Perbedaan shalat tahajud dan shalat fajar

Assalamu’alaikum Warahmatullah. Ustad, saya masih bingung perbedaan antara Shalat Tahajud dan Qiyamul Lail, apa bedanya? Susilowati | Banyuwangi

Hidayatullah.com | BANYAK  persoalan terkait dengan perbedaan antara tahajud dan qiyamul lail yang sering menjadikan orang bingung. Begitu juga dengan waktu permulaan bagi keduanya.

Qiyamul lail adalah setiap shalat sunah yang dilakukan pada waktu malam. Sedangkan tahajud, setiap shalat sunah yang dilakukan selepas tidur pada waktu malam.

Oleh itu setiap shalat tahajud adalah qiyamul lail dan tidak semestinya shalat qiyamul lail itu mesti shalat tahajud.

Dalam tafsirnya, Imam al-Qurthubi mengatakan, tahajud adalah bangun setelah tidur [haajid], kemudian menjadi nama shalat karena seseorang bangun untuk mengerjakan shalat, maka tahajud adalah mendirikan shalat usai tidur.

Dalilnya adalah hadis yang diucapkan oleh seorang sahabat Nabi ﷺ yaitu Hajjaj bin Amru ra beliau berkata:

بحسب أحدكم إذا قام من الليل يصلي حتى يصبح : أنه قد تهجد؟ إنما التهجد المرء يصلي الصلاة بعد رقدة ثم الصلاة بعد رسول الله وتلك كانت تلك صلاة رسول الله

“Apakah salah seorang di antara kalian mengira apabila ia mendirikan shalat di malam hari sampai subuh bahwa ia telah bertahajud? Tahajud itu adalah shalat setelah tidur, kemudian shalat setelah tidur, kemudian shalat setelah tidur. Demikian itulah shalatnya Rasulullah ﷺ .” [HR. Thabrani no. 8670]

Daripada Hajjaj bin Amru ra beliau berkata:

كان رسول الله يتهجد بعد نومه

“Rasulullah ﷺ shalat tahajjud selepas tidur.” [HR: Ibnu Abi Khaisamah – hasan].

Ulama Syafi’I dan Maliki memberi definasi shalat tahajjud:

“Shalat sunah pada waktu malam selepas tidur.”

Permulaan waktu shalat Qiyamul Lail

Ulama telah berselisih pendapat pada masalah ini kepada dua pendapat. Pendapat pertama: shalat qiyamul lail adalah shalat sunah yang dilakukan selepas shalat Isya. Ini adalah pendapat Mazhab Hanafi dan sebagian ulama Syafi’i.

Pendapat kedua: Tidak disyaratkan shalat qiyamul lail itu dilakukan selepas Isya’. Waktu shalat qiyamul lail bermula apabila masuk waktu Magrib.

Imam Bahuti berkata: “Disunahkan Qiyamul lail. Waktunya bermula dari waktu Magrib sehingga waktu Subuh.”

Qiyam berasal dari bahasa Arab yang artinya bangkit dari duduk. Sementara al-Lail artinya adalah malam, dihitung semenjak matahari terbenam sampai terbitnya fajar shadiq. [dalam al-Mausu’ah al-Fiqhiyah al-Kuwaitiyah, 34/117].

Dalam istilah para ulama fikih, qiyamul lail didefinisikan dengan menghabiskan waktu malam meskipun hanya satu jam dengan aktivitas ibadah berupa shalat dan selainnya, tanpa ada syarat terus-menerus sepanjang malam. [Mu’jamul Mushthalahat wal Alfadz al-Fiqhiyyah, Mahmud Abdurrahman Abdul Mun’im, 3/130].

Makna qiyamul lail adalah menyibukkan diri di sebagian besar waktu malam dengan aktivitas ketaatan—ada yang mengatakan cukup satu jam—seperti membaca al-Quran, menyimak hadits, bertasbih, atau shalawat. [Maraqil Falah bi Hasyiyah ath-Thahawi, 219. Ibnu Abidin, 1/460, 461].

