Remaja Kristen yang membawa damai sejahtera harus melakukan perannya seperti

Minggu, 08 November 2020, 01:23:14 WIB

Remaja Kristen yang membawa damai sejahtera harus melakukan perannya seperti

Berdamai Dengan Diri Sendiri

1 Yohanes 1:9

Pdt. Hariyadi, M.Th.

Ketua Sinode Gereja Anugerah Injil Sepenuh

Bapak, Ibu, Saudara, Pemirsa Mimbar Kristen Kementerian Agama dan umat

Remaja Kristen yang membawa damai sejahtera harus melakukan perannya seperti
Kristen Indonesia yang saya kasihi. Mimbar Kristen tanggal 1 November 2020 oleh bapak Pendeta Mesakh Amen, S.Th. berjudul Membawa Damai. Bapak, Ibu, Saudara, saya terberkati dengan Firman Tuhan minggu yang kemarin, yang memang seharusnya orang-orang yang percaya, anak-anak Allah karena kita membawa damai, sebab dimana ada damai, disitu ada segala sesuatu bisa dikerjakan. Bapak, Ibu, tetapi kita perlu bertanya apabila yang namanya pembawa damai tidak mengalami damai sejahtera. Oleh karena itu Bapak, Ibu, Saudara yang kekasih di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, renungan pagi ini kita mau lanjutkan dalam judul: “Berdamai Dengan Diri Sendiri.” (1 Yohanes 1:9)

“Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.”

Bapak, Ibu, Saudara yang kekasih di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, apakah syarat untuk berdamai dengan diri sendiri saudara-saudara? Syaratnya adalah harus berani mengaku dosa di hadapan Tuhan. Lalu apa yang dikatakan berdamai dengan diri sendiri itu? Berdamai dengan diri sendiri adalah orang yang mampu menjaga tingkat kedamaian dan kesejahteraan di dalam hidupnya tanpa dipengaruhi oleh keadaan apapun baik di dalam maupun di luar kehidupannya.

Bapak, Ibu dan Saudara, prinsip mengalami damai sejahtera itu adalah: satu, dimana ada kekudusan dan kebenaran, di situlah ada damai sejahtera (Yesaya 57:51). Kedua, damai sejahtera hanya ada di dalam diri Tuhan Yesus Kristus (Efesus 2:14) dan yang ketiga prinsip mengalami damai sejahtera yaitu damai sejahtera tidak akan pernah terjadi jikalau hal baik dan hal jahat tetap bersatu. Bapak, Ibu dan Saudara, mengapa orang sulit berdamai dengan diri sendiri? Hari ini mari kita belajar, mengapa orang sulit berdamai dengan diri sendiri yang pertama karena masih keras kepala, Kejadian 4:6-7: “Firman TUHAN kepada Kain: "Mengapa hatimu panas dan mukamu muram? Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya." Yang pertama saudara, mengapa kita sulit berdamai dengan diri sendiri karena keras kepala atau tegar tengkuk. Saudara, orang yang keras kepala dan tidak mau menurut nasehat-nasehat daripada manusia. Penyebabnya apa saudara? Penyebab dari keras kepala adalah selalu menutupi kekurangannya dan selalu menutupi kesalahannya. Akibatnya adalah orang yang memiliki sikap keras kepala itu adalah sulit diajak berdiskusi, sulit diajak ngomong baik-baik dan sulit memiliki teman atau sahabat, padahal seorang pembawa damai itu adalah orang yang selalu setia kepada Firman Tuhan dan menjadikan Firman itu sebagai landasan hidup walau banyak yang harus dihadapi dalam tantangan. Pembawa damai adalah orang yang berani menghadapi semua persoalan dan kesulitan yang ada tanpa berniat untuk menghindar apalagi lari dari kenyataan yang dihadapi. Pembawa damai adalah mereka yang harus berani mengambil keputusan dalam situasi sulit apapun agar tidak terjerat dalam lingkaran kesulitan yang berlarut-larut. Saudara, kalau damai itu definisinya seperti itu sementara pembawa damai belum berdamai dengan diri sendiri mana mungkin akan terjadi kedamaian?

Yang kedua, mengapa sulit berdamai dengan diri sendiri? Karena masih hidup dalam kesombongan dan keangkuhan Yesaya 2:11 “Manusia yang sombong akan direndahkan,  dan orang yang angkuh akan ditundukkan; dan hanya TUHAN sajalah Yang Maha Tinggi  pada hari itu.” Orang sombong hanya menghargai dirinya sendiri dan secara berkelebihan, orang sombong maunya dianggap hebat dari yang lain, orang sombong suka merendahkan orang lain dan tidak mau menghargai orang lain padahal pembawa damai itu berarti hanya berniat untuk selalu berbuat kebaikan bagi sesamanya. Pembawa damai itu berarti orang yang rela berkorban menahan diri walaupun harus menderita dan yang penting tidak terjadi keributan atau kekacauan. Pembawa damai selalu mengutamakan kepentingan orang lain ketimbang kepentingan diri sendiri. Kalau damai itu definisinya atau artinya begitu sementara yang membawa damai belum mengalami damai pribadi yaitu masih ada suatu kesombongan, mana mungkin damai itu akan terjadi.

Yang ketiga, mengapa kita sulit berdamai dengan diri sendiri karena masih hidup dalam kemunafikan 1 Yohanes 4:20 “Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi Allah," dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya.” Orang munafik selalu mengatakan yang tidak sesuai dengan apa yang dilakukannya, orang munafik selalu ingin terlihat baik sementara dia itu adalah tidak baik. Orang munafik adalah orang yang bermuka dua. Padahal saudara, pembawa damai itu ibarat kita bertemu orang pertama kali bertemu maka kita akan berjabat tangan dan di dalam berjabat tangan itu atau salaman itu maka ada keinginan untuk merasakan damai dalam pertemuan itu lalu tak kala kita ada di dalam percakapan maka tidak ada yang namanya kesombongan, berbohong, benci, gosip dan bahkan percakapan yang terjadi hanya menyenangkan hati tanpa ada unsur ketidakbaikan. Pembawa damai orang yang selalu pro aktif dan untuk melakukan yang baik selalu menyelesaikan setiap masalah dan persoalan yang ada. Pembawa damai adalah orang yang tidak pernah kecil hati pada saat orang lain tidak menghargai apa yang ia lakukan walaupun dilakukan dengan penuh pengorbanan dan perjuangan keras. Kalau pengertian damai yang seperti itu sementara pembawa damai masih munafik, apakah akan terjadi damai? Tidak mungkin.

Bapak, Ibu dan Saudaraku oleh sebab itu agar dapat berdamai dengan diri sendiri maka kita harus berhenti hidup dari keras kepala, berhenti hidup dari kesombongan dan keangkuhan, berhenti hidup dari kemunafikan. Bapak, Ibu dan Saudara, keberadaan orang percaya seharusnya selalu membawa damai bagi semua orang karena membawa damai berarti mengekspresikan kasih Allah bukan sebaliknya bahwa kita ini justru menjadi batu sandungan dan membuat orang lain kecewa dan sakit hati. Bukti bahwa kita sudah menjalankan tugas pendamaian adalah ketika hidup kita sudah menjadi kesaksian bagi banyak orang, itulah sebabnya Tuhan Yesus berkata: “Berbahagialah orang yang membawa damai karena mereka akan disebut anak-anak Allah.” Oleh karena itu bapak, ibu libatkan selalu Allah dalam langkah kehidupan kita, maka sebutan anak-anak Allah akan menjadi predikat dalam kehidupan kita dan kalau kita disebut anak-anak Allah maka kita adalah ahli waris di dalam kerajaan Sorga. Oleh sebab itu marilah kita terus menerus mengoreksi diri kita, membereskan hidup kita, senantiasa bertobat secara sungguh-sungguh, tetap memelihara iman kepada Tuhan Yesus dan hubungan kasih dengan sesama supaya hubungan kita dengan Tuhan semakin akrab, semakin karib sehingga Tuhan sayang kepada kita, amin.     

Remaja Kristen yang membawa damai sejahtera harus melakukan perannya seperti
Video Mimbar Kristen Kementerian Agama, Edisi Minggu, 8 November 2020

Berita Terkait

Oleh:  Pdt.Lundu H.M.Simanjuntak

(Matius 5:9)

Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.

Semua orang pasti ingin memperoleh damai di dalam hidupnya, walau tidak semua orang mau menjadi pembawa damai.   Damai itu berarti shalom (damai sejahetra), yang berarti tenang, tidak ribut,  tidak ada kejahatan, tidak ada kepura-puraan.

Damai itu selalu dirasakan menyenangkan hati karena segala sesuatu yang dilakukan bertujuan untuk kebaikan bersama. Jadi damai itu bisa juga diartikan efek dari hasil kebaikan.

Umumnya setiap kita bertemu dengan orang lain untuk pertama kali pada hari itu, kita  berjabat tangan (salaman), artinya kita ingin mengatakan semoga ada damai dan sukacita pada saat bertemu. Jika kita sudah bersalaman, maka kita berkeinginan untuk merasakan damai pada pertemuan itu, berarti tidak boleh ada percakapan bohong, kebencian, gosip. Percakapan (pertemuan) melulu hanya untuk menyenangkan hati tanpa ada unsur ketidakbaikan.

Jika dikatakan membawa damai berarti kita selalu berniat hanya untuk berbuat kebaikan bagi sesama. Membawa damai berarti juga rela berkorban menahan diri walau harus menderita, yang penting tidak tercipta keributan.

Orang yang membawa damai cenderung mengutamakan kepentingan orang lain ketimbang kepentingan diri sendiri. Orang yang membawa damai harus berani mengambil keputusan dalam situasi sulit apapun, agar tidak terjerat dalam lingkaran kesulitan yang tidak berkesudahan.

Orang yang mau membawa damai juga adalah orang yang selalu pro aktif untuk melakukan hal yang baik serta selalu menyelesaikan setiap masalah atau persoalan yang ada. Membawa damai juga berarti tidak berkecil hati pada saat orang lain tidak menghargai apa yang dilakukan walau yang dilakukan penuh dengan perjuangan keras.

Membawa damai juga adalah orang yang selalu setia kepada Firman Allah dan membuatnya sebagai landasan hidup walau banyak menghadapi tantangan hidup. Orang yang membawa damai juga adalah yang berani menghadapi semua persoalan dan kesulitan yang ada tanpa pernah berniat untuk menghindar apalagi lari dan meninggalkan kesulitan yang ada.

Orang yang mau membawa damai akan disebut anak-anak Allah, mengapa? Karena yang dilakukan oleh orang yang mau membawa damai adalah apa yang diinginkan oleh Allah, atau dengan kata lain mereka hanya melaksanakan apa yang diperintahkan Allah.

Itulah sebabnya Yesus mengatakan berbahagialah orang yang membawa damai karena mereka akan disebut anak-anak Allah. Libatkanlah selalu Allah di dalam setiap tingkah lakumu, maka sebutan anak-anak Allah akan menjadi milikmu, amen.

SELAMAT PAGI DAN SELAMAT BERAKTIFITAS

(Pdt.Lundu H.M.Simanjuntak-Jkt)