Perhatikan skala berikut ini jika panjang batang 4 cm mewakili 5 km skala numeriknya adalah

SKALA PETA Setelah selesai mempelajari kegiatan belajar 1 diharapkan Anda dapat: a. menjelaskan pengertian skala peta; b. menjelaskan macam-macam skala peta; c. merubah skala peta; d. menentukan skala untuk peta yang tidak memiliki skala. 1. Skala Peta Pernahkah Anda menggunakan peta untuk menentukan jarak antara dua kota atau dua tempat? Setelah letak dua kota ditemukan, apa langkah selanjutnya? Tentunya, Anda akan melihat skala peta, bukan? Skala Peta merupakan komponen peta yang sangat penting karena dengan skala peta kita dapat mengetahui jarak antara dua tempat. Skala Peta adalah perbandingan antara jarak di peta dengan jarak sebenarnya dipermukaan bumi. Contoh: Pada peta tertulis skala 1 : 1.000.000 ini berarti tiap jarak 1 bagian di peta sama dengan jarak 1.000.000 bagian di muka bumi. Jadi kalau di peta itu 1 bagian = 1 cm maka di muka bumi = 10 Km. Ukuran jarak yang digunakan dalam peta yaitu cm, m, km, inci dan mil. Untuk Indonesia satuan yang umum dipakai cm, m, atau km. Setiap peta hendaknya mencantumkan skalanya agar pembaca dapat menghitung dan memperkirakan perbesaran pada keadaan yang sebenarnya. Skala Peta dibedakan menjadi 3 macam, yaitu: 1. Skala Angka/Skala Pecahan (Numerical Scale). Skala ini sering disebut skala numeric yaitu skala yang dinyatakan dalam bentuk perbandingan angka. Contoh: Skala 1 : 100.000, skala 1 : 2.000.000 dan sebagainya Bila peta berskala 1 : 100.000 berarti tiap satuan panjang pada peta menggambarkan jarak yang sesungguhnya di lapangan/ di muka bumi sebenarnya 100.000 kali satu satuan panjang di peta. Bila satuan panjang menggunakan cm berarti tiap jarak 1 cm pada peta menggambarkan jarak 100.000 di lapangan. Contoh negara yang menggunakan sistem skala angka ini adalah Indonesia dan Amerika Serikat. Untuk menentukan skala peta ini dapat dipakai rumus: 2. Skala Verbal yaitu skala yang dinyatakan dengan kalimat atau kata-kata. Skala ini disebut juga skala inci dibanding mil yang dalam bahasa Inggris disebut “Inch Mile Scale”. Contoh: Skala dalam suatu peta dinyatakan dalam 1 inch to 5 miles, ini berarti jarak 1 inci di peta menggambarkan jarak 5 mil di lapangan atau jarak sebenarnya. Skala Garis (Line Scale)/Skala Grafik (Graphical Scale) / Skala Batang (Bar Scale)/ 3. Skala Jalan (Road Scale) Untuk skala ini dinyatakan dalam bentuk garis lurus yang terbagi dalam beberapa bagian yang sama panjangnya. Pada garis tersebut harus dicantumkan ukuran jarak yang sesungguhnya di lapangan, misalnya dalam meter, kilometer, feet atau mil. Contoh: a) Dengan penyajian grafik tersebut maka dapat dibaca bahwa jarak antara dua angka di peta = 1 km di lapangan, jadi kalau antara 0 – 1, 1 – 2, 2 – 3, 3 – 4, 4 – 5 masingmasing = 1cm maka artinya 1 cm pada peta = 1 km di lapangan. b) Dari grafik tersebut dapat dibaca bahwa tiap jarak 1 inci pada peta sama dengan 2 mil di lapangan. Skala garis ini pada umumnya digunakan apabila suatu peta akan dikecilkan atau akan dibuat ukuran tertentu. Dengan memakai skala grafik/garis maka jarak dua tempat dapat langsung diukur dalam peta. Tidak jarang dalam satu peta dicantumkan skala angka dan juga skala garis. Sampai disini apakah Anda dapat memahami? Selanjutnya, dalam pembahasan skala peta yang harus Anda ingat adalah semakin besar skalanya, akan semakin kecil kenampakkan wilayah yang digambarkan. Sebaliknya semakin kecil skalanya semakin luas areal kenampakkan permukaan bumi yang yang tergambar dalam peta.Untuk memahami skala termasuk besar atau kecil dapat dicontohkan sebagai berikut: - Skala 1 : lebih besar 1 : 100.000 50.000 Skala 1 : 200.000 Skala 1 : 250.000 dari lebih besar dari lebih kecil dari 1 : 2.000.000 1 : 50.000 2. Cara Mengubah Skala Perlu Anda pahami juga bahwa jenis skala peta yang ada dapat diubah sesuai dengan keinginan dan kebutuhan. Lalu bagaimana cara merubahnya?Untuk merubah skala peta ada beberapa cara seperti: 1. Mengubah skala angka ke skala grafik Contoh: Dalam peta tertulis skala 1 : 300.000, ubahlah ke dalamskala grafik/garis. Penyelesaian: Skala 1 : 300.000 berarti 1 bagian di peta menunjukkan 300.000 bagian di lapangan. Apabila dibuat dalam cm, maka 1 cm di peta = 300.000 cm di lapangan. Bila dibuat skala grafiknya berarti tiap-tiap cm atau dalam satu kotak nilainya 300.000 cm atau 3 km. Bila digambarkan skala grafiknya sebagai berikut: 2. Mengubah skala garis menjadi skala angka Contoh: Skala garis digambarkan seperti di bawah ini, ubahlah menjadi skala angka! Penyelesaian: Pada peta dengan skala ini berarti tiap panjang garis (kotak) menggambarkan 2 km di lapangan sehingga apabila tiap kotak antara 0 –. 