Perpaduan dua budaya yang menghasilkan budaya baru tanpa menghilangkan budaya lama disebut dengan

Tyas Wening Kamis, 5 November 2020 | 16:35 WIB

Perpaduan dua budaya yang menghasilkan budaya baru tanpa menghilangkan budaya lama disebut dengan

Wayang merupakan salah satu bentuk akulturasi (Creative Commons/Tri Sulis Tiyani)

Bobo.id - Berkaitan dengan budaya, ada istilah akulturasi dan asimilasi. Siapa yang sudah pernah mengdengar mengenai dua istilah ini?

Sebagai negara kepulauan, Indonesia juga terdiri dari berbagai suku yang tinggal di pulau-pulau yang berbeda.

Hal ini membuat budaya di Indonesia sangat beragam, teman-teman.

Ada tarian, lagu daerah, bahasa, baju adat, rumah adat, berbagai upacara, dan makanan yang menjadi ciri khas atau budaya masing-masing daerah.

Nah, dari keberagaman budaya ini, ada yang disebut dengan akulturasi dan asimilasi.

Baca Juga: Inilah Keistimewaan Perahu Kora-Kora Bagi Masyarakat Maluku

Apakah teman-teman tahu apa yang dimaksud akulturasi dan asimilasi, serta hubungannya dengan kebudayaan?

Kita cari tahu mengenai akulturasi dan asimilasi, yuk!


Page 2


Page 3

Perpaduan dua budaya yang menghasilkan budaya baru tanpa menghilangkan budaya lama disebut dengan

Creative Commons/Tri Sulis Tiyani

Wayang merupakan salah satu bentuk akulturasi

Bobo.id - Berkaitan dengan budaya, ada istilah akulturasi dan asimilasi. Siapa yang sudah pernah mengdengar mengenai dua istilah ini?

Sebagai negara kepulauan, Indonesia juga terdiri dari berbagai suku yang tinggal di pulau-pulau yang berbeda.

Hal ini membuat budaya di Indonesia sangat beragam, teman-teman.

Ada tarian, lagu daerah, bahasa, baju adat, rumah adat, berbagai upacara, dan makanan yang menjadi ciri khas atau budaya masing-masing daerah.

Nah, dari keberagaman budaya ini, ada yang disebut dengan akulturasi dan asimilasi.

Baca Juga: Inilah Keistimewaan Perahu Kora-Kora Bagi Masyarakat Maluku

Apakah teman-teman tahu apa yang dimaksud akulturasi dan asimilasi, serta hubungannya dengan kebudayaan?

Kita cari tahu mengenai akulturasi dan asimilasi, yuk!

tirto.id - Asimilasi adalah proses adaptasi dua kebudayaan yang melahirkan budaya baru, sedangkan akulturasi adalah proses adaptasi dengan tetap mempertahankan kebudayaan lama.

Persinggungan dari berbagai perbedaan yang ada menjadikan suatu ketertarikan untuk bisa melakukan proses adaptasi ke dalam berbagai bentuk kebudayaan. Hal tersebut didasarkan oleh kemajuan zaman dan juga kebutuhan dari masing-masing kelompok untuk bisa bertahan dan juga dapat terus berkembang.

Perbedaan Akulturasi dan Asimilasi

Proses akulturasi dan asimilasi merupakan suatu cara untuk tiap kelompok dapat mengembangkan dan juga mempertahankan kebudayaannya. Hal tersebut dilakukan dengan melakukan pengembangan maupun pembaruan sistem dengan kelompok sosial lain.

Proses ini menurut Dr. Trina Harlow juga dianggap sebagai cara untuk mempertahankan budaya sendiri sekaligus belajar memahami keberadaan budaya lain. Namun, dari kedua proses tersebut terdapat berbagai perbedaan antara akulturasi dan asimilasi.

Akulturasi

Menurut sosiolog Gillin dan Raimy akulturasi adalah proses budaya dalam suatu masyarakat yang dimodifikasi dengan budaya lain. Terjadinya proses ini diakibatkan dari aktivitas kontak sosial dengan budaya lain yang berdampak pada munculnya proses akulturasi.

Secara lebih luas, akulturasi adalah proses adaptasi kebudayaan dengan tetap mempertahankan kebudayaan lama. Sehingga proses ini tidak berjalan secara tunggal, melainkan terjadi secara dinamis.

Baca juga: Contoh Asimilasi dan Akulturasi di Indonesia Beserta Penjelasannya

Sedangkan sosiolog Dr. Trina Harlow mencontohkan proses akulturasi seperti sebuah mangkuk salad. Ibaratnya di dalam mangkuk itu berisikan berbagai jenis bahan makanan yang masing-masing tetap independen tetapi bercampur dan meningkatkan posisi satu sama lain.

