perbedaan suku banjar dan dayak

For faster navigation, this Iframe is preloading the Wikiwand page for Suku Dayak.

{{::readMoreArticle.title}}
{{bottomLinkPreText}} {{bottomLinkText}}
This page is based on a Wikipedia article written by contributors [read/edit].
Text is available under the CC BY-SA 4.0 license; additional terms may apply. Images, videos and audio are available under their respective licenses.

Thanks for reporting this video!

An extension you use may be preventing Wikiwand articles from loading properly.

If you're using HTTPS Everywhere or you're unable to access any article on Wikiwand, please consider switching to HTTPS [https://www.wikiwand.com].

An extension you use may be preventing Wikiwand articles from loading properly.

If you are using an Ad-Blocker, it might have mistakenly blocked our content. You will need to temporarily disable your Ad-blocker to view this page.

This article was just edited, click to reload

This article has been deleted on Wikipedia [Why?]

Back to homepage

Please click Add in the dialog above

Please click Allow in the top-left corner,
then click Install Now in the dialog

Please click Open in the download dialog,
then click Install

Please click the "Downloads" icon in the Safari toolbar, open the first download in the list,
then click Install

{{::$root.activation.text}}

Install on Chrome Install on Firefox



Please help us solve this error by emailing us at Let us know what you've done that caused this error, what browser you're using, and whether you have any special extensions/add-ons installed.

Thank you!

KOMPAS.com - Suku Banjar adalah suku bangsa yang berasal dari Kalimantan Selatan. Suku ini tersebar hampir di seluruh wilayah tersebut.

Dilansir dari Kearifan Religi Masyarakat Banjar Pahuluan karya Alfisyah dan kawan-kawan [dkk], Suku Banjar pada awalnya mendiami wilayah pesisir dengan mata pencaharian sebagai pedagang.

Akan tetapi, suku Banjar mulai menempati wilayah-wilayah pedalaman di sekitar Pegunungan Meratus dan beralih menjadi petani karet atau berladang.

"Salah satu wilayah pedalaman yang menjadi pilihan masayarakat Banjar untuk menjalani kehidupan adalah daerah hulu sungan atau disebut pahuluan," jelas Alfisyah dkk.

Baca juga: Bila Gambus ala Banjar Jadi Penghibur Lounge Sebuah Hotel

Melansir Perhiasan Tradisional Indonesia karya Husni dan Siregar, Suku Banjar merupakan penduduk mayoritas di Provinsi Kalimantan Selatan.

"Kerajaan Banjar merupakan akhhir dari kejayaan Sanga-sangan yang menjadi cikal bakal kerajaan asli provinsi Kalimantan Selatan," tulis Husni dan Siregar.

Hubungan orang Banjar dengan orang Jawa

Dikutip dari Menelusuri Jati Diri Orang dan Bahasa Banjar karya Moh. Fatah Yasin, hubungan orang Banjar dangan orang Jawa terjalin sejak zaman dahulu.

Dalam sejumlah literatur lama diketahui bahwa Empu Jatmika bersama kedua putranya, Empu Mandastana dan Empu Lambung Mangkurat berlayar dari Jawa Timur ke Kalimantan. Perjalanan tersebut juga disertai beberapa pengikut setianya.

Konon, mereka berlayar ke Kalimantan untuk menghindari bencana dan perselisihan. Sesampainya di Kalimantan, mereka mendirikan sebuah negeri yang diberi nama Nagaradipa.

Nagaradipa berkembang pesat menjadi sebuah negeri yang kuat. Mereka kemudian melakukan serangan dan menaklukan wilayah-wilayah di sekitarnya.

Negeri Batang Tabalong, Batang Balangan, Batang Pitap, Batang Alai, Batang Hamadit, dan Labuhan Amas menjadi wilayah kekuasaan Nagaradipa dalam sekejap.