2 – 4 dan 4 – 6 masing-masing jika diukur = 2 cm maka: 2 cm = 2 km 1 cm = 1 km 1 cm = 100.000 cm Sehingga skala angkanya menjadi 1 : 100.000 3. Mengubah skala angka menjadi skala inci - mil Contoh: Skala angka 1 : 500.000, ubahlah menjadi skala inci-mil! Penyelesaian: Skala 1 : 500.000 ini berarti tiap 1 inci = 500.000 inci di lapangan. 500.000 inci = 7,89, yang kemudian dibulatkan menjadi 8 mil. dijadikan mil = Jadi skala inci-milnya = 1 : 8 Perlu Anda ingat bahwa! 4. Mengubah skala grafik menjadi skala mil-inci Contoh: Jika diketahui grafik sepanjang 5 cm menunjukkan jarak 10 mil di lapangan, ubahlah menjadi skala angka dan inci-mil! Penyelesaian: 5 cm = 10 mil dijadikan inci terlebih = 1,968 = 2 cm dahulu sehingga 5 cm = (dibulatkan). Berarti 2 inci = 10 mil di lapangan. Jadi 1 inci sesuai dengan 5 mil dilapangan oleh karena itulah skalanya 1 : 5. Bila diubah ke dalam bentuk skala angka sebagai berikut: 1 inci = 5 mil yang berarti 5 x 63.360 = 316.800 inci Jadi skala angkanya 1 : 316.800 5. Mengubah skala dengan sistem grid bujur sangkar (Gridsquare) Sistem grid bujur sangkar disebut juga metode Union Jack Contoh: Peta dengan skala 1 : 200.000 ubahlah menjadi peta berskala 1 : 100.000 Penyelesaian: Bila digambarkan bentuk petanya sebagai berikut: Sampai disini apakah Anda sudah memahami? Bila belum, ulangi lagi membaca materi kegiatan 1 di atas! 3. Cara Menentukan Skala Peta Dalam kehidupan sehari-hari sering kita menjumpai peta yang tidak ada skalanya, padahal mungkin kita membutuhkannya. Apabila Anda mengalami kejadian ini maka cara menentukan skala peta dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Membandingkan dua jarak tempat di peta dengan jarak kedua tempat di lapangan Contoh: Jarak antara Jakarta dan Bekasi di lapangan 20 km (2.000.000 cm). Di peta jarak keduanya 50 cm. Tentukan skala petanya! Jawab: Skala peta = 40.000 tersebut = Sehingga skala petanya = 1 : 40.000. Membandingkan dengan peta lain yang luasnya sama dan telah diketahui skalanya. Contoh: - Ukur jarak 2 tempat yang diketahui dalam kedua peta itu. Peta I = jarak A – B = 20 cm Peta II = jarak A – B = 4 cm - Pada peta I jarak A – B dilapangan: = 2 x 50.000 cm = 100.000 cm - Pada peta I = 20x jarak AB = 20x cm x cm = 200.000 cm 20 x = 10.000 cm x Jadi skala peta I = 1 : 10.000 Dari penyelesaian contoh soal tersebut dapat dibuat kesimpulan rumusan sebagai berikut: J1 = Jarak yang sudah diketahui skalanya J2 = Jarak yang belum diketahui skalanya P1 = Penyebut skala peta yang sudah diketahui P2 = Penyebut skala peta yang dicari Bila data-data soal di atas dimasukkan ke rumus diperoleh: Jadi skala petanya = 1 : 10.000 2. 3. Membandingkan kenampakan-kenampakan dalam peta yang sudah pasti ukurannya. Contoh: Dalam peta terdapat lapangan sepak bola panjang lapangan 100 meter = 10.000 cm. Jadi skala lapangan sepak bola tersebut 1 : 10.000 Menentukan dua titik di peta yang belum ada skalanya (peta x) misalnya titik A – B dengan arah Utara - Selatan. Setelah itu menghitung jarak dua titik dan selisih derajat garis lintangnya. Perlu Anda ingat bahwa jarak tiap 10 garis lintang = 111 km dan 10= 60 detik Contoh: Jarak A - B di peta x = 50 cm Selisih garis lintangnya = 30 detik Berapa skala peta x? Penyelesaian: 30 detik = x 111 km = 55,5 km = 5.550.000 cm 50 cm di = 5.550.000 cm di lapangan peta x Skala di = 50 : 5.550.000 peta x Jadi skala = 1 : 1.110.000 peta 4. Pada peta Topografi (peta Kontur) di Indonesia berlaku rumus: CI (Contour Interval) adalah selisih ketinggian antara dua garis kontur yang dinyatakan dalam meter. Contour Interval sering disebut