42. ^ a b Shrieve DC, Loeffler JS. 2010. Human Radiation Injury. Halaman 105. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. ISBN 978-1-60547-011-5
  43. ^ a b Mattimore V, Battista JR. 1995. Radioresistance of Deinococcus radiodurans: Functions Necessary To Survive Ionizing Radiation Are Also Necessary To Survive Prolonged Desiccation. J Bacteriol 178(3): 633-637.
  44. ^ Madigan MT; Martinko JM, Dunlap PV, Clark DP (2009). Brock Biology of Microorganisms Twelfth Edition. pp. 480–481. 
  45. ^ a b c Battista JR, Cox MM. 2005. Deinococcus radiodurans — the consummate survivor. Nat Rev Microbiol 3:882-892. doi:10.1038/nrmicro1264
  46. ^ a b c d e Madigan MT; Martinko JM, Dunlap PV, Clark DP (2009). Brock Biology of Microorganisms Twelfth Edition. pp. 403–404. 
  47. ^ Carlson CA, Ingraham JL. 1983. Comparison of denitrification by Pseudomonas stutzeri, Pseudomonas aeruginosa, and Paracoccus denitrificans. Appl Environ Microbiol 45(4):1247–1253.
  48. ^ Nitrogen Fixing Bacteria. 2011. Diakses pada 26 Juli 2011.
  49. ^ a b Deacon J. The Microbial World: The Nitrogen cycle and Nitrogen fixation Diakases pada 26 Juli 2011.
  50. ^ a b c Marler B. 2010. Clostridium Botulinum (Botulism). http://www.foodborneillness.com/botulism_food_poisoning/. Diakses pada 24 Juni 2011.
  51. ^ Welling W, Cohen JA, Berends W. 1960. Disturbance of oxidative phosphorylation by an antibioticum produced by pseudomonas cocovenenans. Biochem Pharmacol 3(2):122-135. doi:10.1016/0006-2952(60)90028-9.
  52. ^ Bacterial Fermentation. Diakses pada 24 Juni 2011.
  53. ^ Parry CM, Hien TT, Dougan G, White NJ, Farrar JJ. 2002. Typhoid fever. N Engl J Med 347:1770–1782.
  54. ^ Parry CM, Hien TT, Dougan G, White NJ, Farrar JJ. 2002. Typhoid fever. N Engl J Med 347:1770–1782.
  55. ^ Medie FM, Salahi IB, Drancourt M, Henrissat B. 2010. Paradoxical conservation of a set of three cellulose-targeting genes in Mycobacterium tuberculosis complex organisms. Microbiol 156:1468-1475. doi: 10.1099/mic.0.037812-0.
  56. ^ Rodriguez MC, Froger A, Rolland JP, Thomas D, Aguerol J, Delamarche C, Garcia-Lobo JM. A functional water channel protein in the pathogenic bacterium Brucella abortus. Microbiol 146(12):3251-3257. doi: 3251-3257.
  57. ^ Feng JX, Song ZZ, Duan CJ, Zhao S, Wu YQ, Wang C, Dow JM, Tang JL. 2009. The xrvA gene of Xanthomonas oryzae pv. oryzae, encoding an H-NS-like protein, regulates virulence in rice. Microbiol 155(9):3033-44.
  58. ^ a b Decomposition by bacteria. Diakses pada 24 Juni 2011.
  59. ^ a b c d e Decomposition of Organic Matter. Diakses pada 24 Juni 2011.

Pranala luar

  • Alcamo IE (2001). Fundamentals of microbiology. Boston: Jones and Bartlett. ISBN 0-7637-1067-9. 
  • Atlas RM (1995). Principles of microbiology. St. Louis: Mosby. ISBN 0-8016-7790-4. 
  • Martinko JM, Madigan MT (2005). Brock Biology of Microorganisms (11th ed. ed.). Englewood Cliffs, N.J: Prentice Hall. ISBN 0-13-144329-1. 
  • Holt JC, Bergey DH (1994). Bergey's manual of determinative bacteriology (9th ed. ed.). Baltimore: Williams & Wilkins. ISBN 0-683-00603-7. 
  • Hugenholtz P, Goebel BM, Pace NR (1998). "Impact of culture-independent studies on the emerging phylogenetic view of bacterial diversity". J Bacteriol 180 (18): 4765–74. PMID 9733676. 
  • Funke BR, Tortora GJ, Case CL (2004). Microbiology: an introduction (8th ed, ed.). San Francisco: Benjamin Cummings. ISBN 0-8053-7614-3. 
  • Bacterial Nomenclature Up-To-Date from DSMZ
  • The largest bacteria
  • Tree of Life: Eubacteria
  • Videos of bacteria swimming and tumbling, use of optical tweezers and other videos.
  • Planet of the Bacteria by Stephen Jay Gould
  • On-line text book on bacteriology
  • Animated guide to bacterial cell structure.

edunitas.com


Page 4

Bakteri
Pembuatan antibiotik menggunakan bakteri apa?

Escherichia coli, salah satu bakteri berwujud batang

Klasifikasi ilmiah
Fila/Divisio[1]

ActinobacteriaFirmicutae

Tenericutae (tanpa dinding)

AquificaeBacteroidetae/ChlorobiaChlamydiae/VerrucomicrobiaDeinococcus-ThermusFusobacteriaGemmatimonadetaeNitrospiraeProteobacteriaSpirochaetaeSynergistaeAcidobacteriaChloroflexiaeChrysiogenetae

Cyanobacteria

DeferribacteraeDictyoglomiFibrobacteriaPlanctomycotaThermodesulfobacteria

Thermotogae

Bakteri (dari kata Latin bacterium; jamak: bacteria) yaitu kumpulan organisme yang tak memiliki membran inti sel.[2] Organisme ini termasuk ke dalam domain prokariota dan berukuran sangat kecil (mikroskopik), serta memiliki peran akbar dalam kehidupan di bumi.[2] Beberapa kumpulan bakteri dikenal sbg kaki tangan penyebab infeksi dan penyakit, sedangkan kumpulan lainnya dapat memberikan ruang lingkup dibidang pangan, pengobatan, dan industri.[3] Susunan sel bakteri relatif sederhana: tanpa nukleus/inti sel, kerangka sel, dan organel-organel lain seperti mitokondria dan kloroplas.[4] Hal inilah yang menjadi dasar perbedaan sela sel prokariot dengan sel eukariot yang semakin kompleks.[5]

Bakteri dapat ditemukan di nyaris semua tempat: di tanah, cairan, udara, dalam simbiosis dengan organisme lain maupun sbg kaki tangan parasit (patogen), bahkan dalam tubuh manusia.[6][7][8][9] Pada umumnya, bakteri berukuran 0,5-5 μm, tetapi benar bakteri tertentu yang dapat berdiameter sampai 700 μm, yaitu Thiomargarita.[10] Mereka umumnya memiliki dinding sel, seperti sel tumbuhan dan jamur, tetapi dengan bahan pembentuk sangat berlainan (peptidoglikan).[11] Beberapa jenis bakteri bersifat motil (mampu bergerak) dan mobilitasnya ini disebabkan oleh flagel.[12]

Sejarah

Pembuatan antibiotik menggunakan bakteri apa?

Model mikroskop awal yang dirancang oleh Robert Hooke; dimuat dalam Micrographia.

Bakteri yaitu organisme mikroskopik.[13] Hal ini menyebabkan organisme ini sangat sulit untuk dideteksi, terutama sebelum ditemukannya mikroskop.[13] Barulah setelah masa zaman ke-19 ilmu tentang mikroorganisme, terutama bakteri (bakteriologi), mulai mengembang.[13] Seiring dengan perkembangan ilmu ilmu, beragam hal tentang bakteri telah sukses ditelaah.[13] Akan tetapi, perkembangan tersebut tak terlepas dari peranan beragam tokoh penting seperti Robert Hooke, Antoni van Leeuwenhoek, Ferdinand Cohn, dan Robert Koch.[13] Istilah bacterium dikenalkan di kemudian hari oleh Ehrenberg pada tahun 1828, diambil dari kata Yunani βακτηριον (bakterion) yang memiliki guna "batang-batang kecil".[13] Ilmu tentang bakteri mengembang setelah serangkaian percobaan yang dilakukan oleh Louis Pasteur, yang melahirkan cabang ilmu mikrobiologi.[13] Bakteriologi yaitu cabang mikrobiologi yang mempelajari biologi bakteri.[5]

Robert Hooke (1635-1703), seorang berbakat matematika dan sejarahwan warga negara Inggris, menulis suatu buku yang berjudul Micrographia pada tahun 1665 yang mengandung hasil pengamatan yang dilakukan dengan memakai mikroskop sederhana.[13]Akan tetapi, Robert Hooke sedang belum dapat menumukan susunan bakteri.[13] Dalam bukunya tersebut, tergambar hasil penemuannya mengenai tubuh buah kapang.[13] Walau demikian, buku inilah yang menjadi sumber deskripsi awal dari mikroorganisme.[13]

Antoni van Leeuwenhoek (1632—1723) hidup di era yang sama dengan Robert Hooke di mana pengamatan dengan mikroskop sedang sangat sederhana.[13] Terinspirasi dari kerja Robert Hooke, beliau membuat mikroskop rancangannya sendiri dengan sangat patut untuk mengamati makhluk mikroskopik ini pada beragam media alami pada tahun 1684.[13] Antoni van Leeuwenhoek sukses menemukan bakteri untuk pertama kalinya di dunia pada tahun 1676.[13] Hasil temuannya dikirimkan ke Royal Society of London yang kemudian dipublikasikan pada tahun 1684.[13] Penemuan ini segera mendapat banyak konfirmasi dari ilmuwan lainnya.[13] Sejak saat itulah, tak hanya ilmu tentang bakteri tetapi juga mikroorganisme pada umumnya pun mulai mengembang.[13]

Ferdinand Cohn (1828-1898) yaitu seorang botanis warga negara Breslau (sekarang Polandia).[13] Hasil penemuannya banyak berkisar tentang bakteri yang resisten terhadap panas.[13] Ketertarikannya pada kumpulan bakteri ini mengarahkannya pada penemuan kumpulan bakteri penghasil endospora yang resisten terhadap suhu tinggi.[13] Ferdinand Cohn juga sukses menjelaskan siklus hidup bakteri Bacillus yang sekaligus menjelaskan mengapa bakteri ini bersifat tahan panas.[13] Selanjutnya, beliau juga membuat dasar klasifikasi bakteri sederhana dan mengembangkan beberapa cara untuk mencegah kontaminasi pada kultur bakteri, seperti penggunaan kapas sbg penutup pada labu takar, erlenmeyer, dan tabung reaksi. Cara ini kemudian dipakai oleh ilmuwan lain, Robert Koch.[13]

Robert Koch (1843-1910), seorang berbakat fisika warga negara Jerman, banyak memainkan penelitian mengenai penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri.[13] Ilmuwan pada awalnya mempelajari penyakit antraks yang banyak menyerang binatang ternak.[14] Penyakit ini disebabkan oleh Bacillus anthracis, salah satu bakteri penghasil endospora.[14] Robert Koch juga yaitu orang pertama yang sukses memperoleh isolat murni Mycobacterium tuberculosis, bakteri penyebab penyakit tuberkulosis.[13][15] Berdasarkan dua penelitian mengenai penyakit ini, Robert Koch sukses membuat Postulat Koch, suatu teori mengenai mikroorganisme spesifik untuk penyakit yang spesfik.[13] Dia juga sukses menemukan cara untuk memperoleh isolat murni dari bakteri.[13] Penemuan lainnya yaitu penggunaan media kultur padat untuk menumbuhkan bakteri di luat habitat aslinya.[13] Pada awalnya beliau memakai potongan kentang dan kemudian dikembangkan dengan memakai nutrien gelatin.[13] Penggunaan nutrien gelatin sedang memiliki banyak kekurangan yang pada kemudiannya penggunaanya dialihkan dengan supaya (sejenis polisakarida) yang digagas oleh istri Walter Hesse yang juga memainkan pekerjaan bersama Robert Koch.[13]

Susunan sel

Pembuatan antibiotik menggunakan bakteri apa?

Susunan sel bakteri

Seperti prokariot (organisme yang tak memiliki membran inti) pada umumnya, semua bakteri memiliki susunan sel yang relatif sederhana.[16] Sehubungan dengan ketiadaan membran inti, meteri genetik (DNA dan RNA) bakteri melayang-layang di kawasan sitoplasma yang bernama nukleoid.[16] Salah satu susunan bakteri yang penting yaitu dinding sel.[17] Bakteri dapat diklasifikasikan dalam dua kumpulan akbar berdasarkan susunan dinding selnya, yaitu bakteri gram negatif dan bakteri gram positif.[16] Bakteri gram positif memiliki dinding sel yang tersusun dari lapisan peptidoglikan (sejenis molekul polisakarida) yang tebal dan asam teikoat, sedangkan bakteri gram negatif memiliki lapisan peptidoglikan yang semakin tipis dan mempunyai susunan lipopolisakarida yang tebal.[16][5] Cara yang dipakai untuk membedakan kedua jenis kumpulan bakteri ini dikembangkan oleh ilmuwan Denmark, Hans Christian Gram pada tahun 1884.[16]

Banyak bakteri memiliki susunan di luar sel lainnya seperti flagel dan fimbria yang dipakai untuk memainkan usaha, melekat dan konjugasi.[17] Beberapa bakteri juga memiliki kapsul yang beperan dalam melindungi sel bakteri dari kekeringan dan fagositosis.[16] Susunan kapsul inilah yang sering kali menjadi faktor virulensi penyebab penyakit, seperti yang ditemukan pada Escherichia coli dan Streptococcus pneumoniae.[16] Bakteri juga memiliki kromosom, ribosom, dan beberapa spesies lainnya memiliki granula makanan, vakuola gas, dan magnetosom.[16] Beberapa bakteri mampu membentuk diri menjadi endospora yang membuat mereka mampu bertahan hidup pada bagian yang terkait ekstrim.[18] Clostridium botulinum yaitu salah satu contoh bakteri penghasil endospora yang sangat tahan suhu dan tekanan tinggi, dimana bakteri ini juga termasuk golongan bakteri pengebab keracunan pada makanan kaleng.[18]

Morfologi bakteri

Pembuatan antibiotik menggunakan bakteri apa?

Beragam bangun tubuh bakteri

Berdasarkan bangunnya, bakteri dibagi menjadi tiga golongan akbar, yaitu:

  • Kokus (Coccus) yaitu bakteri yang berwujud bulat seperti bola dan mempunyai beberapa variasi sbg berikut:[19][20]
    • Mikrococcus, bila kecil dan tunggal
    • Diplococcus, jka berganda dua-dua
    • Tetracoccus, bila bergandengan empat dan membentuk bujur sangkar
    • Sarcina, bila bergerombol membentuk kubus
    • Staphylococcus, bila bergerombol
    • Streptococcus, bila bergandengan membentuk rantai
  • Basil (Bacillus) yaitu kumpulan bakteri yang berwujud batang atau silinder, dan mempunyai variasi sbg berikut:[19][20]
    • Diplobacillus, bila bergandengan dua-dua
    • Streptobacillus, bila bergandengan membentuk rantai
  • Spiral (Spirilum) yaitu bakteri yang berwujud lengkung dan mempunyai variasi sbg berikut:[19][20]
    • Vibrio, (bentuk koma), bila lengkung kurang dari setengah lingkaran (bentuk koma)
    • Spiral, bila lengkung semakin dari setengah lingkaran
    • Spirochete, bila lengkung membentuk susunan yang fleksibel.[20]

Bangun tubuh/morfologi bakteri dipengaruhi oleh adanya bagian yang terkait, medium, dan usia. Walaupun secara morfologi berbeda-beda, bakteri tetap yaitu sel tunggal yang dapat hidup dapat berdiri sendiri bahkan saat terpisah dari koloninya.[20]

Alat gerak

Pembuatan antibiotik menggunakan bakteri apa?

