Home / SosBud
Selasa, 27 April 2021 - 12:49 WIB
Hasil Kebudayaan Masa Praaksara Indonesia
Hasil kebudayaan masa praaksara terbagi ke dalam tiga masa, yakni masa berburu dan mengumpulkan makanan, masa bercocok tanam, dan masa perundagian. Pada masa berburu, manusia umumnya masih nomaden atau berpindah-pindah tempat. Kemudian memasuki masa bercocok tanam, mereka mulai menetap.
Terakhir, masa perundagian atau masa dimana orang-orang sudah memiliki keahlian membuat barang-barang dan perkakas dengan bentuk yang lebih baik. Manusia mulai membentuk komunitas dan budaya yang lebih kompleks.
Daftar Isi
- 1 Hasil kebudayaan masa berburu
- 1.1 Kapak perimbas
- 1.2 Kapak penetak
- 1.3 Pahat genggam
- 1.4 Alat serpih
- 1.5 Alat-alat dari tulang
- 2 Hasil kebudayaan masa bercocok tanam
- 2.1 Beliung persegi/kapak persegi
- 2.2 Kapak lonjong
- 2.3 Mata panah
- 2.4 Gerabah
- 2.5 Perhiasan
- 2.6 Bangunan megalitik
- 3 Hasil kebudayaan masa perundagian
- 3.1 Nekara
- 3.2 Moko
- 3.3 Kapak perunggu
- 3.4 Bejana perunggu
- 3.5 Perhiasan perunggu
- 3.6 Arca perunggu
Hasil kebudayaan masa berburu
Kapak perimbas
Teman-teman bisa membayangkan mata kapak? Nah, pada dasarnya kapak perimbas memiliki bentuk dasar seperti mata kapak modern, yang memiliki tepian tajam di satu sisi dan tepian tumpul tebal di sisi lainnya.
Tepian tajam berguna untuk menyayat atau menghancurkan buruan, sedangkan tepian tebal untuk pegangannya. Ya, kapak perimbas tidak memiliki tungkai, hanya mata kapak saja sehingga cara memakainya adalah dengan menggenggam langsung mata kapaknya.
Bentuknya pun bervariasi. Ada yang berbentuk bulat. Ada juga yang berbentuk lonjong. Bentuk variasi tersebut karena pada saat itu teknologi masih sangat sederhana. Manusia hanya mengandalkan bebatuan alami yang mereka temukan.
Kapak perimbas secara penampilan sangat berbeda dengan kapak modern. Kapak modern terbuat dari besi atau baja dan sudah mengalami proses penempaan sehingga bentuknya lebih tajam, permukaan lebih halus. Di lain sisi, kapak perimbas terbuat dari bebatuan dan tidak ditempa sehingga permukaan kasar layaknya batuan.
Kapak perimbas bisa ditemukan di Lahat [Sumatera Selatan], Kamuda [Lampung], Bali, Flores, Timor, Punung [Jawa Timur], Jampang Kulon [Jawa Barat], Parigi, Tambangsawah [Bengkulu].
Kapak penetak
Kapan penetak sama dengan kapak perimbas dari segi bentuk dan proses pembuatan. Perbedaanya, kapak penetak terbuat dari fosil kayu dan berukuran lebih besar. Kapak ini berfungsi untuk membelah kayu atau pepohonan. Kapak semacam ini bisa ditemukan hampir seluruh wilayah Indonesia.
Pahat genggam
Pahat genggam terbuat dari fosil kay atau kalsedon dengan ukuran lebih kecil dari kapak. Kemungkinan, fungsinya adalah untuk menggali tanah ketika mencari umbi-umbian.
Alat serpih
Alat serpih merupakan pecahan dari kapak perimbas. Bentuknya lebih kecil, tapi lebih tajam. Alat ini berfungsi sebagai serut, penusuk atau pisau. Tempat penemuannya adlaah di Punung [Jawa Timur], Sangirang, Ngandong [Bengawan Solo], Gombong [Jawa Tengah], Lahat, Gabbenge, dan Mengeruda [NTT].
Alat-alat dari tulang
Alat ini terbuat dari tulang binatang buruan. Bentuknya yang cenderung kecil, runjung dan tajam, memungkinnya menjadi mata tombak. Alat-alat itu ditemukan di Gua Lawang di daerah Gunung Kendeng, Bojonegoro. Di gua-gua di daerah Tuban [Gua Gedeh dan Gua Kandang] ditemukan alat-alat dari kulit kerang berbentuk sabit [lengkung].
