Perbedaan tunangan dan lamaran dalam adat Jawa

“It’s so great to find that one special person you want to annoy for the rest of your life” – Rita Rudner

Halo Happy Couple! Sebentar lagi sudah musim pernikahan nih.. Berbicara tentang pernikahan, biasanya sebelum melangsungkan pernikahan, kedua belah pihak keluarga masing –masing akan mengadakan acara lamaran dan pertunangan. Apa perbedaan lamaran dan tunangan ? Bowbei.com akan menjelaskan secara singkat mengenai hal tersebut.

1. Lamaran

Lamaran adalah sebuah prosesi awal dimana sang pria melamar wanita. “Will you marry me? Atau “Bersediakah kau menikah denganku?” Awww.. So sweet sekali. Apabila sang wanita menerima lamaran tersebut, maka akan dilanjutkan kedua keluarga masing-masing pihak diperkenalkan. Itu adalah cara romantis. Namun ada juga yang langsung memiliki kesepakatan bersama tanpa pertanyaan seperti itu.

Biasanya, pihak pria akan datang ke rumah pihak wanita atau kedua belah pihak melakukan perjanjian bertemu di sebuah restoran untuk perkenalan antar keluarga. Pembicaraan dalam proses ini adalah permintaan ijin untuk meminang sang wanita. Kemudian penentuan untuk kapan diadakan pertunangan dan pernikahan.

2. Pertunangan

Pertunangan adalah sebuah acara resmi yang dilakukan oleh kedua pasangan dan keluarga mereka dengan maksud melangsungkan komitmen ke arah pernikahan. Biasanya pertunangan diadakan ketika mendekati hari pernikahan. Pertunangan itu sendiri diikatkan melalui simbol seperti cincin pertunangan atau kalung emas.

Berbicara tentang pertunangan, setiap suku, agama dan bangsa memiliki masing-masing cara yang memang sudah turun temurun dilakukan. Penting kah era modern seperti saat ini mengadakan tradisi yang mungkin agak ribet. Pada masing-masing tradisi terdapat seni budaya di dalam nya. Ada makna dalam sebuah tradisi pertunangan seperti kebahagiaan, kesuksesan, kelancaran, dan lain-lain.

Acara pertunangan itu sendiri biasanya dilakukan setelah lamaran dan sebelum wedding, atau biasanya antara sebulan sampai minggu sebelum acara pernikahan secara resmi. Beberapa contoh tradisi pertunangan yang berbeda-beda, seperti berikut:

Apa perbedaan lamaran dan tunangan

1. Budaya Tionghoa

Biasa disebut sebagai sangjit yaitu proses seserahan atau proses kelanjutan dari lamaran. Dari pihak keluarga pria akan membawa hadiah kepada pihak keluarga wanita. Seperti makanan, baju, kue, uang susu, emas, dan lain-lain. Barang yang diserahkan biasanya melambangkan kelanggengan, kesuburan dan juga kebahagiaan untuk pasangan. Yang unik dari barang lamaran pada adat ini ialah banyaknya nominal 9 [jiu] = Kekal / selamanya atau 8 [fat] = kemakmuran/keberuntungan. Waktu pertunangan pun biasa dilakukan pada siang hari.

Bahkan ada orang-orang yang kental budaya chinese akan meminta petunjuk dari ahli ramal untuk diminta petunjuk jam berapa, tanggal berapa, hari apa pertunangan dilangsungkan. Hal ini dilakukan agar pertunangan dapat berjalan lancar dan tidak ada hambatan saat menjelang pernikahan.

2. Budaya Jawa

Peningsetan dalam adat jawa yang artinya ikat, pengikat adalah suatu upacara penyerahan sesuatu sebagai pengikat dari orang tua pihak pengantin pria kepada pihak calon pengantin putri. Pihak keluarga pria akan membawa seserahan seperti kebaya, kain batik, perhiasan emas, dan lain-lain. Ketika penyambutan rombongan pihak keluarga pria datang, ada utusan yang sudah ditunjuk untuk mengutarakan maksud dan tujuan kedatangan rombongan keluarga pria.