jarak antara garis kontur. Garis Kontur yaitu garis-garis pada peta yang menghubungkan titik-titik yang memiliki ketinggian yang sama dari permukaan air laut. Perhitungan CI misalnya: Pada peta kontur Indonesia yang berskala 1 : 100.000, berapakah CI nya? Jawab: CI = x 100.000 = 50 meter Kembali ke contoh peta kontur yang belum ada skalanya! Contoh: Suatu peta kontur dengan Ci = 50 meter Berapakah skala peta tersebut! Jawab: Ci = 50 m 50 = x Penyebut skala Jadi penyebut skala = 100.000, ini berarti skala peta kontur tersebut 1 : 100.000 Apabila Anda ingin mengukur jarak pada peta baik lurus atau berbelok-belok, lakukanlah hal-hal berikut: a. Gunakan seutas benang yang agak besar (misal: benang kasur) b. Berilah tanda pada peta di bagian yang diukur. c. Ukurlah dengan benang yang sudah dipersiapkan. Tekuklah benang mengikuti jarak obyek yang diukur, seperti jalan yang d. berbelok,benang juga harus ikut dibelokkan. e. Jarak yang diukur pada peta misalnya 50 cm (antara kota A dengan kota B). Sesuaikan dengan skala garis misalnya skala yang ada 1 : 50.000, f. maka jarak antara kota A dan B dilapangan = 50 cm x 50.000 = 2.500.000 cm = 25 km. Sampai disini apakah Anda sudah memahami materi tentang skala peta. Apabila sudah memahami segeralah mengerjakan tugas 1. Selamat belajar. PROYEKSI PETA Setelah selesai mempelajari kegiatan belajar 2 ini, Anda diharapkan dapat: a. menjelaskan pengertian proyeksi peta; b. menyebutkan syarat-syarat proyeksi peta; c. menjelaskan macam-maam proyeksi peta; d. menentukan jenis proyeksi dalam menggambarkan peta. 1. Proyeksi Peta Apabila Anda ingin menggambarkan perubahan benda yang berukuran tiga dimensi ke benda yang berukuran dua dimensi, benda itu harus diproyeksikan ke bidang datar. Teknik proyeksi ini juga berlaku untuk memindahkan letak titik-titik pada permukaan bumi ke bidang datar yag dinamakan PROYEKSI PETA. Secara khusus pengertian dari proyeksi peta adalah cara memindahkan sistem paralel (garis lintang) dan meridian (garis bujur) berbentuk bola (Globe) ke bidang datar (peta). Hasil pemindahan dari globe ke bidang datar ini akan menjadi peta.Pemindahan dari globe ke bidang datar harus diusahakan akurat. Agar kesalahan diperkecil sampai tidak ada kesalahan maka proses pemindahan harus memperhatikan syarat-syarat di bawah ini: 1. Bentuk-bentuk di permukaan bumi tidak mengalami perubahan (harus tetap), persis seperti pada gambar peta di globe bumi. 2. Luas permukaan yang diubah harus tetap. 3. Jarak antara satu titik dengan titik lain di atas permukaan bumi yang diubah harus tetap. Di dalam proses pembuatan peta untuk dapat memenuhi ketiga syarat di atas sekaligus adalah suatu hal yang tidak mungkin. Bahkan untuk dapat memenuhi satu syarat saja untuk seluruh bola dunia juga merupakan hal yang tidak mungkin, yang bisa dipenuhi hanyalah satu saja dari syarat-syarat di atas dan ini hanya untuk sebagian kecil dari muka bumi. Anda paham penjelasan di atas? Belum? Baiklah! Secara sederhana dapat dikatakan bahwa dalam membuat peta kita hanya dapat menggambar beberapa bagian permukaan bumi. Untuk dapat membuat peta yang meliputi wilayah yang lebih luas atau bahkan seluruh permukaan bumi. Untuk dapat membuat peta yang meliputi wilayah yang lebih luas atau bahkan seluruh permukaan bumi kita harus mengadakan kompromi antara ketiga syarat di atas. Sebagian dampak kompromi tersebut, keluarlah bermacam-macam jenis proyeksi peta. Masing-masing proyeksi mempunyai kelebihan dan kelemahan sesuai dengan tujuan peta dan bagian mukabumi yang digambarkan. Bila diminta untuk memetakan seluruh permukaan bumi, maka Anda dituntut harus tepat dalam memilih proyeksi yang digunakan. Pemilihan proyeksi tergantung pada: - Bentuk, luas dan letak daerah yang dipetakan. - Ciri-ciri tertentu/ciri asli yang akan dipertahankan. Sekarang perhatikan terlebih dahulu gambar berikut ini! Pada gambar 03.3 Anda dapat melihat perubahan bentuk dari segi empat pada globe: Berubah menjadi: pada bidang datar. Sebagai akibatnya dapat dilihat pada gambar 03.4 berikut ini. Pada gambar 03.4 bagian tengah globe yaitu daerah sekitar garis khatulistiwa sedikit mengalami distorsi (penyimpangan) sedangkan daerah kutub mengalami distorsi yaitu menjadi lebih besar. Proyeksi ini cocok untuk mempertahankan bentuk sekitar khatulistiwa. Titik singgung antara permukaan bola bumi dan bidang datar dapat terletak pada kutub, ekuator atau antara kutub dan ekuator. Misalnya Anda akan memproyeksikan garis-garis meridian dan garis-garis lintang. Jika titik singgung antara bidang datar dan permukaan bola bumi terletak di kutub utara, setelah diproyeksikan garis lintang akan taampak sebagai lingkaran konsentris yang mengelilingi kutub. Garis meridian akan tampak sebagai garis lurus yang berpusat di kutub dengan sudut yang sama. Perhatikan gambar berikut ini! Pada gambar 03.6 Anda dapat melihat perubahan bentuk pada garis lingkaran terluar. Garis tersebut lebih besar dari garis di globe. Jadi paling banyak mengalami distorsi. Pada bagian kutub relatif tidak mengalami perubahan atau distorsi, jadi hampir mendekati kesesuaian. Proyeksi ini cocok untuk mempertahankan bentuk sekitar kutub. 2. Macam-macam Proyeksi peta 1. Berdasarkan sifat asli yang dipertahankan a. Proyeksi Ekuivalen adalah luas daerah dipertahankan sama, artinya luas di atas peta sama dengan luas di atas muka bumi setelah dikalikan skala. Proyeksi Konform artinya bentuk-bentuk atau sudut-sudut pada peta dipertahankan sama b. dengan bentuk aslinya. Proyeksi Ekuidistan artinya jarak-jarak di peta sama dengan jarak di muka bumi setelah c. dikalikan skala. 2. Berdasarkan Kedudukan Sumbu Simetris a. Proyeksi Normal, apabila sumbu simetrisnya berhimpit dengan sumbu bumi. b. Proyeksi Miring, apabila sumbu simetrinya membentuk sudut terhadap sumbu bumi. c. Proyeksi Transversal, apabila sumbu simetrinya tegak lurus pada sumbu bumi atau terletak di bidang ekuator. Proyeksi ini disebut juga Proyeksi ekuatorial. 3. Berdasarkan bidang asal proyeksi yang digunakan a. Proyeksi Zenithal (Azimuthal), adalah proyeksi yang menggunakan bidang datar sebagai bidang proyeksinya. Proyeksi ini menyinggung bola bumi dan berpusat pada satu titik. Untuk memperjelas silahkan perhatikan lagi gambar 03.5. Proyeksi ini menggambarkan daerah kutub dengan menempatkan titik kutub pada titik pusat proyeksi. Ciri-ciri Proyeksi Azimuthal: a. Garis-garis bujur sebagai garis lurus yang berpusat pada kutub. b. Garis lintang digambarkan dalam bentuk lingkaran yang konsentris mengelilingi kutub. c. Sudut antara garis bujur yang satu dengan lainnya pada peta besarnya sama. d. Seluruh permukaan bumi jika digambarkan dengan proyeksi ini akan berbentuk lingkaran. Proyeksi Azimuthal dibedakan 3 macam, yaitu: a. Proyeksi Azimut Normal yaitu bidang proyeksinya menyinggung kutub. b. Proyeksi Azimut Transversal yaitu bidang proyeksinya tegak lurus dengan ekuator. c. Proyeksi Azimut Oblique yaitu bidang proyeksinya menyinggung salah satu tempat antara kutub dan ekuator. Untuk memperjelas pemahaman, perhatikan gambar berikut ini! Khusus proyeksi Azimut Normal cocok untuk memproyeksikan daerah kutub. Perhatikan gambar berikut ini! Gambar 03.8. Peta daerah kutub utara hasil proyeksi Azimuth Normal Karena proyeksi Azimuthal paling tepat untuk menggambarkan kutub, maka penggambaran kutub melalui proyeksi ini dibedakan menjadi 3 macam yaitu: 1. Proyeksi Gnomonik Pada proyeksi ini pusat proyeksi terapat di titik pusat bola bumi. Ekuator tergambar hingga tak terbatas. Lingkaran paralel berubah ke arah luar mengalami pembesaran yang cepat dan ekuator tidak mampu digambarkan karena pembesaran tak terhingga tadi. Pada daerah lintang 45° akan mengalami pembesaran 3 kali. Perhatikan gambar dibawah ini! Gambar 03.10. Lingkaran besar diproyeksikan sebagai garis lurus 2. Proyeksi Azimuthal Stereografik Titik sumber proyeksi di kutub berlawanan dengan titik singgung bidang proyeksi dengan kutub bola bumi. Jadi jarak antara lingkaran paralel tergambar semakin membesar ke arah luar. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut ini! 3. Proyeksi Azimuthal Orthografik Proyeksi ini menggunakan titik yang letaknya tak terhingga sebagai titik sumber proyeksi. Akibatnya sinar proyeksinya sejajar dengan sumbu bumi. Lingkaran paralel akan diproyeksikan dengan keliling yang benar atau ekuidistan. Jarak antara lingkaran garis lintang akan semakin mengecil bila semakin jauh dari pusat. Gambar 03.12. Proyeksi Azimuthal Orthografik, hanya sesuai dekat pusat peta saja b. Proyeksi Kerucut (Conical Projection), Proyeksi Kerucut yaitu pemindahan garisgaris meridian dan paralel dari suatu globe ke sebuah kerucut. Untuk proyeksi normalnya cocok untuk memproyeksikan daerah lintang tengah (miring). Proyeksi ini memiliki paralel melingkar dengan meridian berbentuk jari-jari. Paralel berwujud garis lingkaran sedangkan bujur berupa jari-jari. Perhatikan Gambar berikut ini! Proyeksi kerucut diperoleh dengan memproyeksikan globe pada kerucut yang menyinggung atau memotong globe kemudian di buka, sehingga bentangnya ditentukan oleh sudut puncaknya. Proyeksi ini paling tepat untuk menggambar daerah daerah di lintang 45°. Proyeksi kerucut dibedakan menjadi 3 macam yaitu: 1. Proyeksi kerucut normal atau standar Jika garis singgung bidang kerucut pada bola bumi terletak pada suatu paralel (Paralel Standar). 2. Proyeksi Kerucut Transversal Jika kedudukan sumbu kerucut terhadap sumbu bumi tegak lurus. 3. Proyeksi Kerucut Oblique (Miring) Jika sumbu kerucut terhadap sumbu bumi terbentuk miring. Dari gambar tersebut dapat dikemukakan ciri-ciri proyeksi kerucut antara lain: 1. Semua garis bujur merupakan garis lurus dan berkonvergensi di kutub. 2. Garis lintang merupakan suatu busur lingkaran yang konsentris dengan titik pusatnya adalah salah satu kutub bumi. 3. Tidak dapat menggambarkan seluruh permukaan bumi karena salah satu kutub bumi tidak dapat digambarkan. 4. Seluruh proyeksi tidak merupakan satu lingkaran sempurna, sehingga baik untuk menggambarkan daerah lintang rendah. c. Proyeksi Silinder atau Tabung Proyeksi Silinder adalah suatu proyeksi permukaan bola bumi yang bidang proyeksinya berbentuk silinder dan menyinggung bola bumi. Apabila pada proyeksi ini bidang silinder menyinggung khatulistiwa, maka semua garis paralel merupakan garis horizontal dan semua garis meridian merupakan garis lurus vertikal. Perhatikan gambar-gambar berikut ini! Penggunaan proyeksi silinder mempunyai beberapa keuntungan yaitu: 1. Dapat menggambarkan daerah yang luas. 2. Dapat menggambarkan daerah sekitar khatulistiwa. 3. Daerah kutub yang berupa titik digambarkan seperti garis lurus. 4. Makin mendekati kutub, makin luas wilayahnya. Jadi keuntungan proyeksi ini yaitu cocok untuk menggambarkan daerah ekuator, karena ke arah kutub terjadi pemekaran garis lintang. Proyeksi Azimuthal, proyeksi kerucut (conical) dan proyeksi silinder (cylindrical) termasuk kelompok proyeksi murni. Penggunaan jenis proyeksi-proyeksi murni ini sangat terbatas. Nah sampai di sini apakah Anda telah memahami uraian di atas? Bila belum ulangi sekali lagi membaca uraian materi di atas dan cobalah menggambarkan setiap jenis proyeksi! d. Proyeksi Gubahan (Proyeksi Arbitrary) Proyeksi-proyeksi ini dipergunakan untuk menggambarkan peta-peta yang kita jumpai sehari-hari, merupakan proyeksi atau rangka peta yang diperoleh secara perhitungan. Contoh-contoh proyeksi gubahan antara lain: 1. Proyeksi Bonne (Equal Area) Sifat-sifatnya sama luas. Sudut dan jarak benar pada meridian tengah dan pada paralel standar. Semakin jauh dari meridian tengah, bentuk menjadi sangat terganggu. Baik untuk menggambarkan Asia yang letaknya di sekitar khatulistiwa. 2. Proyeksi Sinusoidal Pada proyeksi ini menghasilkan sudut dan jarak sesuai pada meridian tengah dan daerah khatulistiwa sama luas. Jarak antara meridian sesuai, begitu pula jarak antar paralel. Baik untuk menggambar daerah-daerah yang kecil dimana saja. Juga untuk daerah-daerah yang luas yang letaknya jauh dari khatulistiwa. Proyeksi ini sering dipakai untuk Amerika Selatan, Australia dan Afrika. 