Gambar alat gerak bakteri: A-Monotrik; B-Lofotrik; C-Amfitrik; D-Peritrik;

Banyak spesies bakteri yang memainkan usaha memakai flagel.[21] Bakteri yang tak memiliki alat gerak kebanyakan hanya mengikuti pergerakan media pertumbuhannya atau bagian yang terkait tempat bakteri tersebut benar.[21] Sama seperti susunan kapsul, flagel juga dapat menjadi kaki tangan penyebab penyakit pada beberapa spesies bakteri.[21] Berdasarkan tempat dan banyak flagel yang dimiliki, bakteri dibagi menjadi lima golongan, yaitu:[22][21]

  • Atrik, tak mempunyai flagel.[22][21]
  • Monotrik, mempunyai satu flagel pada salah satu ujungnya.[22][21]
  • Lofotrik, mempunyai sebanyak flagel pada salah satu ujungnya.[22][21]
  • Amfitrik, mempunyai satu flagel pada kedua ujungnya.[22][21]
  • Peritrik, mempunyai flagel pada seluruh permukaan tubuhnya.[22][21]

Habitat

Bakteri yaitu mikroorganisme ubikuotus, yang berfaedah melimpah dan banyak ditemukan di nyaris semua tempat.[2] Habitatnya sangat beragam; bagian yang terkait perairan, tanah, udara, permukaan daun, dan bahkan dapat ditemukan di dalam organisme hidup.[2] Dianggarkan total banyak sel mikroorganisme yang mendiami muka bumi ini yaitu 5x1030.[2] Bakteri dapat ditemukan di dalam tubuh manusia, terutama di dalam arus pencernaan yang banyak selnya 10 kali lipat banyakan dari banyak total sel tubuh manusia. [23] Oleh karena itu, kolonisasi bakteri sangatlah mempengaruhi kondisi tubuh manusia.[24]

Pembuatan antibiotik menggunakan bakteri apa?

Thermus aquatiqus, bakteri termofilik yang banyak diaplikasikan dalam bioteknologi.

Terdapat beragam jenis bakteri yang mampu menghabitasi kawasan arus pencernaan manusia, terutama pada usus akbar, diantaranya yaitu bakteri asam laktat dan kumpulan enterobacter .[5] Contoh bakteri yang biasa ditemukan yaitu Lactobacillus acidophilus.[5][25] Di samping itu, terdapat pula kumpulan bakteri lain, yaitu probiotik, yang bersifat menguntungkan karena dapat menunjang kesehatan dan bahkan mampu mencegah terbentuknya kanker usus akbar.[26] Selain di dalam arus pencernaan, bakteri juga dapat ditemukan di permukaan kulit, mata, mulut, dan kaki manusia.[24] Di dalam mulut dan kaki manusia terdapat kumpulan bakteri yang dikenal dengan nama metilotrof, yaitu kumpulan bakteri yang mampu memakai senyawa karbon tunggal untuk menyokong pertumbuhannya.[27][28][29] Di dalam rongga mulut, bakteri ini memakai senyawa dimetil sulfida yang memerankan dalam menyebabkan bau pada mulut manusia.[30][31]

Beberapa kumpulan mikroorganisme ini mampu hidup di bagian yang terkait yang tak memungkinkan organisme lain untuk hidup.[32] Kondisi bagian yang terkait yang ekstrim ini menuntut benarnya toleransi, mekanisme metabolisme, dan daya tahan sel yang unik.[2][33][34] Sbg contoh, Thermus aquatiqus yaitu salah satu jenis bakteri yang hidup pada sumber cairan panas dengan kisaran suhu 60-80 oC.[2] Tak hanya di bagian yang terkait bersuhu tinggi, bakteri juga dapat ditemukan pada bagian yang terkait dengan suhu yang sangat dingin.[35] Pseudomonas extremaustralis ditemukan pada Antartika dengan suhu di bawah 0 oC.[35] Di samping pengaruh ekstrim temperatur, bakteri juga dapat hidup pada beragam bagian yang terkait lain yang nyaris tak memungkinkan benarnya kehidupan (lingkungan steril).[36] Halobacterium salinarum dan Halococcus sp. yaitu contoh dari bakteri yang dapat hidup pada kondisi garam (NaCl) yang sangat tinggi (15-30%).[36][37] Tedapat pula beberapa jenis bakteri yang mampu hidup pada kadar gula tinggi (kelompok osmofil), kadar cairan rendah (kelompok xerofil), derajat keasaman pH sangat tinggi, dan rendah.[2]

Beberapa komunitas bakteri dapat bertahan hidup di dalam awan dengan ketingian sampai 10 kilometer. Suatu tim peneliti memakai pesawat tua DC-8 yang dimodifikasi sbg laboratorium terbang sukses menggambil sampel sebanyak bakteri di awan dalam kondisi badai. Bakteri yang hidup dalam nukleasi es terbawa badai dan bertahan dalam ionisasi awan.[38]

Pengaruh bagian yang terkait terhadap bakteri

Kondisi bagian yang terkait yang mendukung dapat memacu pertumbuhan dan reproduksi bakteri.[39] Faktor-faktor bagian yang terkait yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan reproduksi bakteri yaitu suhu, kelembapan, dan cahaya.[39] Secara umum, terdapat beberapa alat yang dapat dipakai untuk memainkan pengamatan sel bakteri terhadap beragam parameter tersebut, seperti mikroskop optikal, mikroskop elektron, dan atomic force microscope (AFM).[39]

Suhu

Suhu memerankan penting dalam mengatur jalannya reaksi metabolisme untuk semua makhluk hidup.[2] Khususnya untuk bakteri, suhu bagian yang terkait yang benar semakin tinggi dari suhu yang dapat ditoleransi akan menyebabkan denaturasi protein dan komponen sel esensial lainnya sehingga sel akan mati.[2] Demikian pula bila suhu bagian yang terkaitnya benar di bawah batas toleransi, membran sitoplasma tak akan berwujud cair sehingga transportasi nutrisi akan terhambat dan ronde kehidupan sel akan terhenti.[2] Berdasarkan kisaran suhu kegiatannya, bakteri dibagi menjadi 4 golongan:

  • Bakteri psikrofil, yaitu bakteri yang hidup pada kawasan suhu sela 0°– 30 °C, dengan suhu optimum 15 °C.
  • Bakteri mesofil, yaitu bakteri yang hidup di kawasan suhu sela 15° – 55 °C, dengan suhu optimum 25° – 40 °C.
  • Bakteri termofil, yaitu bakteri yang dapat hidup di kawasan suhu tinggi sela 40° – 75 °C, dengan suhu optimum 50 - 65 °C
  • Bakteri hipertermofil, yaitu bakteri yang hidup pada kisaran suhu 65 - 114 °C, dengan suhu optimum 88 °C.[2]

Kelembaban relatif

Pada umumnya bakteri memerlukan kelembaban relatif (relative humidity, RH) yang cukup tinggi, anggaran 85%.[2] Kelembaban relatif dapat diartikan sbg kandungan cairan yang terdapat di udara.[2] Pengurangan kadar cairan dari protoplasma menyebabkan kegiatan metabolisme terhenti, misalnya pada ronde pembekuan dan pengeringan.[2] Sbg contoh, bakteri Escherichia coli akan mengalami penurunan daya tahan dan elastisitas dinding selnya saat RH bagian yang terkait kurang dari 84%.[39] Bakteri gram positif cenderung hidup pada kelembaban udara yang semakin tinggi dibandingkan dengan bakteri gram negatif terkait dengan perubahan susunan membran selnya yang mengandung lipid bilayer.[40]

Cahaya

Cahaya yaitu salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri.[41] Secara umum, bakteri dan mikroorganisme lainnya dapat hidup dengan patut pada paparan cahaya normal.[41] Akan tetapi, paparan cahaya dengan intensitas sinar ultraviolet (UV) tinggi dapat mempunyai dampak fatal untuk pertumbuhan bakteri.[41] Teknik penggunaan sinar UV, sinar x, dan sinar gamma untuk mensterilkan suatu bagian yang terkait dari bakteri dan mikroorganisme lainnya dikenal dengan teknik iradiasi yang mulai mengembang sejak awal masa zaman ke-20.[41][5]. Cara ini telah diaplikasikan secara luas untuk beragam kebutuhan, terutama pada sterilisasi makanan untuk meningkatkan masa simpan dan daya tahan.[5] Beberapa contoh bakteri patogen yang mampu dihambat ataupun dihilangkan diantaranya Escherichia coli 0157:H7 and Salmonella.[5]

Radiasi

Radiasi pada daya tertentu dapat menyebabkan kelainan dan bahkan dapat bersifat letal untuk makhluk hidup, terutama bakteri.[42] Sbg contoh pada manusia, radiasi dapat menyebabkan penyakit hati akut, katarak, hipertensi, dan bahkan kanker.[42] Akan tetapi, terdapat kumpulan bakteri tertentu yang mampu bertahan dari paparan radiasi yang sangat tinggi, bahkan ratusan kali semakin akbar dari daya tahan manusia tehadap radiasi, yaitu kumpulan Deinococcaceae. [43] Sbg perbandingan, manusia pada umumnya tak dapat bertahan pada paparan radiasi semakin dari 10 Gray (Gy, 1 Gy = 100 rad), sedangkan bakteri yang termasuk dalam kumpulan ini dapat bertahan sampai 5.000 Gy.[43][44]

Pada umumnya, paparan energi radiasi dapat menyebabkan mutasi gen dan putusnya rantai DNA.[45] Apabila terjadi pada intensitas yang tinggi, bakteri dapat mengalami kematian.[45] Deinococcus radiodurans memiliki kemampuan untuk bertahan terhadap mekanisme perusakan materi genetik tersebut melewati sistem adaptasi dan benarnya ronde perbaikan rantai DNA yang sangat efisien.[45]

Peranan

Bagian bagian yang terkait

Keanekaragaman bakteri dan jalur metabolismenya menyebabkan bakteri memiliki peranan yang akbar untuk bagian yang terkait.[5] Sbg contoh, bakteri saprofit menguraikan tumbuhan atau binatang yang telah mati dan sisa-sisa atau kotoran organisme.[5] Bakteri tersebut menguraikan protein, karbohidrat dan senyawa organik lain menjadi CO2, gas amoniak, dan senyawa-senyawa lain yang semakin sederhana.[5] Contoh bakteri saprofit diantaranya Proteus dan Clostridium.[5] Tak hanya memerankan sbg pengurai senyawa organik, beberapa kumpulan bakteri saprofit juga yaitu patogen oportunis.[5]

Pembuatan antibiotik menggunakan bakteri apa?

Frankia alni, salah satu bakteri pengikat N2 yang berasosiasi dengan tanaman membentuk bintil akar.

Kumpulan bakteri lainnya memerankan dalam siklus nitrogen, seperti bakteri nitrifikasi.[2] Bakteri nitrifikasi yaitu kumpulan bakteri yang mampu menyusun senyawa nitrat dari senyawa amonia yang pada umumnya berlanjut secara aerob di dalam tanah.[46] Kumpulan bakteri ini bersifat kemolitotrof.[46] Nitrifikasi terdiri atas dua tahap yaitu nitritasi (oksidasi amonia (NH4) menjadi nitrit (NO2-)) dan nitratasi (oksidasi senyawa nitrit menjadi nitrat (NO3)).[46] Dalam bagian pertanian, nitrifikasi sangat menguntungkan karena menghasilkan senyawa yang diperlukan oleh tanaman yaitu nitrat.[46] Setelah reaksi nitrifikasi berakhir, akan terjadi ronde dinitrifikasi yang dilakukan oleh bakteri denitrifikasi.[46] Denitrifikasi sendiri yaitu reduksi anaerobik senyawa nitrat menjadi nitrogen lepas (N2) yang semakin gampang diserap dan dimetabolisme oleh beragam makhluk hidup.[2] Contoh bakteri yang mampu memainkan metabolisme ini yaitu Pseudomonas stutzeri, Pseudomonas aeruginosa, and Paracoccus denitrificans.[47] Di samping itu, reaksi ini juga menghasilkan nitrogen dalam bangun lain, seperti dinitrogen oksida (N2O).[2] Senyawa tersebut tak hanya dapat memerankan penting untuk hidup beragam organisme, tetapi juga dapat memerankan dalam fenomena hujan asam dan rusaknya ozon.[2] Senyawa N2O akan dioksidasi menjadi senyawa NO dan kemudian bereaksi dengan ozon (O3) membentuk NO2- yang akan kembali ke bumi dalam bangun hujan asam (HNO2).[2]

Di bagian pertanian dikenal benarnya suatu kumpulan bakteri yang mampu bersimbiosis dengan akar tanaman atau hidup lepas di tanah untuk menolong penyuburan tanah.[5] Kumpulan bakteri ini dikenal dengan istilah bakteri pengikat nitrogen atau singkatnya bakteri nitrogen. Bakteri nitrogen yaitu kumpulan bakteri yang mampu mengikat nitrogen (terutaman N2) lepas di udara dan mereduksinya menjadi senyawa amonia (NH4) dan ion nitrat (NO3-) oleh bantuan enzim nitrogenase.[48][49] Kumpulan bakteri ini kebanyakan bersimbiosis dengan tanaman kacang-kacangan dan polong untuk membentuk suatu simbiosis mutualisme berupa nodul atau bintil akar untuk mengikat nitrogen lepas di udara yang pada umumnya tak dapat dipakai secara langsung oleh kebanyakan organisme.[49][2] Secara umum, kumpulan bakteri ini dikenal dengan istilah rhizobia, termasuk di dalamnya genus bakteri Rhizobium, Bradyrhizobium, Mesorhizobium, Photorhizobium, dan Sinorhizobium.[2] Contoh bakteri nitrogen yang hidup bersimbiosis dengan tanaman polong-polongan yaitu Rhizobium leguminosarum, yang hidup di akar membentuk nodul atau bintil-bintil akar.[2]

Bagian pangan

Terdapat beberapa kumpulan bakteri yang mampu memainkan ronde fermentasi dan hal ini telah banyak diterapkan pada pengolahan berbagi jenis makanan.[5] Bahan pangan yang telah difermentasi pada umumnya akan memiliki masa simpan yang semakin lama, juga dapat meningkatkan atau bahkan memberikan cita rasa baru dan unik pada makanan tersebut.[5] Beberapa makanan hasil fermentasi dan mikroorganisme yang berperan:

Beberapa spesies bakteri pengurai dan patogen dapat tumbuh di dalam makanan.[50] Kumpulan bakteri ini mampu memetabolisme beragam komponen di dalam makanan dan kemudian menghasilkan metabolit sampingan yang bersifat racun.[50] Clostridium botulinum, menghasilkan racun botulinin, seringkali terdapat pada makanan kalengan dan kini senyawa tersebut dipakai sbg bahan dasar botox.[50] Beberapa contoh bakteri perusak makanan:

Bagian kesehatan

Tak hanya di bagian bagian yang terkait dan pangan, bakteri juga dapat memberikan ruang lingkup dibidang kesehatan. Antibiotik yaitu zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme dan mempunyai daya hambat terhadap kegiatan mikroorganisme lain dan senyawa ini banyak dipakai dalam menyembuhkan suatu penyakit.[5] Beberapa bakteri yang menghasilkan antibiotik adalah:

  • Streptomyces griseus, menghasilkan antibiotik streptomycin[2]
  • Streptomyces aureofaciens, menghasilkan antibiotik tetracycline[2]
  • Streptomyces venezuelae, menghasilkan antibiotik chloramphenicol[2]
  • Penicillium, menghasilkan antibiotik penisilin[5]
  • Bacillus polymyxa, menghasilkan antibiotik polymixin.[5]

Terlepas dari peranannya dalam menghasilkan antibiotik, banyak jenis bakteri yang justru bersifat patogen.[53] Pada manusia, beberapa jenis bakteri yang sering kali menjadi kaki tangan penyebab penyakit yaitu Salmonella enterica subspesies I serovar Typhi yang menyebabkan penyakit tifus, Mycobacterium tuberculosis yang menyebabkan penyakit TBC, dan Clostridium tetani yang menyebabkan penyakit tetanus.[54][55] Bakteri patogen juga dapat menyerang binatang ternak, seperti Brucella abortus yang menyebabkan brucellosis pada sapi dan Bacillus anthracis yang menyebabkan antraks.[56] Untuk infeksi pada tanaman yang umum dikenal yaitu Xanthomonas oryzae yang menyerang pucuk batang padi dan Erwinia amylovora yang menyebabkan busuk pada buah-buahan.[57]

Dekomposisi

Pembuatan antibiotik menggunakan bakteri apa?

Dekomposisi buah persik setelah 6 hari.

