Peristiwa bencana alam seperti gempa bumi dan tanah longsor termasuk kiamat

JAKARTA - Kehancuran dunia telah diungkap dalam penjelasan yang dipaparkan ilmuwan. Kiamat mengakibatkan dunia menjadi hancur, termasuk Bumi yang dihuni oleh manusia.

Dalam buku Tafsir Ilmi 'Kiamat dalam perspektif Alquran dan Sains' yang disusun oleh Lajnah Pentashihan Mushaf Alquran, Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menjelaskan mengenai kondisi Bumi dan gunung pada hari kiamat.

Salah satu ayat Alquran mengungkap mengenai Bumi yang berguncang. “Jangan (berbuat demikian). Apabila Bumi diguncangkan berturut-turut,” Surah Al-Fajr Ayat 21.

Dari ayat tersebut bisa dijelaskan bahwa ketika kiamat tiba, Bumi akan diguncangkan dengan sangat dahsyat dan bertubi-tubi. Gunung-gunung diangkat dengan satu angkatan, lalu diempaskan, hingga Bumi terbelah.

Isi gunung dimuntahkan hingga seakan perut Bumi menjadi kosong karenanya. Selain gempa tektonik yang membelah Bumi karena patahan-patahan lempeng, letusan gunung yang hebat memuntahkan lahar dan mengisi semua cekungan Bumi.

Baca juga: Melambatnya Rotasi Bumi Dapat Picu Lebih Banyak Gempa

Sebagian pakar berpendapat bahwa kiamat kecil tidak hanya menimpa manusia, tetapi juga benda-benda di alam raya. Kehancuran berskala kecil seperti gempa Bumi, gunung meletus, banjir dan lainnya juga termasuk kiamat kecil.

Yang demikian karena peristiwa ini menimbulkan kerusakan di lokasi kejadian. Kiamat kecil seperti ini adakalanya terjadi karena faktor alamiah yang tidak dapat dihindarkan atau karena perbuatan manusia.

Baca juga: Subhanallah, Macam-Macam Kiamat Dijelaskan dalam Alquran dan Sains

Bukti sains menunjukkan bahwa lapisan bumi mengandung 20 padatan, yaitu lapisan Litosfir (kedalaman sekira 100 km), lapisan kerak dan selubung (ketebalan 500 hingga 1.000 km), dan 80 persen sisanya adalah air dan magma yang panas.

Lapisan padat atau lapisan teratas Bumi bagaikan lempengan tipis yang terapung di atas lapisan magma. Sehingga, lempeng ini akan selalu bergerak dan mengalami berbagai tekanan menghasilkan tabrakan, patahan, getaran maupun guncangan.

Meskipun patahan hanya beberapa sentimeter saja, akan dapat menghasilkan getaran hebat di permukaan Bumi.

(ahl)

  • #Alquran dan Sains
  • #Alquran
  • #Gempa Bumi

Kiamat Sugra Kiamat sugra atau disebut sebagai kiamat kecil adalah kematian yang terjadi pada sebagian makhluk Allah. Kematian seseorang yang disebabkan karena penyakit atau bencana alam seperti banjir, tsunami, tanah longsor, kebakaran, dan kecelakaan merupakan contoh dari kiamat sugra.

Apa saja contoh kiamat Sugra?

Contoh-contoh kiamat sugra adalah sebagai berikut: Tsunami, gempa bumi, longsor, banjir, atau angin topan merupakan bencana dan kehancuran sebagian orang dan tempat tertentu yang terkena bencana alam tersebut. Kematian juga merupakan hari berakhirnya kehidupan dan tergolong kiamat sugra. 2.

Apa yang dimaksud dengan kiamat Kubra dan Sugra?

Dikutip dari buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas VI SD, kiamat dikategorikan menjadi dua macam menurut intensitas kehancurannya, yaitu kiamat besar (kubra) dan kiamat kecil (sugra). Kiamat kubra merupakan proses berakhirnya seluruh kehidupan di dunia yang diikuti dengan hancurnya segala ciptaan Allah SWT.

You might be interested:  Jurusan Yang Ada Di Universitas Fajar Makassar?

Apakah kiamat Sugra bisa dirasakan oleh manusia di masa sekarang?

Nah, kiamat sugra ini, bisa dirasakan oleh manusia di masa sekarang. Contoh kiamat sugra berbeda dengan kubra. Simak berikut ini beberapa kejadian erat kaitannya dengan hari akhir. Namun, masih terbilang kecil.

Apa saja faktor yang bisa menjadi pemicu terjadinya kiamat?

Melalui pengamatan dan analisis mereka, diketahui setidaknya terdapat sembilan faktor yang bisa menjadi pemicu terjadinya kiamat. Kesembilan faktor ini dilihat dari perkembangan teknologi serta fenomena alam yang sedang terjadi. Ini dia ulasannya: 1. Pemanasan global

Apakah yang menandai terjadinya kiamat Sugra?

Tanda-tanda kiamat sugra seperti terjadinya bencana alam, gunung meletus, meninggalnya manusia, dan kebakaran hutan. Kiamat kecil ini bisa diartikan sebagai hari berakhirnya kehidupan seseorang. Ada juga kiamat kubra atau kiamat besar yang menjadi hari kehancuran bumi dan alam semesta.

Apa makna adanya kiamat Sugra?

Kiamat sugra atau kiamat kecil ialah berakhirnya kehidupan sebagian makhluk di dunia ini, baik itu secara individu maupun kelompok.

Apa saja contoh kiamat Sugra?

Contoh peristiwa kiamat kecil atau kiamat sugro

  • Gempa bumi merupakan hari kehancuran sebagian orang dan tempat tertentu yang terkena gempa tersebut.
  • Tanah longsor merupakan peristiwa alam yang terjadi dan dialami oleh sebagian orang yang tinggal di daerah longsor.
  • Apakah banjir termasuk kiamat Sugra?

    Contoh kiamat sugra hanyalah seperti adanya kematian tetangga kita, sakit, dan adanya bencana alam seperti gunung meletus, tsunami, banjir, tornado, gempa bumi, dsb.

    Apa tanda tanda kiamat kecil?

    Tanda-Tanda Kiamat Kecil

  • Kerap terjadi bencana alam seperti gempa bumi, tanah longsor dan lain sebagainya.
  • Negara Arab menjadi padang rumput dan sungai.
  • Waktu yang berlalu terasa semakin singkat.
  • Bulan sabit terlihat besar.
  • Orang baik menjadi berkurang namun yang jahat semakin bertambah banyak.
  • You might be interested:  Cara Memilih Universitas Dan Jurusan Yang Tepat?

    Apa yang dimaksud kiamat Sugra dan berikan contohnya?

    Kiamat Sugra adalah kiamat kecil, yakni kehancuran yang dialami oleh sebagian yang ada di bumi. Contoh kiamat sugra adalah banjir, gunung meletus, kebakaran hutan, dan meninggalnya manusia. Kematian manusia adalah kiamat sugra atau kiamat kecil.

    Apa pengertian dari kiamat kubro?

    Pengertian Kiamat Kubra

    Sedangkan dalam buku “Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas VI SD”, kiamat kubra adalah kiamat besar atau kiamat yang sebeneranya. Yakni saat seluruh alam semestera dan isinya hancur sehingga tidak ada makhluk hidup yang mampu bertahan hidup kecuali Allah SWT, Yang Maha Kekal.

    Apa yang dimaksud kiamat sugra dan kiamat neraka?

    Dalam Islam, kiamat dibagi menjadi dua yakni kiamat kubra dan kiamat sugra. Kiamat kubro atau kiamat besar merupakan peristiwa kehancuran seluruh alam semesta dan isinya. Sementara itu kiamat Sugra adalah berakhirnya sebagian kehidupan yang ada di dunia yang biasa disebut dengan kiamat kecil.

    Apa yang dimaksud dengan kiamat sugra dan kiamat kubra berikan contohnya?

    Kiamat Sugra adalah kiamat kecil, yaitu kerusakan yang dialami sebagian alam setiap waktu. Jelaskan 4 contoh kiamat kubra adalah gunung meletus, banjir, kebakaran hutan, atau meninggalnya manusia.

    Apa contoh kiamat kubra?

    Tanda-Tanda Kiamat Kubra

    Terbitnya matahari dari sebelah barat. Munculnya Dajjal. Turunnya Nabi Isa AS Nabi Isa AS akan turun dari Negeri Syam, dan membunuh Dajjal. Nabi Isa a.s. akan menjalankan syariat Nabi Muhammad saw.

    Apakah tsunami termasuk kiamat Sugra?

    Peristiwa tsunami yg melanda kota Aceh termasuk kiamat Sugra.

    Apa saja contoh kiamat Sugra?

    Contoh-contoh kiamat sugra adalah sebagai berikut: Tsunami, gempa bumi, longsor, banjir, atau angin topan merupakan bencana dan kehancuran sebagian orang dan tempat tertentu yang terkena bencana alam tersebut. Kematian juga merupakan hari berakhirnya kehidupan dan tergolong kiamat sugra. 2.

    Apa yang dimaksud dengan kiamat Kubra dan Sugra?

    Dikutip dari buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas VI SD, kiamat dikategorikan menjadi dua macam menurut intensitas kehancurannya, yaitu kiamat besar (kubra) dan kiamat kecil (sugra). Kiamat kubra merupakan proses berakhirnya seluruh kehidupan di dunia yang diikuti dengan hancurnya segala ciptaan Allah SWT.

    Apa yang dimaksud dengan dalil Aqli dan naqli mengenai kiamat Sugra?

    Dalil Aqli maupun Naqli mengenai kiamat sugra, sebagai sumber referensi dalam menyampaikan fakta ataupun saat beropini. 3. Tanda-tanda Kiamat Sugra Mengenali tanda-tanda atau ciri-ciri kiamat sugra yang terjadi di sekitar kita secara langsung maupun tidak langsung. 4. Contoh Peristiwa Kiamat Sugra

    Bencana alam (bahasa Inggris: Natural disaster), adalah suatu peristiwa alam yang mengakibatkan dampak besar bagi populasi manusia.[1] Peristiwa alam dapat berupa banjir, letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, tanah longsor, badai salju, kekeringan, hujan es, gelombang panas, hurikan, badai tropis, taifun, tornado, kebakaran liar dan wabah penyakit.[2] Beberapa bencana alam terjadi tidak secara alami.[2] Contohnya adalah kelaparan, yaitu kekurangan bahan pangan dalam jumlah besar yang disebabkan oleh kombinasi faktor manusia dan alam.[2] Dua jenis bencana alam yang diakibatkan oleh peristiwa di luar angkasa jarang mempengaruhi manusia, seperti asteroid dan badai matahari.[2]

    Sedangkan menurut UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. [3] Bencana alam antara lain berupa gempa bumi karena alam, letusan gunung berapi, angin topan, tanah longsor, kekeringan, kebakaran hutan/lahan karena faktor alam, hama penyakit tanaman, epidemi, wabah,kejadian luar biasa, dan kejadian antariksa/benda-benda angkasa.[3]

    Sejak masa lalu manusia telah menghadapi bencana alam yang berulang kali melenyapkan populasi mereka.[4] Pada zaman dahulu, manusia sangat rentan akan dampak bencana alam dikarenakan keyakinan bahwa bencana alam adalah hukuman dan simbol kemarahan dewa-dewa.[5] Semua peradaban kuno menghubungkan lingkungan tempat tinggal mereka dengan dewa atau tuhan yang dianggap manusia dapat memberikan kemakmuran maupun kehancuran.[5] Kata bencana dalam Bahasa Inggris "disaster" berasal dari kata Bahasa Latin "dis" yang bermakna "buruk" atau "kemalangan" dan "aster" yang bermakna "dari bintang-bintang".[1] Kedua kata tersebut jika dikombinasikan akan menghasilkan arti "kemalangan yang terjadi di bawah bintang", yang berasal dari keyakinan bahwa bintang dapat memprediksi suatu kejadian termasuk peristiwa yang buruk.[1]

     

    The Last Day of Pompeii (1833), lukisan karya Karl Briullov yang menceritakan letusan Gunung Vesuvius di Pompeii, tahun 79.

    Bencana alam yang dialami oleh manusia pada masa kuno tercatat dalam kitab suci, mitos, cerita-cerita rakyat,[6] Bencana alam yang terjadi pada zaman kuno umumnya diketahui secara jelas lewat catatan sejarah dan hasil penelitian arkeologi.[7] Beberapa di antaranya:

    • Wabah Antonine, penyakit yang menyebar pada masa Kekaisaran Romawi tahun 165 M -189 M.[4] Dinamakan demikian karena salah satu korbannya adalah Marcus Aurelius Antoninus, kaisar Romawi. Dinamakan juga Demam Galen karena didokumentasikan dengan baik oleh Galen, seorang dokter Yunani.[4] Sejarawan meyakini bahwa Demam Antonine tidak lain adalah wabah cacar air yang dibawa oleh para serdadu Romawi yang pulang berperang dari timur.[4] Akibat wabah ini lebih dari 5 juta orang tewas di Kekaisaran Romawi.[4] Seorang sejarawan bernama Dio Cassius menulis bahwa di Roma sendiri, hampir 2000 orang meninggal setiap harinya.[4]
    • Gempa Kreta dan Tsunami Alexandria, terjadi pada tanggal 21 Juli tahun 365.[8] Dimulai dengan gempa bumi besar yang terjadi di dasar Laut Tengah dekat Pulau Kreta, Yunani, dengan kekuatan diperkirakan mencapai 8 skala richter atau lebih.[8] Gempa ini menghancurkan hampir seluruh kota di pulau tersebut yang kemudian diikuti tsunami besar yang melanda Yunani, Libya, Siprus, Sisilia dan Mesir.[8] Catatan mengenai bencana alam ini paling baik terdokumentasikan di Alexandria (Iskandariah), Mesir.[8] Sejarawan Ammianus Marcellinus menuliskan dengan detail bagaimana air laut menghempas dan menghancurkan kota Alexandria.[8]
    • Letusan Gunung Vesuvius, terjadi pada tanggal 29 Agustus 79 di Teluk Napoli, Italia. Banjir lahar yang ditimbulkan Gunung Vesuvius mengubur kota Pompeii dan Herculaneum yang berdekatan.[8] Awalnya dimulai dengan gempa bumi namun diabaikan oleh warga kota tersebut.[8] Namun akhirnya menjadi lebih besar diiringi muntahan debu, banjir lahar dan asap yang membumbung tinggi.[8] Kota Pompeii dan Herculaneum ditemukan pada tahun 1631 setelah dilakukannya pembersihan oleh warga setempat. Pada abad ke-20, keberadaan kota ini secara jelas terkuak dengan jasad-jasad manusia yang telah menjadi fosil utuh.[8]
    • Erupsi Santorini, terjadi sekitar tahun 1645 SM.[9] Informasi bencana alam ini umumnya diketahui lewat penelitian arkeologi.[9] Diketahui bahwa tahun 1645 SM, gunung berapi yang meletus di Santorini menghancurkan permukiman di pulau tersebut beserta Pulau Kreta di dekatnya.[9] Pada zaman modern, sisa-sisa peradaban manusia yang lenyap akibat bencana tersebut telah ditemukan dan masih terus dipelajari.[9]
    • Gempa Bumi dan Tsunami Helike, terjadi pada tahun 375 SM.[9] Bencana alam ini mengakibatkan kota Helike yang berada di Teluk Korintus, Yunani tenggelam ke dasar laut.[9] Korban jiwa tak diketahui.[9] Penelitian terhadap reruntuhan permukiman manusia zaman itu mulai dilakukan sejak akhir abad ke-19 dengan penemuan reruntuhan kota, jalan-jalan dan artefak.[10]

    Bencana alam pada abad ke-20 sampai 21

     

    Pemanasan Global karena suhu yang meningkat drastis selama tahun 2000-2009.

    Pada abad ke-20, beberapa bencana alam yang paling umum adalah kelaparan dan wabah.[2] Sejak awal abad ke-20, lebih dari 70 juta orang tewas akibat kelaparan, dengan korban 30 juta orang tewas selama masa kelaparan di Cina pada periode tahun 1958-1961.[2] Di Uni Soviet, beberapa kali terjadi kelaparan yang diakibatkan kebijakan kolektif Stalin yang membunuh jutaan orang.[2] Dalam sejarah, kelaparan telah mengakibatkan munculnya sifat buruk manusia seperti kekejaman dan kanibalisme.[2] Bencana alam terburuk lainnya pada abad ke-20 adalah wabah.[2] Pandemi terburuk terutama adalah menularnya Flu Spanyol di seluruh dunia pada periode tahun 1918-1919 yang membunuh 50 juta orang, lebih banyak daripada korban Perang Dunia I yang terjadi sebelumnya.[2]

    Pada abad ke-21, bencana alam yang semakin banyak terjadi adalah bencana terkait iklim yang disebabkan meningkatnya suhu bumi (pemanasan global).[11] Pemanasan global menimbulkan dampak banjir, kekeringan, cuaca ekstrem dan musim yang tak bisa diramal.[11] Perubahan iklim berpotensi meningkatkan kemiskinan dan kerentanan dalam jumlah besar.[11] Pada saat yang sama bencana iklim semakin meningkat, lebih banyak manusia yang terkena dampaknya dikarenakan kemiskinan, kurangnya sumber daya, pertumbuhan populasi, pergerakan dan penempatan manusia ke daerah yang tidak menguntungkan.[11]

     

    Hurikan Katrina, 2005.

    Bencana alam dapat dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu bencana alam yang bersifat meteorologis, bencana alam yang bersifat geologis, wabah dan bencana dari ruang angkasa.[2]

    Bencana alam meteorologi

    Bencana alam meteorologi atau hidrometeorologi berhubungan dengan iklim.[12] Bencana ini umumnya tidak terjadi pada suatu tempat yang khusus, walaupun ada daerah-daerah yang menderita banjir musiman, kekeringan atau badai tropis (siklon, hurikan, taifun) dikenal terjadi pada daerah-daerah tertentu.[12] Bencana alam bersifat meteorologis seperti banjir dan kekeringan merupakan bencana alam yang paling banyak terjadi di seluruh dunia.[12] Beberapa di antaranya hanya terjadi suatu wilayah dengan iklim tertentu.[12] Misalnya hurikan terjadi hanya di Karibia, Amerika Tengah dan Amerika Selatan bagian utara.[5] Kekhawatiran terbesar pada abad modern adalah bencana yang disebabkan oleh pemanasan global.[12]

    Bencana alam geologi

     

    Letusan Gunung Merapi.

    Bencana alam geologi adalah bencana alam yang terjadi di permukaan bumi seperti gempa bumi, tsunami, tanah longsor dan gunung meletus.[12] Gempa bumi dan gunung meletus terjadi di hanya sepanjang jalur-jalur pertemuan lempeng tektonik di darat atau lantai samudera.[12] Contoh bencana alam geologi yang paling umum adalah gempa bumi, tsunami dan gunung meletus.[12] Gempa bumi terjadi karena gerakan lempeng tektonik.[12] Gempa bumi pada lantai samudera dapat memicu gelombang tsunami ke pesisir-pesisir yang jauh.[12] Gelombang yang disebabkan oleh peristiwa seismik memuncak pada ketinggian kurang dari 1 meter di laut lepas namun bergerak dengan kecepatan ratusan kilometer per jam.[12] Jadi saat mencapai perairan dangkal, tinggi gelombang dapat melampaui 10 meter.[12] Gunung meletus diawali oleh suatu periode aktivitas vulkanis seperti hujan abu, semburan gas beracun, banjir lahar dan muntahan batu-batuan.[12] Aliran lahar dapat berupa banjir lumpur atau kombinasi lumpur dan debu yang disebabkan mencairnya salju di puncak gunung, atau dapat disebabkan hujan lebat dan akumulasi material yang tidak stabil.[12]

    Wabah

    Wabah atau epidemi adalah penyakit menular yang menyebar melalui populasi manusia di dalam ruang lingkup yang besar, misalnya antarnegara atau seluruh dunia.[13] Contoh wabah terburuk yang memakan korban jiwa dalam jumlah besar adalah pandemi flu, cacar dan tuberkulosis.[13]

    Bencana alam dari ruang angkasa

    Bencana dari ruang angkasa adalah datangnya berbagai benda langit seperti asteroid atau gangguan badai matahari.[14] Meskipun dampak langsung asteroid yang berukuran kecil tidak berpengaruh besar, asteroid kecil tersebut berjumlah sangat banyak sehingga sangat berpotensi menabrak bumi.[14] Bencana ruang angkasa seperti asteroid dapat menjadi ancaman bagi negara-negara dengan penduduk yang banyak seperti Cina, India, Amerika Serikat, Jepang, dan Asia Tenggara.[14]

     

    Kehancuran fasilitas akibat Gempa bumi Haiti 2010.

    Bencana alam dapat mengakibatkan dampak yang merusak pada bidang ekonomi, sosial dan lingkungan.[15] Kerusakan infrastruktur dapat mengganggu aktivitas sosial, dampak dalam bidang sosial mencakup kematian, luka-luka, sakit, hilangnya tempat tinggal dan kekacauan komunitas, sementara kerusakan lingkungan dapat mencakup hancurnya hutan yang melindungi daratan.[15] Salah satu bencana alam yang menimbulkan dampak paling besar, misalnya gempa bumi. Selama 5 abad terakhir, gempa bumi telah menyebabkan lebih dari 5 juta orang tewas, 20 kali lebih banyak daripada korban gunung meletus.[12] Dalam hitungan detik dan menit, sejumlah korbanluka-luka yang sebagian besar tidak menyebabkan kematian, membutuhkan pertolongan medis segera dari fasilitas kesehatan yang sering kali tidak siap, rusak, atau runtuh karena gempa.[12] Bencana seperti tanah longsor pun dapat memakan korban yang signifikan pada komunitas manusia karena mencakup suatu wilayah tanpa ada peringatan terlebih dahulu dan dapat dipicu oleh bencana alam lain terutama gempa bumi, letusan gunung berapi, hujan lebat atau topan.[5]

    Manusia dianggap tidak berdaya pada bencana alam, bahkan sejak awal peradabannya.[4] Ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya manajemen darurat menyebabkan kerugian dalam bidang keuangan, struktural dan korban jiwa.[16] Kerugian yang dihasilkan tergantung pada kemampuan manusia untuk mencegah dan menghindari bencana serta daya tahannya.[16] Menurut Bankoff (2003): "bencana muncul bila bertemu dengan ketidakberdayaan".[16] Artinya adalah aktivitas alam yang berbahaya dapat berubah menjadi bencana alam apabila manusia tidak memiliki daya tahan yang kuat.[16]

     

    Konstruksi rumah yang menggunakan sistem pegas untuk persiapan terjadinya gempa bumi.

    Penanggulangan bencana alam atau mitigasi adalah upaya berkelanjutan untuk mengurangi dampak bencana terhadap manusia dan harta benda.[17] Lebih sedikit orang dan komunitas yang akan terkena dampak bencana alam dengan menggerakan program ini.[17] Perbedaan tingkat bencana yang dapat merusak dapat diatasi dengan menggerakan program mitigasi yang berbeda-beda sesuai dengan sifat masing-masing bencana alam.[17]

    Persiapan menghadapi bencana alam termasuk semua aktivitas yang dilakukan sebelum terdeteksinya tanda-tanda bencana agar bisa memfasilitasi pemakaian sumber daya alam yang tersedia, meminta bantuan dan serta rencana rehabilitasi dalam cara dan kemungkinan yang paling baik.[17] Kesiapan menghadapi bencana alam dimulai dari level komunitas lokal.[17] Jika sumber daya lokal kurang mencukupi, maka daerah tersebut dapat meminta bantuan ke tingkat nasional dan internasional.[17]

    Pada wilayah-wilayah yang memiliki tingkat bahaya tinggi ("hazard"), memiliki kerentanan/kerawanan ("vulnerability'"), bencana alam tidak memberi dampak yang luas jika masyarakat setempat memiliki ketahanan terhadap bencana ("disaster resilience").[16] Konsep ketahanan bencana merupakan valuasi kemampuan sistem dan infrastruktur-infrastruktur untuk mendeteksi, mencegah dan menangani tantangan-tantangan serius dari bencana alam.[16] Sistem ini memperkuat daerah rawan bencana yang memiliki jumlah penduduk yang besar.[16]

     

    Meulaboh, Aceh, pasca Gempa bumi Samudra Hindia 2004.

    Indonesia merupakan negara yang sangat rawan bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi, tanah longsor, banjir dan angin puting beliung.[18] Sekitar 13 persen gunung berapi dunia yang berada di kepulauan Indonesia berpotensi menimbulkan bencana alam dengan intensitas dan kekuatan yang berbeda-beda.[18]

    Gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia pada tahun 2004 yang memakan banyak korban jiwa di Provinsi Aceh (NAD) dan Sumatra Utara memaksa diadakannya upaya cepat untuk mendidik masyarakat agar dapat mempersiapkan diri dengan baik untuk menghadapi bencana alam.[18] Namun, upaya yang dilaksanakan tidak efektif karena persiapan menghadapi bencana alam belum menjadi mata pelajaran pokok dalam kurikulum di Indonesia.[18] Materi-materi pendidikan yang berhubungan dengan bencana alam juga tidak banyak.[18]

    Laporan Bencana Asia Pasifik 2010 menyatakan bahwa masyarakat di kawasan Asia Pasifik 4 kali lebih rentan terkena dampak bencana alam dibanding masyarakat di wilayah Afrika dan 25 kali lebih rentan daripada di Amerika Utara dan Eropa.[19] Laporan PBB tersebut memperkirakan bahwa lebih dari 18 juta jiwa terkena dampak bencana alam di Indonesia dari tahun 1980 sampai 2009.[19] Dari laporan yang sama Indonesia mendapat peringkat 4 sebagai salah satu negara yang paling rentan terkena dampak bencana alam di Asia Pasifik pada periode tahun 1980-2009.[19] Laporan Penilaian Global Tahun 2009 pada Reduksi Risiko Bencana juga memberikan peringkat yang tinggi untuk Indonesia pada level pengaruh bencana terhadap manusia – peringkat 3 dari 153 untuk gempa bumi dan 1 dari 265 untuk tsunami.[19]

    Walaupun perkembangan manajemen bencana di Indonesia meningkat pesat sejak bencana tsunami tahun 2004, berbagai bencana alam yang terjadi selanjutnya menunjukkan diperlukannya perbaikan yang lebih signifikan.[19] Daerah-daerah yang rentan bencana alam masih lemah dalam aplikasi sistem peringatan dini, kewaspadaan risiko bencana dan kecakapan manajemen bencana.[19] Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia yang dimulai tahun 2005, masih dalam tahap pengembangan.[19]

    Menurut kebijakan pemerintah Indonesia, para pejabat daerah dan provinsi diharuskan berada di garis depan dalam manajemen bencana alam.[19] Sementara Badan Nasional Penanggulangan Bencana dan tentara dapat membantu pada saat yang dibutuhkan.[19] Namun, kebijakan tersebut belum menciptakan perubahan sistematis di tingkat lokal.[19] Badan penanggulangan bencana daerah direncanakan di semua provinsi namun baru didirikan di 18 daerah.[19] Selain itu, kelemahan manajemen bencana di Indonesia salah satunya dikarenakan kurangnya sumber daya dan kecakapan pemerintah daerah yang masih bergantung kepada pemerintah pusat.[19]

    • Gunung Api Dekade Ini
    • Air Bah (mitologi)
    • Flu babi
    • SARS

    1. ^ a b c (Inggris)What are natural disasters?[pranala nonaktif permanen], clearlyexplained. Akses: 10-08-2011
    2. ^ a b c d e f g h i j k (Inggris)What is a Natural Disaster?, wisegeek. Akses: 10-08-2011
    3. ^ a b https://www.bnpb.go.id/ppid/file/UU_24_2007.pdf
    4. ^ a b c d e f g (Inggris)Five Natural Disasters of Ancient Times, associatedcontent. Akses: 10-08-2011
    5. ^ a b c d (Inggris)"Natural Disasters Coping with Calamity harvard review of Latin america" (PDF). ReVista. VI (2). 2007. Diakses tanggal 10-8-2011.  Parameter |month= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan); Periksa nilai tanggal di: |accessdate= (bantuan)[pranala nonaktif permanen]
    6. ^ (Indonesia)5 Bencana Alam Di Masa Lalu[pranala nonaktif permanen], uniknya. Akses: 10-08-2011
    7. ^ (Indonesia)Archaeology of Natural Disasters[pranala nonaktif permanen], about. Akses: 10-08-2011
    8. ^ a b c d e f g h i (Inggris)Five Natural Disasters of Ancient Times, associatedcontent. Akses: 10-08-2011
    9. ^ a b c d e f g (Inggris)Five Natural Disasters of Ancient Times, associatedcontent. Akses: 10-08-2011
    10. ^ (Inggris)Five Natural Disasters of Ancient Times, associatedcontent. Akses: 10-08-2011
    11. ^ a b c d (Inggris)Disasters increase as climate change bites[pranala nonaktif permanen], oxfam. Akses: 10-08-2011
    12. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p (Inggris)Chapter 61 Natural Disaster Mitigation and Relief, ncbi. Akses: 10-08-2011
    13. ^ a b (Inggris)What Is A Pandemic? What Is An Epidemic?, medicalnewstoday. Akses: 10-08-2011
    14. ^ a b c (Inggris)Bencana Terbesar dari Ruang Angkasa, kompas. Akses: 10-08-2011
    15. ^ a b (Inggris)Comparative Vulnerability to Natural Disasters in the Caribbean[pranala nonaktif permanen], mona.uwi.edu. Akses: 10-08-2011
    16. ^ a b c d e f g G. Bankoff, G. Frerks, D. Hilhorst (eds.) (2003). Mapping Vulnerability: Disasters, Development and People. ISBN ISBN 1-85383-964-7 Periksa nilai: invalid character |isbn= (bantuan). Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
    17. ^ a b c d e f (Inggris)Natural Disasters: Prepare, Mitigate, Manage Diarsipkan 2011-08-14 di Wayback Machine., csa. Akses: 10-08-2011
    18. ^ a b c d e (Inggris)Natural Disaster Preparedness and Education for Sustainable Development[pranala nonaktif permanen], unescobkk. Akses: 10-08-2011
    19. ^ a b c d e f g h i j k l (Inggris)Natural disasters in Indonesia: Strengthening disaster preparedness, eastasiaforum. Akses: 10-08-2011

    Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bencana_alam&oldid=19003198"