Raja yang mencapai puncak kejayaan di kerajaan kediri adalah

Selamat datang di Pakdosen.co.id, web digital berbagi ilmu pengetahuan. Kali ini PakDosen akan membahas tentang Kerajaan Kediri? Mungkin anda pernah mendengar kata Kerajaan Kediri? Disini PakDosen membahas secara rinci tentang sejarah, raja, peninggalan, masa, perkembangan, aspek, sumber dan runtuh. Simak Penjelasan berikut secara seksama, jangan sampai ketinggalan.

Raja yang mencapai puncak kejayaan di kerajaan kediri adalah

Sejarah Kerajaan Kediri

Kerajaan Kediri ialah salah satu kerajaan Hindu yang berada di kawasan Jawa Timur. Kerajaan Kediri berdiri pada abad ke 12 dan adalah belahan dari kerajaan Mataram Kuno. Raja pertama kerajaan Kediri ialah Raja Sri Jayawarsa Digjaya Shastraprabu mengatahkan bahwa dia sebagai titisan Wisnu. Berdirinya Kerajaan Kediri didahului dengan intruksi dari Raja Airlangga yang memcah menjadi 2 kerajaan, yakni kerajaan Kahuripan dan kerajaan Kediri yang dibagi dengan Gunung Kawi dan Sungai Brantas. Manfaat dari pembagian kerajaan tersebut yakni untuk tidak bermusuhan. Kerajaan Kahuripan terdiri dari kawasan Malang dan Delta Sungai Brantas dengan pelabuhan Surabaya, Rembang, dan Pasuruhan, dengan ibukotanya Kahuripan. Sementara itu, Kerajaan Kediri terdiri dari Kediri, Madiun dengan ibukotanya Daha.

Pada tahun 1042 M, kedua putra Raja Airlangga bersaing untuk mengambil tahta kerajaan sehingga terdesak Airlangga berenca ingin membagi kerajaan menjadi dua bagian. Hasil perang saudara tersebut, Kerajaan Kediri dibagikan kepada Sri Samarawijaya yang ibukotanya Kota Daha. Sementara itu, Kerajaan Kahuripan dibagikan kepada Mapanji Garasakan yang ibukotanya di Kahuripan. Dalam Prasasti Meaenga dituturkan bahwa Kerajaan Kediri telh berhasil menguasai Kerajaan Kahuripan dengan menjadi raja ialah Raja Mapanji Garasakan (1042-1052 M) diabadikan dalam Prasasti tersebut. Akan tetapi, pada peperangan tersebut menyebutkan bahwa Kerajaan Kediri berhasil mengambail semua ahli tahta Airlangga.

Raja Kerajaan Kediri

Berikut ini ada 8 raja yang menjadi tahta kerajaan kediri, yakni sebagai berikut:

Sejarah masa kekuasaannya, raja Sri Jayawarsa dikisahkan dalam prasasti Sirah Keting (1104 M). Pada masa kekuasaannya, Jayawarsa membagikan penghargaan pada rakyat desa sebagai tanda penghormatannya, karena rakyat sudah berarti pada raja. Dalam kisah prasasti tersebut kedapatan Raja Jayawarsa sangat kepedulian terhadap rakyat dan berjuang untuk memakmurkan rakyatnya.

Raja Bameswara banyak sekali meninggalkan sebuah prasasti yang didapatkan di kawasan Tulung Agung dan Kertosono. Prasasti tersebut bertambah banyak menceritakan soal keagamaan, sehingga benar baik kedapatan dalam masa kekuasaannya.

Pada masa kekuasaan raja Prabu Jayabaya, Kerajaan Kediri meraih masa kejayaannya. kebijakan kepemimpinan yang dilaksanakan oleh raja Prabu Jayabaya untuk memakmurkan rakyatnya benar-benar sangat menakjubkan. Kerajaan yang beribukota di Dahono Puro, bawah kaki Gunung Kelud, kawasan itu mempunyai tanah yang sangat subur, sehingga segala bentuk tanaman bisa tumbuh subur. Raja Prabu Jayabaya menguasai kerjaan Kediri dari tahun 1130 M sampai 1157 M. Bantuan kerohanian dan material raja Prabu Jayabaya dalam hal hukum dan kekuasaan tidak tanggung-tanggung. Sikap merakyat dan visinya yang lebih mementingkan dan menjadikan raja Prabu Jayabaya patut untuk diingat sepanjang masa.

Menurut prasasti Padelegan II pada tahun 1159 M dan prasasti Kahyunan pada tahun 1161 M, raja Sri Sarwaswera adalah raja yang takwa beribadah dan berbudaya, raja Sri Sarwaswera menggenggam gigih asas “diengkaulah tersebut, segala makhluk ialah anda”.

Baca Lainnya :  Ekonomi Industri

Menurut prasasti Angin pada tahun  1171 M, raja Sri Aryeswara menguasai Kerajaan Kediri pada tahun 1171 M. Nama gelar raja Sri Aryeswara yakni Sri Maharaja Rake Hino Sri Aryeswara Madhusudanawatara Arijamuka. Warisan sejarah dari raja ini yakni berbentuk prasasti Angin sekitar tahun 1171 M.

Berkuasanya Raja Sri Gandra sekitar tahun 1181 M telah didapati dari prasasti Jaring yaitu ada pun pemakaian nama hewan dalam jabatan misalnya nama gajah, naga dan harimau. Nama tersebut menerangkan tinggi rendahnya jabatan seseorang dalam istana.

Pada masa kekuasaan Raja Sri Gandra telah didapati dari Prasasti Ceker pada tahun 1182 M dan Kakawin Smaradhana. Pada masa kekuasaan dari tahun 1182 M sampai 1185 M, seni sastra menunjukkan kemajuannya sangat cepat, diantaranya Empu Dharmaja menulis kitab Smaradhana. Pada masa kekuasaannya juga dikenal kisah cerita panji misalnya kisah cerita Panji Semirang.

Menurut prasasti Galunggung Pada tahun 1194 M, prasasti Kamulan Pada tahun 1194 M, prasasti Palah Pada tahun 1197 M, prasasti Wates Kulon Pada tahun 1205 M, Nagarakretagama, dan Pararaton, Sri Kertajaya menguasai Kerajaan Kediri sekitar tahun 1190 M samapai 1222 M.

Peninggalan Kerajaan Kediri

Berikut ini ada beberapa peninggalan dari kerajaan kediri, yakni sebagai berikut:

1. Peninggalan Berupa Prasasti

Ada beberapa peninggalan berupa prasasti di jaman kerajaan kediri, antara lain:

  1. Peninggalan Prasasti Turun Hyang Prasasti Malenga sekitar tahun 974 SM sampai 1052 M
  2. Peninggalan Prasasti Banjaran sekitar tahun 974 SM sampai 1052 M
  3. Peninggalan Prasasti Padlegan sekitar tahun 1038 M sampai 1116
  4. Peninggalan Prasasti Hantang sekitar tahun 1057 M sampai 1135 M
  5. Peninggalan Prasasti Jaring sekitar tahun 1103 M 1181 M
  6. Peninggalan Prasasti Lawudan sekitar tahun 1127 M sampai 1205 M

2. Peninggalan Berupa Kitab

Ada beberapa peninggalan berupa kitab di jaman kerajaan kediri, antara lain:

  1. Kitab Wertasancaya karya dari Empu Tan Akung yang memuat nasihat tentang cara menciptakan syair yang baik.
  2. Kitab Smaradhahana berubah oleh Empu Dharmaja dan memuat penghormatan kepada raja sebagai jelmaan dari Dewa Kama.
  3. Kitab Lubdaka karya dari Empu Tan Akung yang memuat tentang kisah Lubdaka sebagai seorang pemburu yang hendaknya masuk neraka. Karena penghormatannya yang spesial.

Masa Kejayaan Kerajaan Kediri

Puncak kejayaan Kerajaan Kediri berlangsung pada masa kekuasaan Raja Jayabaya. Kawasan kekuasaan kediri bertambah meluas seluruh bagian jawa. Selain itu, kekuasaan Kerajaan Kediri masuk ke pulau Sumatera yang dikuasai oleh kerajaan Sriwijaya. Runtuhnya kerajaan kediri akibat karena pada masa kekuasaan Kertajaya terjadi sengketa dengan bangsa Brahmana. Bangsa Brahmana berpendapat bahwa Kertajaya melanggar norma agama dan mendesak memuja sebagai dewa. Selanjutnya, bangsa Brahmana memohon penjagaan oleh Ken Arok, akuwu Tumapel. Perselisihan makin memuncak menjadi peperangan di desa Ganter, sekitar tahun 1222 M. Dalam peperangan tersebut Kertajaya berhasil ditaklukan oleh Ken Arok.

Perkembangan Kerajaan Kediri

Dalam perkembangannya Kerajaan Kediri yang beribukota Daha tumbuh menjadi besar, sedangkan Kerajaan Jenggala semakin tenggelam. Diduga Kerajaan Jenggala ditaklukkan oleh Kediri. Akan tetapi hilangnya jejak Jenggala mungkin juga disebabkan oleh tidak adanya prasasti yang ditinggalkan atau belum ditemukannya prasasti yang ditinggalkan Kerajaan Jenggala. Kejayaan Kerajaan Kediri sempat jatuh ketika Raja Kertajaya (1185-1222) berselisih dengan golongan pendeta. Keadaan ini dimanfaatkan oleh Akuwu Tumapel Tunggul Ametung. Namun kemudian kedudukannya direbut oleh Ken Arok. Diatas bekas Kerajaan Kediri inilah Ken Arok kemudian mendirikan Kerajaan Singasari, dan Kediri berada di bawah kekuasaan Singasari. Ketika Singasari berada di bawah pemerintahan Kertanegara (1268 1292), terjadilah pergolakan di dalam kerajaan. Jayakatwang, raja Kediri yang selama ini tunduk kepada Singasari bergabung dengan Bupati Sumenep (Madura) untuk menjatuhkan Kertanegara. Akhirnya pada tahun 1292 Jayakatwang berhasil mengalahkan Kertanegara dan membangun kembali kejayaan Kerajaan Kediri.

Baca Lainnya :  Meteor adalah

Aspek Kehidupan Kerajaan Kediri

Adapun kehidupan politik, agama, ekonomi, sosial dan budaya pada masa Kerajaan Kediri adalah sebagai berikut :

Raja pertama Kediri adalah Samarawijaya. Selama menjadi Raja Kediri, Samarawijaya selalu berrselisih paham dengan saudaranya, Mapanji Garasakan yag berkuasa di Jenggala. Keduanya merasa berhak atas seluruh takhta Raja Airlangga (Kerajaan Medang Kamulan) yang meliputi hampir seluruh wilayah Jawa Timur dan sebagian Jawa Tengah. Akhirnya perselisihan tersebut menimbulkan perang saudara yang berlangsung hingga tahun 1052. Peperangan tersebut dimenangkan oleh Samarawijaya dan berhasil menaklukan Jenggala. Kerajaan Kediri mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Jayabaya. Saat itu wilayah kekuasaan Kediri meliputi seluruh bekas wilayah Kerajaan Medang Kamulan. Selama menjadi Raja Kediri, Jayabaya berhasil kembali menaklukan Jenggala yanga sempat memberontak ingin memisahkan diri dari Kediri. Keberhasilannya tersebut diberitakan dalam prasasti Hantang yang beraangka tahun 1135. Prasasti ini memuat tulisan yang berbunyi Panjalu jayati yang artinya Panjalu menang. Prasasti tersebut dikeluarkan sebagai piagam pengesahan anugerah dari Jayabaya untuk penduduk Desa Hantang yang setia pada Kediri selam perang melawan Jenggala.

Sebagai kemenangan atas Jenggala, nama Jayabaya diabadikan dalam kitab Bharatayuda. Kitab ini merupakn kitab yang digubah oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh. Bharatayuda memuat kisah perang perbutan takhta Hastinapura antara keluarga Pandhawa daan Kurawa. Sejarah pertikaian anatar Panjalu dan Jenggala mirip dengan kisah tersebut sehingga kitab Bharatayuda dianggap sebagai legitimasi (klaim) Jayabaya untuk memperkuat kekuasaannya atas seluruh wilayah bekas Kerajaan Medang Kamulan. Selain itu, untuk menunjukkan kebesaran dan kewibawaan sebagai Raja Kediri, Jayabaya menyatakan dirinya sebagai keturunan Airlangga dan titisan Dewa Wisnu. Selanjutnya ia mengenakan lencana narasinga sebagai lambang Kerajaan Kediri. Pada masa pemerintahan Ketajaya Kerajaan Kediri mulai mengalami kemunduran. Raja Kertajaya membuat kebijakan yang tidak populer dengan mengurangi hak-hak brahmana. Kondisi ini menyebabkan banyak brahmana yang mengungsi ke wilayah Tumapel yang dkuasai oleh Ken Arok. Melihat kejadian ini Kertajaya memutuskan untuk menyerang Tumapel. Akan tetapi pertempuran di Desa Ganter, pasukan Kediri mengalami kekalahan dan Kertajaya terbunuh. Sejak saat itu Kerajaan Kediri berakhir dan kedudukannya digantikan oleh Singasari.