Ronde degradasi jasad makhluk hidup dilakukan oleh banyak organisme, salah satunya yaitu bakteri. Beberapa jenis bakteri, terutama bakteri heterotrof, mampu mendegradasi senyawa organik dan memakainya untuk menunjang pertumbuhannya.[58] Ronde dekomposisi ini ditolong oleh beberapa jenis enzim untuk memecah makromolekul, seperti karbohidrat, protein, dan lemak, untuk dipecah menjadi senyawa yang semakin sederhana. Sbg contoh, enzim protease dipakai untuk memecah protein menjadi senyawa semakin sederhana, seperti asam amino.[58] Ronde dekomposisi ini juga memerankan dalam pengembalian unsur-unsur, terutama karbon dan nitrogen, ke dunia untuk masuk ke dalam siklus lagi.[59]

Dekomposisi jasad makhluk hidup dimulai oleh bakteri yang hidup di dalam tubuh manusia, dimulai dari jaringan-jaringan otot.[59] Ronde ini dipercepat saat tubuh telah dikuburkan. Reaksi pertama dalam dekomposisi ini yaitu hidrolisis protein oleh protease membentuk asam amino.[59] Selanjutnya, asam amino akan diubah menjadi asam asetat, gas hidrogen, gas nitrogen, dan karbon dioksida sehingga pH bagian yang terkait akan turun menjadi 4-5.[59] Reaksi ini dilakukan oleh bakteri acetogen. Pada tahap pengahabisan, semua senyawa tersebut diubah menjadi gas metana oleh metanogen.[59]

Pustaka

  1. ^ "Bacteria (eubacteria)". Taxonomy Browser. NCBI. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/Taxonomy/Browser/wwwtax.cgi?mode=Undef&id=2&lvl=3&lin=f&keep=1&srchmode=1&unlock. Diakses pada 2008-09-10.
  2. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z Madigan MT; Martinko JM, Dunlap PV, Clark DP (2009). Brock Biology of Microorganisms Twelfth Edition. 
  3. ^ Berg JM, Tymoczko JL Stryer L (2002). Molecular Cell Biology (5th ed.). WH Freeman. ISBN 0-7167-4955-6. 
  4. ^ Berg JM, Tymoczko JL Stryer L (2002). Molecular Cell Biology (5th ed.). WH Freeman. ISBN 0-7167-4955-6. 
  5. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s Todar K. 2008. Online Textbook of Bacteriology. http://www.textbookofbacteriology.net/index.html [diakses pada 21 Juni 2011].
  6. ^ Anesti V, McDonald IR, Ramaswamy M, Wade WG, Kelly DP, Wood AP. 2005. Isolation and molecular detection of methylotrophic bacteria occurring in the human mouth. Environ Microbiol 7(8):1227-38.
  7. ^ Gallego V, Garcia MT, Ventosa A. 2005.Methylobacteriumvariabile sp. nov., a methylotrophic bacterium isolated froman aquatic environment. Int J Syst Evol Microbiol 55:1429-33.
  8. ^ Pasamba EM, Demigillo RM, Lee AC. 2007. Antibiograms of pink pigmented facultative methylotrophic bacterial isolates fromvarious sources. Philipp Scient 44:47-56.
  9. ^ Sorokin DY, Trotsenko YA, Doronina NV, Tourova TP, Galinski EA, Kolganova TV, Muyzer G. 2005. Methylohalomonas lacus gen. nov., sp. nov.and Methylonatrum kenyense gen. nov., sp. nov., methylotrophic gamma proteobacteria fromhypersaline lakes. Int J Syst Evol Microbiol 57: 2762–69.
  10. ^ Gray ND dan Head IM (2005). Microorganisms and Earth Systems; Advances in Geomicrobiology. ISBN 0-521-86222-1. 
  11. ^ Koch A (2003). "Bacterial wall as target for attack: past, present, and future research". Clin Microbiol Rev 16 (4): 673–87. doi:10.1128/CMR.16.4.673-687.2003. PMC 207114. PMID 14557293. 
  12. ^ Bardy SL, Ng SY, Jarrell KF (February 2003). "Prokaryotic motility structures". Microbiology (Reading, Engl.) 149 (Pt 2): 295–304. doi:10.1099/mic.0.25948-0. PMID 12624192. 
  13. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac Madigan MT; Martinko JM, Dunlap PV, Clark DP (2009). Brock Biology of Microorganisms Twelfth Edition. 
  14. ^ a b Welkos S, Little S, Friedlander A, Fritz D, Fellows P. 2001. The role of antibodies to Bacillus anthracis and anthrax toxin components in inhibiting the early stages of infection by anthrax spores. Microbiol 147(6):1677-85.
  15. ^ Cole ST, et al.1998. Deciphering the biology of Mycobacterium tuberculosis from the complete genome sequence. Nat 393:537-544. doi:10.1038/31159
  16. ^ a b c d e f g h Davidson MW. 2009. Bacteria Cell Structure. http://micro.magnet.fsu.edu/cells/bacteriacell.html. Diakses pada 22 Juni 2011.
  17. ^ a b Carl. The Bacteria Cell. http://www.lanesville.k12.in.us/lcsyellowpages/tickit/carl/bacteria.html. Diakses pada 22 Juni 2011.
  18. ^ a b Margosch D, Ehrmann MA, Buckow R, Heinz V, Vogel RF, Ganzle MG. 2006. High-Pressure-Mediated Survival of Clostridium botulinum and Bacillus amyloliquefaciens Endospores at High Temperature. Appl Environ Microbiol 72(5):3476-81. doi:10.1128/AEM.72.5.3476-3481.2006
  19. ^ a b c Wellmeyer B. 2009. Bacterial Morphology. http://nhscience.lonestar.edu/biol/wellmeyer/bacteria/bacmorph.htm. Diakses pada 22 Juni 2011.
  20. ^ a b c d e Kaiser GE. 2006. The Prokaryotic Cell: Bacteria. http://faculty.ccbcmd.edu/courses/bio141/lecguide/unit1/shape/shape.html. Diakses pada 22 Juni 2011.
  21. ^ a b c d e f g h i Heritage J. 2006. Medical Microbiology - A Brief Introduction. Diakses pada 22 Juni 2011.
  22. ^ a b c d e f Rollins DM, Joseph SW. 2004. Arrangement of Bacterial Flagella. Diakses pada 22 Juni 2011.
  23. ^ Wenner M. 2007. Humans Carry More Bacterial Cells than Human Ones. http://www.scientificamerican.com/article.cfm?id=strange-but-true-humans-carry-more-bacterial-cells-than-human-ones. Diakses pada 22 Juni 2011.
  24. ^ a b Science Daily. 2008. Humans Have Ten Times More Bacteria Than Human Cells: How Do Microbial Communities Affect Human Health?. http://www.sciencedaily.com/releases/2008/06/080603085914.htm. Diakses pada 22 Juni 2011.
  25. ^ Heilig HGHJ. Zoetendal EG, Vaughan EE, Marteau P, Akkermans ADL, de Vos WM. 2001. Molecular Diversity of Lactobacillus spp. and Other Lactic Acid Bacteria in the Human Intestine as Determined by Specific Amplification of 16S Ribosomal DNA. Appl Environ Microbiol 68(1):114-123. DOI: 10.1128/AEM.68.1.114-123.2002
  26. ^ Rafter JJ. 1995. The role of lactic acid bacteria in colon cancer prevention. Scandinavian Journal of Gastroenterology 30(6):497-502.
  27. ^ Hanson RS, Hanson TE. 1996. Methanotrophic bacteria. Microbiol Rev 60:439-471.
  28. ^ Lengeler JW, DrewsGerhart, Schlegel HG. 1999. Biology of the Prokaryotes. Stuttgart: Blackwell Science.
  29. ^ Trotsenko YA, Doronina NV, Govorukhina NI. 1985. Metabolism of non-motile obligately methylotrophic bacteria. FEMS Microbiol Letters 33:293-297.
  30. ^ Anesti V, McDonald IR, Ramaswamy M, Wade WG, Kelly DP, Wood AP. 2005. Isolation and molecular detection of methylotrophic bacteria occurring in the human mouth. Environ Microbiol 7(8):1227-38.
  31. ^ Liu Q, Kirchhoff JR, Faehnle CR, Viola RE, Hudson RA. 2005. A rapid method for the purification of methanol dehydrogenase from Methylobacterium extorquens. Prot Exp Pur 46:316-320.
  32. ^ Wassenaar TM. 2009. Extremophiles. http://www.bacteriamuseum.org/cms/Evolution/extremophiles.html. Diakses pada 22 Juni 2011.
  33. ^ Cavicchioli R, Siddiqui KS, Andrews D, Sowers K. 2002. Low-temperature extremophiles and their applications. Current Opinion Biotechnol 13(3)253-261. doi:10.1016/S0958-1669(02)00317-8.
  34. ^ NIehaus F, Bertoldo, Kahler M, Antranikian G. 1999. Extremophiles as a source of novel enzymes for industrial application. Appl Microbiol Biotechnol 51(6)711-729. DOI: 10.1007/s002530051456
  35. ^ a b Tribelli PM, Lopez NI. 2011. Poly(3-hydroxybutyrate) influences biofilm formation and motility in the novel Antarctic species Pseudomonas extremaustralis under cold conditions. Extremophiles. DOI: 10.1007/s00792-011-0384-1.
  36. ^ a b Cohen Krausz S, Trachtenberg S. 2002. The Structure of the Archeabacterial Flagellar Filament of the Extreme Halophile Halobacterium salinarum R1M1 and Its Relation to Eubacterial Flagellar Filaments and Type IV Pili. J Mol Biol 321(3):383-395.
  37. ^ Valera FR, Berraquero FR, Cormenzana AR. 1979. Isolation of Extreme Halophiles from Seawater. Appl Environ Microbiol 38(1):164-165.
  38. ^ "Bakteri Hidup Tinggi di Awan Badai". http://jurnal.kesimpulan.com/2013/01/bakteri-hidup-tinggi-di-awan-badai.html. Diakses pada 29 Januari 2013.
  39. ^ a b c d Nikiyan H, Vasilchencko A, Deryabin D. 2010. Humidity-Dependent Bacterial Cells Functional Morphometry Investigations Using Atomic Force Microscope. Int J Microbiol. Vol 2010. doi:10.1155/2010/704170.
  40. ^ Maier RM, Pepper IL, Gerba CP (2009). Environmental Microbiology, 2nd Edition. ISBN 978-0-12-370519-8. 
  41. ^ a b c d Caldwell A. 2011. The Effects of Ultraviolet Light on Bacterial Growth. http://www.ehow.com/facts_5871403_effects-ultraviolet-light-bacterial-growth.html. Diakses pada 24 Juni 2011.
  42. ^ a b Shrieve DC, Loeffler JS. 2010. Human Radiation Injury. Halaman 105. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. ISBN 978-1-60547-011-5
  43. ^ a b Mattimore V, Battista JR. 1995. Radioresistance of Deinococcus radiodurans: Functions Necessary To Survive Ionizing Radiation Are Also Necessary To Survive Prolonged Desiccation. J Bacteriol 178(3): 633-637.
  44. ^ Madigan MT; Martinko JM, Dunlap PV, Clark DP (2009). Brock Biology of Microorganisms Twelfth Edition. pp. 480–481. 
  45. ^ a b c Battista JR, Cox MM. 2005. Deinococcus radiodurans — the consummate survivor. Nat Rev Microbiol 3:882-892. doi:10.1038/nrmicro1264
  46. ^ a b c d e Madigan MT; Martinko JM, Dunlap PV, Clark DP (2009). Brock Biology of Microorganisms Twelfth Edition. pp. 403–404. 
  47. ^ Carlson CA, Ingraham JL. 1983. Comparison of denitrification by Pseudomonas stutzeri, Pseudomonas aeruginosa, and Paracoccus denitrificans. Appl Environ Microbiol 45(4):1247–1253.
  48. ^ Nitrogen Fixing Bacteria. 2011. Diakses pada 26 Juli 2011.
  49. ^ a b Deacon J. The Microbial World: The Nitrogen cycle and Nitrogen fixation Diakases pada 26 Juli 2011.
  50. ^ a b c Marler B. 2010. Clostridium Botulinum (Botulism). http://www.foodborneillness.com/botulism_food_poisoning/. Diakses pada 24 Juni 2011.
  51. ^ Welling W, Cohen JA, Berends W. 1960. Disturbance of oxidative phosphorylation by an antibioticum produced by pseudomonas cocovenenans. Biochem Pharmacol 3(2):122-135. doi:10.1016/0006-2952(60)90028-9.
  52. ^ Bacterial Fermentation. Diakses pada 24 Juni 2011.
  53. ^ Parry CM, Hien TT, Dougan G, White NJ, Farrar JJ. 2002. Typhoid fever. N Engl J Med 347:1770–1782.
  54. ^ Parry CM, Hien TT, Dougan G, White NJ, Farrar JJ. 2002. Typhoid fever. N Engl J Med 347:1770–1782.
  55. ^ Medie FM, Salahi IB, Drancourt M, Henrissat B. 2010. Paradoxical conservation of a set of three cellulose-targeting genes in Mycobacterium tuberculosis complex organisms. Microbiol 156:1468-1475. doi: 10.1099/mic.0.037812-0.
  56. ^ Rodriguez MC, Froger A, Rolland JP, Thomas D, Aguerol J, Delamarche C, Garcia-Lobo JM. A functional water channel protein in the pathogenic bacterium Brucella abortus. Microbiol 146(12):3251-3257. doi: 3251-3257.
  57. ^ Feng JX, Song ZZ, Duan CJ, Zhao S, Wu YQ, Wang C, Dow JM, Tang JL. 2009. The xrvA gene of Xanthomonas oryzae pv. oryzae, encoding an H-NS-like protein, regulates virulence in rice. Microbiol 155(9):3033-44.
  58. ^ a b Decomposition by bacteria. Diakses pada 24 Juni 2011.
  59. ^ a b c d e Decomposition of Organic Matter. Diakses pada 24 Juni 2011.

Pranala luar

  • Alcamo IE (2001). Fundamentals of microbiology. Boston: Jones and Bartlett. ISBN 0-7637-1067-9. 
  • Atlas RM (1995). Principles of microbiology. St. Louis: Mosby. ISBN 0-8016-7790-4. 
  • Martinko JM, Madigan MT (2005). Brock Biology of Microorganisms (11th ed. ed.). Englewood Cliffs, N.J: Prentice Hall. ISBN 0-13-144329-1. 
  • Holt JC, Bergey DH (1994). Bergey's manual of determinative bacteriology (9th ed. ed.). Baltimore: Williams & Wilkins. ISBN 0-683-00603-7. 
  • Hugenholtz P, Goebel BM, Pace NR (1998). "Impact of culture-independent studies on the emerging phylogenetic view of bacterial diversity". J Bacteriol 180 (18): 4765–74. PMID 9733676. 
  • Funke BR, Tortora GJ, Case CL (2004). Microbiology: an introduction (8th ed, ed.). San Francisco: Benjamin Cummings. ISBN 0-8053-7614-3. 
  • Bacterial Nomenclature Up-To-Date from DSMZ
  • The largest bacteria
  • Tree of Life: Eubacteria
  • Videos of bacteria swimming and tumbling, use of optical tweezers and other videos.
  • Planet of the Bacteria by Stephen Jay Gould
  • On-line text book on bacteriology
  • Animated guide to bacterial cell structure.

edunitas.com


Page 5

Kabupaten Aceh Mulia adalah salah satu kabupaten di Provinsi Aceh, Indonesia. Sebelum dimekarkan pada kesudahan tahun 1970-an, ibu kota Kabupaten Aceh Mulia adalah Kota Banda Aceh, akhir Kota Banda Aceh berpisah menjadi kotamadya sehingga ibu kota Kabupaten Aceh Mulia pindah ke daerah Jantho di Pegunungan Seulawah. Kabupaten Aceh Mulia juga merupakan tempat lahir pahlawan nasional Cut Nyak Dhien yang berasal dari Lampadang.

Sekilas

Pada saat Aceh masih sbg sebuah kerajaan, yang dimaksud dengan Aceh atau Kerajaan Aceh adalah wilayah yang sekarang dikenal dengan nama Kabupaten Aceh Mulia ditambah dengan beberapa kenegerian/daerah yang telah menjadi bagian dari Kabupaten Pidie. Selain itu, juga termasuk Pulau Weh (sekarang telah menjadi pemerintah kota Sabang), sebagian wilayah pemerintah kota Banda Aceh, dan beberapa kenegerian/daerah dari wilayah Kabupaten Aceh Barat. Aceh Mulia dalam istilah Aceh disebut Aceh Rayeuk. Penyebutan Aceh Rayeuk sbg Aceh yang sebenarnya karena daerah inilah yang pada mulanya menjadi inti Kerajaan Aceh dan juga karena di situlah terletak ibukota kerjaaan yang bernama Bandar Aceh atau Bandar Aceh Darussalam. Untuk nama Aceh Rayeuk hadir juga yang menamakan dengan sebutan Aceh Lhee Sagoe (Aceh Tiga Sagi).[3]

Saat ini Aceh Mulia merupakan sebuah kabupaten yang terdapat di dalam wilayah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, dengan ibukotanya Kota Jantho. Namun, di Kota Jantho hanya terdapat kompleks perumahan dan kantor-kantor pemerintahan, absen losmen ataupun hotel. Kota Jantho dihubungkan dengan labi-labi dengan jarak 60 km dari Banda Aceh, 28 km menuju Saree, dan 12 km menuju jalan utama Banda Aceh - Medan. Sekitar 12 km dari Kota Jantho ini terdapat cairan terjun.[3]

Sejarah Aceh Mulia

Sebelum dikeluarkannya Undang-Undang Darurat Nomor 7 Tahun 1956, Kabupaten Aceh Mulia merupakan daerah yang terdiri dari tiga kawedanan, yaitu:

  1. Kawedanan Seulimum
  2. Kawedanan Lhoknga
  3. Kawedanan Sabang

Kesudahannya dengan perjuangan yang panjang Kabupaten Aceh mulia disahkan menjadi daerah otonom melewati Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1956 dengan ibu kotanya pada saat itu adalah Banda Aceh dan juga merupakan wilayah hukum Kotamadya Banda Aceh.

