Peranan kaum wanita dalam pergerakan kebangsaan Indonesia adalah

Peranan kaum wanita dalam pergerakan kebangsaan setelah pemberlakuan politik etis pada periode pertama adalah?

  1. Menuntut hak memasuki sekolah dengan bebas
  2. Menuntut hak memilih dan dipilih
  3. Mempertinggi kedudukan sosial kaum wanita
  4. Memperjuangkan agar orang Indonesia mendapat kemerdekaan
  5. Menuntut hak mendapat cuti hamil selama tiga bulan

Berdasarkan pilihan diatas, jawaban yang paling benar adalah: A. Menuntut hak memasuki sekolah dengan bebas.

Dari hasil voting 987 orang setuju jawaban A benar, dan 0 orang setuju jawaban A salah.

Peranan kaum wanita dalam pergerakan kebangsaan setelah pemberlakuan politik etis pada periode pertama adalah menuntut hak memasuki sekolah dengan bebas.

Pembahasan dan Penjelasan

Jawaban A. Menuntut hak memasuki sekolah dengan bebas menurut saya ini yang paling benar, karena kalau dibandingkan dengan pilihan yang lain, ini jawaban yang paling pas tepat, dan akurat.

Jawaban B. Menuntut hak memilih dan dipilih menurut saya ini 100% salah, karena sudah melenceng jauh dari apa yang ditanyakan.

Jawaban C. Mempertinggi kedudukan sosial kaum wanita menurut saya ini juga salah, karena dari buku yang saya baca ini tidak masuk dalam pembahasan.

Jawaban D. Memperjuangkan agar orang Indonesia mendapat kemerdekaan menurut saya ini salah, karena dari apa yang ditanyakan, sudah sangat jelas jawaban ini tidak saling berkaitan.

Jawaban E. Menuntut hak mendapat cuti hamil selama tiga bulan menurut saya ini salah, karena setelah saya cari di google, jawaban tersebut lebih tepat digunkan untuk pertanyaan lain.

Kesimpulan

Dari penjelasan dan pembahasan diatas, bisa disimpulkan pilihan jawaban yang benar adalah A. Menuntut hak memasuki sekolah dengan bebas

Jika masih punya pertanyaan lain, kalian bisa menanyakan melalui kolom komentar dibawah, terimakasih.

Peran Perempuan dalam Pergerakan Nasional. Perjuangan pergerakan nasional bukan semata milik kaum pria. Para wanita juga aktif berperan dalam berbagai organisasi yang ada, baik organisasi sosial maupun politik. Selain itu, kaum perempuan juga memiliki organisasi tersendiri yang anggotanya khusus kaum perempuan.

Peran serta perempuan dalam memperjuangkan kemerdekaan telah ada sejak dahulu. Beberapa tokoh pejuang wanita zaman dahulu adalah R.A. Kartini, Dewi Sartika, dan Maria Walanda Maramis. R.A. Kartini adalah putra Bupati Jepara yang memperjuangkan emansipasi [persamaan derajat] antara laki-laki dan perempuan. Ia mendirikan sekolah khusus untuk perempuan. 

Dewi Sartika mendirikan sekolah di Bandung, Jawa Barat. Sementara Maria Walanda Maramis mendirikan sekolah di Gorontalo, Sulawesi. Dalam masa pergerakan nasional, kaum perempuan aktif mendukung usaha persatuan dan kesatuan bangsa. Mereka aktif memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Putri Mahardika berdiri di Jakarta

Pada tahun 1912, Putri Mahardika berdiri di Jakarta. Aktivitasnya adalah dalam pendidikan dan penerbitan pers. Tahun 1914 Rahena Kudus mendirikan Kerajinan Amai Setia di Gadang, Bukittinggi Sumatra Barat. Rahena aktif dalam usaha mendirikan sekolah-sekolah untuk perempuan. 

Organisasi Muhammadiyah di Yogyakarta pada tahun 1917 membentuk Aisyiyah. Aisyiyah sebagai organisasi wanita Muhammadiyah pertama kali dipimpin oleh Siti Wardah, istri K.H. Ahmad Dahlan. Kegiatan Aisyiyah, terutama dalam bidang dakwah, pendidikan, kesehatan, dan budaya. 

Hampir setiap organisasi pergerakan nasional mempunyai sayap organisasi wanita. Misalnya, Sarekat Putri Islam [SPI], Ina Tuni [Jong Ambon], dan Meisjekring [Jong Java]. Organisasi-organisasi kaum perempuan juga mempunyai semangat perjuangan kebangsaan.