Terkait dengan prosesnya, terdapat berbagai perdebatan teori apakah proses ini dilakukan oleh individu ataupun kelompok. Menurut Devereux dan Loeb, akulturasi merupakan proses kelompok tanpa mengacu pada peran individu. Hal tersebut karena kelompok dijadikan sebagai kepentingan konstituen dalam suatu budaya.

Sedangkan menurut Dohrewen dan Smith mengatakan bahwa meskipun kelompok sebagai elemen penting dalam akulturasi, tetapi memiliki pengaruh terhadap peluang akulturasi individu.

Keseluruhan perdebatan tersebut ditegaskan kembali oleh Gillin dan Raimy, dan Eaton bahwa pada akhirnya akulturasi dapat terjadi pada keduanya, baik individu maupun kelompok.

Dalam analisis tingkat kelompok, akulturasi mungkin menunjukkan perubahan orientasi nilai dan juga adopsi nilai-nilai kelompok lain. Akan tetapi hal tersebut bukanlah kondisi utama yang diperlukan agar akulturasi bisa diciptakan. Melainkan hal tersebut diciptakan melalui nilai dan sikap yang dilakukan tanpa paksaan.

Contoh alkuturasi dalam bidang arsitektur atau bangunan antara lain, bangunan keraton yang merupakan perpaduan antara gaya arsitektur Jawa, Eropa, Arab, dan China.

Asimilasi

Sedangkan menurut Raymond H. C. Teske, Jr.dan Bardin H. Nelson, akulturasi dan asimilasi merupakan suatu proses terpisah. Menurut mereka, asimilasi adalah suatu proses penggabungan dua kebudayaan berbeda menjadi suatu kebudayaan baru. Proses ini juga dapat diartikan sebagai suatu peleburan budaya dengan menghilangkan budaya asli menjadi suatu budaya baru yang lebih dominan.

Jika kita melihat perbedayaannya, akulturasi tidak membutuhkan penerimaan dari luar kelompok, sedangkan asimilasi memerlukan penerimaan karena merupakan suatu budaya baru atas peleburan dari dua kebudayaan lama. Kemudian, asimilasi juga membutuhkan orientasi positif terhadap luar kelompok. Secara lebih lanjut, juga membutuhkan adanya identifikasi dengan kelompok luar.

Contoh asimilasi dapat dilihat dalam penggunaan bahasa Inggris dalam kehidupan sehari-hari, misalnya anak muda yang kerap menggunakan kata "sorry" daripada "maaf".

Baca juga: Apa Itu Stratifikasi Sosial: Definisi, Penyebab, Teori di Sosiologi

Baca juga artikel terkait SOSIOLOGI atau tulisan menarik lainnya Muhammad Ibnu Azzulfa
(tirto.id - mia/agu)


Penulis: Muhammad Ibnu Azzulfa
Editor: Agung DH
Kontributor: Muhammad Ibnu Azzulfa

Subscribe for updates Unsubscribe from updates

Akulturasi adalah proses perpaduan antara dua kebudayaan atau lebih sehingga melahirkan bentuk kebudayaan baru oleh suatu kelompok masyarakat tanpa menghilangkan ciri khas kebudayaan masyarakat itu sendiri.

Menurut Koentjaraningrat, akulturasi adalah proses sosial yang terjadi bila kelompok sosial dengan kebudayaan tertentu dihadapkan pada kebudayaan asing yang berbeda. Proses sosial itu akan berlangsung hingga unsur kebudayaan asing itu diterima masyarakat dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri.

Leininger mendefinisikan bahwa akulturasi adalah proses dimana seorang individu atau kelompok dari budaya A belajar bagaimana untuk mengambil nilai-nilai, perilaku, norma, dan gaya hidup budaya B.

Robert Redfield dan kawan-kawan mendefinisikan bahwa akulturasi adalah sebuah dari berbagai fenomena yang dapat timbul ketika adanya kelompok-kelompok individu yang memiliki perbedaan budaya asli dari salah satunya atau kedua kelompok.

Menurut Soerjono Soekanto, arti akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul apabila suatu kelompok masyarakat dengan suatu kebudayaannya dihadapkan pada unsur-unsur kebudayaan asing di mana unsur-unsur kebudayaan asing tersebut lambat laun melebur ke dalam kebudayaan asli dengan tidak menghilangkan kepribadian kedua unsur kebudayaan tersebut.

Pengertian Akulturasi Budaya

Akulturasi budaya adalah suatu proses sosial yang muncul ketika sekelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Berdasarkan buku Prasangka Agama dan Etnik, proses akulturasi budaya sejatinya adalah jalan tengah dari adanya heterogenitas masyarakat.