Sehubungan dengan tuntutan dan perkembangan daerah yang semakin maju dan berwawasan luas, Kota Banda Aceh sbg ibu kota dianggap kurang efisien lagi, baik untuk masa sekarang maupun untuk masa yang akan datang. Usaha pemindahan ibu kota tersebut dari Kota Banda Aceh mulai dirintis sejak tahun 1969, lokasi awalnya dipilih Kecamatan Indrapuri yang jaraknya 25 km dari Kota Banda Aceh. Usaha pemindahan tersebut belum berhasil dan belum dapat dilaksanakan sebagaimana diharapkan.

Tahun 1976 usaha perintisan pemindahan ibu kota untuk kedua kalinya mulai dilaksanakan lagi dengan memilih lokasi lainnya yaitu di Kecamatan Seulimeum tepatnya di kemukiman Janthoi yang jaraknya sekitar 52 km dari Kota Banda Aceh.

Kesudahannya usaha yang terakhir ini berhasil dengan ditandai dengan keluarnya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1976 tentang Pemindahan Ibukota Kabupaten Daerah Tingkat II Aceh Mulia dari wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Banda Aceh ke kemukiman Janthoi di Kecamatan Seulimeum, Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Aceh Besar. Berlandaskan hasil penelitian yang diterapkan oleh tim Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia dan Pemerintah Daerah yang ditinjau dari segala aspek dapat disimpulkan bahwa yang dianggap memenuhi syarat sbg ibukota Kabupaten Daerah Tingkat II Aceh Mulia adalah Kemukiman Janthoi dengan nama Kota Jantho.

Setelah ditetapkan Kota Jantho sbg ibukota Kabupaten Daerah Tingkat II Aceh Mulia yang baru, maka secara bertahap pemindahan ibukota dimulai, dan kesudahannya secara serentak seluruh aktivitas perkantoran resmi dipindahkan dari Banda Aceh ke Kota Jantho pada tanggal 29 Agustus 1983, dan peresmiannya diterapkan oleh Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Bapak Soepardjo Rustam pada tanggal 3 Mei 1984.[4]

Wilayah

Wilayah darat Aceh Mulia bersamaan batasnya dengan Kota Banda Aceh di sisi utara, Kabupaten Aceh Jaya di sebelah barat kekuatan, serta Kabupaten Pidie di sisi selatan dan tenggara.

Aceh Mulia juga hadir wilayah kepulauan yang termasuk Kecamatan Pulo Aceh. Kabupaten Aceh Mulia bagian kepulauan di sisi barat, timur dan utaranya dibatasi dengan Samudera Indonesia, Selat Malaka, dan Teluk Benggala, yang memisahkannya dengan Pulau Weh, tempat di mana Kota Sabang berada. Pulau-pulau utamanya adalah:

  • Pulau Breueh
  • Pulau Peunasoe (atau Pulau Nasi)

Secara geografis sebagian mulia wilayah Kabupaten Aceh Mulia berada pada hulu arus Sungai Krueng Aceh. Saat ini kondisi tutupan lahan (land cover) adalah 62,5% (menurut data citra landsat tahun 2007).

Bandar Udara Internasional Sultan Iskandar Muda yang merupakan bandara internasional dan menjadi salah satu pintu gerbang untuk masuk ke Provinsi Aceh berada di wilayah kabupaten ini.

Pulau Benggala yang merupakan pulau paling barat dalam wilayah Republik Indonesia merupakan bagian dari Kabupaten Aceh Besar.

Kecamatan

Kabupaten Aceh Mulia hadir 23 kecamatan yang salah satunya berupa kepulauan yaitu kecamatan Pulo Aceh. Banyak desa keseluruhannya mencapai 609 desa/kelurahan[5][6].

Pariwisata

Makanan khas

Kabupaten Aceh Mulia terkenal dengan salah satu makanan khasnya, yakni Bolu manis ala Aceh yang terkonsentrasi di kecamatan Peukan Bada. Bolu ini terkenal dengan citarasanya yang khas, namun kesulitan pengembangan karena kendala dana selain kondisi yang belum sepenuhnya stabil. Selain itu hadir pula gulai kambing (kari) dan ayam tangkap yang terkenal kelezatannya serta Sie rebuh (daging Rebus) dan asam keu eung (asam pedas).

Wisata hukum budaya istiadat

  • Museum Cut Nyak Dhien pada mulanya merupakan tempat tinggal pahlawan wanita yang bernama Cut Nyak Dhien. Di dalamnya hadir intinya koleksi sejarah Aceh yang dikelola dan dirawat oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Besar. Hanya pondasi yang asli dari bangunan ini, sedangkan yang berdiri sekarang ini adalah hasil renovasi bangunan yang sebelumnya telah dibakar oleh Belanda.[7]
  • Masjid Tua Indra Puri bertempat sekitar 25 km ke selatan arah ke Medan dan dapat ditempuh dengan transportasi apapun. Indra Puri adalah Kerajaan Hindu dan merupakan tempat pemujaan sebelum Islam masuk. Kemudian, Sultan Iskandar Muda memperkenalkan Islam kepada masyarakat. Dan setelah seluruh masyarakat memeluk Islam, tempat yang sebelumnya kuil diubah menjadi sebuah masjid. Bangunan mesjid berdiri di atas tanah seluas 33.875 m², terletak di ketinggian 4,8 meter diatas permukaan laut dan berada sekitar 150 meter dari tepi Sungai Krueng Aceh.[7]
  • Benteng Indra Patra terletak ± 19 km dari Banda Aceh arah ke Krueng Raya, tidak jauh Pantai Ujong Batee. Menurut riwayat dibangun pada masa pra Islam di Aceh yaitu pada masa Kerajaan Hindu, Indra Patra. Namun hadir sumber yang menyebutkan bahwa benteng ini dibangun pada masa Kesultanan Aceh Darussalam dalam upaya menahan penyerangan negara Portugis. Benteng ini sangat mulia fungsinya pada seratus tahun Sultan Iskandar Muda yang angkatan lautnya, pada saat itu, dipimpin oleh Admiral Malahayati.[7]
  • Museum Ali Hasymi merupakan kebanggaan lain kota Banda Aceh. Ali Hasymi yang mantan Gubemur Aceh dan seniman hadir koleksi pribadi yang berharga dan menarik. Sekarang koleksi dia dijadikan pajangan di museum tersebut ditengahnya kitab- kitab karya para ulama mulia Aceh tempo dulu, keramik kuno, senjata khas Aceh, cendera mata dari berbagai pelosok dunia, dan lain-lain.[7]
  • Perpustakaan Kuno Tanoh Abee terdapat di Desa Tanoh Abee, di kaki Gunung Seulawah, Aceh Besar. Perpustakaan Tanoh Abee terletak di dalam kompleks Pesantren Tanoh Abee yang didirikan oleh keluarga Fairus yang mencapai klimaks kejayaannya pada masa pimpinan Syekh Abdul Wahab yang terkenal dengan sebutan Teungku Chik Tanoh Abee. Beliau meninggal pada tahun 1894 dan dimakamkan di Tanoh Abee. Pengumpukan naskah (manuskrip) Dayah Tanoh Abee telah dimulai sejak Syekh Abdul Rahim, kakek dari Syekh Abdul Wahab. Naskah yang terakhir ditulis pada masa Syekh Muhammad Sa’id, anak Syekh Abdul Wahab yang berpulang pada tahun 1901 di Banda Aceh, dalam tahanan Belanda.[7]
  • Rumoh Teunuen Nyak Mu merupakan pusat produksi tenun asli khas Aceh, yang bertempat di Gampong Siem Mukim Siem Kecamatan Darussalam. Lokasi ini berjarak 12 KM ke sebelah Timur Kota Banda Aceh. Di Rumoh Teunuen Nyak Mu ini di produksi aneka kain tenun Aceh dengan beragam motif khas Aceh. [7]

Wisata dunia

Pembuatan antibiotik menggunakan bakteri apa?

Waduk Keuliling di Kuta Cot Glie

Gambar

Referensi

Sumber

  1. ^ "Perpres No. 10 Tahun 2013". 2013-02-04. Retrieved 2013-02-15. 
  2. ^ http://www.nad.go.id/uploadfiles/PENDUDUK/PENDUDUKBULANJUNI_08.pdf
  3. ^ a b Sekilas tentang Aceh Mulia di situs NAD
  4. ^ Aceh Mulia Dalam Angka 2004
  5. ^ Daftar kecamatan di Aceh Mulia
  6. ^ Daftar kecamatan di Aceh Mulia di situs resmi
  7. ^ a b c d e f g Wisata Hukum budaya istiadat Aceh Mulia di situs NAD
  8. ^ Presiden SBY meresmikan Waduk Keuliling
  9. ^ Pocut Meurah Intan: Riwayatmu Sekarang
  10. ^ Eksotisme Cagar Dunia Jantho

Lihat pula

Pranala luar

  • Situs Resmi Kabupaten Aceh Mulia

edunitas.com


Page 6

Kabupaten Aceh Mulia adalah salah satu kabupaten di Provinsi Aceh, Indonesia. Sebelum dimekarkan pada kesudahan tahun 1970-an, ibu kota Kabupaten Aceh Mulia adalah Kota Banda Aceh, akhir Kota Banda Aceh berpisah menjadi kotamadya sehingga ibu kota Kabupaten Aceh Mulia pindah ke daerah Jantho di Pegunungan Seulawah. Kabupaten Aceh Mulia juga merupakan tempat lahir pahlawan nasional Cut Nyak Dhien yang berasal dari Lampadang.

Sekilas

Pada masa Aceh masih sbg sebuah kerajaan, yang dimaksud dengan Aceh atau Kerajaan Aceh adalah wilayah yang sekarang dikenal dengan nama Kabupaten Aceh Mulia ditambah dengan beberapa kenegerian/daerah yang telah menjadi bagian dari Kabupaten Pidie. Selain itu, juga termasuk Pulau Weh (sekarang telah menjadi pemerintah kota Sabang), sebagian wilayah pemerintah kota Banda Aceh, dan beberapa kenegerian/daerah dari wilayah Kabupaten Aceh Barat. Aceh Mulia dalam istilah Aceh disebut Aceh Rayeuk. Penyebutan Aceh Rayeuk sbg Aceh yang sebenarnya karena daerah inilah yang pada mulanya menjadi inti Kerajaan Aceh dan juga karena di situlah terletak ibukota kerjaaan yang bernama Bandar Aceh atau Bandar Aceh Darussalam. Sebagai nama Aceh Rayeuk hadir juga yang menamakan dengan sebutan Aceh Lhee Sagoe (Aceh Tiga Sagi).[3]

Masa ini Aceh Mulia merupakan sebuah kabupaten yang terdapat di dalam wilayah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, dengan ibukotanya Kota Jantho. Namun, di Kota Jantho hanya terdapat kompleks perumahan dan kantor-kantor pemerintahan, absen losmen ataupun hotel. Kota Jantho dihubungkan dengan labi-labi dengan jarak 60 kilometer dari Banda Aceh, 28 kilometer menuju Saree, dan 12 kilometer menuju jalan utama Banda Aceh - Medan. Sekitar 12 kilometer dari Kota Jantho ini terdapat cairan terjun.[3]

Sejarah Aceh Mulia

Sebelum dikeluarkannya Undang-Undang Darurat Nomor 7 Tahun 1956, Kabupaten Aceh Mulia merupakan daerah yang terdiri dari tiga kawedanan, yaitu:

  1. Kawedanan Seulimum
  2. Kawedanan Lhoknga
  3. Kawedanan Sabang

Kesudahannya dengan perjuangan yang panjang Kabupaten Aceh mulia disahkan menjadi daerah otonom melewati Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1956 dengan ibu kotanya pada masa itu adalah Banda Aceh dan juga merupakan wilayah hukum Kotamadya Banda Aceh.

Sehubungan dengan tuntutan dan perkembangan daerah yang semakin maju dan berwawasan luas, Kota Banda Aceh sbg ibu kota diasumsikan kurang efisien lagi, baik sebagai masa sekarang maupun sebagai masa yang akan datang. Usaha pemindahan ibu kota tersebut dari Kota Banda Aceh mulai dirintis sejak tahun 1969, lokasi awalnya dipilih Kecamatan Indrapuri yang jaraknya 25 kilometer dari Kota Banda Aceh. Usaha pemindahan tersebut belum berhasil dan belum dapat dilaksanakan sebagaimana diharapkan.

Tahun 1976 usaha perintisan pemindahan ibu kota sebagai kedua kalinya mulai dilaksanakan lagi dengan memilih lokasi lainnya yaitu di Kecamatan Seulimeum tepatnya di kemukiman Janthoi yang jaraknya sekitar 52 kilometer dari Kota Banda Aceh.

Kesudahannya usaha yang terakhir ini berhasil dengan ditandai dengan keluarnya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1976 tentang Pemindahan Ibukota Kabupaten Daerah Tingkat II Aceh Mulia dari wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Banda Aceh ke kemukiman Janthoi di Kecamatan Seulimeum, Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Aceh Besar. Berlandaskan hasil penelitian yang diterapkan oleh tim Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia dan Pemerintah Daerah yang ditinjau dari segala aspek dapat disimpulkan bahwa yang diasumsikan memenuhi syarat sbg ibukota Kabupaten Daerah Tingkat II Aceh Mulia adalah Kemukiman Janthoi dengan nama Kota Jantho.

Setelah ditetapkan Kota Jantho sbg ibukota Kabupaten Daerah Tingkat II Aceh Mulia yang baru, maka secara bertahap pemindahan ibukota dimulai, dan kesudahannya secara serentak seluruh aktivitas perkantoran resmi dipindahkan dari Banda Aceh ke Kota Jantho pada tanggal 29 Agustus 1983, dan peresmiannya diterapkan oleh Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Bapak Soepardjo Rustam pada tanggal 3 Mei 1984.[4]

Wilayah

Wilayah darat Aceh Mulia bersamaan batasnya dengan Kota Banda Aceh di sisi utara, Kabupaten Aceh Jaya di sebelah barat kekuatan, serta Kabupaten Pidie di sisi selatan dan tenggara.

Aceh Mulia juga hadir wilayah kepulauan yang termasuk Kecamatan Pulo Aceh. Kabupaten Aceh Mulia bagian kepulauan di sisi barat, timur dan utaranya dibatasi dengan Samudera Indonesia, Selat Malaka, dan Teluk Benggala, yang memisahkannya dengan Pulau Weh, tempat di mana Kota Sabang berada. Pulau-pulau utamanya adalah:

  • Pulau Breueh
  • Pulau Peunasoe (atau Pulau Nasi)

Secara geografis sebagian mulia wilayah Kabupaten Aceh Mulia berada pada hulu arus Sungai Krueng Aceh. Masa ini kondisi tutupan area (land cover) adalah 62,5% (menurut data citra landsat tahun 2007).

Bandar Udara Internasional Sultan Iskandar Muda yang merupakan bandara internasional dan menjadi salah satu pintu gerbang sebagai masuk ke Provinsi Aceh berada di wilayah kabupaten ini.

Pulau Benggala yang merupakan pulau paling barat dalam wilayah Republik Indonesia merupakan bagian dari Kabupaten Aceh Besar.

Kecamatan

Kabupaten Aceh Mulia hadir 23 kecamatan yang salah satunya berupa kepulauan yaitu kecamatan Pulo Aceh. Banyak desa keseluruhannya mencapai 609 desa/kelurahan[5][6].

Pariwisata

Makanan khas

Kabupaten Aceh Mulia terkenal dengan salah satu makanan khasnya, yakni Bolu manis ala Aceh yang terkonsentrasi di kecamatan Peukan Bada. Bolu ini terkenal dengan citarasanya yang khas, namun kesulitan pengembangan karena kendala dana selain kondisi yang belum sepenuhnya stabil. Selain itu hadir pula gulai kambing (kari) dan ayam tangkap yang terkenal kelezatannya serta Sie rebuh (daging Rebus) dan asam keu eung (asam pedas).