Pada 22-25 Desember 1928, Kongres Perempuan diadakan di Yogyakarta. Kongres ini diikuti oleh tujuh organisasi perempuan. Mereka merespons Sumpah Pemuda yang telah diikrarkan pada 28 Oktober 1928. Kongres dipimpin oleh R.A. Sukanto dan menghasilkan beberapa isi penting.

a. Kongres membicarakan masalah peran perempuan dalam keluarga dan masyarakat. b. Menentukan sikap dalam menghadapi perjuangan mengusir kolonialisme. c. Hasil terpenting adalah terbentuknya Perikatan Perkumpulan Perempuan Indonesia [PPPI].

Peran perempuan dalam pergerakan Nasional [ilustrasi foto/Wawasan Sejarah] 

PPPI merupakan kumpulan dari organisasi wanita yang berbeda latar belakangnya. Pada masa selanjutnya, PPPI berubah namanya menjadi Perserikatan Perkumpulan Istri Indonesia [PPII]. Pada Desember 1930, PPII secara tegas menyatakan dirinya sebagai bagian pergerakan bangsa Indonesia.

PPII menyelenggarakan Kongres Wanita II yang salah satu hasilnya adalah membubarkan PPII. Sebagai gantinya, Kongres Perempuan Indonesia [KPI] terlihat lebih tegas dan terbuka.

Kaum perempuan di samping kesibukannya sebagai ibu rumah tangga, tidak ketinggalan dalam berperan memperjuangkan kemerdekaan. Hal ini menunjukkan bahwa emansipasi wanita telah ada sejak zaman dahulu.

Garis Besar Aktivitas Organisasi Pergerakan Kebangsaan Indonesia

Dengan dicetuskannya Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928, sudah jelas bahwa keinginan merdeka dalam bingkai satu negara telah terbukti. Perjuangan mengusir penjajah semakin jelas. Semua sepakat bahwa Indonesia harus merdeka.

Strategi perjuangan kebangsaan Indonesia dalam menghadapi penjajahan dapat dibuat garis besarnya sebagai berikut.

1. Masa Perintis/Konsolidasi [1910–1920]

Ditandai dengan berdirinya berbagai organisasi, baik yang bersifat kedaerahan, keagamaan, etnis, sosial, maupun politik. Pada masa ini, peta perjuangan masih dalam taraf konsolidasi. 

2. Masa Radikal

Pada masa ini, perjuangan kebangsaan telah mencapai titik jelas, yaitu mencapai Indonesia merdeka. Berdirinya parta-partai politik bertujuan untuk mencapai kemerdekaan. Mereka menyadari bahwa perjuangan kemerdekaan hanya dapat dicapai dengan perjuangan sendiri. Mereka cenderung bersifat nonkooperatif [tidak mau bekerja sama] dengan Belanda.

Beberapa organisasi yang radikal, misalnya Serikat Islam, Perhimpunan Indonesia, Partai Nasional Indonesia, dan Partai Komunis Indonesia. Proses radikalisasi semakin menggelora setelah Perang Dunia I. Perjuangan nasionalisme di Asia dan Afrika telah memberikan inspirasi para tokoh perjuangan Indonesia.

Baca juga Para pemimpin Perhimpunan Indonesia menyatakan bahwa organisasi mereka merupakan organisasi pergerakan nasional

Karena sifatnya yang radikal, Belanda menjadi khawatir. Belanda akhirnya melakukan tindak kekerasan dengan membubarkan organisasi-organisasi radikal dan memenjarakan tokoh-tokohnya pada tahun 1930-an.

3. Masa Moderat

Setelah para pemimpin ditangkap dan sebagian organisasi dibubarkan, para tokoh perjuangan berganti taktik. Perjuangan dilakukan secara moderat [kooperatif]. Mereka memanfaatkan Volksraad [Dewan Rakyat] untuk memperjuangkan aspirasi.

Pada masa moderat ini, organisasi yang masih ada dan berdiri adalah Parindra, Gerindo, dan GAPI. Para tokoh pergerakan menyampaikan tuntutan-tuntutan dalam Volksraad, baik menyangkut masalah politik, ekonomi, sosial, maupun pendidikan.

Rangkuman

Tekanan politik, ekonomi, sosial, dan keagamaan membawa penderitaan bangsa Indonesia terus-menerus. Hal ini telah mendorong bangsa Indonesia mencari berbagai cara untuk melepaskan diri dari penjajah Belanda.

Bangsa Indonesia sedikit mengalami perubahan penting pada abad XX, ditandai dengan munculnya berbagai golongan terpelajar. Golongan inilah yang memengaruhi munculnya berbagai organisasi di Indonesia.