Hasil kebudayaan masa bercocok tanam
Beliung persegi/kapak persegi
Beliung persegi merupakan alat dengan permukaan memanjang dan berbentuk persegi empat. Seluruh permukaan alat tersebut telah digosok halus, kecuali pada bagian pangkal
yang digunakan untuk tempat ikatan tangkai. Sisi pangkal diikat pada tangkai, sisi depan diasah sampai tajam.
Kegunaannya adalah untuk mencangkul tanah.
Kapak lonjong
Kapak lonjong merupakan alat berbentuk lonjong dengan pangkal agak runcing dan melebar pada bagian tajamnya. Seluruh permukaan alat tersebut telah digosok halus. Sisi
pangkal agak runcing dan diikat pada tangkai.
Sisi depan lebih melebar dan diasah sampai tajam pada kedua sisinya sehingga menghasilkan bentuk tajam yang simetris. Inilah yang membedakannya dengan beliung persegi.
Alat ini hanya ditemukan di daerah bagian timur, yaitu di Sulawesi, Sangihe Talaud, Flores, Maluku, Leti, Tanimbar, dan Papua.
Mata panah
Walaupun sudah memasuki masa bercocok tanam, bukan berarti kegiatan berburu terhenti. Pada masa ini, kita masih menemukan mata panah dengan bentuk yang lebih rapih.
Terdapat perbedaan antara mata panah di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan. Di Sulsel, mata panah biasanya berukuran kecil dan tipis serta dibentuk pada bagian tajamnya saja. Sedangkan di Jawa Timur, bentuknya segitiga dan ditajamkan dari dua arah sehingga agak bergerigi di kedua sisi tajamnya.
Gerabah
Bentuknya seperti gentong, tapi lebih langsing dan tinggi. Terbuat dari tanah liat yang dibakar. Alat ini berfungsi sebagai wadah, tempat menyimpan makanan.
Perhiasan
Hasil kebudayaan masa bercocok tanam ternyata meninggalkan beberapa perhiasan. Umumnya, terbuat dari batu dan kerang, salah satunya, berupa peninggalan gelang batu.
Bangunan megalitik
Mega artinya besar dan lithos artinya batu sehingga bangunan megalitik adalah bangunan yang terbuat dari batu besar. Bangunan ini umumnya dibangun atas kepercayaan akan adanya hubungan antara yang hidup dan mati. Bangunan megalitikum merupakan bentuk penghormatan bagi mereka yang telah mati pada masa itu.
Manusia saat itu melakukan ritual pemujaan di bangunan megaliti. Contoh bangunan megalitik adalah menhir [batu tegak seperti tugu], dolmen [bentuk seperti meja batu untuk pemujaan], kubur peti batu [tempat menyimpan mayat tanpa tutup], sarkofagus [kubur batu berbentuk lesung dengan penutup], waruga [peti kubur ukuran keci berbentuk kubus atau bulat], punden berundak [bangunan bertingkat yang dihubungkan dengan tanjakan kecil].
Hasil kebudayaan masa perundagian
Nekara
Nenek moyang kita memukul nekara dalam upacara mendatangkan hujan dengan. Terbuat dari perunggu dengan pola hias beraneka ragam. Cukup menampilkan karya seni dan peradaban kebudayaan yang lebih tinggi dari masa sebelumnya.
Moko
Bentuk moko seperti nekara, tetapi lebih ramping. Moko banyak terdapat di Pulau Alor.
Kapak perunggu
Terdapat tiga golongan kapak perunggu, yaitu kapak corong/sepatu, kapak upacara dan tembilangan atau tajak. Kapak di masa perundagian bentuknya sudah mulai membentuk kapak modern seperti sekarang dan juga terbuat dari logam.
Bejana perunggu
Bejana ini dibuat dari dua lempengan perunggu yang cembung, yang dilekatkan dengan
pacuk besi pada sisinya. Bentuknya bulat panjang seperti tempat ikan yang dikaitkan di pinggang.
Perhiasan perunggu
Di zaman ini, perhiasan terbuat dari berbagai logam seperti perunggu, emas dan besi. Bentuknya bisa menyerupai gelang, kalung, dan cincin.
Arca perunggu
Arca atau patung pada masa ini biasanya terbuat dari perunggu dengan bentuk beraneka ragam baik itu mencerminkan manusia ataupun hewan.
Share :
Baca Juga
SosBud
KERAJAAN-KERAJAAN MASA HINDU BUDHA DI INDONESIASosBud
Contoh Hak dan Kewajiban dalam Aspek KehidupanSosBud
Nilai-nilai Budaya Masa Praaksara di IndonesiaBerita
Sejarah Internet dan Perkembangannya di Indonesia