Permulaan Waktu Tahajud

Ada dua pendapat mengenai perkara ini seperti berikut:

Pertama: Mazhab Syafi’i

Imam Syarwani berkata: Tahajud menurut istilah ulama Syafi’i adalah shalat sunah yang dilakukan selepas shalat Isya sekalipun sebelum masuk waktu Isya bagi yang melakukan jamak takdim dan hendaklah dilakukan selepas tidur. Tidak masakah apa jenis shalat sunah selama shalat sunah rawatib atau shalat-shalat sunah yang lain.

Kedua: Mazhab Hanafi

Mazhab Hanafi mensyaratkan untuk dihitung shalat tahajjud hendaklah dilakukan selepas masuknya waktu Isya dan dilakukan selepas tidur.

Waktu Qiyam dan Tahajud Rasulullah ﷺ

Aisyah ra telah menjawab persoalan tentang shalat malam Rasulullah ﷺ:

كان ينام أوله ويقوم آخره فيصلي ثم يرجع إلى فراشه فإذا أذن المؤذن وثب فإن كان به حاجة اغتسل وإلا توضأ

“Nabi tidur di awal malam kemudian bangun di akhir malam dan melakukan shalat malam. Kemudian beliau akan berjima’ dengan istrinya jika beliau mau sebelum beliau kembali tidur. Ketika adzan berkumandang, beliau akan bangun dan mandi junub jika beliau telah melakukan jima’ dan hanya berwudhu jika dia tidak berjima’.” [HR: Bukhari dan Muslim]

Waktu Berakhirnya QIYAMUL LAIL

Kebanyakan ulama yang terdiri dari Mazhab Syafi’i, Maliki, Hanafi dan Hambali mengatakan habisnya masa qiyamul lail dan tahajjud adalah bila masuk waktu Subuh.

Aisyah ra telah berkata:

كان رسول الله صلى الله يصلي من الليل حتى يكون آخر صلاته الوتر

”Rasulullah ﷺ shalat pada waktu malam yang diakhiri dengan shalat witir.” [HR:  Muslim – sahih]

Ini menunjukkan shalat Rasulullah ﷺ berakhir sebelum masuk waktu Subuh.

Pesanan Penting

Hendaklan setiap muslim yang telah qiyamul lail dan tahajjud pada bulan Ramadhan meneruskan amalan mereka selepas Ramadhan. Janganlah kita merobohkan binaan amalan yang telah dibina di bulan Ramadhan.

Nabi ﷺ bersabda:

يا عبد الله لا تكن مثل فلان كان يقوم الليل ثر ترك قيام الليل

“Wahai Abdullah, janganlah engkau menjadi seperti Si Fulan, dahulu dia melakukan qiyamul lail. Kemudian dia meninggalkannya.” [HR: Bukhari dan Muslim].* [Rujukan: Mawaqit Ibadah Zamaniah wal Makaniah oleh Dr Nizar Mahmud dan Fathul Bari oleh Ibnu Hajar Asqalani

Rep: Admin Hidcom
Editor: Bambang S

#Qiyamul Lail #shalat malam #tahajud


Oleh : Ustadz Bachtiar Nasir

Ustadz, apa beda antara shalat Fajar dengan sunah Qabliyah Subuh? Dan, apa beda shalat Tahajud dengan shalat qiyamul lail ? Karena ada yang mengatakan bahwa antara shalat itu berbeda. Mohon penjelasannya.

Warni Hs — Denpasar

Jawaban :

Yang dimaksud shalat Fajar adalah shalat Subuh, tidak ada perbedaan di antara keduanya. Jadi, shalat Fajar dan shalat Subuh adalah dua nama untuk satu shalat fardhu yang waktunya dimulai dari terbitnya fajar hingga terbitnya matahari.

Jabir bin Samurah meriwayatkan bahwa sesungguhnya di antara kebiasaan Nabi adalah duduk di tempat shalatnya setelah shalat Fajar [Subuh] sampai matahari agak meninggi [HR Muslim]. Dalam riwayat lain disebutkan, dari Abu Hurairah RA, ia berkata, “Ketika shalat Fajar [Subuh] pada hari Jumat, Nabi SAW membaca Alif Lam Mim [surah as-Sajdah] dan Hal ata ‘ala al-insan hinum mina al-dahri [surah al-Insan]. [HR Bukhari dan Muslim].