Wisata hukum budaya istiadat

  • Museum Cut Nyak Dhien pada mulanya merupakan tempat tinggal pahlawan wanita yang bernama Cut Nyak Dhien. Di dalamnya hadir intinya koleksi sejarah Aceh yang dikelola dan dirawat oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Besar. Hanya pondasi yang asli dari bangunan ini, sedangkan yang berdiri sekarang ini adalah hasil renovasi bangunan yang sebelumnya telah dibakar oleh Belanda.[7]
  • Masjid Tua Indra Puri bertempat sekitar 25 kilometer ke selatan arah ke Medan dan dapat ditempuh dengan transportasi apapun. Indra Puri adalah Kerajaan Hindu dan merupakan tempat pemujaan sebelum Islam masuk. Kemudian, Sultan Iskandar Muda memperkenalkan Islam kepada masyarakat. Dan setelah seluruh masyarakat memeluk Islam, tempat yang sebelumnya kuil diubah menjadi sebuah masjid. Bangunan mesjid berdiri di atas tanah seluas 33.875 m², terletak di ketinggian 4,8 meter diatas permukaan laut dan berada sekitar 150 meter dari tepi Sungai Krueng Aceh.[7]
  • Benteng Indra Patra terletak ± 19 kilometer dari Banda Aceh arah ke Krueng Raya, tidak jauh Pantai Ujong Batee. Menurut riwayat didirikan pada masa pra Islam di Aceh yaitu pada masa Kerajaan Hindu, Indra Patra. Namun hadir sumber yang menyebutkan bahwa benteng ini didirikan pada masa Kesultanan Aceh Darussalam dalam upaya menahan penyerangan negara Portugis. Benteng ini sangat mulia fungsinya pada seratus tahun Sultan Iskandar Muda yang angkatan lautnya, pada masa itu, dipimpin oleh Admiral Malahayati.[7]
  • Museum Ali Hasymi merupakan kebanggaan lain kota Banda Aceh. Ali Hasymi yang mantan Gubemur Aceh dan seniman hadir koleksi pribadi yang berharga dan menarik. Sekarang koleksi dia dijadikan pajangan di museum tersebut ditengahnya kitab- kitab karya para ulama mulia Aceh tempo dulu, keramik kuno, senjata khas Aceh, cendera mata dari berbagai pelosok dunia, dan lain-lain.[7]
  • Perpustakaan Kuno Tanoh Abee terdapat di Desa Tanoh Abee, di kaki Gunung Seulawah, Aceh Besar. Perpustakaan Tanoh Abee terletak di dalam kompleks Pesantren Tanoh Abee yang didirikan oleh keluarga Fairus yang mencapai klimaks kejayaannya pada masa pimpinan Syekh Abdul Wahab yang terkenal dengan sebutan Teungku Chik Tanoh Abee. Beliau meninggal pada tahun 1894 dan dimakamkan di Tanoh Abee. Pengumpukan naskah (manuskrip) Dayah Tanoh Abee telah dimulai sejak Syekh Abdul Rahim, kakek dari Syekh Abdul Wahab. Naskah yang terakhir ditulis pada masa Syekh Muhammad Sa’id, anak Syekh Abdul Wahab yang berpulang pada tahun 1901 di Banda Aceh, dalam tahanan Belanda.[7]
  • Rumoh Teunuen Nyak Mu merupakan pusat produksi tenun asli khas Aceh, yang bertempat di Gampong Siem Mukim Siem Kecamatan Darussalam. Lokasi ini berjarak 12 KM ke sebelah Timur Kota Banda Aceh. Di Rumoh Teunuen Nyak Mu ini di produksi aneka kain tenun Aceh dengan beragam motif khas Aceh. [7]

Wisata dunia

Pembuatan antibiotik menggunakan bakteri apa?

Waduk Keuliling di Kuta Cot Glie

Gambar

Referensi

Sumber

  1. ^ "Perpres No. 10 Tahun 2013". 2013-02-04. Retrieved 2013-02-15. 
  2. ^ http://www.nad.go.id/uploadfiles/PENDUDUK/PENDUDUKBULANJUNI_08.pdf
  3. ^ a b Sekilas tentang Aceh Mulia di situs NAD
  4. ^ Aceh Mulia Dalam Angka 2004
  5. ^ Daftar kecamatan di Aceh Mulia
  6. ^ Daftar kecamatan di Aceh Mulia di situs resmi
  7. ^ a b c d e f g Wisata Hukum budaya istiadat Aceh Mulia di situs NAD
  8. ^ Presiden SBY meresmikan Waduk Keuliling
  9. ^ Pocut Meurah Intan: Riwayatmu Sekarang
  10. ^ Eksotisme Cagar Dunia Jantho

Lihat pula

Tautan luar

  • Situs Resmi Kabupaten Aceh Mulia

edunitas.com


Page 7

Kabupaten Aceh Jaya adalah salah satu kabupaten di Provinsi Aceh, Indonesia. Kabupaten Aceh Jaya diproduksi sebagai hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat.

Kabupaten Aceh Jaya, khususnya kecamatan Jaya terkenal dengan profil warganya yang khas. Beberapa warga Kecamatan Jaya ini berprofil seperti orang Eropa di mana telah tersedia yang berkulit putih, bermata biru, dan berrambut pirang. Mereka dipercaya merupakan keturunan prajurit Portugis pada seratus tahun ke-16 yang kapalnya terdampar di pantai Kerajaan Daya, dan ditawan oleh raja kawasan itu.

Para prajurit Portugis yang tertawan ini lama-kelamaan masuk Islam, menikah dengan warga setempat dan mengadaptasi tradisi Aceh secara turun-temurun. Keturunan mereka ketika inilah yang terlihat khususnya di kecamatan Jaya (sekitar 75 km arah barat kekuatan Banda Aceh).

Pemerintahan

Kabupaten Aceh Jaya terbentuk pada tanggal 22 Juli 2002, merupakan wilayah pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat. Wilayah administrasi terdiri dari 6 kecamatan, 21 mukim dan 172 desa, dengan ibukota kabupaten terletak di Calang, yakni suatu wilayah yang terletak di Krueng Sabee.

Pemerintah Kawasan Kabupaten Aceh Jaya, secara bangunan organisasi pada tahun 2005 terdiri dari lembaga/instansi berupa 11 Dinas, 3 Badan dan 6 Kantor yang merupakan kantor kecamatan. Banyak semuanya Pegawai Negeri Sipil kawasan yang bertugas di jajaran pemerintahan Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 sebanyak 1.148 orang. Sementara itu banyak wakil rakyat yang duduk pada lembaga legislatif yaitu Dewan Kaki tangan Rakyat Kawasan (DPRD) Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 sedang sebanyak 20 orang sebagaimana tahun 2004, hanya saja beberapa wakil rakyat merasakan pergantian antar waktu, terutama disebabkan oleh beberapa anggota DPRD yang meninggal pada ketika terjadinya bencana gempa dan tsunami.

Kondisi geografi

Kabupaten Aceh Jaya merupakan wilayah pesisir Barat pantai Sumatera dengan panjang garis pantai sekitar 160 kilometer. Curah hujan rata-rata sepanjang tahun sebesar 318,5 mm dengan banyak hari hujan rata-rata 19 hari. Suhu udara dan kelembaban udara sepanjang tahun tidak terlalu berfluktuasi, dengan suhu udara minimum rata-rata berkisar sela 21,0-23,2 °C dan suhu udara maksimum rata-rata berkisar sela 29,9-31,4 °C.

Batas wilayah

Warga

Banyak warga Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 didasarkan pada hasil Sensus Warga Aceh Nias (SPAN) yang merupakan sensus warga sesudah bencana lingkungan kehidupan gempa bumi dan gelombang tsunami yang melanda wilayah Aceh. SPAN dilakukan oleh BPS pada bulan September 2005 dengan hasil banyak warga Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam tercatat sebanyak 4.031.589 jiwa. Sementara itu banyak warga Kabupaten Aceh Jaya hasil sensus tersebut sebanyak 60.660 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 31.515 jiwa dan perempuan 29.145 jiwa.

Potensi

Kabupaten Aceh Jaya merupakan salah satu kawasan yang sangat sesuai sebagai budidaya berjenis-jenis komoditi pertanian, berpegang pada kebenaran jenis tanaman pangan seperti padi, palawija, buah-buahan, dan sayuran, maupun jenis tanaman perkebunan seperti karet, kelapa sawit, dan kelapa dalam. Kabupaten Aceh Jaya termasuk kawasan Zona Pertanian di sela beberapa kabupaten yang telah tersedia di Provins NAD. Disamping itu lahan yang tersedia sebagai budidaya pertanian sedang cukup lapang. Sub sektor peternakan juga sangat menjanjikan sebagai semakin ditingkatkan di kawasan ini mengingat wilayah berupa padang rumput yang sedang lapang tersedia.

Sebagai perikanan laut juga menjadi andalan kawasan ini karena semua kecamatannya bersamaan batasnya langsung dengan samudera Indonesia. Namun setelah terjadinya bencana gempa dan gelombang tsunami, beberapa agung komoditi pertanian merasakan penurunan produksi pada tahun 2005. Hal ini disebabkan oleh rusaknya areal budidaya berbagai komoditi tanaman pertanian oleh gelombang tsunami. Seperti tanaman kelapa dalam yang dibudidayakan di sepanjang pantai wilayah ini, mulai dari Teunom sampai kecamatan Jaya, hancur oleh gelombang tsunami. Penurunan produksi tanaman pertanian juga disebabkan lumpuhnya kota Calang sebagai sentra penyediaan sarana produksi pertanian seperti pupuk, obat-obatan dan peralatan pertanian lainnya.

Pada tahun 2005 produksi padi sawah tercatat sebesar 13.844 ton gabah, atau merasakan penurunan yang sangat agung dibanding tahun 2004 yaitu menurun sebesar 74,31 persen dengan total produksi padi sawah pada tahun 2004 sebanyak 53.896 ton. Demikian juga halnya dengan produksi tanaman palawija dan sayur-sayuran yang rata-rata merasakan penurunan diatas 50 persen dibanding produksi tahun sebelumnya.

Referensi

  1. ^ "Perpres No. 10 Tahun 2013". 2013-02-04. Retrieved 2013-02-15. 
  2. ^ http://www.nad.go.id/uploadfiles/PENDUDUK/PENDUDUKBULANJUNI_08.pdf


edunitas.com


Page 8

Kabupaten Aceh Jaya adalah salah satu kabupaten di Provinsi Aceh, Indonesia. Kabupaten Aceh Jaya diproduksi sebagai hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat.

Kabupaten Aceh Jaya, khususnya kecamatan Jaya terkenal dengan profil warganya yang khas. Beberapa warga Kecamatan Jaya ini berprofil seperti orang Eropa di mana telah tersedia yang berkulit putih, bermata biru, dan berrambut pirang. Mereka dipercaya merupakan keturunan prajurit Portugis pada seratus tahun ke-16 yang kapalnya terdampar di pantai Kerajaan Daya, dan ditawan oleh raja kawasan itu.

Para prajurit Portugis yang tertawan ini lama-kelamaan masuk Islam, menikah dengan warga setempat dan mengadaptasi tradisi Aceh secara turun-temurun. Keturunan mereka saat inilah yang terlihat khususnya di kecamatan Jaya (sekitar 75 km arah barat kekuatan Banda Aceh).

Pemerintahan

Kabupaten Aceh Jaya terbentuk pada tanggal 22 Juli 2002, merupakan wilayah pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat. Wilayah administrasi terdiri dari 6 kecamatan, 21 mukim dan 172 desa, dengan ibukota kabupaten terletak di Calang, yakni suatu wilayah yang terletak di Krueng Sabee.

Pemerintah Kawasan Kabupaten Aceh Jaya, secara bangunan organisasi pada tahun 2005 terdiri dari lembaga/instansi berupa 11 Dinas, 3 Badan dan 6 Kantor yang merupakan kantor kecamatan. Banyak semuanya Pegawai Negeri Sipil kawasan yang bekerja di jajaran pemerintahan Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 sebanyak 1.148 orang. Sementara itu banyak wakil rakyat yang duduk pada lembaga legislatif yaitu Dewan Kaki tangan Rakyat Kawasan (DPRD) Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 sedang sebanyak 20 orang sebagaimana tahun 2004, hanya saja beberapa wakil rakyat merasakan pergantian antar waktu, terutama disebabkan oleh beberapa anggota DPRD yang meninggal pada saat terjadinya bencana gempa dan tsunami.

Kondisi geografi

Kabupaten Aceh Jaya merupakan wilayah pesisir Barat pantai Sumatera dengan panjang garis pantai sekitar 160 kilometer. Curah hujan rata-rata sepanjang tahun sebesar 318,5 mm dengan banyak hari hujan rata-rata 19 hari. Suhu udara dan kelembaban udara sepanjang tahun tidak terlalu berfluktuasi, dengan suhu udara minimum rata-rata berkisar sela 21,0-23,2 °C dan suhu udara maksimum rata-rata berkisar sela 29,9-31,4 °C.

Batas wilayah

Warga

Banyak warga Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 didasarkan pada hasil Sensus Warga Aceh Nias (SPAN) yang merupakan sensus warga sesudah bencana lingkungan kehidupan gempa bumi dan gelombang tsunami yang melanda wilayah Aceh. SPAN dilakukan oleh BPS pada bulan September 2005 dengan hasil banyak warga Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam tercatat sebanyak 4.031.589 jiwa. Sementara itu banyak warga Kabupaten Aceh Jaya hasil sensus tersebut sebanyak 60.660 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 31.515 jiwa dan perempuan 29.145 jiwa.

Potensi

Kabupaten Aceh Jaya merupakan salah satu kawasan yang sangat sesuai untuk budidaya berjenis-jenis komoditi pertanian, berpegang pada kebenaran jenis tanaman pangan seperti padi, palawija, buah-buahan, dan sayuran, maupun jenis tanaman perkebunan seperti karet, kelapa sawit, dan kelapa dalam. Kabupaten Aceh Jaya termasuk kawasan Zona Pertanian di sela beberapa kabupaten yang telah tersedia di Provins NAD. Disamping itu lahan yang tersedia untuk budidaya pertanian sedang cukup lapang. Sub sektor peternakan juga sangat menjanjikan untuk semakin ditingkatkan di kawasan ini mengingat wilayah berupa padang rumput yang sedang lapang tersedia.

Untuk perikanan laut juga menjadi andalan kawasan ini karena semua kecamatannya bersamaan batasnya langsung dengan samudera Indonesia. Namun setelah terjadinya bencana gempa dan gelombang tsunami, beberapa agung komoditi pertanian merasakan penurunan produksi pada tahun 2005. Hal ini disebabkan oleh rusaknya areal budidaya berbagai komoditi tanaman pertanian oleh gelombang tsunami. Seperti tanaman kelapa dalam yang dibudidayakan di sepanjang pantai wilayah ini, mulai dari Teunom sampai kecamatan Jaya, hancur oleh gelombang tsunami. Penurunan produksi tanaman pertanian juga disebabkan lumpuhnya kota Calang sebagai sentra penyediaan fasilitas produksi pertanian seperti pupuk, obat-obatan dan peralatan pertanian lainnya.

Pada tahun 2005 produksi padi sawah tercatat sebesar 13.844 ton gabah, atau merasakan penurunan yang sangat agung dibanding tahun 2004 yaitu menurun sebesar 74,31 persen dengan total produksi padi sawah pada tahun 2004 sebanyak 53.896 ton. Demikian juga halnya dengan produksi tanaman palawija dan sayur-sayuran yang rata-rata merasakan penurunan diatas 50 persen dibanding produksi tahun sebelumnya.

Referensi

  1. ^ "Perpres No. 10 Tahun 2013". 2013-02-04. Retrieved 2013-02-15. 
  2. ^ http://www.nad.go.id/uploadfiles/PENDUDUK/PENDUDUKBULANJUNI_08.pdf


edunitas.com


Page 9

Kabupaten Aceh Jaya adalah salah satu kabupaten di Provinsi Aceh, Indonesia. Kabupaten Aceh Jaya diproduksi sebagai hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat.

Kabupaten Aceh Jaya, khususnya kecamatan Jaya terkenal dengan profil warganya yang khas. Beberapa warga Kecamatan Jaya ini berprofil seperti orang Eropa di mana telah tersedia yang berkulit putih, bermata biru, dan berrambut pirang. Mereka dipercaya merupakan keturunan prajurit Portugis pada seratus tahun ke-16 yang kapalnya terdampar di pantai Kerajaan Daya, dan ditawan oleh raja kawasan itu.

