Perbedaan lereng terjal dengan lereng landai pada citra dilihat dari bayangannya adalah

Show

INTERPRETASI CITRA DAN FOTO UDARA

interpretasi citra dan foto udara adalah upaya untuk memahami atau menafsirkan citra dan foto udara sehingga mendapatkan informasi yang akurat dan sesuai mengenai objek yang terekam.



TAHAP-TAHAP INTERPRETASI CITRA DAN FOTO UDARA

1. Deteksi


pengamatan atas adanya suatu objek yang akan direkam
2. Identifikasi
upaya merincikan objek yang telah dideteksi dengan menggunakan keterangan yang cukup
3. Analisis
keterangan lebih lanjut disertai dengan kesimpulan

CIRI-CIRI INTERPRETASI CITRA DAN FOTO UDARA

1. Ciri Spektral


ciri spektral terjadi karena adanya interaksi energi elektromagnetik dengan objek yang direkam. Ciri spektral antara lain:
  • rona (tingkat kecerahan) = gelap, cerah atau terang
  • warna (spektrum sinar tampak) = semakin dalam lautan, maka warna biru akan semakin gelap
2.  Ciri Temporal
ciri temporal berhubungan dengan waktu perakaman objek dan unsur objek. ciri spektral dapat digunakan untuk mengetahui evaluasi kerusakan lahan karena tsunami dengan cara membandingkan citra sebelum dan citra sesudah tsunami.
  • citra sebelum tsunami tahun 2000
  • citra setelah tsunami tahun 2005
3. Ciri Spasial
ciri spasial adalah ciri yang berhungan dengan ruang atau keruangan dari objek yang terekam kamera. Ciri spasial antara lain:
a. Bentuk (konfigurasi/kerangka objek) 
melihat wujud objek secara umum maupun secara rinci untuk mempermudah pengenalan benda/objek yang terekam, contoh:
  • gedung sekolah umumnya berbentuk huruf I, L, atau U
  • jalan raya berbentuk memanjang denga lebar yang seragam
b. Ukuran (besar/kecil)
unsur ukuran meliputi perhitungan jarak, luas, volume, ketinggian tempat dan kemiringan dengan skala foto udara, contoh:
  • ukuran lapangan sepaka bola 
  • ukuran gudang pabrik tekstil
 c. Tekstur (kasar/halus)
frekuensi perubahan atau pengurangan rona pada citra dan foto udara, contoh:
  • tekstur kasar antara lain hutan, perkotaan, pegunungan
  • tekstur halus antara lain sawah, permukaan air, jalan raya
d. Pola (teratur/ tidak teratur)
kencenderungan sususan keruangan suatu objek, contoh:
  • pola teratur : pohon sawit (perkebunan), pemukiman
  • pola tidak teratur: pohon sagu, aliran sungai
e. Bayangan (ada/tidak ada)
bayangan suatu objek dipengaruhi oleh arah datangnya sinar matahari, contoh:
  • bayangan cerobong asap pabrik
  • bayangan tiang gawang/tiang bendera
  • bayangan gedung bertingkat 100
f. Situs
tempat atau letak suatu objek tehadap objek lain copypaste dari fuatcepat, contoh:
  • pohon bakau (mangrov) terdapat di pantai yang landai
  • meander terdapat di hilir sungai 
g. Asosiasi
hubungan / keterkaitan objek yang satu dengan objek yang lainnya, contoh:
  • gedung sekolah berasosiasi dengan lapangan olah raga dan bayangan tiang bendera
  • lapangan sepak bola berasosiasi dengan bayangan tiang gawang 
  • rel kereta api berasosiasi dengan bangunan stasiun

koreksi jika ada kesalahan

 

Kontur adalah garis yang menunjukkan ketinggian yang sama, Kontur interval adalah jarak di antara dua garis kontur. Garis kontur menggunakan satuan meter. Garis kontur biasanya terdapat pada peta topografi. Ciri-ciri kontur: tidak berpotongan satu garis menunjukan satu ketinggian garis kontur rapat = lereng terjal/curam garis kontur renggang = lereng landai angak kontur menunjukkan interval (CI) angka kontur dalam satuan meter lereng terjal cocok untuk wilayah konservasi/hutan dan PLTA lereng landai cocok untuk wilayah pemukiman, pertanian, dan jalur pendakian rumus kontur interval (Ci) = 1/2000 x skala  angka 2000 adalah konstantanya Mencari skala peta dari garis kontur Rumus: Skala = CI x 2000 m CI adalah kontur interval / beda tinggi yang didapat dari pengurangan angka ketinggian kontur di garis atas dikurangi angka ketinggian kontur di garis yangbawahnya. Contoh: Diketahui dari sebuah peta, selisih garis antar kontur adalah 100 meter. Berapa skala peta te