3. Proyeksi Mercator Proyeksi Mercator merupakan proyeksi silinder normal konform, dimana seluruh muka bumi dilukiskan pada bidang silinder yang sumbunya berimpit dengan bola bumi, kemudian silindernya dibuka menjadi bidang datar. Sifat-sifat proyeksi Mercator yaitu: a. Hasil proyeksi adalah baik dan betul untuk daerah dekat ekuator, tetapi distorsi makin membesar bila makin dekat dengan kutub. Interval jarak antara meridian adalah sama dan pada ekuator pembagian vertikal b. benar menurut skala. Interval jarak antara paralel tidak sama, makin menjauh dari ekuator, interval c. jarak makin membesar. d. Proyeksinya adalah konform. e. Kutub-kutub tidak dapat digambarkan karena terletak di posisi tak terhingga. 4. Proyeksi Mollweide Pada proyeksi ini sama luas untuk berubah di pinggir peta. 5. Proyeksi Gall Sifatnya sama luas, bentuk sangat berbeda pada lintang-lintang yang mendekati kutub. Gambar 03.23. Proyeksi Gall 6. Proyeksi Homolografik (Goode) Sifatnya sama luas. Merupakan usaha untuk membetulkan kesalahan yang terjadi pada proyeksi Mollweide. Baik untuk menggambarkan penyebaran Gambar 03.23. Proyeksi Gall Untuk selanjutnya kapan masing-masing proyeksi itu dipakai? Jawabannya begini! Kalau yang akan digambarkan itu antara lain: 1. Seluruh Dunia a. Dalam dua belahan bumi: pakai Proyeksi Zenithal Kutub. Peta-peta statistika (penyebaran penduduk, hasil pertanian dsb.): pakailah b. Mollweide. c. Arus laut, iklim : pakai Mollweide atau Gall. d. Navigasi dengan arah kompastetap : pakai Mercator. e. Navigasi dengan jarak terpendek yaitu melalui lingkaran besar : pakai Gnomonik. 2. Daerah Kutub Gunakan proyeksi Zenithal sama jarak. 3. Daerah belahan bumi sebelah selatan, gunakan: a. Sinusoidal b. Bonne Untuk daerah yang lebar ke samping dan terletak tidak jauh dari khatulistiwa: pilih 4. salah satu dari proyeksi jenis kerucut. Untuk daerah yang membujur pipih Utara-Selatan dan terletak tidak jauh dari 5. khatulistiwa maka pilih Proyeksi Bonne. Sampai di sini pembahasan tentang proyeksi peta, mudah-mudahan Anda sudah memahami. Selanjutnya untuk menghemat waktu segeralah mengerjakan tugas 2! KEGIATAN 2 Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan singkat dan jelas! 1. Jelaskan pengertian proyeksi peta! 2. Sebutkan 3 syarat pokok dalam proyeksi peta! 3. Sebutkan faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan proyeksi! 4. Jelaskan perbedaan antara proyeksi ekuivalen dengan proyeksi ekuidistan! 5. Sebutkan ciri-ciri proyeksi azimuthal! 6. Jelaskan ciri khas dari proyeksi gnomonik! 7. Gambarkan model sederhana dari proyeksi azimut normal dan azimut transversal! 8. Sebutkan ciri-ciri proyeksi kerucut! 9. Jelaskan beberapa keuntungan penggunaan proyeksi silinder! 10 Peta apakah yang cocok menggunakan hasil proyeksi zenithal dan mollweide? . Setelah selesai mengerjakan tugas 2, cocokkanlah hasil pekerjaan Anda dengan kunci tugas yang terdapat pada halaman akhir modul ini. Tiap soal yang dijawab benar mendapat nilai 1 (satu). Agar Anda diperbolehkan mengikuti maupun mempelajari modul berikutnya nilai yang diperoleh minimal harus 7 (tujuh). Bila Anda tidak memperoleh nilai 7 maka diharuskan mengulang kembali mempelajari modul! Selamat Belajar! Semoga Sukses! http://110.138.206.53/bahan-ajar/modul_online/geografi/MO_125/dafpus.htm Menghitung Skala Peta (1) 30 Votes Pada sebuah peta di wilayah Asia atau peta-peta lain kita akan sering menemui ada 2 macam skala yang sering ditampilkan oleh pembuat, yaitu skala numerik dan skala garis. Mengapa harus ada 2 macam skala yang digambarkan? Hal ini sebenarnya mengacu pada sifat yang berbeda dari kedua skala tersebut jika peta yang ada mengalami perubahan, misalnya diperbesar/diperkecil melalui media Scanning dan Fotokopi. Perbedaan kedua skala tersebut adalah : 1. Skala numerik bersifat statis, jika sebuah peta diperbesar/diperkecil melalui fotokopi maka nilai skala yang tergambar tidak akan berubah. Sebagai contoh : jika sebuah peta skala numeriknya 1 : 20.000 diperbesar 4 kali dengan menggunakan mesin fotokopi, maka skala yang baru adalah 1 : 5.000 tetapi pada peta tersebut masih tergambar 1 : 20.000 2. Skala garis bersifat dinamis, jika sebuah peta diperbesar/diperkecil melalui fotokopi maka skala garis akan mengikuti perubahan pada peta tersebut. Sebagai contoh : jika sebuah peta diperbesar dengan fotokopi maka gambar skala garis akan mengikuti perbesaran peta tersebut. Mengubah skala numerik ke skala garis Skala numerik dapat kita buat menjadi skala