Para prajurit Portugis yang tertawan ini lama-kelamaan masuk Islam, menikah dengan warga setempat dan mengadaptasi tradisi Aceh secara turun-temurun. Keturunan mereka saat inilah yang terlihat khususnya di kecamatan Jaya (sekitar 75 km arah barat kekuatan Banda Aceh).

Pemerintahan

Kabupaten Aceh Jaya terbentuk pada tanggal 22 Juli 2002, merupakan wilayah pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat. Wilayah administrasi terdiri dari 6 kecamatan, 21 mukim dan 172 desa, dengan ibukota kabupaten terletak di Calang, yakni suatu wilayah yang terletak di Krueng Sabee.

Pemerintah Kawasan Kabupaten Aceh Jaya, secara bangunan organisasi pada tahun 2005 terdiri dari lembaga/instansi berupa 11 Dinas, 3 Badan dan 6 Kantor yang merupakan kantor kecamatan. Banyak semuanya Pegawai Negeri Sipil kawasan yang bekerja di jajaran pemerintahan Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 sebanyak 1.148 orang. Sementara itu banyak wakil rakyat yang duduk pada lembaga legislatif yaitu Dewan Kaki tangan Rakyat Kawasan (DPRD) Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 sedang sebanyak 20 orang sebagaimana tahun 2004, hanya saja beberapa wakil rakyat merasakan pergantian antar waktu, terutama disebabkan oleh beberapa anggota DPRD yang meninggal pada saat terjadinya bencana gempa dan tsunami.

Kondisi geografi

Kabupaten Aceh Jaya merupakan wilayah pesisir Barat pantai Sumatera dengan panjang garis pantai sekitar 160 kilometer. Curah hujan rata-rata sepanjang tahun sebesar 318,5 mm dengan banyak hari hujan rata-rata 19 hari. Suhu udara dan kelembaban udara sepanjang tahun tidak terlalu berfluktuasi, dengan suhu udara minimum rata-rata berkisar sela 21,0-23,2 °C dan suhu udara maksimum rata-rata berkisar sela 29,9-31,4 °C.

Batas wilayah

Warga

Banyak warga Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 didasarkan pada hasil Sensus Warga Aceh Nias (SPAN) yang merupakan sensus warga sesudah bencana lingkungan kehidupan gempa bumi dan gelombang tsunami yang melanda wilayah Aceh. SPAN dilakukan oleh BPS pada bulan September 2005 dengan hasil banyak warga Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam tercatat sebanyak 4.031.589 jiwa. Sementara itu banyak warga Kabupaten Aceh Jaya hasil sensus tersebut sebanyak 60.660 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 31.515 jiwa dan perempuan 29.145 jiwa.

Potensi

Kabupaten Aceh Jaya merupakan salah satu kawasan yang sangat sesuai untuk budidaya berjenis-jenis komoditi pertanian, berpegang pada kebenaran jenis tanaman pangan seperti padi, palawija, buah-buahan, dan sayuran, maupun jenis tanaman perkebunan seperti karet, kelapa sawit, dan kelapa dalam. Kabupaten Aceh Jaya termasuk kawasan Zona Pertanian di sela beberapa kabupaten yang telah tersedia di Provins NAD. Disamping itu lahan yang tersedia untuk budidaya pertanian sedang cukup lapang. Sub sektor peternakan juga sangat menjanjikan untuk semakin ditingkatkan di kawasan ini mengingat wilayah berupa padang rumput yang sedang lapang tersedia.

Untuk perikanan laut juga menjadi andalan kawasan ini karena semua kecamatannya bersamaan batasnya langsung dengan samudera Indonesia. Namun setelah terjadinya bencana gempa dan gelombang tsunami, beberapa agung komoditi pertanian merasakan penurunan produksi pada tahun 2005. Hal ini disebabkan oleh rusaknya areal budidaya berbagai komoditi tanaman pertanian oleh gelombang tsunami. Seperti tanaman kelapa dalam yang dibudidayakan di sepanjang pantai wilayah ini, mulai dari Teunom sampai kecamatan Jaya, hancur oleh gelombang tsunami. Penurunan produksi tanaman pertanian juga disebabkan lumpuhnya kota Calang sebagai sentra penyediaan fasilitas produksi pertanian seperti pupuk, obat-obatan dan peralatan pertanian lainnya.

Pada tahun 2005 produksi padi sawah tercatat sebesar 13.844 ton gabah, atau merasakan penurunan yang sangat agung dibanding tahun 2004 yaitu menurun sebesar 74,31 persen dengan total produksi padi sawah pada tahun 2004 sebanyak 53.896 ton. Demikian juga halnya dengan produksi tanaman palawija dan sayur-sayuran yang rata-rata merasakan penurunan diatas 50 persen dibanding produksi tahun sebelumnya.

Referensi

  1. ^ "Perpres No. 10 Tahun 2013". 2013-02-04. Retrieved 2013-02-15. 
  2. ^ http://www.nad.go.id/uploadfiles/PENDUDUK/PENDUDUKBULANJUNI_08.pdf


edunitas.com


Page 10

Kabupaten Aceh Jaya adalah salah satu kabupaten di Provinsi Aceh, Indonesia. Kabupaten Aceh Jaya diproduksi sebagai hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat.

Kabupaten Aceh Jaya, khususnya kecamatan Jaya terkenal dengan profil warganya yang khas. Beberapa warga Kecamatan Jaya ini berprofil seperti orang Eropa di mana telah tersedia yang berkulit putih, bermata biru, dan berrambut pirang. Mereka dipercaya merupakan keturunan prajurit Portugis pada seratus tahun ke-16 yang kapalnya terdampar di pantai Kerajaan Daya, dan ditawan oleh raja kawasan itu.

Para prajurit Portugis yang tertawan ini lama-kelamaan masuk Islam, menikah dengan warga setempat dan mengadaptasi tradisi Aceh secara turun-temurun. Keturunan mereka ketika inilah yang terlihat khususnya di kecamatan Jaya (sekitar 75 km arah barat kekuatan Banda Aceh).

Pemerintahan

Kabupaten Aceh Jaya terbentuk pada tanggal 22 Juli 2002, merupakan wilayah pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat. Wilayah administrasi terdiri dari 6 kecamatan, 21 mukim dan 172 desa, dengan ibukota kabupaten terletak di Calang, yakni suatu wilayah yang terletak di Krueng Sabee.

Pemerintah Kawasan Kabupaten Aceh Jaya, secara bangunan organisasi pada tahun 2005 terdiri dari lembaga/instansi berupa 11 Dinas, 3 Badan dan 6 Kantor yang merupakan kantor kecamatan. Banyak semuanya Pegawai Negeri Sipil kawasan yang bertugas di jajaran pemerintahan Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 sebanyak 1.148 orang. Sementara itu banyak wakil rakyat yang duduk pada lembaga legislatif yaitu Dewan Kaki tangan Rakyat Kawasan (DPRD) Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 sedang sebanyak 20 orang sebagaimana tahun 2004, hanya saja beberapa wakil rakyat merasakan pergantian antar waktu, terutama disebabkan oleh beberapa anggota DPRD yang meninggal pada ketika terjadinya bencana gempa dan tsunami.

Kondisi geografi

Kabupaten Aceh Jaya merupakan wilayah pesisir Barat pantai Sumatera dengan panjang garis pantai sekitar 160 kilometer. Curah hujan rata-rata sepanjang tahun sebesar 318,5 mm dengan banyak hari hujan rata-rata 19 hari. Suhu udara dan kelembaban udara sepanjang tahun tidak terlalu berfluktuasi, dengan suhu udara minimum rata-rata berkisar sela 21,0-23,2 °C dan suhu udara maksimum rata-rata berkisar sela 29,9-31,4 °C.

Batas wilayah

Warga

Banyak warga Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 didasarkan pada hasil Sensus Warga Aceh Nias (SPAN) yang merupakan sensus warga sesudah bencana lingkungan kehidupan gempa bumi dan gelombang tsunami yang melanda wilayah Aceh. SPAN dilakukan oleh BPS pada bulan September 2005 dengan hasil banyak warga Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam tercatat sebanyak 4.031.589 jiwa. Sementara itu banyak warga Kabupaten Aceh Jaya hasil sensus tersebut sebanyak 60.660 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 31.515 jiwa dan perempuan 29.145 jiwa.

Potensi

Kabupaten Aceh Jaya merupakan salah satu kawasan yang sangat sesuai sebagai budidaya berjenis-jenis komoditi pertanian, berpegang pada kebenaran jenis tanaman pangan seperti padi, palawija, buah-buahan, dan sayuran, maupun jenis tanaman perkebunan seperti karet, kelapa sawit, dan kelapa dalam. Kabupaten Aceh Jaya termasuk kawasan Zona Pertanian di sela beberapa kabupaten yang telah tersedia di Provins NAD. Disamping itu lahan yang tersedia sebagai budidaya pertanian sedang cukup lapang. Sub sektor peternakan juga sangat menjanjikan sebagai semakin ditingkatkan di kawasan ini mengingat wilayah berupa padang rumput yang sedang lapang tersedia.

Sebagai perikanan laut juga menjadi andalan kawasan ini karena semua kecamatannya bersamaan batasnya langsung dengan samudera Indonesia. Namun setelah terjadinya bencana gempa dan gelombang tsunami, beberapa agung komoditi pertanian merasakan penurunan produksi pada tahun 2005. Hal ini disebabkan oleh rusaknya areal budidaya berbagai komoditi tanaman pertanian oleh gelombang tsunami. Seperti tanaman kelapa dalam yang dibudidayakan di sepanjang pantai wilayah ini, mulai dari Teunom sampai kecamatan Jaya, hancur oleh gelombang tsunami. Penurunan produksi tanaman pertanian juga disebabkan lumpuhnya kota Calang sebagai sentra penyediaan sarana produksi pertanian seperti pupuk, obat-obatan dan peralatan pertanian lainnya.

Pada tahun 2005 produksi padi sawah tercatat sebesar 13.844 ton gabah, atau merasakan penurunan yang sangat agung dibanding tahun 2004 yaitu menurun sebesar 74,31 persen dengan total produksi padi sawah pada tahun 2004 sebanyak 53.896 ton. Demikian juga halnya dengan produksi tanaman palawija dan sayur-sayuran yang rata-rata merasakan penurunan diatas 50 persen dibanding produksi tahun sebelumnya.

Referensi

  1. ^ "Perpres No. 10 Tahun 2013". 2013-02-04. Retrieved 2013-02-15. 
  2. ^ http://www.nad.go.id/uploadfiles/PENDUDUK/PENDUDUKBULANJUNI_08.pdf


edunitas.com


Page 11

Kabupaten Aceh Selatan adalah salah satu kabupaten di Provinsi Aceh, Indonesia. Sebelum berdiri sendiri untuk kabupaten otonom, yang akan menjadi wilayah Kabupaten Aceh Selatan adalah anggota dari Kabupaten Aceh Barat. Pembentukan Kabupaten Aceh Selatan ditandai dengan disahkannya Undang-Undang Darurat Nomor 7 Tahun 1956 pada 4 November 1956.

Kabupaten Aceh Selatan pada tanggal 10 April 2002 resmi dimekarkan sesuai dengan UU RI Nomor 4 tahun 2002 menjadi tiga Kabupaten, yaitu: Kabupaten Aceh Barat Daya, Kabupaten Aceh Singkil dan Kabupaten Aceh Selatan.

Disktrik yang memiliki banyak masyarakat terbanyak adalah Disktrik Labuhan Haji, disertai oleh Disktrik Kluet Utara. Sementara banyak masyarakat tersedikit adalah Disktrik Sawang. Sebagian masyarakat terpusat di sepanjang perlintasan raya pesisir dan pinggiran sungai.

Batas wilayah

Topografi dan klimatologi

Kondisi topografi Kabupaten Aceh Selatan sangat bervariasi, terdiri atas dataran rendah, bergelombang, berbukit, sampai pegunungan dengan tingkat kemiringan sangat curam/terjal.

Dari data yang diperoleh, kondisi topografi dengan tingkat kemiringan sangat curam/terjal mencapai 63,45%, sedangkan berupa dataran hanya sekitar 34,66% dengan kemiringan lahan dominan adalah pada kemiringan kemiringan ³ 40% dengan lapang 254.138.39 ha dan terkecil kemiringan 8-15% seluas 175.04 hektar selebihnya tersebar pada beerbagai tingkat kemiringan. Dilihat dari ketinggian tempat (diatas permukaan laut) ketinggian 0-25 meter memiliki lapang terbesar yakni 152.648 hektar (38,11%) dan terkecil adalah ketinggian 25-00 meter seluas 39.720 hektar (9,92%).

Sementara itu, sebagian akbar macam tanah di Kabupaten Aceh Selatan adalah podzolik merah kuning seluas 161,022 hektar dan yang paling sedikit adalah macam tanah regosol (hanya 5,213 ha).

Demografi

Kabupaten Aceh Selatan memiliki 3 suku asli, yaitu suku Aceh (60%), suku Aneuk Jamee (30%) dan suku Kluet (10%). Suku Aneuk Jamee merupakan para perantau Minangkabau yang telah bermukim disana semenjak ratus tahun ke-15. Walau sudah tidak lagi mempergunakan sistem norma budaya matrilineal, namun mereka masih mempergunakan Bahasa Minangkabau dialek Aceh (Bahasa Aneuk Jamee) dalam diskusi sehari-hari. [3]

Suku bangsaDisktrik
Suku AcehSawang, Meukek, Pasie Raja, Kluet Utara, Bakongan, Bakongan Timur, Kota Bahagia, Trumon, Trumon Tengah dan Trumon Timur.
Suku Aneuk JameeKluet Selatan, Labuhan Haji, Labuhan Haji Barat, Labuhan Haji Timur, Sama Dua, Tapak Tuan.
Suku KluetKluet Timur, Kluet Tengah, Kluet Utara (mayoritas suku Aceh), Kluet Selatan (mayoritas suku Aneuk Jamee).

Disktrik

Kabupaten Aceh Selatan memiliki 18 buah disktrik yang terbentang mulai dari Disktrik Labuhan Haji yang berbatasan dengan Kabupaten Aceh Barat Daya sampai Disktrik Trumon Timur yang berbatasan dengan Kota Subulussalam. Pada tahun 2010 banyak disktrik dalam Kabupaten Aceh Selatan adalah 14 Kecamatan. Pada tahun 2011, 2 disktrik di anggota timur yakni Trumon dimekarkan lagi menjadi 2 disktrik lagi sehingga keseluruhan disktrik dalam kabupaten sekarang ini berjumlah 16 disktrik. Keenam belas disktrik tersebut adalah:

Referensi

  1. ^ "Perpres No. 10 Tahun 2013". 2013-02-04. Retrieved 2013-02-15. 
  2. ^ Banyak masyarakat Aceh
  3. ^ http://www.ihssrc.com/index.php?option=com_content&task=view&id=118&Itemid=1


edunitas.com


Page 12

Kabupaten Aceh Selatan adalah salah satu kabupaten di Provinsi Aceh, Indonesia. Sebelum berdiri sendiri untuk kabupaten otonom, yang akan menjadi wilayah Kabupaten Aceh Selatan adalah anggota dari Kabupaten Aceh Barat. Pembentukan Kabupaten Aceh Selatan ditandai dengan disahkannya Undang-Undang Darurat Nomor 7 Tahun 1956 pada 4 November 1956.

Kabupaten Aceh Selatan pada tanggal 10 April 2002 resmi dimekarkan sesuai dengan UU RI Nomor 4 tahun 2002 menjadi tiga Kabupaten, yaitu: Kabupaten Aceh Barat Daya, Kabupaten Aceh Singkil dan Kabupaten Aceh Selatan.

Disktrik yang memiliki banyak masyarakat terbanyak adalah Disktrik Labuhan Haji, disertai oleh Disktrik Kluet Utara. Sementara banyak masyarakat tersedikit adalah Disktrik Sawang. Sebagian masyarakat terpusat di sepanjang perlintasan raya pesisir dan pinggiran sungai.

Batas wilayah

Topografi dan klimatologi

Kondisi topografi Kabupaten Aceh Selatan sangat bervariasi, terdiri atas dataran rendah, bergelombang, berbukit, sampai pegunungan dengan tingkat kemiringan sangat curam/terjal.

Dari data yang diperoleh, kondisi topografi dengan tingkat kemiringan sangat curam/terjal mencapai 63,45%, sedangkan berupa dataran hanya sekitar 34,66% dengan kemiringan lahan dominan adalah pada kemiringan kemiringan ³ 40% dengan lapang 254.138.39 ha dan terkecil kemiringan 8-15% seluas 175.04 hektar selebihnya tersebar pada beerbagai tingkat kemiringan. Dilihat dari ketinggian tempat (diatas permukaan laut) ketinggian 0-25 meter memiliki lapang terbesar yakni 152.648 hektar (38,11%) dan terkecil adalah ketinggian 25-00 meter seluas 39.720 hektar (9,92%).

