Puncak kejayaan kerajaan majapahit dicapai pada masa raja

Puncak kejayaan kerajaan majapahit dicapai pada masa raja
Candi peninggalan Majapahit. ©2021 Merdeka.com/indonesia.go.id

JATIM | 6 Juli 2021 09:15 Reporter : Rizka Nur Laily M

Merdeka.com - Puncak kejayaan Kerajaan Majapahit terjadi di bawah kepemimpinan Raja Hayam Wuruk. Saat itu, Majapahit juga memiliki patih yang sangat bisa diandalkan yakni Gajah Mada. Raja Hayam Wuruk naik takhta pada tahun 1350 M.

Patih Gajah Mada dengan gagasan politik nusantara akhirnya menundukkan satu per satu daerah yang belum bernaung di bawah panji kekuasaan Majapahit. Bahkan, pengaruh kekuasaan dan kerja sama Majapahit meluas hingga ke luar Nusantara. Majapahit melakukan kerja sama dengan kerajaan lain seperti Malaya, Siam, Ayuthia, Lagor, Siam, Singapura, Campa, kambodia, Anam, India, dan Cina.

2 dari 5 halaman

Pada pemerintahan Raja Hayam Wuruk, kehidupan masyarakat sudah sangat maju dan teratur. Para pemeluk agama Buddha dan Hindu Saiwa hidup berdampingan secara damai, sebagaimana mengutip dari Buletin Arkeologi DEWARNAMA edisi IV tahun 2007.

Bahkan dalam struktur pemerintahan Kerajaan Majapahit terdapat jabatan bagi pendeta Budha yaitu dharmadhyaksa kasogatan/Buddha dharmadliyaksa dan pendeta Hindu Saiwa, yaitu dharmadhyaksa kasaiwan/Saiwa dharmadhyaksa. Mereka merupakan pengawas tertinggi mandala di daerah yang menjadi milik keluarga ulama dan agama masing-masing.

3 dari 5 halaman

Puncak kejayaan kerajaan majapahit dicapai pada masa raja
©2021 Merdeka.com/jawatimuran.disperpusip.jatimprov.go.id

Dalam bidang pemerintahan juga menunjukkan keteraturan dengan adanya jabatan-jabatan fungsional, seperti para pegawai tingkat tinggi (pejabat tinggi) yaitu: tiga orang mantri besar (mandarin-mandarin) Hino, Sirikan, dan Halu. Lalu, di bawahnya ada jabatan Tumenggung, Demang, Kanuruhan, Rangga merupakan kepala departemen bagian sipil, serta Juru Pengatasan alias kepala bagian militer.

Selanjutnya, untuk jabatan pengadilan yang bersifat religius adalah dua orang dharmadhyaksa (Saiwa dan Buddha) yang dibantu tujuh orang uppapati. Kemudian, ada jabatan Mantri bhujangga (cendekiawan) yang berkecimpung dalam berbagai cabang ilmu. Mantri bhujangga diharapkan bisa memberikan nasehat duniawi dan memberi tuntunan rohaniyah.

Lalu, sebagai pelaksana ditingkat bawah ada berbagai pangkat tengahan dan rendahan seperti mantra (mandarin atau pembesar), para tanda (kepala jawatan), para gusti (kepala rendahan), dan wadyahaji.

Bhayangkari yang bertugas menjaga pintu gerbang lingkungan istana merupakan pengawal pribadi raja. Kemudian, pasukan pengatasan yang tak lain adalah kekuatan militer berada di bawah perintah raja.

Seluruh struktur tersebut diperkuat dengan adanya jabatan di daerah bawahan yang disebut bangsawan daerah (mantri akuwu ring pinggir). Bangsawan daerah ini terdiri dari gubernur (adhipati).

4 dari 5 halaman

Tak hanya itu, masa kejayaan Majapahit juga ditandai dengan kebudayaannya yang sangat maju. Bahkan, hasil kebudayaan tersebut masih bisa ditemukan hingga hari ini.

Hasil-hasil kebudayaan yang dimaksud antara lain seni bangunan/arsitektur, seni kriya (patung dan handycraft), seni pertunjukan. Selain itu juga banyak karya sastra bernilai tinggi yang ditulis oleh para pujangga. Di antaranya:

Kitab Nagarakartagama (desawamana) yang ditulis oleh Mpu Prapanca pada masa pemerintahan Hayam Wuruk dan diselesaikan pada tahun 1365.

Kakawin Arjunawijaya ditulis oleh Mpu Tantular pada masa pemerintahan Raja Rajasanagara (Hayam Wuruk) 1350 -1389 M.

Kakawin Sutasoma ditulis oleh Mpu Tantular di bawah lindungan Sri Ranamanggala pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk, yakni sekitar tahun 1385 M.

Kakawin Lubdhaka (Siwaratrikalpa) ditulis oleh Mpu Tanakung pada pertengahan abad XV di bawah lindungan Sri Adisuraprabhawa.

Kakawin Kunjarakarna Dharmakathana ditulis oleh seorang pujangga yang menamakan diri Mpu Dusun.

Kakawin Banawa Sekar ditulis oleh Mpu Tanakung.

Kakawain Wrttasancaya ditulis oleh Mpu Tanakung.

5 dari 5 halaman

Puncak kejayaan kerajaan majapahit dicapai pada masa raja
©2014 merdeka.com/fikri faqih

Dari masa kejayaan Majapahit, terdapat tiga mutiara yang diwariskan sebagai pusaka bangsa Indonesia.

Pertama, Bendera Merah Putih yang merujuk pada Tunggul Bang Tawan Putih dari prasasti Kudadu. Kedua, Wawasan Nusantara (Dwipa Mandala). Selanjutnya, Bhinneka Tunggal Ika (Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa) dalam Kakawin Sutasoma karya Mpu Tantular.

(mdk/rka)

Masa Kejayaan Kerajaan Majapahit Secara Lengkap - Seperti yang kita ketahui, setiap kerajaan pasti akan mengalami masa pembentukan awal, masa perkembangan, kejayaan, dan keruntuhan. Nah pada kesempatan kali ini, kita akan mengulas tentang sejarah masa kejayaan Kerajaan Majapahit berdasarkan perkembangan ekonomi dan budaya secara lengkap dan jelas.

Berdasarkan sumber yang penulis dapatkan dari buku "Sejarah Nasional Indonesia Jilid II", Kerajaan Majapahit mencapai puncak kejayaan pada saat pemerintahan raja ke 4 yaitu bernama Hayam Wuruk. Selama raja Hayam Wuruk berkuasa yaitu tahun 1350 sampai tahun 1389 Masehi atau sekitar 39 tahun, ia berhasil membuat Kerajaan Majapahit dapat menguasai sebagian besar wilayah di Asia Nusantara.

Kejayaan Kerajaan Majapahit dipimpin oleh Hayam Wuruk ditandai dengan berhasilnya menguasai beberapa daerah seperti Sumatra, Borneo, Semenanjung Malaya, Bali dan hingga Filipina yang berada di luar nusantara. Begitu luasnya kekuasaan Kerajaan Majapahit membuat kerajaan ini bisa dikatakan sebagai kerajaan yang paling besar dalam sejarah Kerajaan di Nusantara/Indonesia.

Baca Juga : Letak Kerajaan Majapahit Berdasarkan Bukti

Puncak kejayaan kerajaan majapahit dicapai pada masa raja
Bukti Masa Kejayaan Kerajaan Majapahit

Kejayaan Kerajaan Majapahit saat pemerintahan raja Hayam Wuruk tidak lepas dari peran patihnya saat itu, yakni Patih Gajah Mada. Ia merupakan tokoh yang cukup dikenal sampai sekarang, Gajah Mada bahkan mengeluarkan sumpah bernama "Sumpah Palapa", dengan tujuan mempersatukan Nusantara.

Baca Juga : Kisah Hidup Patih Gajah Mada dan Mitos Makamnya

Selain Peran Gajah Mada dalam masa Kejayaan Kerajaan Majapahit untuk menyatukan seluruh Nusantara. Ada dua faktor lain pada perkembangan kerajaan ini sehingga mencapai kejayaan, yaitu faktor ekonomi dan budaya. Berikut ini Penjelasannya.

Pada bidang ekonomi, masa kejayaan Kerajaan Majapahit ditandai dengan kehidupan perekonomian yang sudah sangat maju dan berkembang pesat. Penduduk Majapahit rata-rata mata pencaharian sebagai petani, selain bertani mereka juga melakukan aktivitas perdagangan. Kemajuan ditandai dengan dijadikannya Kerajaan ini sebagai pusat bagi para pedagang-pedagang dari Cina maupun India untuk bertransaksi atau bisa disebut sebagai pusat pertemuan antara pedagang tersebut. Dari hal ini lah perekonomian berkembang pesat sehingga masa kejayaan dapat tercapai.

Para pedagang dari Kerajaan Majapahit mengekspor beberapa hasil bumi seperti garam, kain, lada dan rempah-rempah lain yang dihasilkan. Kemudian mereka juga mengimpor kebutuhan-kebutuhan yang tidak dapat dihasilkan, seperti emas, porselen dan perak. Kejayaan Kerajaan Majapahit ditandai juga dengan sudah menggunakan mata uang dari logam untuk kegiatan transaksi perdagangan.

Selengkapnya : Kehidupan Ekonomi Kerajaan Majapahit

Selanjutnya kejayaan dalam bidang budaya. Kebudayaan yang dianut masyarakat kerajaan Majapahit adalah kebudayaan Hindu. Peninggalan budaya berupa candi-candi seperti Candi Bajangratu dan Candi Tikus. Kemajuan dari bidang budaya bisa terlihat dari candi-candi tersebut, masyarakat sudah menggunakan bahan yang bagus untuk pembuatan candi, yaitu menggunakan batu bata dan perekat getah pohon dan gula.


Baca Selanjutnya :

Itulah pembahasan mengenai masa Kejayaan Kerajaan Majapahit secara lengkap dan jelas, semoga berguna bagi pembaca. Sekian, terimakasih dan jangan lupa baca artikel lainnya.

Share ke teman kamu:

Tags :

tirto.id - Sejarah Hayam Wuruk erat kaitannya dengan kisah masa kejayaan kerajaan Majapahit. Hayam Wuruk adalah raja keempat dalam sejarah Kerajaan Majapahit. Bergelar Sri Rajasanegara, ia memimpin Majapahit sejak tahun 1350 hingga 1389 Masehi. Bersama Mahapatih Gajah Mada, Prabu Hayam Wuruk membawa Majapahit mencapai masa kejayaan, termasuk menyatukan sebagian besar wilayah Nusantara.

Sejarah Hayam Wuruk


Dikutip dari hasil penelitian Beni Suprianto dan Santi Sidhartani bertajuk "Karakter Tokoh Hayam Wuruk" yang terhimpun dalam Jurnal Visual Heritage (Volume 1, 2019), Hayam Wuruk adalah putra dari Tribhuwana Tunggadewi dan Sri Khertawardhana.


Nama Hayam Wuruk bermakna “ayam terpelajar”. Saat ia dilahirkan, alam menyambutnya dengan terjadinya gempa bumi, hujan lebat, dan meletusnya Gunung Kelud di Jawa Timur.

Tulisan Agus Susilo dan Andriana Sofiarini bertajuk "Gajah Mada Sang Mahapatih Pemersatu Nusantara di Bawah Majapahit Tahun 1336 M-1359 M" dalam Jurnal Pendidikan Sejarah dan Riset Sosial Humaniora atau KAGANGA (Volume 1, 2018) menyebutkan, Gajah Mada mengucapkan Sumpah Amukti Palapa di hadapan Ratu Tribhuwana Tunggadewi saat Hayam Wuruk baru saja dilahirkan.


Hayam Wuruk merupakan sosok yang pemberani dan tegas. Ia juga memiliki keahlian dalam bidang pemerintahan. Inilah yang kemudian membawanya sukses membawa Imperium Majapahit mencapai masa kejayaan.

Masa Kejayaan Kerajaan Majapahit

Timbul Haryono melalui riset berjudul "Kerajaan Majapahit: Masa Sri Rajasanagara sampai Girindrawarddhana" yang terhimpun dalam Jurnal Humaniora (Volume 5, 1997), menyebutkan bahwa Hayam Wuruk dinobatkan menjadi Raja Majapahit bergelar Sri Rajasanagara pada 1350 M.