garis dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Contoh : Diketahui sebuah peta memiliki skala 1 : 25.000, jika akan dibuat skala garis yang mencerminkan jarak 4 km dilapangan maka berapa panjang skala garis yang akan tergambar? Jawab : 0004 km = ——————– 00025.000 cm 000400.000 cm = ——————00025.000 cm = 16 cm Jadi skala garis yang tergambar adalah 16 cm. ====================================== =============== Mengubah skala garis ke skala numerik Pada peta yang telah mengalami perubahan ukuran karena telah difotokopi maka nilai pada skala numerik menjadi salah, maka untuk mengetahui skala numerik yang baru adalah dengan menggunakan rumus. Sebagai contoh : sebuah peta setelah difotokopi maka skala garisnya adalah seperti pada gambar berikut : Sebelum diperbesar panjang skala garisnya adalah 4 cm, setelah diperbesar 2 kali maka panjang skala garisnya menjadi 8 cm. Berapa skala numerik yang baru? Seorang pengguna peta terkadang akan merasa bahwa peta yang dia gunakan ukurannya terlalu kecil atau terlalu besar, dia merasa peta tersebut kurang ringkas jika dibawa sehingga dia kemudian memperbesar atau memperkecil peta yang dimilikinya itu agar menjadi mudah dia bawa. Suatu peta jika diperbesar atau diperkecil ukurannya menggunakan media apapun, maka skalanya juga akan mengalami perubahan. Ada banyak media yang dapat digunakan untuk memperbesar/memperkecil peta, misalnya : 1. Mesin Fotokopi 2. Scanner 3. Pantograf Pantograf-alat untuk memperbesar dan memperkecil peta ====================================== ============ Untuk menghitung skala baru dari peta yang diperbesar menggunakan rumus sebagai berikut : Contoh soal : Sebuah peta berskala 1 : 30.000 diperbesar 4 kali, maka berapa skala peta hasil perbesarannya? Jawab : —–1 = ——- x 30.000 -—-4 —–30.000 = ————– ———-4 = 7.500 Jadi skala baru pada peta hasil perbesaran tersebut adalah 1 : 7.500 Untuk menghitung skala baru dari peta yang diperkecil menggunakan rumus sebagai berikut : Contoh soal : Sebuah peta dengan skala 1 : 12.500 akan diperkecil 4 kali, maka berapa skala baru pada peta yang diperkecil tersebut? Jawab : ——–4 = ————- X 12.500 ——–1 = 4 X 12.500 = 50.000 Jadi skala baru pada peta yangdiperkecil tersebut adalah 1 : 50.000 00020 km = ————— 00008 cm 0002.000.000 cm = ———————– 000 8 cm = 250.000 Jadi skala numerik yang baru dari peta tersebut adalah 1 : 250.000 Menghitung Skala Pada Peta Yang Tidak Mencantumkan Informasi Skala Karena sesuatu hal terkadang ada sebuah peta yang tidak mencantumkan informasi skala pada bagian peta tersebut. Hal ini tentu saja menyulitkan pengguna dalam membaca/menggunakan peta tersebut, karena skala merupakan komponen yang sangat vital untuk sebuah peta. Dengan skala para pengguna dapat menghitung jarak sebenarnya 2 obyek dalam suatu peta. Untuk mengetahui skala pada peta yang tidak mencantumkan informasi skala, dapat kita cari dengan menggunakan berbagai cara antara lain :  Membandingkan jarak 2 obyek (titik) pada peta dengan 2 obyek pada jarak sebenarnya, dengan rumus : Pembandingan menggunakan cara pertama ini sangat cocok digunakan untuk peta-peta yang berskala besar (peta yang lingkup wilayahnya sangat sempit), misalnya peta RT, peta RW, peta Dusun, dan peta pada kepemilikan lahan pribadi. Hal ini karena jika akan dilakukan pengukuran pada jarak sebenarnya maka kita tidak akan mudah melakasanakannya. Contoh : Sebuah peta kadaster yang tidak memiliki informasi skala setelah dilakukan pengukuran diketahui, jarak antara 2 obyek pada peta adalah 4 cm. Sedangkan pada pengukuran jarak antara 2 obyek sebenarnya di lapangan diketahui 30 meter. Berapakah skala peta tersebut? S = Js : Jp S = 30 meter : 4 cm S = 3000 cm : 4 cm S = 750 cm Jadi skala peta tersebut adalah 1 : 750 ====================================== ==========  Membandingkan dengan peta lain yang sama memiliki skala yang berbeda Contoh : Ronnir mendapatkan sebuah peta wilayah Kecamatan Majapahe tidak mencantumkan informasi skala. Untuk mengetahui skala peta tersebut kemudian Ronnie membandingkan dengan peta Kecamatan Majapahe yang lain yang ada informasi skalanya. Dari hasil perbandingan diketahui jarak