Bukti sejarah penaklukan tersebut dapat berupa candi yang ditemukan di Amuntai. Candi tersebut bernama Candi Agung yang dibangun Empu Jatmika.

Candi tersebut menggunakan material berupa batu bata yang menyerupai peninggalan Majapahit di Trowulan. Kejayaan Nagaradipa ini disebut menjadi awal hubungan Jawa dan Banjar.

Sebelum terhubung dengan Jawa, Banjar telah terlebih dahulu memiliki hubungan erat dengan Meayu. Nama Banjar sendiri berasal dari bahasa Melayu yang artinya kampung.

Baca juga: Pasar Terapung Lok Baintan, Roda Ekonomi Orang Banjar

"Suku Banjar adalah penduduk Kalimatan Selatan yang secara historis sebenarnya adalah hasil pembauran bangsa Melayu dengaan penduduk asli Kalimantan, yaitu Maanyan, Lawangan, Bukit atau Ngaju," jelas Yasin.

Legenda Kerajaan Tanjungpura di daerah tabalong yang diidentifikasikan sebagai kerajaan Melayu. menjadi bukti pembauran kebudayaan di daerah tersebut.

Menurut Yasin, Suku Banjar bukanlah suku asli yang mendiami wilayah Kalimantan. Suku ini merupakan hasil percampuran dari sejumlah suku asli dan suku pendatang seperti Melayu dan Jawa. Suku asli dari Kalimantan sendiri adalah Dayak Maanyan, Lawangan, ukit, dan Ngaju.

Baca tentang

Indonesia adalah negara maritim yang terdiri lebih dari 17.000 pulau yang membelah Samudera Pasifik dan Hindia, menghubungkan daratan Asia dengan dunia Pasifik. Memiliki 730 bahasa pribumi dan berbagai suku, Indonesia merupakan salah satu daerah yang paling beragam di bumi dalam hal etnis, linguistik dan genetik [Tumonggor, et al., 2013]. Kondisi geografis berbagai daerah di Indonesia yang berbeda cukup signifikan juga memberikan pola khas pada fenotip individu dari masyarakatnya [Meinarno, Widianta, & Rizka, 2011].

Perbedaan ciri fenotip individu merupakan hasil interaksi dari informasi genetik dan pengaruh lingkungan. Beberapa individu yang berasal dari keturunan yang sama boleh jadi berbeda setelah tinggal pada daerah dengan perbedaan kondisi lingkungan yang sangat signifikan [Suryo, 1986]. Ilmu kedokteran forensik memandang keberagaman merupakan salah satu faktor kesulitan dan tantangan dalam identifikasi [Butler, 2005].

Pulau Kalimantan terbagi menjadi lima provinsi, salah satunya adalah Provinsi Kalimantan Selatan. Mayoritas penduduk di wilayah Kalimantan Selatan adalah suku Banjar [Daud, 1997]. Namun terdapat pula kelompok penduduk asli bermukim di kawasan Pegunungan Meratus yang membentang sepanjang lebih kurang 600 km2 di wilayah Kalimantan Selatan sehingga disebut suku Dayak Pegunungan Meratus atau suku Dayak Bukit [Radam, 2001] dan populasi yang menghuni daerah aliran sungai yaitu suku Dayak Ngaju [Riwut, 2003]. Tidak adanya data yang  akurat  tentang perbedaan ciri-ciri suku-suku tersebut dapat menyebabkan kesulitan dalam identifikasi. 

Salah satu faktor yang dapat menjadi alasan kedekatan hubungan antara Suku Dayak Bukit dengan Suku Banjar Hulu adalah kesamaan dan kedekatan geografis. Kedua suku ini sama-sama  menghuni daerah Pegunungan Meratus, dimana Suku Dayak Bukit menghuni daerah yang lebih tinggi dan terpencil dibandingkan dengan Suku Banjar Hulu. Hal ini sesuai dengan penelitian lain oleh  Haifa  [2017],  tentang perbandingan karakteristik pola rugae palatina antara Suku Dayak Bukit, Suku Banjar Hulu dan Suku Dayak Ngaju.