Sementara itu, sebagian akbar macam tanah di Kabupaten Aceh Selatan adalah podzolik merah kuning seluas 161,022 hektar dan yang paling sedikit adalah macam tanah regosol (hanya 5,213 ha).

Demografi

Kabupaten Aceh Selatan memiliki 3 suku asli, yaitu suku Aceh (60%), suku Aneuk Jamee (30%) dan suku Kluet (10%). Suku Aneuk Jamee merupakan para perantau Minangkabau yang telah bermukim disana sejak ratus tahun ke-15. Walau sudah tidak lagi memanfaatkan sistem norma budaya matrilineal, namun mereka sedang memanfaatkan Bahasa Minangkabau dialek Aceh (Bahasa Aneuk Jamee) dalam diskusi sehari-hari. [3]

Suku bangsaDisktrik
Suku AcehSawang, Meukek, Pasie Raja, Kluet Utara, Bakongan, Bakongan Timur, Kota Bahagia, Trumon, Trumon Tengah dan Trumon Timur.
Suku Aneuk JameeKluet Selatan, Labuhan Haji, Labuhan Haji Barat, Labuhan Haji Timur, Sama Dua, Tapak Tuan.
Suku KluetKluet Timur, Kluet Tengah, Kluet Utara (mayoritas suku Aceh), Kluet Selatan (mayoritas suku Aneuk Jamee).

Disktrik

Kabupaten Aceh Selatan memiliki 18 buah disktrik yang terbentang mulai dari Disktrik Labuhan Haji yang berbatasan dengan Kabupaten Aceh Barat Daya sampai Disktrik Trumon Timur yang berbatasan dengan Kota Subulussalam. Pada tahun 2010 banyak disktrik dalam Kabupaten Aceh Selatan adalah 14 Kecamatan. Pada tahun 2011, 2 disktrik di anggota timur yakni Trumon dimekarkan lagi menjadi 2 disktrik lagi sehingga keseluruhan disktrik dalam kabupaten sekarang ini berjumlah 16 disktrik. Keenam belas disktrik tersebut adalah:

Referensi

  1. ^ "Perpres No. 10 Tahun 2013". 2013-02-04. Retrieved 2013-02-15. 
  2. ^ Banyak masyarakat Aceh
  3. ^ http://www.ihssrc.com/index.php?option=com_content&task=view&id=118&Itemid=1


edunitas.com


Page 13

Kabupaten Aceh Selatan adalah salah satu kabupaten di Provinsi Aceh, Indonesia. Sebelum berdiri sendiri untuk kabupaten otonom, yang akan menjadi wilayah Kabupaten Aceh Selatan adalah anggota dari Kabupaten Aceh Barat. Pembentukan Kabupaten Aceh Selatan ditandai dengan disahkannya Undang-Undang Darurat Nomor 7 Tahun 1956 pada 4 November 1956.

Kabupaten Aceh Selatan pada tanggal 10 April 2002 resmi dimekarkan sesuai dengan UU RI Nomor 4 tahun 2002 menjadi tiga Kabupaten, yaitu: Kabupaten Aceh Barat Daya, Kabupaten Aceh Singkil dan Kabupaten Aceh Selatan.

Disktrik yang memiliki banyak masyarakat terbanyak adalah Disktrik Labuhan Haji, disertai oleh Disktrik Kluet Utara. Sementara banyak masyarakat tersedikit adalah Disktrik Sawang. Sebagian masyarakat terpusat di sepanjang perlintasan raya pesisir dan pinggiran sungai.

Batas wilayah

Topografi dan klimatologi

Kondisi topografi Kabupaten Aceh Selatan sangat bervariasi, terdiri atas dataran rendah, bergelombang, berbukit, sampai pegunungan dengan tingkat kemiringan sangat curam/terjal.

Dari data yang diperoleh, kondisi topografi dengan tingkat kemiringan sangat curam/terjal mencapai 63,45%, sedangkan berupa dataran hanya sekitar 34,66% dengan kemiringan lahan dominan adalah pada kemiringan kemiringan ³ 40% dengan lapang 254.138.39 ha dan terkecil kemiringan 8-15% seluas 175.04 hektar selebihnya tersebar pada beerbagai tingkat kemiringan. Dilihat dari ketinggian tempat (diatas permukaan laut) ketinggian 0-25 meter memiliki lapang terbesar yakni 152.648 hektar (38,11%) dan terkecil adalah ketinggian 25-00 meter seluas 39.720 hektar (9,92%).

Sementara itu, sebagian akbar macam tanah di Kabupaten Aceh Selatan adalah podzolik merah kuning seluas 161,022 hektar dan yang paling sedikit adalah macam tanah regosol (hanya 5,213 ha).

Demografi

Kabupaten Aceh Selatan memiliki 3 suku asli, yaitu suku Aceh (60%), suku Aneuk Jamee (30%) dan suku Kluet (10%). Suku Aneuk Jamee merupakan para perantau Minangkabau yang telah bermukim disana sejak ratus tahun ke-15. Walau sudah tidak lagi memanfaatkan sistem norma budaya matrilineal, namun mereka sedang memanfaatkan Bahasa Minangkabau dialek Aceh (Bahasa Aneuk Jamee) dalam diskusi sehari-hari. [3]

Suku bangsaDisktrik
Suku AcehSawang, Meukek, Pasie Raja, Kluet Utara, Bakongan, Bakongan Timur, Kota Bahagia, Trumon, Trumon Tengah dan Trumon Timur.
Suku Aneuk JameeKluet Selatan, Labuhan Haji, Labuhan Haji Barat, Labuhan Haji Timur, Sama Dua, Tapak Tuan.
Suku KluetKluet Timur, Kluet Tengah, Kluet Utara (mayoritas suku Aceh), Kluet Selatan (mayoritas suku Aneuk Jamee).

Disktrik

Kabupaten Aceh Selatan memiliki 18 buah disktrik yang terbentang mulai dari Disktrik Labuhan Haji yang berbatasan dengan Kabupaten Aceh Barat Daya sampai Disktrik Trumon Timur yang berbatasan dengan Kota Subulussalam. Pada tahun 2010 banyak disktrik dalam Kabupaten Aceh Selatan adalah 14 Kecamatan. Pada tahun 2011, 2 disktrik di anggota timur yakni Trumon dimekarkan lagi menjadi 2 disktrik lagi sehingga keseluruhan disktrik dalam kabupaten sekarang ini berjumlah 16 disktrik. Keenam belas disktrik tersebut adalah:

Referensi

  1. ^ "Perpres No. 10 Tahun 2013". 2013-02-04. Retrieved 2013-02-15. 
  2. ^ Banyak masyarakat Aceh
  3. ^ http://www.ihssrc.com/index.php?option=com_content&task=view&id=118&Itemid=1


edunitas.com


Page 14

Kabupaten Aceh Selatan adalah salah satu kabupaten di Provinsi Aceh, Indonesia. Sebelum berdiri sendiri untuk kabupaten otonom, yang akan menjadi wilayah Kabupaten Aceh Selatan adalah anggota dari Kabupaten Aceh Barat. Pembentukan Kabupaten Aceh Selatan ditandai dengan disahkannya Undang-Undang Darurat Nomor 7 Tahun 1956 pada 4 November 1956.

Kabupaten Aceh Selatan pada tanggal 10 April 2002 resmi dimekarkan sesuai dengan UU RI Nomor 4 tahun 2002 menjadi tiga Kabupaten, yaitu: Kabupaten Aceh Barat Daya, Kabupaten Aceh Singkil dan Kabupaten Aceh Selatan.

Disktrik yang memiliki banyak masyarakat terbanyak adalah Disktrik Labuhan Haji, disertai oleh Disktrik Kluet Utara. Sementara banyak masyarakat tersedikit adalah Disktrik Sawang. Sebagian masyarakat terpusat di sepanjang perlintasan raya pesisir dan pinggiran sungai.

Batas wilayah

Topografi dan klimatologi

Kondisi topografi Kabupaten Aceh Selatan sangat bervariasi, terdiri atas dataran rendah, bergelombang, berbukit, sampai pegunungan dengan tingkat kemiringan sangat curam/terjal.

Dari data yang diperoleh, kondisi topografi dengan tingkat kemiringan sangat curam/terjal mencapai 63,45%, sedangkan berupa dataran hanya sekitar 34,66% dengan kemiringan lahan dominan adalah pada kemiringan kemiringan ³ 40% dengan lapang 254.138.39 ha dan terkecil kemiringan 8-15% seluas 175.04 hektar selebihnya tersebar pada beerbagai tingkat kemiringan. Dilihat dari ketinggian tempat (diatas permukaan laut) ketinggian 0-25 meter memiliki lapang terbesar yakni 152.648 hektar (38,11%) dan terkecil adalah ketinggian 25-00 meter seluas 39.720 hektar (9,92%).

Sementara itu, sebagian akbar macam tanah di Kabupaten Aceh Selatan adalah podzolik merah kuning seluas 161,022 hektar dan yang paling sedikit adalah macam tanah regosol (hanya 5,213 ha).

Demografi

Kabupaten Aceh Selatan memiliki 3 suku asli, yaitu suku Aceh (60%), suku Aneuk Jamee (30%) dan suku Kluet (10%). Suku Aneuk Jamee merupakan para perantau Minangkabau yang telah bermukim disana semenjak ratus tahun ke-15. Walau sudah tidak lagi mempergunakan sistem norma budaya matrilineal, namun mereka masih mempergunakan Bahasa Minangkabau dialek Aceh (Bahasa Aneuk Jamee) dalam diskusi sehari-hari. [3]

Suku bangsaDisktrik
Suku AcehSawang, Meukek, Pasie Raja, Kluet Utara, Bakongan, Bakongan Timur, Kota Bahagia, Trumon, Trumon Tengah dan Trumon Timur.
Suku Aneuk JameeKluet Selatan, Labuhan Haji, Labuhan Haji Barat, Labuhan Haji Timur, Sama Dua, Tapak Tuan.
Suku KluetKluet Timur, Kluet Tengah, Kluet Utara (mayoritas suku Aceh), Kluet Selatan (mayoritas suku Aneuk Jamee).

Disktrik

Kabupaten Aceh Selatan memiliki 18 buah disktrik yang terbentang mulai dari Disktrik Labuhan Haji yang berbatasan dengan Kabupaten Aceh Barat Daya sampai Disktrik Trumon Timur yang berbatasan dengan Kota Subulussalam. Pada tahun 2010 banyak disktrik dalam Kabupaten Aceh Selatan adalah 14 Kecamatan. Pada tahun 2011, 2 disktrik di anggota timur yakni Trumon dimekarkan lagi menjadi 2 disktrik lagi sehingga keseluruhan disktrik dalam kabupaten sekarang ini berjumlah 16 disktrik. Keenam belas disktrik tersebut adalah:

Referensi

  1. ^ "Perpres No. 10 Tahun 2013". 2013-02-04. Retrieved 2013-02-15. 
  2. ^ Banyak masyarakat Aceh
  3. ^ http://www.ihssrc.com/index.php?option=com_content&task=view&id=118&Itemid=1


edunitas.com


Page 15

Kabupaten Aceh Jaya adalah salah satu kabupaten di Provinsi Aceh, Indonesia. Kabupaten Aceh Jaya diproduksi susunan untuk hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat.

Kabupaten Aceh Jaya, khususnya kecamatan Jaya terkenal dengan profil penduduknya yang khas. Sebagian penduduk Kecamatan Jaya ini berprofil seperti orang Eropa di mana berada yang berkulit putih, bermata biru, dan berrambut pirang. Mereka dipercaya merupakan keturunan prajurit Portugis pada ratus tahun ke-16 yang kapalnya terdampar di pantai Kerajaan Daya, dan ditawan oleh raja kawasan itu.

Para prajurit Portugis yang tertawan ini lama-kelamaan masuk Islam, menikah dengan penduduk setempat dan mengadaptasi tradisi Aceh secara turun-temurun. Keturunan mereka ketika inilah yang terlihat khususnya di kecamatan Jaya (sekitar 75 km arah barat daya Banda Aceh).

Pemerintahan

Kabupaten Aceh Jaya terbentuk pada tanggal 22 Juli 2002, merupakan wilayah pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat. Wilayah administrasi terdiri dari 6 kecamatan, 21 mukim dan 172 desa, dengan ibukota kabupaten terletak di Calang, yakni suatu wilayah yang terletak di Krueng Sabee.

Pemerintah Kawasan Kabupaten Aceh Jaya, secara propertti organisasi pada tahun 2005 terdiri dari lembaga/instansi berupa 11 Dinas, 3 Badan dan 6 Kantor yang merupakan kantor kecamatan. Banyak keseluruhan Pegawai Negeri Sipil kawasan yang bekerja di jajaran pemerintahan Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 sebanyak 1.148 orang. Sementara itu banyak wakil rakyat yang duduk pada lembaga legislatif yaitu Dewan Perwakilan Rakyat Kawasan (DPRD) Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 masih sebanyak 20 orang sebagaimana tahun 2004, hanya saja beberapa wakil rakyat mengalami pergantian antar waktu, terutama diakibatkan oleh beberapa anggota DPRD yang meninggal pada ketika terjadinya bencana gempa dan tsunami.

Kondisi geografi

Kabupaten Aceh Jaya merupakan wilayah pesisir Barat pantai Sumatera dengan panjang garis pantai lebih kurang 160 kilometer. Curah hujan rata-rata sepanjang tahun sebesar 318,5 mm dengan banyak hari hujan rata-rata 19 hari. Suhu udara dan kelembaban udara sepanjang tahun tidak terlalu berfluktuasi, dengan suhu udara minimum rata-rata berkisar selang 21,0-23,2 °C dan suhu udara maksimum rata-rata berkisar selang 29,9-31,4 °C.

Batas wilayah

Penduduk

Banyak penduduk Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 didasarkan pada hasil Sensus Penduduk Aceh Nias (SPAN) yang merupakan sensus penduduk sesudah bencana dunia gempa bumi dan gelombang tsunami yang melanda wilayah Aceh. SPAN dilaksanakan oleh BPS pada bulan September 2005 dengan hasil banyak penduduk Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam tercatat sebanyak 4.031.589 jiwa. Sementara itu banyak penduduk Kabupaten Aceh Jaya hasil sensus tsb sebanyak 60.660 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 31.515 jiwa dan perempuan 29.145 jiwa.

Potensi

Kabupaten Aceh Jaya merupakan salah satu kawasan yang sangat sesuai untuk budidaya berbagai jenis komoditi pertanian, berpihak kepada yang benar jenis tanaman pangan seperti padi, palawija, buah-buahan, dan sayuran, maupun jenis tanaman perkebunan seperti karet, kelapa sawit, dan kelapa dalam. Kabupaten Aceh Jaya termasuk kawasan Zona Pertanian di selang beberapa kabupaten yang berada di Provins NAD. Disamping itu lahan yang tersedia untuk budidaya pertanian masih cukup luas. Sub sektor peternakan juga sangat menjanjikan untuk lebih dinaikkan di kawasan ini mengingat wilayah berupa padang rumput yang masih luas tersedia.

Untuk perikanan laut juga dijadikan andalan kawasan ini karena semua kecamatannya bersamaan batasnya langsung dengan samudera Indonesia. Namun setelah terjadinya bencana gempa dan gelombang tsunami, sebagian akbar komoditi pertanian mengalami penurunan produksi pada tahun 2005. Hal ini diakibatkan oleh rusaknya areal budidaya berbagai komoditi tanaman pertanian oleh gelombang tsunami. Seperti tanaman kelapa dalam yang dibudidayakan di sepanjang pantai wilayah ini, mulai dari Teunom hingga kecamatan Jaya, hancur oleh gelombang tsunami. Penurunan produksi tanaman pertanian juga diakibatkan lumpuhnya kota Calang untuk sentra penyediaan fasilitas produksi pertanian seperti pupuk, obat-obatan dan peralatan pertanian lainnya.

Pada tahun 2005 produksi padi sawah tercatat sebesar 13.844 ton gabah, atau mengalami penurunan yang sangat akbar dibanding tahun 2004 yaitu menurun sebesar 74,31 persen dengan total produksi padi sawah pada tahun 2004 sebanyak 53.896 ton. Demikian juga halnya dengan produksi tanaman palawija dan sayur-sayuran yang rata-rata mengalami penurunan diatas 50 persen dibanding produksi tahun sebelumnya.