Dikutip dari Cribb dan Kahin dalam Historical Dictionary Of Indonesia (2012), Hayam Wuruk dinobatkan setelah Ratu Tribhuwana Tunggadewi menyerahkan takhta Majapahit kepadanya. Ketika menjadi Raja Majapahit, Hayam Wuruk baru berusia 16 tahun.

Peran Mahapatih Gajah Mada sebagai sosok yang telah berpengalaman sangat penting dalam pemerintahan kerajaan yang dipimpin oleh Hayam Wuruk. Gajah Mada sudah mengasuh Hayam Wuruk sejak kecil.

Bersama Gajah Mada, Hayam Wuruk membangun Majapahit ke puncak kejayaan berdasarkan falsafah kenegaraan: Bhinneka Tunggal Ika tan Hana Dharma Mangrwa yang bermakna

"Meskipun berbeda-beda tetapi tetap satu dan tidak ada kerancuan dalam kebenaran”.

Falsafah Majapahit dengan bahasa Sanskerta inilah yang kemudian diadaptasi sebagai semboyan bangsa Indonesia yang majemuk namun tetap menjadi satu-kesatuan.


Wafatnya Hayam Wuruk

Pada masa Hayam Wuruk dan Gajah Mada, Majapahit tidak hanya berhasil memperluas daerah kekuasaannya. Kemakmuran benar-benar dirasakan seluruh rakyat Nusantara yang bernaung di bawah panji-panji Majapahit, demikian tulis Purwadi dalam The History of Javanese Kings (2010). Selain itu, Hayam Wuruk juga memperhatikan bidang kebudayaan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya candi yang dibangun, seperti Candi Tikus dan Candi Jabung.

Kemajuan juga terwujud di bidang sastra, dengan ditulisnya karya-karya besar seperti Kitab Negarakertagama karya Empu Prapanca dan Kitab Sutasoma karangan Empu Tantular.

Tahun 1389, setelah mengantarkan Majapahit ke puncak kejayaan, Hayam Wuruk meninggal dunia pada usia 55 tahun. Sebelumnya, Mahapatih Gajah Mada telah wafat terlebih dulu pada 1364.

Sepeninggal Gajah Mada dan Hayam Wuruk, Majapahit tidak kunjung mendapatkan pemimpin yang sepadan. Perlahan-lahan, kerajaan bercorak Hindu-Buddha yang pernah menjadi imperium besar di Nusantara ini kehilangan pamor, hingga akhirnya tamat pada

1478 akibat serangan dari kerajaan Islam pertama di Jawa, Kesultanan Demak.

Daftar Raja-Raja Majapahit

Kerajaan Majapahit pernah menjadi bagian dari sejarah besar bangsa Indonesia di Nusantara. Pusat pemerintahan atau ibu kota kerajaan yang berdiri pada akhir abad ke-13 Masehi ini beberapa kali berpindah lokasi di Jawa Timur seiring era kepemimpinan raja-raja yang pernah berkuasa. Berikut daftar raja-raja kerajaan Majapahit.

  • Raden Wijaya/Kertarajasa Jayawardhana (1293-1309)
  • Kalagamet/Sri Jayanagara (1309-1328)
  • Sri Gitarja/Tribhuwana Wijayatunggadewi (1328-1350)
  • Hayam Wuruk/Sri Rajasanagara (1350-1389)
  • Wikramawardhana (1389-1429)
  • Suhita /Dyah Ayu Kencana Wungu (1429-1447)
  • Kertawijaya/Brawijaya I (1447-1451)
  • Rajasawardhana/Brawijaya II (1451-1453)
  • Purwawisesa /Girishawardhana/Brawijaya III (1456-1466)
  • Bhre Pandansalas/Suraprabhawa/Brawijaya IV (1466-1468)
  • Bhre Kertabumi/Brawijaya V (1468 -1478)
  • Girindrawardhana/Brawijaya VI (1478-1489)
  • Patih Udara/Brawijaya VII (1489-1527)