antara 2 titik pada peta yang tidak berskala tersebut adalah 2 cm, sedangkan pada peta yang berskala 1 : 100.000 jarak antara 2 titik yang sama adalah 5 cm. Maka berapa skala peta yang belum mencantumkan informasi skala tersebut? P 2 = (J1 : J2) x P 1 P 2 = (5 : 2 ) x 100.000 P 2 = (2,5) x 100.000 P 2 = 250.000 Jadi skala pada peta yang belum mencantumkan informasi skala tersebut adalah 1 : 250.000 ====================================== ==========  Jika peta yang tidak berskala tersebut peta topografi/kontur maka skala peta kita hitung dengan memperhatikan interval antar kontur (Ci – Contour Interval) Contoh : Sebuah peta topografi daerah gunung berapi diketahui memiliki jarak antar garis kontur sebesar 20 m, maka berapa skala pada peta kontur tersebut? S = 2.000 x Ci S = 2.000 x 20 S = 40.000 Jadi skala pada peta kontur tersebut adalah 1 : 40.000 http://andimanwno.wordpress.com/2010/07/26/menghitung-skala-peta-3/ Menentukan Skala, Jarak Sebenarnya dan Jarak pada Gambar Menentukan Skala Peta/Denah Penggunaan perbandingan salah satunya untuk menentukan skala. Salah satu cara menentukan skala yaitu dengan menyederhanakan pecahan. Perhatikan contoh di bawah ini! Kota A dan kota B berjarak 50 km, sedangkan jarak pada peta 20 cm. Skala peta dapat ditentukan sebagai berikut. Skala = Jarak pada peta : Jarak sebenarnya = 20 cm : 50 km = 1250.000 Keterangan 20 cm : 5.000.000 cm dapat dicari dengan mencari perbandingan paling sederhana yaitu dengan mencari FPB dari 20 dan 5.000.000. FPB dari 20 dan 5.000.000 adalah 20, maka 20 : 20 = 1 dan 5.000.000 : 20 = 250.000 Jadi, skala peta 1 : 250.000, artinya setiap 1 cm pada peta mewakili 250.000 cm = 2,5 km pada jarak sebenarnya. Menentukan Jarak Sebenarnya Apabila skala dan jarak pada peta diketahui dan kita diminta untuk menentukan jarak sebenarnya maka rumus yang digunakan adalah : Jarak sebenarnya = jarak pada peta X skala Perhatikan contoh soal dibawah ini : 1. Jarak kota A – kota B pada peta adalah 4 cm Skala peta 1 : 250.000 Tentukanlah jarak sebenarnya dari kota A ke kota B ! Jarak sebenarnya = jarak pada peta X skala = 4 cm X 250.000 = 1000.000 cm = 10 km Keterangan : Jarak antar kota umumnya menggunakan satuan km. Cara mengubah satuan cm ke km yaitu dengan menggunakan satuan ukuran panjang (km-hm-dam-m-dm-cm-mm). 2. Denah sawah Pak Majid seperti gambar di bawah ini ! 12 cm 14 cm Skala 1 : 800 Tentukanlah luas sawah pak Majid ! Langkah-langkah penyelesaiaannya : - menentukan panjang sebenarnya Panjang sebenarnya = panjang gambar X skala = 14 cm X 800 = 11.200 cm = 112 m - - Menentukan lebar sebenarnya = lebar gambar X skala = 12 cm X 800 = 9.600 cm = 96 m - - Setelah panjang dan lebar sebenarnya diketahui barulah menentukan luas sebenarnya sesuai dengan bentuk bangunnya. Karena sawah Pak Majid berbentuk persegi panjang maka kita gunakan rumus mencari luas persegi panjang, dan ukuran yang digunakan adalah ukuran panjang dan lebar sebenarnya yaitu : Luas = panjang X lebar = 112 m X 96 m = 10.752 meter persegi Menentukan panjang pada gambar Apabila skala dan jarak sebenarnya diketahui dan kita diminta untuk menentukan jarak pada gambar maka rumus yang digunakan adalah = jarak sebenarnya : skala Perhatikan soal berikut ! Contoh soal : Jarak Jakarta – Bogor adalah 60 km dan skala gambar 1 : 1.000.000, berapa cm jarak Jakarta – Bogor pada sebuah peta ? Penyelesaian Jarak pada gambar = jarak sebenarnya : skala = 60 km : 1.000.000 = 6.000.000 cm : 1.000.000 = 6 cm Jadi jarak Jakarta – Bogor pada peta adalah 6 cm Catatan : 60 km harus diubah dulu menjadi cm. 60 km = 6.000.000 cm. Selamat mencoba soal di bawah ini ! 1. Jarak antara kedua kota sesungguhnya 25 km. Jarak pada peta 10 cm. Tentukan skala peta tersebut.

2. Jarak kedua kota sesungguhnya 45 km. Skala pada peta 1 : 150.000. Tentukan jarak kedua kota pada peta. 3. Panjang rumah pada denah 50 cm. Panjang rumah sebenarnya 25 m. Berapa skala denah tersebut? 4. Tinggi suatu gedung 60 meter. Tinggi gedung pada denah 50 cm. Berapa skala denah tersebut? 5. Lebar suatu kolam renang 20 meter. Pada denah dibuat dengan skala 1 : 250. Berapa sentimeter lebar kolam pada denah?