Referensi

  1. ^ "Perpres No. 10 Tahun 2013". 2013-02-04. Retrieved 2013-02-15. 
  2. ^ http://www.nad.go.id/uploadfiles/PENDUDUK/PENDUDUKBULANJUNI_08.pdf


edunitas.com


Page 16

Kabupaten Aceh Jaya adalah salah satu kabupaten di Provinsi Aceh, Indonesia. Kabupaten Aceh Jaya dibuat susunan sebagai hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat.

Kabupaten Aceh Jaya, khususnya kecamatan Jaya terkenal dengan profil penduduknya yang khas. Sebagian penduduk Kecamatan Jaya ini berprofil seperti orang Eropa di mana berada yang berkulit putih, bermata biru, dan berrambut pirang. Mereka dipercaya merupakan keturunan prajurit Portugis pada ratus tahun ke-16 yang kapalnya terdampar di pantai Kerajaan Daya, dan ditawan oleh raja kawasan itu.

Para prajurit Portugis yang tertawan ini lama-kelamaan masuk Islam, menikah dengan penduduk setempat dan mengadaptasi tradisi Aceh secara turun-temurun. Keturunan mereka ketika inilah yang terlihat khususnya di kecamatan Jaya (sekitar 75 km arah barat daya Banda Aceh).

Pemerintahan

Kabupaten Aceh Jaya terbentuk pada tanggal 22 Juli 2002, merupakan wilayah pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat. Wilayah administrasi terdiri dari 6 kecamatan, 21 mukim dan 172 desa, dengan ibukota kabupaten terletak di Calang, yakni suatu wilayah yang terletak di Krueng Sabee.

Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Jaya, secara propertti organisasi pada tahun 2005 terdiri dari lembaga/instansi berupa 11 Dinas, 3 Badan dan 6 Kantor yang merupakan kantor kecamatan. Banyak keseluruhan Pegawai Negeri Sipil daerah yang bekerja di jajaran pemerintahan Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 sebanyak 1.148 orang. Sementara itu banyak wakil rakyat yang duduk pada lembaga legislatif yaitu Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 masih sebanyak 20 orang sebagaimana tahun 2004, hanya saja beberapa wakil rakyat mengalami pergantian antar waktu, terutama diakibatkan oleh beberapa anggota DPRD yang meninggal pada ketika terjadinya bencana gempa dan tsunami.

Kondisi geografi

Kabupaten Aceh Jaya merupakan wilayah pesisir Barat pantai Sumatera dengan panjang garis pantai lebih kurang 160 kilometer. Curah hujan rata-rata sepanjang tahun sebesar 318,5 mm dengan banyak hari hujan rata-rata 19 hari. Suhu udara dan kelembaban udara sepanjang tahun tidak terlalu berfluktuasi, dengan suhu udara minimum rata-rata berkisar selang 21,0-23,2 °C dan suhu udara maksimum rata-rata berkisar selang 29,9-31,4 °C.

Batas wilayah

Penduduk

Banyak penduduk Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 didasarkan pada hasil Sensus Penduduk Aceh Nias (SPAN) yang merupakan sensus penduduk sesudah bencana dunia gempa bumi dan gelombang tsunami yang melanda wilayah Aceh. SPAN dilaksanakan oleh BPS pada bulan September 2005 dengan hasil banyak penduduk Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam tercatat sebanyak 4.031.589 jiwa. Sementara itu banyak penduduk Kabupaten Aceh Jaya hasil sensus tsb sebanyak 60.660 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 31.515 jiwa dan perempuan 29.145 jiwa.

Potensi

Kabupaten Aceh Jaya merupakan salah satu daerah yang sangat sesuai untuk budidaya berbagai jenis komoditi pertanian, baik jenis tanaman pangan seperti padi, palawija, buah-buahan, dan sayuran, maupun jenis tanaman perkebunan seperti karet, kelapa sawit, dan kelapa dalam. Kabupaten Aceh Jaya termasuk daerah Zona Pertanian di selang beberapa kabupaten yang berada di Provins NAD. Disamping itu lahan yang tersedia untuk budidaya pertanian masih cukup luas. Sub sektor peternakan juga sangat menjanjikan untuk lebih dinaikkan di daerah ini mengingat wilayah berupa padang rumput yang masih luas tersedia.

Untuk perikanan laut juga menjadi andalan daerah ini karena semua kecamatannya bersamaan batasnya langsung dengan samudera Indonesia. Namun setelah terjadinya bencana gempa dan gelombang tsunami, sebagian akbar komoditi pertanian mengalami penurunan produksi pada tahun 2005. Hal ini diakibatkan oleh rusaknya areal budidaya berbagai komoditi tanaman pertanian oleh gelombang tsunami. Seperti tanaman kelapa dalam yang dibudidayakan di sepanjang pantai wilayah ini, mulai dari Teunom hingga kecamatan Jaya, hancur oleh gelombang tsunami. Penurunan produksi tanaman pertanian juga diakibatkan lumpuhnya kota Calang sebagai sentra penyediaan sarana produksi pertanian seperti pupuk, obat-obatan dan peralatan pertanian lainnya.

Pada tahun 2005 produksi padi sawah tercatat sebesar 13.844 ton gabah, atau mengalami penurunan yang sangat akbar dibanding tahun 2004 yaitu menurun sebesar 74,31 persen dengan total produksi padi sawah pada tahun 2004 sebanyak 53.896 ton. Demikian juga halnya dengan produksi tanaman palawija dan sayur-sayuran yang rata-rata mengalami penurunan diatas 50 persen dibanding produksi tahun sebelumnya.

Referensi

  1. ^ "Perpres No. 10 Tahun 2013". 2013-02-04. Retrieved 2013-02-15. 
  2. ^ http://www.nad.go.id/uploadfiles/PENDUDUK/PENDUDUKBULANJUNI_08.pdf


edunitas.com


Page 17

Kabupaten Aceh Jaya adalah salah satu kabupaten di Provinsi Aceh, Indonesia. Kabupaten Aceh Jaya dibuat susunan sebagai hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat.

Kabupaten Aceh Jaya, khususnya kecamatan Jaya terkenal dengan profil penduduknya yang khas. Sebagian penduduk Kecamatan Jaya ini berprofil seperti orang Eropa di mana berada yang berkulit putih, bermata biru, dan berrambut pirang. Mereka dipercaya merupakan keturunan prajurit Portugis pada ratus tahun ke-16 yang kapalnya terdampar di pantai Kerajaan Daya, dan ditawan oleh raja kawasan itu.

Para prajurit Portugis yang tertawan ini lama-kelamaan masuk Islam, menikah dengan penduduk setempat dan mengadaptasi tradisi Aceh secara turun-temurun. Keturunan mereka ketika inilah yang terlihat khususnya di kecamatan Jaya (sekitar 75 km arah barat daya Banda Aceh).

Pemerintahan

Kabupaten Aceh Jaya terbentuk pada tanggal 22 Juli 2002, merupakan wilayah pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat. Wilayah administrasi terdiri dari 6 kecamatan, 21 mukim dan 172 desa, dengan ibukota kabupaten terletak di Calang, yakni suatu wilayah yang terletak di Krueng Sabee.

Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Jaya, secara propertti organisasi pada tahun 2005 terdiri dari lembaga/instansi berupa 11 Dinas, 3 Badan dan 6 Kantor yang merupakan kantor kecamatan. Banyak keseluruhan Pegawai Negeri Sipil daerah yang bekerja di jajaran pemerintahan Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 sebanyak 1.148 orang. Sementara itu banyak wakil rakyat yang duduk pada lembaga legislatif yaitu Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 masih sebanyak 20 orang sebagaimana tahun 2004, hanya saja beberapa wakil rakyat mengalami pergantian antar waktu, terutama diakibatkan oleh beberapa anggota DPRD yang meninggal pada ketika terjadinya bencana gempa dan tsunami.

Kondisi geografi

Kabupaten Aceh Jaya merupakan wilayah pesisir Barat pantai Sumatera dengan panjang garis pantai lebih kurang 160 kilometer. Curah hujan rata-rata sepanjang tahun sebesar 318,5 mm dengan banyak hari hujan rata-rata 19 hari. Suhu udara dan kelembaban udara sepanjang tahun tidak terlalu berfluktuasi, dengan suhu udara minimum rata-rata berkisar selang 21,0-23,2 °C dan suhu udara maksimum rata-rata berkisar selang 29,9-31,4 °C.

Batas wilayah

Penduduk

Banyak penduduk Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 didasarkan pada hasil Sensus Penduduk Aceh Nias (SPAN) yang merupakan sensus penduduk sesudah bencana dunia gempa bumi dan gelombang tsunami yang melanda wilayah Aceh. SPAN dilaksanakan oleh BPS pada bulan September 2005 dengan hasil banyak penduduk Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam tercatat sebanyak 4.031.589 jiwa. Sementara itu banyak penduduk Kabupaten Aceh Jaya hasil sensus tsb sebanyak 60.660 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 31.515 jiwa dan perempuan 29.145 jiwa.

Potensi

Kabupaten Aceh Jaya merupakan salah satu daerah yang sangat sesuai untuk budidaya berbagai jenis komoditi pertanian, baik jenis tanaman pangan seperti padi, palawija, buah-buahan, dan sayuran, maupun jenis tanaman perkebunan seperti karet, kelapa sawit, dan kelapa dalam. Kabupaten Aceh Jaya termasuk daerah Zona Pertanian di selang beberapa kabupaten yang berada di Provins NAD. Disamping itu lahan yang tersedia untuk budidaya pertanian masih cukup luas. Sub sektor peternakan juga sangat menjanjikan untuk lebih dinaikkan di daerah ini mengingat wilayah berupa padang rumput yang masih luas tersedia.

Untuk perikanan laut juga menjadi andalan daerah ini karena semua kecamatannya bersamaan batasnya langsung dengan samudera Indonesia. Namun setelah terjadinya bencana gempa dan gelombang tsunami, sebagian akbar komoditi pertanian mengalami penurunan produksi pada tahun 2005. Hal ini diakibatkan oleh rusaknya areal budidaya berbagai komoditi tanaman pertanian oleh gelombang tsunami. Seperti tanaman kelapa dalam yang dibudidayakan di sepanjang pantai wilayah ini, mulai dari Teunom hingga kecamatan Jaya, hancur oleh gelombang tsunami. Penurunan produksi tanaman pertanian juga diakibatkan lumpuhnya kota Calang sebagai sentra penyediaan sarana produksi pertanian seperti pupuk, obat-obatan dan peralatan pertanian lainnya.

Pada tahun 2005 produksi padi sawah tercatat sebesar 13.844 ton gabah, atau mengalami penurunan yang sangat akbar dibanding tahun 2004 yaitu menurun sebesar 74,31 persen dengan total produksi padi sawah pada tahun 2004 sebanyak 53.896 ton. Demikian juga halnya dengan produksi tanaman palawija dan sayur-sayuran yang rata-rata mengalami penurunan diatas 50 persen dibanding produksi tahun sebelumnya.

Referensi

  1. ^ "Perpres No. 10 Tahun 2013". 2013-02-04. Retrieved 2013-02-15. 
  2. ^ http://www.nad.go.id/uploadfiles/PENDUDUK/PENDUDUKBULANJUNI_08.pdf


edunitas.com


Page 18

Kabupaten Aceh Jaya adalah salah satu kabupaten di Provinsi Aceh, Indonesia. Kabupaten Aceh Jaya diproduksi susunan untuk hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat.

Kabupaten Aceh Jaya, khususnya kecamatan Jaya terkenal dengan profil penduduknya yang khas. Sebagian penduduk Kecamatan Jaya ini berprofil seperti orang Eropa di mana berada yang berkulit putih, bermata biru, dan berrambut pirang. Mereka dipercaya merupakan keturunan prajurit Portugis pada ratus tahun ke-16 yang kapalnya terdampar di pantai Kerajaan Daya, dan ditawan oleh raja kawasan itu.

Para prajurit Portugis yang tertawan ini lama-kelamaan masuk Islam, menikah dengan penduduk setempat dan mengadaptasi tradisi Aceh secara turun-temurun. Keturunan mereka ketika inilah yang terlihat khususnya di kecamatan Jaya (sekitar 75 km arah barat daya Banda Aceh).

Pemerintahan

Kabupaten Aceh Jaya terbentuk pada tanggal 22 Juli 2002, merupakan wilayah pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat. Wilayah administrasi terdiri dari 6 kecamatan, 21 mukim dan 172 desa, dengan ibukota kabupaten terletak di Calang, yakni suatu wilayah yang terletak di Krueng Sabee.

Pemerintah Kawasan Kabupaten Aceh Jaya, secara propertti organisasi pada tahun 2005 terdiri dari lembaga/instansi berupa 11 Dinas, 3 Badan dan 6 Kantor yang merupakan kantor kecamatan. Banyak keseluruhan Pegawai Negeri Sipil kawasan yang bekerja di jajaran pemerintahan Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 sebanyak 1.148 orang. Sementara itu banyak wakil rakyat yang duduk pada lembaga legislatif yaitu Dewan Perwakilan Rakyat Kawasan (DPRD) Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 masih sebanyak 20 orang sebagaimana tahun 2004, hanya saja beberapa wakil rakyat mengalami pergantian antar waktu, terutama diakibatkan oleh beberapa anggota DPRD yang meninggal pada ketika terjadinya bencana gempa dan tsunami.

Kondisi geografi

Kabupaten Aceh Jaya merupakan wilayah pesisir Barat pantai Sumatera dengan panjang garis pantai lebih kurang 160 kilometer. Curah hujan rata-rata sepanjang tahun sebesar 318,5 mm dengan banyak hari hujan rata-rata 19 hari. Suhu udara dan kelembaban udara sepanjang tahun tidak terlalu berfluktuasi, dengan suhu udara minimum rata-rata berkisar selang 21,0-23,2 °C dan suhu udara maksimum rata-rata berkisar selang 29,9-31,4 °C.

Batas wilayah

Penduduk

Banyak penduduk Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 didasarkan pada hasil Sensus Penduduk Aceh Nias (SPAN) yang merupakan sensus penduduk sesudah bencana dunia gempa bumi dan gelombang tsunami yang melanda wilayah Aceh. SPAN dilaksanakan oleh BPS pada bulan September 2005 dengan hasil banyak penduduk Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam tercatat sebanyak 4.031.589 jiwa. Sementara itu banyak penduduk Kabupaten Aceh Jaya hasil sensus tsb sebanyak 60.660 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 31.515 jiwa dan perempuan 29.145 jiwa.

Potensi

Kabupaten Aceh Jaya merupakan salah satu kawasan yang sangat sesuai untuk budidaya berbagai jenis komoditi pertanian, berpihak kepada yang benar jenis tanaman pangan seperti padi, palawija, buah-buahan, dan sayuran, maupun jenis tanaman perkebunan seperti karet, kelapa sawit, dan kelapa dalam. Kabupaten Aceh Jaya termasuk kawasan Zona Pertanian di selang beberapa kabupaten yang berada di Provins NAD. Disamping itu lahan yang tersedia untuk budidaya pertanian masih cukup luas. Sub sektor peternakan juga sangat menjanjikan untuk lebih dinaikkan di kawasan ini mengingat wilayah berupa padang rumput yang masih luas tersedia.

Untuk perikanan laut juga dijadikan andalan kawasan ini karena semua kecamatannya bersamaan batasnya langsung dengan samudera Indonesia. Namun setelah terjadinya bencana gempa dan gelombang tsunami, sebagian akbar komoditi pertanian mengalami penurunan produksi pada tahun 2005. Hal ini diakibatkan oleh rusaknya areal budidaya berbagai komoditi tanaman pertanian oleh gelombang tsunami. Seperti tanaman kelapa dalam yang dibudidayakan di sepanjang pantai wilayah ini, mulai dari Teunom hingga kecamatan Jaya, hancur oleh gelombang tsunami. Penurunan produksi tanaman pertanian juga diakibatkan lumpuhnya kota Calang untuk sentra penyediaan fasilitas produksi pertanian seperti pupuk, obat-obatan dan peralatan pertanian lainnya.

Pada tahun 2005 produksi padi sawah tercatat sebesar 13.844 ton gabah, atau mengalami penurunan yang sangat akbar dibanding tahun 2004 yaitu menurun sebesar 74,31 persen dengan total produksi padi sawah pada tahun 2004 sebanyak 53.896 ton. Demikian juga halnya dengan produksi tanaman palawija dan sayur-sayuran yang rata-rata mengalami penurunan diatas 50 persen dibanding produksi tahun sebelumnya.

Referensi

  1. ^ "Perpres No. 10 Tahun 2013". 2013-02-04. Retrieved 2013-02-15. 
  2. ^ http://www.nad.go.id/uploadfiles/PENDUDUK/PENDUDUKBULANJUNI_08.pdf


edunitas.com