Kemudian dari pihak keluarga wanita akan memberikan sambutan penerimaan sebagai tanda bahwa pihak keluarga menyambut baik rencana lamaran dari pihak pria. Penyerahan secara simbolis hantaran lamaran dari ibu sangan pria kepada ibu sang wanita. Setelah itu, sebagai tanda betapa besar cinta kasih keluarga sang wanita kepada pria maka diserahkan pula tanda cinta kasih balasan yang bisa berupa seperangkat pakaian pria atau jenis lain yang sudah disepakati sebelumnya.

3. Budaya Sunda

Prosesi pertama dikenal dengan prosesi “neundeun omong”. Bagi masyarakat Sunda disebut dengan “menyimpan ucapan”. Yaitu orang tua laki-laki yang datang pada orang tua perempuan untuk bermaksud mempersunting anak perempuannya.

Setelah prosesi “neundeun omong” dilanjutkan dengan proses “narosan” atau yang disebut juga dengan lamaran. Dalam prosesi ini sudah melibatkan dua keluarga dekat karena kedua belah pihak sudah sepakat untuk menjadi keluarga. Selanjutnya adalah prosesi tunangan. Prosesi tunangan dilakukan dengan calon pengantin laki-laki memberi ikan pinggang yang berwarna pelangi atau pun polos pada calon pengantin wanita.

4. Budaya Madura

Dalam kalangan penduduk akrab disebut dengan istilah “bakalan”
Biasanya ritual ini dilakukan setelah lamaran atau pinangan dari pihak keluarga pria kepada pihak wanitadan ditandai dengan penyerahan berbagai macam barang termasuk kebutuhan rumah tangga dari pihak pria kepada pihak wanita. Dengan diterimanya barang-barang tersebut, maka dua orang tersebut sudah sah bertunangan.

Dalam budaya Madura, pertunangan sejak muda menjadi trasidi kebanyakan keluarga. Salah satu tujuannya adalah untuk menjadi hubungan silaturahmi dengan keluarga kedua belah pihal. Biasanya diambil dari keluarga yang masih memiliki hubungan darah atau kerabat [sahabat atau teman] atau tetangga di sekitar rumah.

Tradisi unik di negara lain

Salah satunya adalah tradisi di Korea Selatan, dimana teman dekat pengantin pria akan beramai-ramai membawakan hadiah pertunangan ke rumah calon pengantin wanita. Para pengantar hadiah pertunangan ini akan tiba di rumah sang pengantin wanita, lengkap dengan kostum dan wajah yang dipoles menjadi hitam, lalu mereka akan bernyanyi. Pesta pertunangan sekarang ini lebih sering diadakan di rumah makan. Dan sang calon pengantin wanita mungkin akan mengenakan hanbok [pakaian tradisional untuk acara pertunangan]. Untuk hiburan, biasanya anggota keluarga akan berkaroke ria. Selain itu, Calon pengantin pria akan memberikan sebuah hadiah pada calon ibu mertuanya berupa sebuah angsa liar yang masih hidup. Namun sekarang ini lebih sering memberikan boneka angsa yang terbuat dari kayu. Angsa ini menandakan sang calon pengantin pria akan merawat anak perempuannnya seumur hidup.

Di atas adalah beberapa contoh budaya pertunangan dari berbagai budaya. Namun, pertunangan ada baiknya dirundingkan dahulu. Jangan sampai salah satu pihak diberatkan atau bahkan terlalu menuntut. Menjaga budaya adat istiadat perlu tetapi ada baiknya juga menghargai pendapat dari keluarga lain. Hal-hal di atas adalah simbol tetapi yang terutama adalah masing-masing calon mempelai siap, rukun dan bahagia dalam membina rumah tangga.

Ilustrasi tunangan dan lamaran. Foto: pixabay

Sebelum melangkah ke jenjang pernikahan, kedua calon mempelai biasanya akan melangsungkan prosesi tunangan dan lamaran. Dalam tradisi Indonesia, kedua prosesi ini dilakukan pada waktu dan kesempatan yang berbeda.