Advertising

Advertising

Koentjaraningrat menjelaskan bahwa akulturasi budaya adalah suatu proses, ketika sekelompok orang dengan budaya tertentu menghadapi elemen budaya asing yang akan diterima dan diproses menjadi budaya mereka sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kebudayaan itu sendiri.

Baca Juga

Mengutip buku Komunikasi Lintas Budaya, proses akulturasi budaya dalam masyarakat dapat terjadi dalam waktu yang singkat atau lama. Akulturasi terjadi dalam waktu yang lama apabila masuknya melalui proses pemaksaan yang berpotensi menimbulkan konflik sosial.

Sebaliknya, jika proses akulturasi terjadi secara damai, maka akan berlangsung secara cepat. Hasil proses akulturasi budaya lebih didasarkan pada kekuatan setiap budaya. Semakin kuat suatu budaya maka semakin cepat memengaruhi budaya lainnya.

Contoh proses akulturasi terlihat di daerah transmigrasi. Terjadinya transmigrasi di suatu daerah menyebabkan beberapa suku bangsa bertemu sehingga timbul akulturasi. Dalam proses akulturasi, terdapat persamaan dan perbedaan antar suku sehingga pada akhirnya budaya yang lebih kuat memiliki peran besar dalam proses akulturasi.

Baca Juga

Dalam buku Komunikasi Lintas Budaya dijelaskan, terdapat dua faktor pendorong terjadinya akulturasi, yaitu faktor internal dan eksternal.

1. Faktor Internal

Faktor internal pendorong terjadinya akulturasi bersumber dari dalam masyarakat. Contohnya, penemuan-penemuan baru di berbagai bidang yang memengaruhi kehidupan masyarakat.

Adanya inovasi berdampak pada kemunculan atau pergantian penemuan baru. Dalam bidang politik, terjadinya pemberontakan atau revolusi pada suatu negara merupakan contoh faktor internal pendorong akulturasi.

Baca Juga

Faktor eksternal pendorong terjadinya akulturasi bersumber dari luar masyarakat. Faktor ini kemudian memengaruhi dan mengubah tatanan masyarakat. Contohnya saat terjadi perang pada suatu negara.

Jenis-Jenis Akulturasi

Koentjaraningrat (1996) membedakan jenis-jenis akulturasi sebagai berikut.

  • Substitusi: Suatu proses penggantian unsur budaya yang lama diganti dengan unsur budaya yang baru dengan memberikan nilai tambah bagi penggunanya.
  • Sinkretisme: Proses terbentuknya suatu sistem baru akibat perpaduan unsur budaya lama dengan unsur budaya baru. Sinkretisme ini biasanya terjadi pada sistem keagamaan.
  • Penambahan: Proses pemberian nilai tambah terhadap unsur budaya lama dengan unsur budaya baru.
  • Penggantian: Proses akulturasi di mana unsur budaya yang lama digantikan dengan unsur budaya baru. Contohnya, delman yang diganti oleh angkutan umum.
  • Originasi: Proses masuknya unsur budaya baru yang memberikan perubahan besar dalam kehidupan masyarakat. Contohnya, listrik yang disalurkan untuk desa terpencil.
  • Penolakan: Penolakan terhadap budaya yang baru karena dianggap memberikan dampak negatif di mana masyarakat tidak siap atau tidak setuju dengan pembauran budaya tersebut.

Baca Juga

Contoh akulturasi dapat ditemui pada kuliner Palembang. Merujuk buku Tinjauan Historis Akulturasi Budaya Dalam Kuliner Palembang Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah, kuliner Padang merupakan perpaduan antara makanan Arab dengan Melayu Palembang, seperti nasi mandhi dengan nasi minyak.

Akulturasi yang ada di Palembang terjadi karena hubungan dagang pada masa kerajaan Sriwijaya yang memiliki berbagai kontak di pelabuhan. Akibatnya, banyak bangsa dari luar yang singgah dan berlabuh di Palembang.

Pada masa kerajaan Sriwijaya, banyak bangsa Cina, Arab, dan bangsa lain yang datang untuk berdagang. Kemudian, Belanda dan Jepang turut datang ke Palembang terutama pada masa Kesultanan Palembang Darussalam sehingga terjadi akulturasi.

Baca Juga

Contoh akulturasi lain adalah bentuk bangunan menara Masjid Kudus di Jawa Tengan dengan Balai Kulkul di Pura Taman Ayun Bali. Menurut buku Sejarah Indonesia Periode Islam, menara Masjid Kudus yang memiliki bentuk dan struktur bangunan yang mirip dengan Balai Kulkul di Pura Taman Ayun.

Kulkul memiliki fungsi yang sama dengan menara, yakni memberi informasi atau tanda kepada masyarakat mengenai kegiatan suci atau yang lain.