Dalam kedua hadis tersebut, yang dimaksudkan dengan shalat Fajar adalah shalat Subuh. Dan, shalat Subuh mempunyai shalat sunah rawatib yang dilakukan sebelumnya, yaitu sebanyak dua rakaat dan shalat ini selalu dilakukan oleh Nabi SAW. Shalat sunah rawatib sebelum Subuh inilah yang disebut shalat sunah Fajar dan dinamakan juga shalat sunah Subuh atau sunah dua rakaat Fajar [rak’ataa al-fajr].

Dari Aisyah RA, ia berkata, “Nabi SAW tidak melakukan satu pun shalat sunah secara berkesinambungan melebihi dua rakaat [shalat rawatib] Subuh.”  [HR Bukhari dan Muslim].

Jadi, shalat sunah Fajar, shalat sunah Qabliyah Subuh, atau shalat sunah dua rakaat Fajar adalah nama untuk satu shalat sunah yang dilakukan sebelum shalat Subuh sebanyak dua rakaat. Sedangkan, qiyamul lail adalah menggunakan waktu malam atau sebagiannya meskipun sebentar untuk shalat, membaca Al-Quran atau berzikir kepada Allah SWT, dan tidak disyaratkan untuk menggunakan seluruh waktu malam. Dalam ensiklopedi fikih Kuwait disebutkan bahwa maksud dari ‘qiyam’ adalah menyibukkan diri pada sebagian besar malam de ngan ketaatan, tilawah Al-Quran, mendengar hadis, bertasbih atau bershalawat.

Jadi, qiyamul lail berlaku umum untuk shalat atau ibadah lainnya yang dilakukan pada malam hari, baik sebelum tidur atau setelah tidur, termasuk shalat Tahajud. Sedangkan, Tahajud adalah khusus untuk shalat malam. Sebagian ulama mengatakan, Tahajud itu berlaku umum untuk seluruh shalat malam. Sedangkan menurut sebagian ulama lain, Tahajud adalah shalat malam yang dilakukan setelah tidur terlebih dahulu.

Dalam tafsirnya, Imam al-Qurthubi mengatakan, Tahajud adalah bangun setelah tidur [ haajid ], kemudian menjadi nama shalat karena seseorang bangun untuk mengerjakan shalat, maka Tahajud adalah mendirikan shalat usai tidur. Hal yang sama dikatakan oleh al-Aswad, al-Qamah, dan Abdurrahman bin al-Aswad.

Wallahu a’lam bish-shawab ■

Sumber : Konsultasi Agama, Republika, Rabu, 30 Januari 2013 / 18 Rabiul Awal 1434

 ΩΩΩ

Entri Terakhir :

This entry was posted in Bachtiar Nasir, Fiqih, Shalat and tagged agama, Islam, konsultasi agama, konsultasi Islam, Muslim, qiyamul lail, shalat, shalat fajar, shalat rawatib, shalat tahajud, tanya jawab agama. Bookmark the permalink.

Merdeka.com - “Shalat sunnah fajar lebih baik daripada dunia dan seisinya”. Itulah salah satu keutamaan shalat sunnah fajar yang dituntunkan oleh Rasulullah SAW. Begitu luar biasa keutamaannya, shalat sunnah fajar termasuk dalam kategori shalat sunnah rawatib atau shalat sunnah yang ditekankan pelaksanaannya.

Sebagaimana namanya, shalat sunnah fajar dilaksanakan pada waktu sebelum subuh. Istilah lainnya ialah shalat sunnah qabliyah subuh. Saat inilah umat muslim dianjurkan menyempurnakan ibadah shalat wajib melalui shalat sunnah fajar.

Berbagai keutamaan shalat sunnah fajar, amalan sebelum Subuh ini begitu istimewa. Seperti diberikan pahala yang melimpah, hingga dibuatkan rumah di surga. Namun tak jarang beberapa orang membedakan antara shalat sunnah fajar dan shalat sunnah qabliyah subuh.

Agar tidak menimbulkan pertanyaan, berikut penjelasan shalat sunnah fajar dilaksanakan pada waktu sebelum subuh melansir dari Liputan6.com.

2 dari 5 halaman

©2021 Merdeka.com/pexels-tima-miroshnichenko

Sebutan fajar sering diistilahkan pada waktu pagi hari. Namun secara lebih terperinci, waktu fajar merupakan saat di mana pergeseran antara waktu malam dan pagi. Qobliyah Subuh sendiri merupakan waktu sebelum shalat subuh. Inilah yang dinamakan fajar menurut ketentuan peribadatan umat Islam.

Lebih umum, fajar adalah saat keadaan langit diisi oleh cahaya kemerah-merahan menjelang matahari terbit di sisi timur. Waktu fajar juga merupakan pertanda akan segera dimulainya shalat fardu Subuh.

Shalat sunnah fajar dilaksanakan pada waktu sebelum subuh atau qobliyah subuh. Sebagaimana dijelaskan dalam kitab Abu Hasan Al Mubarakfuri dalam kitabnya Mir'ah Al Mafatih Syarah Misykat Al Mashabih, yang dimaksud dengan shalat sunnah fajar adalah qabliyah subuh atau sebelum subuh sebanyak 2 rakaat.

Tafsir Abu Hasan tersebut merupakan pemaknaan mendalam dari sabda Rasulullah SAW tentang keutamaan shalat sunnah fajar dilaksanakan pada waktu sebelum subuh.

Shalat sunnah fajar dilaksanakan pada waktu sebelum subuh ini diperkuat oleh Imam Nawawi berdasarkan hadits Shahih Muslim yang artinya:

“Shalat sunnah Subuh tidaklah dilakukan melainkan setelah terbit fajar Subuh. Dan dianjurkan shalat tersebut dilakukan di awal waktunya dan dilakukan dengan diperingan”. Demikian pendapat Imam Malik, Imam Syafi’i dan jumhur ulama.

Hadist tersebut memberikan penjelasan bahwa tidak ada perbedaan antara shalat sunnah fajar dan shalat sunnah qabliyah subuh. Pasalnya, banyak orang memahami keduanya memiliki perbedaan dalam pelaksanaan.

3 dari 5 halaman

©2021 Merdeka.com/pexels-thirdman

Lebih Baik dari Dunia dan Seisinya

Shalat sunnah fajar dilaksanakan pada waktu sebelum subuh memiliki kebaikan yang luar biasa. Keutamaannya ialah lebih baik dari dunia dan seisinya. Keutamaan shalat fajar ini sudah banyak diketahui oleh kaum Muslimin. Sebagaimana dijelaskan dalam hadist dari ‘Aisyah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:

“Dua rakaat fajar [sholat sunah qobliyah shubuh] lebih baik daripada dunia dan seisinya.” [HR. Muslim].

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda tentang keutamaan luar biasa dari sholat subuh yang termasuk dalam sholat fajar:

“Seandainya mereka mengetahui keutamaan yang ada pada salat isya dan salat subuh, tentu mereka akan mendatanginya sambil merangkak.” [HR. Bukhari dan Muslim].

Mengikuti Teladan Rasulullah SAW

Keutamaan shalat fajar adalah sebagai usaha mengikuti teladan dari Rasulullah SAW. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan contoh agar umatnya senantiasa menjaga rutinitas dalam melaksanakan sholat qobliyah subuh. Bahkan shalat sunnah fajar merupakan amalan yang ditekankan oleh Rasulullah untuk selalu dilaksanakan sebagai shalat sunnah rawatib.

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dahulu diam antara adzannya muadzin hingga sholat subuh. Sebelum sholat subuh dimulai, beliau dahului dengan dua raka’at ringan.” [HR. Bukhari dan Muslim].

4 dari 5 halaman

Selain shalat wajib ada shalat sunnah yang ditekankan sebagai alaman yang dapat menutup kekurangan shalah wajib. Salah satunya ialah shalat sunnah fajar dilaksanakan pada waktu sebelum subuh. Beda ketentuan dengan shalat qabliyah dan ba'diyah atau sebelum dan sesudah waktu shalat fardu lainnya. 

Keutamaan shalat fajar adalah dapat menutup kekurangan saat menjalankan ibadah sholat wajib. Manusia dalam menunaikan ibadah wajib, pasti tak luput dari kesalahan. Tak jarang sholat yang dilakukan memiliki kekurangan di bagian-bagian tertentu.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Sesungguhnya amalan yang pertama kali akan diperhitungkan dari manusia pada hari kiamat dari amalan-amalan mereka adalah shalat. Kemudian Allah Ta’ala mengatakan pada malaikatnya dan Dia lebih Mengetahui segala sesuatu.