Tunangan dan lamaran menjadi bukti keseriusan calon mempelai laki-laki untuk meminang pujaan hatinya. Perbedaan kedua momen ini terletak pada prosesi kesakralan dan statusnya di mata masyarakat.

Tunangan bersifat informal, sedangkan lamaran bersifat formal. Pada prosesi lamaran, pihak mempelai pria akan menanyakan kesiapan pihak wanita untuk menjadi pasangan hidupnya.

Prosesi lamaran kerap kali dilangsungkan dengan sentuhan tradisi dan adat tertentu. Agar lebih memahaminya, berikut penjelasan tentang perbedaan tunangan dan lamaran selengkapnya yang bisa Anda simak.

Perbedaan Tunangan dan Lamaran

Sebagian masyarakat kerap menganggap sama antara tunangan dan lamaran. Padahal jika ditelisik lebih lanjut, keduanya merupakan rangkaian prosesi pranikah yang berbeda.

Ilustrasi tunangan dan lamaran. Foto: pixabay

Dikutip dari buku AKAD: Alhamdulillah Kita Akhirnya Dipersatukan karya Sobar D. Prabowo [2018], tunangan cenderung meniru budaya barat di mana pasangan berjanji untuk menikah dan menjalani biduk rumah tangga bersama. Di momen ini, sang pria akan melingkarkan cincin di jari manis wanita pujaannya.

Sementara lamaran dikenal dengan sebutan “khitbah”. Dalam Islam, lamaran menjadi pintu masuknya ikatan pernikahan. Bila lamaran diterima, maka kedua mempelai bisa langsung merencanakan waktu akad nikahnya.

Wanita yang sudah dilamar seorang laki-laki dan dia menerima, maka tidak bisa dipinang oleh laki-laki lain. Namun, ketentuan ini bisa dibatalkan apabila laki-laki yang diterima lamarannya itu memutuskan untuk membatalkan lamaran.

Perbedaan lainnya terletak pada rentang waktu menuju ikatan pernikahan. Biasanya, orang yang mengajak tunangan belum siap menghalalkan, baik secara materi, mental, adat, maupun faktor lain.

Sedangkan dalam lamaran, kedua belah pihak telah siap untuk melangkah ke jenjang selanjutnya. Sehingga, rentang waktu dari lamaran ke pernikahan cenderung lebih singkat dibandingkan tunangan.

Ilustrasi tunangan dan lamaran. Foto: pixabay

Tata Cara Lamaran dalam Islam

Sebelum melamar calon pasangan, ada baiknya untuk memahami tata caranya terlebih dahulu. Berikut urutannya yang bisa Anda pahami:

1. Mendatangi kediaman calon pasangan

Untuk menyatakan keseriusan, calon mempelai laki-laki bisa mendatangi kediaman calon mempelai wanita. Hal ini sebagaimana dilakukan oleh Rasulullah SAW pada zaman dulu.

Dalam buku Taaruf, Khitbah, Nikah, Malam Pertama karya Agus Ariwibowo [2020] disebutkan bahwa Umar radhiyallahu ‘anhu berkata: "Nabi meminang Hafshah kepadaku lalu aku menikahkan beliau." [HR. Bukhari]”

2. Menyampaikan tujuan kedatangan

Bersama pihak keluarga, calon mempelai pria menyampaikan maksud kedatangannya. Sampaikan pada pihak wanita bahwa Anda berniat untuk meminang calon mempelai wanita. Tunjukkan keseriusan dengan mengajaknya berlabuh ke jenjang pernikahan.

Jawaban lamaran dikembalikan kepada calon mempelai wanita. Jika perempuannya masih gadis, cukup menjawab dengan diam. Sedangkan, jika ia seorang janda, tidak cukup hanya dengan diam tapi harus dengan pernyataan.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda: "Tidak boleh menikahkan seorang wanita janda [ayim] sebelum persetujuannya dan tidak boleh menikahkan seorang perempuan [al bikr] sebelum memiliki izinnya." Lalu sahabat bertanya, "Bagaimana bentuk izinnya ya Rasulullah?" Rasulullah melihat. menjawab, "Izinnya adalah diamnya." [H.R. Bukhari dan Muslim]

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề