Permainan Modifikasi Olahraga

2.6 Prinsip Dasar Pengembangan Modifikasi Permainan dan Olahraga

Pada kenyataannya pembelajaran penjas di sekolah-sekolah umumnya disampaikan dalam bentuk permainan dan olahraga. Materi pembelajaran dalam bentuk olahraga atau permainan hendaknya diberikan secara bertahap sehingga esensi pokok pembelajaran permainan dapat dicapai oleh siswa. Untuk itu guru memiliki bekal pengetahuan dan keterampilan yang sangat berguna untuk meningkatkan optimalisasi belajar siswa Adang Suherman, 2000: 21. 2.6.1 Strategi Modifikasi Permainan Strategi pembelajaran permainan berbeda dengan strategi pembelajaran skill, namun bisa dipastikan bahwa keduanya harus melibatkan modifikasi atau pengembangan agar sesuai dengan prinsip body scalling ukuran fisik termasuk kemampuan fisik. Pada kenyataannya guru kurang membedakan penekanan tujuan pembelajaran dan skill Adang Suherman, 2000: 35. 2.6.2 Struktur Modifikasi Permainan Olahraga Menurut Adang Suherman, 2000: 31 Tahap dalam belajar bermain adalah mempelajari strategi dasar permainan. Sering kali para guru mengajar permainan secara khusus tetapi terkadang lupa sekaligus mengajar struktur permainannya. Untuk itu pembelajaran dapat dimodifikasi dengan cara mengurangi struktur permainan yang sebenarnya hingga pembelajaran strategi dasar bermain dapat diterima dengan relatif mudah oleh siswa. Modifikasi struktur permainan ini dapat dilakukan terhadap faktor : 1 Ukuran lapangan. 2 Bentuk, ukuran, dan jumlah peralatan yang digunakan. 3 Jenis skill yang digunakan. 4 Aturan. 5 Jumlah pemain. 2.6.3 Manfaat Modifikasi Gusril 2004:46-48 menyatakan bahwa modifikasi memiliki keuntungan dan keefektivitasan, yang meliputi: 1. Meningkatkan motivasi dan kesenangan siswa dalam pembelajaran Penjasorkes Orientasi pembelajaran olahraga dan permainan yang dimodifikasi ke dalam Penjas, yaitu: menimbulkan rasa senang game fun. Anak yang mengikuti pembelajaran dengan rasa senang, tentu akan mendorong motivasinya untuk berpartisipasi dalam mengikuti pembelajaran Penjas. Akhirnya anak akan memiliki kesempatan untuk aktif bergerak, sehingga tujuan pembelajaran untuk meningkatkan kebugaran anak akan tercapai. 2. Meningkatkan aktivitas belajar siswa Prinsip dalam modifikasi olahraga dan permainan adalah aktivitas belajar learning activities. Oleh karena itu dalam pembelajaran Penjasorkes, yang perlu ditekankan adalah memanfaatkan waktu dengan aktivitas gerak. Menurut Jones 1995 yang dikutip oleh Yoyo Bahagia, dkk. 2000:47 dalam pembelajaran Penjasorkes, guru harus dapat memanfaatkan 50 dari waktu yang tersedia dengan aktivitas gerak. Sebagai contoh apabila waktu yang tersedia dalam pembelajaran Penjasorkes diSekolah Dasar adalah 70 menit, maka 35 menit harus dimanfaatkan untuk aktivitas gerak anak. Berkaitan dengan hal ini, maka seorang guru harus bisa dituntut untuk mendesain pembelajaran Penjasorkes sedemikian rupa, baik materi, metode, dan organisasi pembelajaran yang efektif. 3. Meningkatkan hasil belajar siswa Seperti telah dikemukakan di atas, bahwa prinsip pembelajaran yang menggunakan modifikasi adalah aktivitas belajar dan kesenangan, memberikan kesempatan kepada siswa untuk beraktivitas tinggi dan memberikan pengalaman gerak yang banyak. Menurut Mutohir 2000:108 menyatakan bahwa modifikasi olahraga mendorong anak untuk melakukan tugas gerak dengan tingkat keberhasilan yang lebih tinggi ketimbang pendekatan tradisional. Apabila pengalaman gerak anak sudah banyak tentu akan memberikan kontribusi pada peningkatan kebugaran jasmani yang merupakan salah satu modal dasar dalam mendapatkan hasil belajar yang optimal. 4. Mengatasi kekurangan sarana dan prasarana Salah satu pendukung dalam proses pembelajaran Penjas adalah ketersediaan sarana dan prasarana yang ada. Sarana merupakan alat yang digunakan dalam Penjas, sedangkan prasarana menunjukkan kepada tempat atau lapangan yang digunakan dalam Penjas. Untuk menciptakan proses pembelajaran penjas yang berkualitas baik, maka diperlukan sarana dan prasarana yang memadai. Apabila ketersediaaan sarana dan prasarana tidak memadai, maka seorang guru perlu dituntut untuk berkreatifitas atau menciptakan suatu bentuk modifikasi untuk mengatasi permasalahan sarana dan prasarana tersebut. Sebagai contohnya, apabila di sekolah tidak memiliki lempar cakram. Maka untuk mengajarkan materi lempar cakram, bisa menggunakan ban bekas sebagai pengganti cakram yang akan digunakan.

2.7 Kerangka Berpikir