Lihatlah kalian pada sholat hamba-Ku, apakah sempurna ataukah memiliki kekurangan? Jika shalatnya sempurna, maka akan dicatat baginya pahala yang sempurna.

Namun, jika sholatnya terdapat beberapa kekurangan, maka lihatlah kalian apakah hamba-Ku memiliki amalan sholat sunah? Jika ia memiliki shalat sunnah, maka sempurnakanlah pahala bagi hamba-Ku dikarenakan sholat sunah yang ia lakukan. Kemudian amalan-amalan lainnya hampir sama seperti itu.” [HR. Abu Daud].

Balasan Rumah di Surga

Keutamaan shalat fajar adalah akan mendapat balasan berupa rumah di surga. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam hadis yang disampaikan dari Ummu Habibah radhiyallahu ‘anha, Istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dia berkata,

“Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:“Seorang hamba yang muslim melakukan sholat sunah yang bukan wajib, karena Allah, [sebanyak] dua belas rakaat dalam setiap hari, Allah akan membangunkan baginya sebuah rumah [istana] di surga.” [Kemudian] Ummu Habibah radhiyallahu ‘anha berkata, “Setelah aku mendengar hadits ini aku tidak pernah meninggalkan sholat-sholat tersebut.” [HR. Muslim].

Pahala Tak Terbatas

Keutamaan shalat fajar adalah mendapat pahala yang tak terbatas jumlahnya. Beruntung bagi umat yang mampu rutin menunaikan sholat sunah fajar. keutamaan shalat fajar ini dibuktikan dengan Nabi Muhammad SAW yang selalu menjaga dan tidak meninggalkan dua rakaat shalat ini.

"Aisyah RA berkata, "Nabi SAW tidaklah menjaga sholat sunnah yang lebih daripada menjaga sholat sunah dua rakaat sebelum subuh." [HR Muslim].

5 dari 5 halaman

Rasulullah SAW juga melaksanakan sholat sunah ini dengan singkat. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, tata cara shalat fajar tidak jauh berbeda dengan sholat wajib dan sunnah lainnya.

Berikut tata cara shalat sunnah fajar atau qobliyah subuh:

1. Membaca niat sholat sunah qabliyah subuh.

2. Takbiratul Ihram

3. Membaca surah al-Fatihah dilanjutkan salah satu surah dalam Al-Qur’an

4. Rukuk.

5. I`tidal.

6. Sujud pertama.

7. Duduk di antara dua sujud

8. Sujud kedua rakaat pertama.

9. Berdiri dan mengulang urutan di atas sejak membaca Surah al-Fatihah hingga sujud kedua.

10. Duduk tasyahud.

11. mengucapkan salam, menoleh ke kanan dan kiri.

Bacaan Surat dalam Shalat Sunnah Fajar

Berikut bacaan surah Al-Qur’an yang dianjurkan dibaca setelah Al-Fatihah pada tata cara shalat sunnah fajar:

1. Surah al-Kafirun dan Surah al-Ikhlas

Ketika menjalankan sholat fajar atau qabliyah subuh, seorang muslim dapat membaca Surah Al-Kafirun pada rakaat pertama dan Surah al-Ikhlas pada rakaat kedua. Diriwayatkan oleh Abu Hurairah, bahwa Rasulullah pada shalat sunnah sebelum subuh membaca surah al-Kafirun dan surah al-Ikhlas [H.R. Muslim 726].

2. Ayat 136 Surah al-Baqarah dan Ayat 52 Surah Ali Imran

Selain itu, baca Surah al-Baqarah:136 di rakaat pertama dan Surah Ali Imran: 52 di rakaat kedua sesuai riwayat dari Said bin Yasar, Ibnu Abbas mengabarkan kepadanya, "Sesungguhnya Rasulullah saat salat sunnah sebelum subuh di rakaat pertama membaca "Qụlū āmannā billāhi wa mā unzila ilainā ..." [Surah al-Baqarah:136] dan di rakaat keduanya membaca ".. āmannā billāh, wasy-had bi`annā muslimụn" [Surah Ali Imran:52] [H.R. Muslim727]

Video yang berhubungan

Bài Viết Liên Quan

Bài mới nhất

Chủ Đề