Sabut kelapa muda

Bisnis dan Ekonomi

Pengolahan Sabut Kelapa, Limbah Yang Dapat Menghasilkan Puluhan Juta Rupiah

By Madina Pos 1 Oktober 2019 908 No comment

Madinapos.com Medan.

Setelah buah kelapa diturunkan dan isinya diambil untuk dijual, atau penjual air kelapa muda yang telah menguras isinya untuk dijadikan minuman segar, tinggallah sabut kelapa yang menumpuk. Terkadang jika sabut kelapa tua masih bisa dimanfaatkan untuk membantu pembakaran atau pengasapan ikan bagi masyarakat yang tinggal di pesisir, namun jika itu kelapa yang masih muda akan dibuang atau dibiarkan menumpuk dan menjadi onggokan sampah.

Padahal ditangan Pak Yanto, bersama dengan mesin buatannya sendiri limbah kelapa muda ataupun yang sudah tua dapat menghasilkan uang jika diolah menjadi cocofiber [serabut] dan cocopeat [serbuk]. Hasilnya lumayan, jika banyak bahannya bisa menghasilkan puluhan juta tiap bulannya, tak usah kuatir dengan pembeli, ada barang pembelipun datang, ungkap pria gaek anggota Forda UKM Sumatera Utara ini beberapa waktu lalu di kediamannya bersebelahan dengan home industri di Jalan Batang Kuis Lubuk Pakam, Deli Serdang yang kemudian penulis unggah kembali Senin [30/9].

Saat ditemui, Pak Yanto begitu biasa orang mengenalnya baru mengolah sabut kelapa menjadi serat yang diperuntukan berbagai produk kerajinan tangan seperti tali dan keset alas kaki namun juga serabut kelapa telah dibeli dari pihak luar negeri atau eksport, yah kalau untuk serat atau serabut ini banyak permintaannya, ada yang membuat untuk tali, keset rumah namun ada juga permintaan untuk eksport, sementara serbuknya atau cocopeat biasa untuk kebutuhan pertanian pencampur pengolahan kompos, ucapnya.

Ditempat saya ini semuanya datang, ada yang minta serabutnya namun kalau pedagang bunga atau untuk pengolahan lahan pertanian mereka minta serbuknya ini dan saya bisa jual 20 ribu/goni, kata mereka [petani] baik untuk ampuran kompor tanaman kentang, wortel dan jenis umbian lainnya, ucap Pak Yanto.

Diceritakan Pak Yanto, Pengolahan limbah Sabut kelapa juga sangat sederhana menggunakan alat yang dirakitnya sendiri, mulai dari proses pencacahan, pemisahan cocofit dan cocofiber sampai pengepresan dan packing dikerjakannya sendiri dibantu oleh istri dan 6 orang karyawannya yang mayoritas adalah ibu-ibu., setidaknya hasil pengolahan ini dapat memenuhi kebutuhan sendiri dan gaji karyawan, sekitar 30 jutaan perbulan, papar Pak Yanto sambil senyum.

Mengenai peluang pasar, permintaan cocofiber untuk pasar ekspor masih cukup tinggi, sehingga dengan kemampuan alat produksi yang dimilikinya tidak sanggup memenuhi kebutuhan tersebut. Dia mengharapkan perhatian dari masyarakat, pemuda dan pemerintah

untuk dapat membuat program yang mendukung produktivitas pengolahan limbah sabut kelapa ini sehingga akan muncul UKM baru yang ikut dalam proses ini dan berkontribusi untuk memenuhi permintaan pasar tersebut, ungkap Pak Yanto.

Ditambahkanya, bahwa usaha pengolahan sabut kelapa ini sangat mudah dikerjakan dari pengolahan, proses packing dan market nya yang masih segar bahkan bahan baku sangat mudah di dapatkan. Saya saja yang tinggal yang tinggal di kota mampu dan tidak pernah kekurangan bahan baku, konon lagi mereka yang tinggal didaerah yang memang penghasil kelapa seperti Kabupaten Asahan dan Mandailing Natal, daerah ini sangat berpotensi sebagai daerah penghasil cocofit dan cocofiber terbesar di Sumatera Utara, tuturnya.

Kepada media ini Pak Yanto mempersilahkan jika memang ada pelaku usaha didaerah yang mau belajar, silahkan datang dan belajar dan raih peluang dengan memanfaatkan limbah kelapa ini untuk menambah penghasilan, katanya sembari menutup percakapan.[Romadi]

loading...

Bagikan ini:

  • Tweet
  • WhatsApp

Komentar Facebook

Tags: #forda ukm #sabutkelapa #ukm

Video

Bài mới nhất

Chủ Đề