Pada awalnya, organisasi yang muncul menunjukkan konfigurasi berdasarkan ideologi, baik agama, etnis, maupun nasionalis. Setelah melalui berbagai pertemuan, akhirnya para pemuda dari berbagai penjuru tanah air sepakat mengikrarkan Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928.

Melalui organisasi pergerakan kebangsaan inilah bangsa Indonesia semakin tegas dan jelas dalam memperjuangkan kemerdekaan. Indonesia merdeka adalah tujuan utama berbagai organisasi kebangsaan Indonesia.

Lihat Foto

kemdikbud.go.id

perjuangan perempuan

KOMPAS.com - Perjuangan pergerakan kemerdekaan di Indonesia tidak hanya didominasi oleh kaum pria, namun juga kaum perempuan.

Peran perempuan dalam pergerakan kemerdekaan Indonesia dapat kita telusuri melalui eksistensi organisasi pergerakan perempuan pada awal abad ke-20 Masehi.

Dalam buku Sejarah Indonesia Modern: 1200-2004 [2005] karya M.C Ricklefs, latar belakang munculnya organisasi pergerakan perempuan di Indonesia berkaitan dengan penerapan kebijakan Politik Etis oleh pemerintah kolonial Belanda.

Penerapan Politik Etis pada awal abad ke-20 Masehi telah menciptakan banyak pembaharuan-pembaharuan penting yang identik dengan unsur modernitas.

Baca juga: Istri Sedar: Pergerakan Politik Perempuan Pertama di Indonesia

Hal tersebut berhasil memberikan kesadaran terhadap kaum perempuan Indonesia untuk turut berjuang demi kesejahteraan dan kemerdekaan bangsa.

Tujuan pergerakan organisasi perempuan di Indonesia adalah untuk memajukan status perempuan pribumi di bidang sosial, politik dan pendidikan.

Dengan begitu, perempuan-perempuan Indonesia mampu memberikan kontribusi yang besar bagi perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia.

Putri Mardika

Pada tahun 1912, muncul organisasi perempuan pertama di Indonesia bernama Putri Mardika. Putri Mardika bertujuan untuk membimbing perempuan bumiputra dalam menempuh pendidikan.

Selain itu, Putri Mardika juga memiliki tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup perempuan Indonesia.

Baca juga: Opu Daeng Risadju, Pahlawan Perempuan dari Sulawesi Selatan

Putri Mardika menerapkan program beasiswa untuk menunjang pendidikan kaum perempuan bumiputra. Organisasi ini juga aktif dalam menerbitkan majalah Putri Mardika untuk menyebarluaskan gagasan perempuan berdikari.

Peranan Kaum wanita dalam pergerakan kebangsaan di Indonesia pada fase [Tahap] Pertama adalah menuntut hak memasuki sekolah dengan bebas,karena pada saat itu wanita dilarang untuk sekolah dan aktif diluar rumah.Perjuanganan ini dilakukan oleh R.A. Kartini, Dewi Sartika, dll. Kartini dalam suratnya yg tertanggal 25 Mei 1899 kepada Stella Zeehandelaar menulis: Kami gadis-gadis masih terikat oleh adat Istiadat lama dan sedikit sekali memperoleh kebahagian dari kemajuan pengajaran.untuk keluar rumah sehari-hari dan mendapatkan pelajaran disekolah saja sudah dianggap melanggar adat. Ketahuilah bahwa adat negeri kami melarang keras gadis keluar rumah. Ketika saya berusia 12 tahun,maka saya dikurung didalam rumah, saya mesti masuk "KURUNGAN" saya dikurung di dalam rumah seorang diri sunyi senyap,terasing dari dunia luar. Saya tidak boleh keluar dunia itu lagi bila tidak disertai oleh suami,seorang laki-laki yang asing sama sekali bagi saya dipilih oleh seorang tua saya untuk saya,dikawinkan dengan saya tanpa sepengetahuan saya sendiri. Tulisan tersebut menunjukkan bahwa perempuan pada saat itu harus tunduk pada adat istiadat,walau tidak membahagiakan. Ingat Adat Istiadat dan Aturan Agama beda? Jika diperhatikan aturan yg ditulis oleh R.A. Kartini Mirip dgn hal-nya dalam agama Islam silahkan buka Al-Azhab. Hanya saja salah pemahaman aja. [ • ] [ • ] __[ • ] [ • ]. Uhmmmm.... Apa yg anda renungkan sih???

Page 2

Video yang berhubungan