Rumah adat Sunda disebut apa?

Nyero.ID Pensaran dengan sejarah, ciri khas dan keunikan rumah adat Sunda? jangan lewatkan penjelasan di bawah ini !

Sunda merupakan salah satu suku atau kelompok etnis yang berasal dari Pulau Jawa bagian barat.

Adapun istilah Tatar Pasundan meliputi beberapa wilayah di Provinsi Jawa Barat, Banten, Jakarta, hingga Jawa Tengah bagian barat [Banyumasan].

Meskipun Suku Sunda tersebar di berbagai wilayah di Indonesia, namun sebagai wilayah utamanya adalah Jawa Barat dan Banten.

Berbicara tentang Sunda tentu tidak terlepas dari kesenian tari Jaipongnya yang sudah sangat populer.

Kesenian dengan iringan alat musik tradisional ini memiliki keunikan tersendiri dengan gerakan tari yang begitu energik dan dinamis.

Selain tari Jaipong, Sunda juga identik dengan kesenian wayang golek dan musik angklungnya.

Kekayaan budaya Suku Sunda tidak hanya terbatas pada kesenian tari, alat musik, dan pertujukan wayang golek saja.

Rumah adat Sunda juga menjadi salah satu kekayaan budaya masyarakat Sunda yang patut dibanggakan dan dilestarikan keberadaannya.

Mengenal Rumah Adat Sunda Beserta Gambar dan Penjelasan Uniknya

Rumah adat Sunda secara tradisional memiliki bentuk rumah panggung dengan ketinggian sekitar 0,5-1 meter di atas permukaan tanah.

Bahkan pada rumah tradisional Sunda yang berusia tua, ketinggian kolong rumah bisa mencapai 1,8 meter.

Biasanya kolong rumah digunakan untuk menyimpan alat-alat pertanian, menyimpan kayu bakar, mengikat hewan ternak dan paranje untuk ternak ayam.

Rumah adat ini juga dilengkapi dengan golodog atau tangga yang jumlahnya tidak lebih dari tiga buah anak tangga.

Golodog sendiri berfungsi sebagai tempat untuk membersihkan kaki sebelum masuk ke dalam rumah.

A. Ruangan & Bagian Utama Rumah Adat Sunda

Rumah adat Sunda terdiri dari tiga bagian utama, yaitu:

1. Bagian Hareup

Bagian depan yang memiliki fungsi sebagai teras dan tempat untuk menerima tamu laki-laki.

Pada rumah yang masih tardisional biasanya bagian teras tidak dilengkapi meja kursi dan hanya menggelar tikar ketika ada tamu yang datang.

2. Bagian Tengah Imah

Bagian tengah yang dibatasi dengan dinding atau sekat dengan beberapa bilik atau pangkeng di dalamnya.

Ruang tengah difungsikan sebagai tempat untuk beristirahat dan juga sebagai ruang berkumpulnya keluarga.

3. Bagian Tukang

Belakang rumah yang berfungsi sebagai dapur untuk memasak makanan.

Bagian ini identik dengan kaum wanita sehingga kaum lelaki dianggap tabu untuk memasukinya kecuali dalam kedaan darurat.

Ruangan ini juga menjadi tempat untuk menerima tamu wanita. Kondisi ini seolah menyiratkan bagaimana posisi lelaki dan perempuan dalam kehidupan masyarakat Sunda.

B. Nama & Jenis-Jenis Rumah Adat Sunda

Berdasarkan bentuk atapnya, rumah adat Sunda dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu:

1. Julang Ngapak

Photo by @napakjagatpasundan

Rumah adat ini memiliki ciri khas bentuk atap melebar menyerupai burung yang sedang mengepakkan sayapnya.

Puncak atap rumah ini dilengkapi dengan capit hurang atau cagak gunting yang menjadi simbol menyatunya masyarakat Sunda dengan alam sekitarnya.

Bagian ini juga sekaligus berfungsi untuk mencegah air merembes masuk ke dalam rumah.

2. Capit Gunting

Photo by @asrulsanimohamad

Rumah adat ini memiliki ciri khas ujung atap menggunakan kayu atau bambu yang dibuat bercabang seperti gunting yang sedang terbuka.

Rumah adat dengan model seperti ini termasuk yang paling kuno sehingga keberadaannya sudah jarang ditemui.

Namun begitu beberapa tempat wisata ada yang menggunakan desain rumah seperti ini sebagai salah satu bentuk pelestarian budaya.

3. Tagog Anjing

Rumah tradisional Sunda yang memiliki ciri khas dua bidang atap yang berbatasan pada garis batang segitiga atap, dimana pada bagian depannya lebih lebar dibandingkan bagian lainnya.

Bentuk rumah adat ini banyak ditemukan di beberapa wilayah di Kampung Dukuh, Kabupaten Garut.

4. Badak Heuay

Photo by @andeee_ge

Rumah adat ini memiliki model atap yang hampir sama dengan Tagog Anjing namun pada bidang atap bagian belakang langsung lurus melewati batang segitiga atap [suhunan].

Bidang atap demikian sering disebut dengan istilah rambu. Jenis rumah adat ini banyak ditemukan di wilayah Sukabumi.

5. Jolopong

Rumah adat ini memiliki dua bidang atap saja yang dipisahkan oleh jalur suhunan pada bagian tengah rumah.

Bentuk rumah dengan suhunan jolopong juga dikenal dengan sebutan suhunan panjang.

6. Parahu Kumureb

Rumah tradisional yang memiliki empat bidang atap yang terdiri dari sepasang bidang atap yang sama luasnya dengan bentuk trapesium sama kaki, dan dua bidang atap lainnya yang memiliki bentuk segitiga sama kaki.

7. Jubleg Nangkub

Rumah adat ini memiliki bentuk yang hampir sama dengan rumah parahu kumureb, tidak ada pebedaan mencolok dari keduanya.

Hanya saja Jubleg Nangkub memiliki alat penumbuk padi yang menelungkup, biasa disebut lesung. Hingga saat ini, rumah adat in masih banyak dijumpai di masyarakat.

8. Buka Pongpok

Rumah adat ini memiliki pintu masuk yang sejajar dengan ujung atap atau suhunan, memiliki gaya buka palayu dengan posisi pintu yang mengarah ke jalan.

C. Gaya Arsitektur Rumah Adat Sunda

Secara umum, gaya arsitektur rumah adat Sunda memiliki bentuk rumah panggung atau imah panggung dengan kolong rumah sekitar 40-60 cm.

Panggung sendiri memiliki makna yang diletakkan paling tinggi.

Dimana dalam pandangan masyarakat Sunda, rumah merupakan lambang wanita yang menjadikan rumah sebagai tempat untuk melakukan berbagai aktivitas.

Konstruksi dan struktur bangunan rumah tradisional Sunda terlihat sederhana dan ringan dengan bahan-bahan yang seluruhnya berasal dari alam sekitar.

Mulai dari batu untuk pondasi yang didapatkan dari sungai, bukit, atau gunung.

Dinding penyekat yang terbuat dari anyaman bambu atau papan kayu, lantai dari belahan bambu atau papan kayu, atap rangka dari bambu atau kayu, hingga penutup atap dari nipah atau ijuk.

Meskipun terlihat sederhana dan ringan, namun rumah ini tetap kuat dan kokoh bahkan ketika ada bencana gempa bumi.

Kunci kekuatan rumah adat ini terletak pada penggunaan ikatan, sambungan pupurus, dan juga pasak.

Dalam konstruksi bangunan tidak menggunakan paku maupun mur melainkan ikatan tali ijuk atau rotan dan pasak kayu. Penggunaan paku atau mur dianggap bertentangan dengan aturan adat dari leluhur.

Pada rumah adat Sunda terdapat struktur handap yang terdiri dari lelemahan dan pondasi umpak. Sementara struktur luhur terdiri dari pangadeg, lalangit, dan rarangka.

Pangadeg sendiri merupakan kerangka rumah yang terdiri dari komponen dinding dan lantai.

Sementara struktur lalangit dan rarangka merupakan struktur rangka atap yang terdiri dari komponen kuda-kuda dan langit-langit.

D. Fungsi & Makna Filosofi Rumah Adat Sunda

Secara teknik bentuk rumah panggung pada rumah tradisional Sunda memiliki tiga fungsi, Yaitu:

Sebagai tempat untuk menyimpan kayu bakar, tidak mengganggu bidang resapan air, dan kolong rumah sebagai media untuk mengalirkan udara sehingga tetap hangat dan sejuk.

Secara simbolik bentuk rumah panggung pada rumah Sunda didasarkan pada kepercayaan orang Sunda bahwa dunia terbagi menjadi tiga.

Yaitu ambu handap yang merupakan dunia bawah/bumi, ambu luhur atau dunia atas/langit, dan tengah yang merupakan pusat alam semesta, dimana manusia menempatkan diri sebagai alam semesta sehingga tempat tinggalnya berada di tengah-tengah.

Dengan kepercayaan tersebut, maka rumah harus memiliki tiang yang berfungsi sebagai pemisah rumah dari dunia bawah dan dunia atas.

Posisi tiang pun tidak boleh langsung di atas tanah melainkan harus berada di atas umpak.

Masyarakat Sunda mengenal tiga jenis umpak, yaitu buleud atau umpak berbentuk bulat, lisung atau umpak berbentuk trapesium, dan balok atau umpak berbentuk kubus.

Namun begitu secara umum masyarakat Sunda lazim menggunakan umpak berbentuk bulat.

Sementara pemasangan umpak bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu diletakkan di atas permukaan tanah atau dina luhur taneuh, dan sebagian ditanam di dalam tanah atau dina jero taneuh.

Biasanya masyarakat Sunda meletakkan umpak dengan cara ditanam sebagian di dalam tanah.

Pada masyarakat tradisional Sunda seperti yang ada di wilayah Baduy Kajeroan, Kasepuhan Ciptagelar, Kampung Naga, dan Dukuh penggunaan genting untuk atap rumah merupakan sebuah pantangan.

Menurut kepercayaan masyarakat, genting terbuat dari tanah dimana tanah sendiri memiliki makna kematian.

Dikhawatirkan penggunaan atap genting bisa mendatangkan murka leluhur sehingga penghuni rumah bisa mengalami sakit, sial, ataupun kesusahan.

Sebagai salah satu warisan budaya leluhur, arsitektur bangunan rumah adat Sunda menyimpan berbagai makna filosofi di dalamnya.

Bukan hanya menyangkut hubungan manusia dengan alam sekitar tetapi juga hubungan manusia dengan manusia lainnya dalam kehidupan bermasyarakat.

Baca: Nama Rumah Adat Riau Beserta Gambar & Penjelasannya

Video

Bài mới nhất

Chủ Đề