Klasifikasi iklim menurut Schmidt-Ferguson berdasarkan jumlah rata-rata bulan basah dan bulan kerring. Bulan basah adalah bulan dengan rata-rata curah hujan dalam satu bulan kurang dari 60 mm/bln. Sedangkan bulan basah adalah bulan dengan rata-rata curah hujan dalam sebulan lebih dari 100mm/bln. Curah hujan rata-rata perbulan 60-100mm/bln diabaikan. Klasifikasi iklim menurut Schmidt-Ferguson dilambangkan dengan nilai Q. Nilai Q diperoleh dari hasil pembangian jumlah bulan kering dibagi jumlah bulan basah dikali 100 %. Rumus: Q = Jumlah bulan kering / Jumlah bulan basah x 100 % Setelah diketahui nilai Q yang diperoleh dari hasil pembangian jumlah bulan kering dibagi jumlah bulan basah. Langkah berikutnya dalah mencari nilai Q dalam tabel klasifikasi  nilai Q menurut tipe iklim Schmidt-Ferguson. Tabel tipe iklim menurut Schmidt-Ferguson Tipe Iklim Nilai Q Keterangan A 0,000 - 0,143 Sangat basah B 0,143 - 0,33

Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya,  fuat cepat, pariwisata, dan rekreasi (pasal 1 butir 14 UU No. 5 Tahun 1990). Kawasan Pelestarian Alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya (Pasal 1 butir 13 UU No. 5 Tahun 1990). Persebaran Taman Nasional di Sumatra 1. Taman Nasional Bukit Barisan (TN Gunung Lauser) Terletak di antara Aceh - Sumatera Utara. Kawasan hutan hujan tropis dataran tinggi yang melindungi orangutan sumatera (Pongo pygmaeus abelii), sarudung (Hylobates lar), siamang (Hylobates syndactilus), monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), beruk (Macaca nemestriana) dan kedih (Presb

Perbedaan lereng terjal dengan lereng landai pada citra dilihat dari bayangannya adalah

Perbedaan lereng terjal dengan lereng landai pada citra dilihat dari bayangannya adalah
Lihat Foto

researchgate.net

Ilustrasi penginderaan jauh

KOMPAS.com – Interpretasi citra merupakan kegiatan mengidentifikasi obyek pada citra. Untuk memudahkan kegiatan mengidentifikasi obyek yang ada pada citra, maka dibutuhkan pemahaman tentang karakteristik atau atribut obyek pada citra.

Karakteristik obyek pada citra yang digunakan untuk mengidentifikasi citra disebut sebagai unsur interpretasi citra. Dalam buku Ensiklopedia Geografi Penginderaan Jauh (2018) karya Nur Fitriana Sari, dijelaskan sembilan unsur interpretasi citra, yaitu:

  • Rona dan warna
  • Bentuk
  • Ukuran
  • Tekstur
  • Pola
  • Bayangan
  • Situs
  • Asosiasi
  • Konvergensi bukti

Berikut penjelasannya:

Rona dan Warna

Rona merupakan tingkat kecerahan atau kegelapan suatu obyek yang terdapat pada citra. Rona dalam penginderaan jauh sistem fotografik dipengaruhi oleh nilai pantulan obyek. Adapun karakteristik obyek yang memengaruhi rona, yaitu:

  1. obyek yang memiliki permukaan kasar cenderung menimbulkan rona gelap pada foto karena sinar yang datang mengalami hamburan hingga mengurangi sinar yang dipantulkan.
  2. obyek yang memiliki warna gelap atau lembap cenderung menimbulkan rona gelap.
  3. obyek yang bersifat basah cenderung minumbulkan rona yang gelap karena air bersifat menyerap gelombang elektromagnetik.

Sedangkan warna adalah wujud yang tampak oleh mata dengan menggunakan spektrum sempit, lebih sempit dari spektrum tampak. Spektrum tampak terbagi atas band biru, hijau, dan merah.

Baca juga: Penginderaan Jauh dalam Studi Geografi

Bentuk

Bentuk merupakan cerminan kerangka obyek, baik bentuk umum maupun bentuk rinci. Salah satu fungsi bentuk adalah untuk mempermudah pengenalan data. Bentuk merupakan unsur yang jelas, sehingga dengan melihat bentuknya saja dapat dikenali obyeknya.

Contoh, gedung sekolah pada dasarnya berbentuk I, L, U, atau persegi panjang. Gunung sebagian besar berbentuk kerucut. Sementara sungai, dapat dikenali dengan bentuknya yang berkelok-kelok.

Ukuran

Unsur-unsur yang termasuk dalam ukuran adalah jarak, luas, volume, ketinggian tempat, dan kemiringan. Ukuran bisa digunakan untuk mencirikan obyek, sehingga dapat dijadikan sebagai pembeda dengan obyek lainnya.

Contoh pengenalan obyek berdasarkan ukuran adalah lapangan sepak bola yang biasanya memiliki ukuran sekitar 100 meter x 80 meter. Maka pada foto udara skala 1:10.000, lapangan sepak bola memiliki ukuran 10 milimeter x 8 milimeter.

Tekstur

Dilansir dari buku Penginderaan Jauh (2019) karya Bambang Syaeful Hadi, tekstur adalah frekuensi perubahan rona pada citra atau pengulangan rona kelompok obyek yang terlalu kecil untuk dibedakan secara individual.