Sebutkan 3 akulturasi kebudayaan hindu budha dalam bidang seni bangunan

Perkembangan budaya biasanya terjadi karena adanya percampuran dua budaya atau lebih, dan menjadi budaya baru. Istilah percampuran budaya ini biasa disebutkan sebagai akulturasi budaya. Lebih lanjut, apa pengertian akulturasi itu sendiri?

Akulturasi adalah proses sosial yang timbul apabila terjadi percampuran dua kebudayaan atau lebih yang saling bertemu dan saling memengaruhi. Dalam akulturasi, sebagian menyerap secara selektif sedikit atau banyak unsur kebudayaan asing itu, sebagian berusaha menolak pengaruh itu.

Dalam hal ini terdapat perbedaan antara bagian kebudayaan yang sulit berubah dan terpengaruh oleh unsur-unsur kebudayaan asing [covert culture], dengan bagian kebudayaan yang mudah berubah dan terpengaruh oleh unsur-unsur budaya asing.

Baca Juga

Proses akulturasi tidak menyebabkan hilangnya unsur-unsur kebudayaan dari dua atau lebih kelompok masyarakat tadi. Kebudayaan asli masih bisa dilihat ciri-cirinya, serta dapat dibedakan dan dianalisis jika dibandingkan dengan kebudayaan dari luar.

Proses yang dilalui individu-individu untuk memperoleh aturan-aturan [budaya] dimulai dari masa awal hidupnya hingga akhir hayatnya. Melalui proses sosialisasi dan pendidikan pola-pola budaya ditanamkan ke dalam sistem saraf manusia dan menjadi kepribadian dan perilaku masing-masing indivdu.

Proses belajar ini menjadikan manusia harus berinteraksi dengan manusia yang lain dari anggota budaya lainnya yang juga memiliki pola-pola komunikasi serupa. Proses memperoleh pola-pola demikian oleh individu-individu itu disebut enkulturasi.

Advertising

Advertising

Proses enkulturasi sendiri mempunyai pengertian proses belajar dan menyesuaikan alam pikiran serta sikap terhadap adat istiadat, sistem, norma, serta semua peraturan yang terdapat dalam kebudayaan seseorang.

Hubungan antara budaya dan individu seperti dalam proses enkulturasi membuat manusia untuk menyesuaikan dirinya dengan keadaan. Secara bertahap seorang individu imigran belajar menciptakan situasi-situasi dan relasi-relasi yang tepat dalam masyarakat pribumi sejalan dengan berbagai transaksi yang ia lakukan dengan orang lain.

Pada saatnya, imigran akan menggunakan cara-cara berperilaku masyarakat pribumi untuk menyesuaikan diri dengan pola-pola yang dianut masyarakat setempat begitu juga sebaliknya. Perubahan pola dari pola lama ke pola yang baru ini disebut akulturasi.

Baca Juga

Proses akulturasi terjadi karena beberapa faktor, baik faktor pendorong maupun penghambatnya.

1. Faktor pendorong Akulturasi

  1. Kontak dengan kebudayaan lain
  2. Sistem pendidikan formal yang maju
  3. Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan untuk maju
  4. Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang [deviation]
  5. Sistem terbuka pada lapisan masyarakat
  6. Adanya penduduk yang heterogen
  7. Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu
  8. Adanya orientasi ke masa depan

2. Faktor penghambat Akulturasi adalah sebagai berikut;

  1. Perkembangan ilmu pengetahuan yang lambat
  2. Sikap masyarakat yang tradisional
  3. Adanya kepentingan yang telah tertanam dengan kuatnya.
  4. Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain.
  5. Adanya prasangka buruk terhadap hal-hal baru.
  6. Adanya hambatan yang bersifat ideologis.
  7. Adat atau kebiasaan

Contoh Akulturasi Budaya

Contoh akulturasi yang mudah ditemui ialah dalam perbauran kebudayaan Hindu-Buddha dan kebudayaan Islam dengan kebudayaan asli Indonesia.

Berikut beberapa contoh akulturasi budaya yang ada di Indonesia.

1. Seni Bangunan

Bentuk-bentuk bangunan candi di Indonesia pada umumnya merupakan bentuk akulturasi antara unsur-unsur budaya Hindu-Buddha dengan unsur budaya Indonesia asli. Bangunan yang megah, patung-patung perwujudan dewa atau Buddha, serta bagian-bagian candi dan stupa adalah unsur-unsur dari India. Bentuk candi-candi di Indonesia pada hakikatnya adalah punden berundak yang merupakan unsur Indonesia asli. Candi Borobudur merupakan salah satu contoh dari bentuk akulturasi tersebut.