Masyarakat Kediri memiliki kehidupan agama yang sangat religius. Mereka menganut ajaran agama Hindu Syiwa. Hal ini terlihat dari berbagai peninggalan arkeolog yang ditemukan di wilayah Kediri yakni berupa arca-arca di candi Gurah dan Candi Tondowongso. Arca-arca tersebut menunjukkan latar belakang agama Hindu Syiwa. Para penganut agama Hindu Syiwa menyembah Dewa Syiwa, karena merekaa mempercayai bahwa Dewa Syiwa dapat menjelma menjadi Syiwa Maha Dewa (Maheswara), Dewa Maha Guru, dan Makala. Salah satu pemujaan yang dilakukan pendeta adalah dengan mengucapkan mantra yang disebut Mantra Catur Dasa Syiwa atau empat belas wujud Syiwa.

Perekonomian di Kediri bertumpu pada sektor pertanian dan perdagangan. Sebagai kerajaan agraris, Kediri memiliki lahan pertanian yang baik di sekitar Sungai Brantas. Pertanian menghasilkan banyak beras dan menjadikannya komoditas utama perdagangan. Sektor perdagangan Kediri dikembangkan melalui jalur pelayaran Sungai Brantas. Selain beras, barang-barang yang diperdagangkan di Kediri antara lian emas, perak, kayu cendana, rempah-rempah, dan pinang. Pedagang Kediri memiliki peran penting dalam perdagangan di wilyah Asia. Mereka memperkenalkan rempah-rempah diperdagangan dunia. Mereka membawa rempah-rempah ke sejumlah Bandar di Indonesia bagian barat, yaitu Sriwijay daan Ligor. Selanjutnya rempah-rempah dibawa ke India, Teluk Persia, Luat Merah. Komoditas ini kemudian diangkut oleh kapal-kapal Venesia menuju Eropa. Dengan demikian, melalui Kediri wilayah Maluku mulai dikenal dalam lalu lintas perdagangan dunia.

Pada masa pemerintahan Raja Jayabaya, struktur pemerintahan Kerajaan Kediri sudah teratur. Berdasarkan kedudukannya dalam pemerintahan, masyarakat Kedri dibedakan menjadi tiga golongan sebagai berikut :

  1. Golongan masyarakat pusat (kerajaan), yaitu masyarakat yang terdapat dalam lingkungan raja dan beberapa kaum kerabatnya serta kelompok pelayannya.
  2. Golongan masyarakat thani (daerah), yaitu golongan masyarakat yang terdiri atas para pejabat atau petugas pemerintahan di wilyah thani (daerah).
  3. Golongan masyarakat nonpemerintah, yaitu golongan masyarakat yang tidak mempunyai kedudukan dan hubungan dengan pemerintah secara resmi.

Baca Lainnya :  √Ilmu Politik

Kehidupan budaya Kerajaan Kediri terutama dalam bidang sastra berkembang pesat. Pada masa pemerintahan Jayabaya kitab Bharatayuda berhasil digubah oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh. Selain itu Mpu Panuluh menulis kitab Hariwangsa dan Gatotkacasrayaa. Selanjutnya pada masa pemerintahan Kameswara  muncul kitab Smaradhahana yang ditulis oleh Mpu Dharmaja serta kirab Lubdaka dan Wertasancaya yang ditulis oleh Mpu Tanakung. Pada masa pemerintahan Kertajaya terdapat Pujangga bernama Mpu Monaguna yang menulis kitab Sumansantaka dan Mpu Triguna yang menulis kitab Kresnayana.

Sumber Sejarah Kerajaan Kediri

Adapun sumber sejarah Kerajaan Kediri berasal dari beberapa prasasti dan berita asing sebagai berikut :

  • Prasasti Sirah Keting(1104 M), yang memuat tentang pemberian hadiah tanah kepada rakyat desa oleh Raja Jayawarsa.
  • Prasasti yang ditemukan di Tulungagung dan Kertosono, yang berisi masalah keagamaan, diperkirakan berasal dari Raja Bameswara tahun 1117 – 1130 M.
  • Prasasti Ngantang(1135 M), yang menyebutkan tentang Raja Jayabaya yang memberikan hadiah kepada rakyat Desa Ngantang sebidang tanah perdikan yang bebas dari pajak. Baca selengkapnya di Siapa sosok Prabu Jayabaya?
  • Prasasti Jaring(1181 M) dari Raja Gandra yang memuat tentang sejumlah nama hewan, seperti kebo waruga dan tikus finada.
  • Prasasti Kamulan(1194 M), yang menyatakan bahwa pada masa pemerintahan Raja Kertajaya, Kerajaan Kediri telah berhasil mengalahkan musuh yang memusuhi istana di Katang-katang.
  • Berita Asing

Berita asing tentang Kerajaan kediri sebagian besar diperoleh dari berita Cina. Berita Cina ini merupakan kumpulan cerita dari para pedagang Cina yang melakukan kegiatan perdagangan di Kerajaan Kediri, seperti Chu Fan Chi karangan Chu Ju Kua (1220 M). Buku ini banyak mengambil cerita dari buku Ling Wai Tai Ta (1778 M) karangan Chu Ik Fei. Kedua buku tersebut menerangkan keadaan Kerajaan Kediri pada abad ke-12 dan 13 Masehi.

Runtuhnya Kerajaan Kediri

Kertajaya adalah raja terakhir kerajaan Kediri. Ia memakai lencana Garuda Mukha seperti Ria Airlangga, sayangnya ia kurang bijaksana, sehingga tidak disukai oleh rakyat terutama kaum Brahmana. Dalam masa pemerintahannya, terjadi pertentangan antara dirinya dan para Brahmana hal inilah akhirnya menjadi penyebab berakhirnya Kerajaan Kediri. Pertentangan itu disebabkan Kertajaya dianggap telah melanggar adat dan memaksa kaum brahmana menyembahnya sebagai Dewa. Para Brahmana kemudian meminta perlindungan pada Ken Arok di Singosari. Kebetulan Ken Arok juga berkeinginan memerdekakan Tumapel (Singosari) yang dulunya merupakan bawahan Kediri. Tahun 1222 pecahlah pertempuran antara prajurit Kertajaya dan pasukan Ken Arok  di desa Ganter. Dalam peperangan ini, pasukan Ken Arok berhasil menghancurkan prajurit Kertajaya. Dengan demikian berakhirlah masa Kerajaan Kediri, yang sejak saat itu menjadi bawahan Kerajaan Singosari. Runtuhnya kerajan Panjalu-Kediri pada masa pemerintahan Kertajaya dikisahkan dalam Kitab Pararaton dan Kitab Negarakertagama.

Setelah Ken Arok mengangkat Kertajaya, Kediri menjadi suatu wilayah dibawah kekuasaan Kerajaan Singosari. Ken Arok mengangkat Jayasabha, putra Kertajaya sebagai Bupati Kediri. Tahun 1258 Jayasabha digantikan putranya yang bernama Sastrajaya. Pada tahun 1271 Sastrajaya digantikan oleh putranya , yaitu Jayakatwang. Tahun 1292 Jayakatwang menjadi bupati geleng-geleng. Selama menjadi bupati, Jayakatwang memberontak terhadap Singosari yang dipimpin oleh Kertanegara, karena dendam di masa lalu dimana leluhurnya yaitu Kertajaya dikalahkan oleh Ken Arok. Setelah berhasil membunuh Kertanegara, Jayakatwang membangun kembali Kerajaan Kediri, namun hanya bertahan satu tahun. Hal itu terjadi karena adanya serangan gabungan yang dilancarkan oleh pasukan Mongol dan pasukan menantu Kertanegara, Raden Wijaya.

Demikian Penjelasan Materi Tentang Kerajaan Kediri: Sejarah, Raja, Peninggalan, Masa, Perkembangan, Aspek, Sumber dan Runtuh Semoga Materinya Bermanfaat Bagi Siswa-Siswi.