Diketahui tidak terdapat perbedaan karakteristik pola rugae palatina antara Suku Dayak Bukit dan Suku Banjar Hulu. Adanya hubungan kekerabatan juga dinyatakan oleh Radam [1987] yang  dalam laporan hasil penelitiannya menyatakan bahwa kesamaan bahasa dan kesadaran tentang asal usul nenek moyang membuat adanya kesimpulan jika suku Dayak Bukit berasal dari rumpun yang sama dengan suku Banjar Hulu.

Pada sisi yang lain Suku Banjar Hulu juga menunjukkan kekeraban yang cukup erat dengan Suku Dayak Ngaju. Salah satu faktor yang dapat menjadi alasan kedekatan hubungan kekerabatan antara Suku Banjar Hulu dengan Suku Dayak Ngaju adalah keterhubungan secara geografis.  Suku Banjar Hulu dan Suku Dayak Ngaju sama-sama menetap di daerah tepian sungai.

Suku Banjar Hulu yang biasa disebut dengan Banjar Pahuluan yang merupakan penduduk daerah lembah sungai yang berhulu ke Pegunungan Meratus sedangkan Suku Dayak Ngaju bermukim di daerah aliran Sungai Kapuas, Kahayan dan banyak pula yang bermukim di muara sungai Barito. Sangat mungkin terjadi interaksi yang intensif antara Suku Banjar Hulu dan Suku Dayak Ngaju. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilsukukan Panghiyangani et al [2018] yaitu Korelasi Panjang Telapak Kaki, Telapak Tangan, Lengan bawah, Tungkai Bawah dengan Tinggi Badan Tinjauan pada Wanita Dewasa Suku Dayak Bukit, Suku Banjar Hulu dan Suku Dayak Ngaju dan penelitian Panghiyangani et al [2019] yaitu Prediktor Tinggi Badan Berdasarkan Tulang Panjang pada Laki-Laki Dewasa Suku Dayak Bukit, Suku Banjar Hulu dan Suku Dayak Ngaju yaitu berdasarkan hasil pengukuran tinggi badan dan panjang tulang-tulang ekstremitas tersebut didapatkan hubungan kekerabatan antara Suku Banjar Hulu dengan Suku Dayak Ngaju.

Kemudian penelitian lain oleh Destiarini [2017] yaitu Perbandingan Karakteristik Shovel Shape Gigi Insisivus Pertama Rahang Atas pada Suku di Kalimantan [Suku Dayak Bukit, Suku Banjar Hulu dan Suku Dayak Bukit], disimpulkan ada kemungkinan hubungan kekerabatan antara suku Dayak Bukit dengan suku Dayak Ngaju berdasarkan hasil perbandingan karakteristik shovel shape.

Penelitian ini bertujuan variasi genetik dan hubungan kekerabatan suku Dayak Bukit, suku Dayak Ngaju dan suku Banjar Hulu berdasarkan lokus STR CODIS.

Dari hasil penelitian ini juga diketahui Suku Dayak Bukit tidak memiliki hubungan kekeraban yang cukup erat dengan Suku Dayak Ngaju. Alasan yang mungkin menjadi penyebab rendahnya tingkat kekerabatan tersebut adalah keterpisahan secara geografis, dimana Suku Dayak Bukit menghuni dataran tinggi Pegunungan Meratus sedangkan Suku Dayak Ngaju menghuni daerah-daerah  aliran sungai yang jauh dari Pegunungan Meratus. 

Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa antara ketiga suku juga mempunyai lokus dengan alel yang sama berarti antara ketiga suku mempunyai keterkaitan satu dengan yang lain bisa jadi karena faktor asal usul nenek moyang yang sama.

Penulis : Ahmad Yudianto

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di :

//www.scimagojr.com/journalsearch.php?q=19700174971&tip=sid&clean=0

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề