Permainan kucing dan tikus banyak menggunakan jenis gerak


Permainan kucing dan tikus banyak menggunakan jenis gerak


Salah satu jenis permainan ini merupakan permainan anak yang tidak menggunakan alat. Guru menyuruh siswa siswa berbaris berderet kebelakang. Satu baris paling banyak 10 orang. Deretan ini dapat dua atau tiga baris, tergantung jumlah siswa yang ada.

Permainan kucing dan tikus banyak menggunakan jenis gerak


Jumlah pemain dalam permainan kucing dan tikus adalah

·      2 ( dau ) orang siswa yang memerankan sebagai sepasang kucing

·      4 ( empat ) orang siswa yang memerankan sebagai seekor tikus

·      Siswa siswa yang lain berlaku sebagai semak-semak/ pagar

Sebelum permainan kucing dan tikus dimulai, guru terlebih dahulu menentukan siswa yang memerankan sebagai sepasang kucing dan 4 ekor tikus, sedang siswa yang lainnya berlaku sebagai semak-semak. Siswa siswa yang berlaku sebagai semak-semak saling bergandengan tangan satu sama lainnya membentuk barisan lurus atau lingkaran.

Semak-semak menghalangi kucing mengejar tikus, tetapi membiarkan tikus lolos dari semak-semak.

Tikus yang tertangkap berubah menjadi semak ikut bergandengan tangan, sedangkan tikus ysng menangkap tikus berubah menjadi kucing. Kucing yang tinggal, tetapi mengejar tikus sampai tikus tertangkap oleh kucing.

Permainan ini dilanjutkan dimana pemeran kucing dan tkius dimainkan oleh siswa yang berbeda dan saling bergiliran.

Demikian tadi suatu bentuk permainan anak tanpa menggunakan alat dan sangat mudah untuk dimainkan oleh anak-anak usia SD kelas I, II, dan III, dan semoga sangat bermanfaat bagi kita semua.

Terimakasih.


Ilustrasi Bermain (Sumber: Unsplash)

Keterampilan gerak dalam permainan kucing-kucingan dan tikus-tikusan membutuhkan beberapa teknik tertentu. Permainan ini awalnya berkembang di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Daerah Istimewa Yogyakarta.

Permainan kucing-kucingan ini menirukan gerakan kucing yang sedang saling berebut suatu benda. Artinya, permainan dengan peragaan yang di dalamnya berisi gerakan saling berebutan untuk dapat memiliki sesuatu tempat.

Lalu, permainan kucing-kucingan dan tikus-tikusan membutuhkan keterampilan gerak jalan dan lari.

Keterampilan Gerak dalam Permainan Kucing-kucingan dan Tikus-tikusan

Ilustrasi keterampilan gerak dalam permainan kucing-kucingan dan tikus-tikusan. (Pexels/Lukas)

Salah satu peserta menjadi “kucing”, kemudian bertugas untuk menyentuh peserta lain. Ketika kamu disentuh oleh peserta yang menjadi “kucing”, maka akan berperan sebagai “kucing”. Tugas kamu sekarang adalah menyentuh peserta lain.

2. Tentukan Peserta yang Menjadi Kucing

Pemain inilah yang pertama kali akan mengejar dan mencoba menyentuh peserta lain.

Tentukan batas area bermain agar peserta yang bukan “kucing” dan tidak bisa berlari terlalu jauh. Jika areanya semakin kecil, maka akan semakin sulit untuk menghindari peserta yang menjadi “kucing”.

Pilih tempat yang cocok digunakan untuk berlari dan aman apabila peserta terjatuh. Misalnya, lapangan berumput atau berpasir.

Ilustrasi Anak Bermain (Sumber: Unsplash)

Pohon, bangku, atau area yang ditandai dengan kerucut, bisa digunakan sebagai “zona aman”. Jika pemain berada di area ini, maka dia akan aman dari sentuhan peserta yang menjadi kucing. Namun, pemain tersebut juga tidak boleh terlalu lama berada di zona aman ini.

5. Berhitung untuk Memberi Waktu Bagi Peserta Lain Berlari

Peserta yang menjadi “kucing” akan berhitung sampai 10 untuk memberi waktu bagi peserta lain untuk menjauh. Setelah selesai berhitung, “kucing” akan berteriak “Mulai!” atau “Siap atau tidak, aku datang!” dan mulai mengejar peserta yang lain.

Peserta yang lain akan lari dan menghindari “kucing” tersebut. Jika kamu didekati oleh peserta yang menjadi “kucing,” cobalah berlari ke “zona aman.”

6. Pastikan untuk Tidak Menyentuh Pemain Lain dengan Terlalu Agresif

Jika ada salah satu pemain yang mendorong atau menyakiti pemain lain, keluarkan dia dari permainan karena perbuatannya itu salah dan bisa membahayakan.

7. Hentikan Permainan Setelah Semua Peserta Selesai Bermain

Setelah permainan usai, peserta yang terakhir menjadi kucing dinyatakan kalah. Tidak ada aturan yang menyatakan kapan permainan berakhir.

Sukirman Dharmamulyo dalam bukunya Permainan Tradisional Jawa (2008) menjelaskan, bahwa permainan kucing-kucingan berawal dari suatu perkumpulan.

Misalnya, lima orang anak berkumpul membentuk sebuah kelompok A, B, D dan E. Kelima orang anak tadi nantinya akan mengundi untuk menentukan siapa yang jadi kucing dengan cara hompimpah atau suit.

Itulah keterampilan gerak dalam permainan kucing-kucingan dan tikus-tikusan.