PERTANYAAN tentang arkeologi

KOMPAS.com - Ilmu arkeologi mengkaji kehidupan manusia serta kebudayaan di masa lampau. Teknik penelitiannya dilakukan dengan survei dan penggalian atau ekskavasi.

Sebagai salah satu cabang ilmu, arkeologi melakukan pengkajian dengan cara menemukan, mendokumentasikan, menganalisis serta mengintepretasi data, berupa artefak, ekofak dan fitur.

Pengertian ilmu arkeologi

DalamKamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arkeologi diartikan sebagai ilmu yang mengkaji kehidupan serta kebudayaan kuno lewat benda peninggalannya, seperti peralatan rumah tangga dan patung.

Ilmu arkeologi dalam bahasa Inggris disebut sebagaiarchaeology atauarcheology. Melansir dariEncyclopaedia Britannica(2015),archaeologymerupakan kajian studi ilmiah mengenai sisa materi kehidupan dan aktivitas manusia di masa lampau.

Arkeologi memegang peranan penting sebagai sumber utama pengetahuan budaya prasejarah yang bersifat kuno dan mungkin sudah punah.

Menurut A. Nurkidam dan Hasmiah Herawaty dalam bukuArkeologi sebagai Suatu Pengantar (2019), secara etimologi kata arkeologi berasal dari Bahasa Yunani,archeo danlogos.Archeo berarti kuno danlogos berarti ilmu.

Sedangkan jika dilihat dari sisi terminologinya, arkeologi diartikan sebagai kajian studi aspek sosial dan kebudayaan di masa lampau melalui sisa material yang ditemukan, tujuannya untuk menyusun serta menguraikan kejadian tersebut.

Baca juga: Bedanya Ilmu dan Pengetahuan

Sejarah ilmu arkeologi

Berdasarkan catatan sejarah, pada abad ke-6 Sebelum Masehi atau sekitar 556 Sebelum Masehi hingga 539 Sebelum Masehi, Raja Neo Babilonia bernama Nabonidus beserta putrinya melakukan penggalian peninggalan masyarakat berupa kuil di masa kuno. Tujuan penggalian ini untuk melihat fondasi bangunan kuno di masa lampau.

Pada abad ke-5 Sebelum Masehi, Herodotus, sarjana dari Yunani, mengumpulkan data dan mengobservasi adat kebiasaan bangsa Mesir Kuno, Scythia, Yunani dan Persia, secara etnografis. Hingga saat ini, Herodotus dikenal sebagai bapak antropologi dan sejarah.

Selama berabad-abad, etnografis menjadi cara utama pengumpulan data penelitian di masa lampau. Arkeologi mulai dikenal pada abad Renaissance. Saat itu, banyak ahli mempelajari bangunan monumen kuno di Yunani dan Italia.

Hingga 1840, arkeologi belum menjadi bagian dari disiplin ilmiah. Namun, arkeologi terus berkembang sebagai metode pengumpulan data kuno. Akhirnya arkeologi dikenal sebagai salah satu cabang keilmuan yang membawa banyak manfaat.

Tujuan ilmu arkeologi

Dalam jurnalPusat Kajian dan Penelitian Arkeologi Kalimantan Barat (2013) karya Benson Manalu, secara garis besar ilmu arkeologi bertujuan untuk mendapatkan data akurat tentang kehidupan di masa lampau.

Baca juga: Metode Pendekatan dalam Ilmu Antropologi

Jika dijabarkan, ilmu arkeologi memiliki tiga tujuan utama, yaitu:

  1. Menggambarkan kembali sejarah kebudayaan masyarakat di masa lampau.
  2. Menggambarkan kembali cara hidup masyarakat di masa lampau.
  3. Menggambarkan kembali proses perubahan budaya di masa lampau.

Manfaat ilmu arkeologi

Arkeologi sebagai salah satu cabang ilmu, bermanfaat untuk memberi gambaran kepada masyarakat tentang bagaimana kehidupan di masa lampau. Ilmu ini juga bermanfaat untuk memberi pengetahuan mengenai peradaban manusia.

Ilmu arkeologi membantu manusia dalam mendapat pengetahuan serta mengerti bagaimana asal muasalnya serta peristiwa apa saja yang terjadi.

Tahapan penelitian arkeologi

Dilansir dariMuseum of Ontario Archaeology, penelitian arkeologi dibagi menjadi empat tahapan besar, yaitu:

  • Pengumpulan data

Pada tahap ini arkeolog akan berusaha memperoleh gambaran tentang potensi data di daerah situs arkeologi. Tahap ini juga dilakukan dengan mempelajari peta serta catatan bersejarah yang berkaitan dengan situs tersebut.

Pengumpulan data juga meliputi proses survei atau pengamatan di daerah situs arkeologi. Selain survei, pengumpulan data juga sering dilakukan dengan ekskavasi atau penggalian tanah secara sistematik.

Baca juga: Etnografi dalam Ilmu Antropologi

  • Pengolahan data

Setelah tahap pertama, data yang dikumpulkan biasanya berbentuk artefak (benda arkeologi peninggalan bersejarah), ekofak (benda yang menjadi bagian kehidupan manusia yang tidak mengalami perubahan), dan atau fitur (benda arkeologi yang tidak bisa dilepaskan dari situs arkeologi).

Pada tahap kedua, data harus dikategorikan ke dalam kelompok yang telah ditentukan. Contohnya diberi penomoran dan diinventarisasikan sesuai dengan kategorinya. Pengkategorian ini bertujuan untuk memudahkan proses analisis data di tahap berikutnya.

  • Analisis data

Seusai data diolah, tahap selanjutnya ialah dianalisis. Tahapan analisis dilakukan dengan mencari hubungan atau keterkaitan antara temuan data. Keterkaitan ini bisa dilihat dari teknik pembuatan, ukuran, warna, hiasan, bekas pemakaian ataupun hal lainnya.

Proses analisis data memakan waktu yang cukup lama, karena bisa jadi temuan data tersebut sudah banyak yang rusak. Proses ini juga membutuhkan kesabaran dan ketelitian yang luar biasa dalam mengamati setiap detail-nya.

  • Publikasi data

Tahap terakhir ialah pelaporan dan publikasi data. Pelaporan berarti bentuk pertanggungjawaban dari sisi akademisnya. Sedangkan untuk publikasi data bertujuan untuk memberi tahu kepada masyarakat tentang hasil temuan dan analisisnya.

Publikasi data bisa dilakukan lewat penerbitan buku dan atau jurnal. Selain itu, juga bisa dilakukan dengan melaksanakan pameran publikasi foto dan video .

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.