2. Seni Rupa

Masuknya pengaruh India juga membawa perkembangan dalam bidang seni rupa, seni pahat, dan seni ukir. Hal ini dapat dilihat pada relief atau seni ukir yang dipahatkan pada bagian dinding-dinding candi. Misalnya, relief yang dipahatkan pada dinding-dinding pagar langkan di Candi Borobudur yang berupa pahatan riwayat Sang Buddha. Di sekitarnya terdapat lingkungan alam Indonesia seperti rumah panggung dan burung merpati.

Pada relief kala makara pada candi dibuat sangat indah. Hiasan relief kala makara, dasarnya adalah motif binatang dan tumbuh-tumbuhan. Hal semacam ini sudah dikenal sejak masa sebelum Hindu. Binatang-binatang itu dipandang suci, maka sering diabadikan dengan cara di lukis.

Baca Juga

Pengaruh India membawa perkembangan seni sastra di Indonesia. Seni sastra waktu itu ada yang berbentuk prosa dan ada yang berbentuk tembang [puisi]. Berdasarkan isinya, kesusasteraan dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu tutur [pitutur kitab keagamaan], kitab hukum, dan wiracarita [kepahlawanan].

Bentuk wiracarita ternyata sangat terkenal di Indonesia, terutama kitab Ramayana dan Mahabarata. Kemudian timbul wiracarita hasil gubahan dari para pujangga Indonesia. Misalnya, Baratayuda yang digubah oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh. Juga munculnya cerita-cerita Carangan.

Berkembangnya karya sastra terutama yang bersumber dari Mahabarata dan Ramayana, melahirkan seni pertunjukan wayang kulit [wayang purwa]. Pertunjukan wayang kulit di Indonesia, khususnya di Jawa sudah begitu mendarah daging. Isi dan cerita pertunjukan wayang banyak mengandung nilai-nilai yang bersifat edukatif [pendidikan]. Cerita dalam pertunjukan wayang berasal dari India, tetapi wayangnya asli dari Indonesia.Seni pahat dan ragam luas yang ada pada wayang disesuaikan dengan seni di Indonesia.

Di samping bentuk dan ragam hias wayang, muncul pula tokoh-tokoh pewayangan yang khas Indonesia. Misalnya tokoh-tokoh Punakawan seperti Semar, Gareng, dan Petruk. Tokoh-tokoh ini tidak ditemukan di India. Perkembangan seni sastra yang sangat cepat didukung oleh penggunaan huruf pallawa, misalnya dalam karya-karya sastra Jawa Kuno.

Pada prasasti-prasasti yang ditemukan terdapat unsur India dengan unsur budaya Indonesia.Misalnya, ada prasasti dengan huruf Nagari [India] dan huruf Bali Kuno [Indonesia].

4. Bahasa

Penggunaan bahasa pun sedikit dengan dipengaruhi oleh kebiasaan bahasa asing dan pun termasuk salah satu contonya akulturasi di zaman dahulu. Misalnya pada kerajaan Hindu-Buddha, bahasa Sanskerta begitu umum dipakai di kalangan masyarakat.

Hal ini dapat disaksikan pada sekian banyak prasasti atau batu bertulis peninggalan kerajaan Hindu-Buddha yang masih tidak sedikit menggunakan bahasa Sanskerta. Sementara aksara yang digunakan merupakan huruf Pallawa yang lantas dikembangkan menjadi huruf Jawa Kuno dan aksara Bali.

5. Seni Musik

Dari bidang musik contoh akulturasi ada pada musik etnik, dimana pada musik etnik ini memadukan antara dua jenis musik yaitu musik tradisional dan musik modern sehingga menghasilkan musik yang unik dan harmonis tanpa menghilangkan ciri khas masing-masing dari kedua musik tersebut. Dari musik ini juga kita dapat memperkenalkan musik tradisional dengan cara yang menarik dan kekinian.

Lihat Foto

Shutterstock/saiko3p

Ilustrasi Candi Borobudur

KOMPAS.com - Ketika pengaruh Hindu-Buddha masuk ke Indonesia, kebudayaan lama atau tradisi lokal masyarakatnya tidak lantas hilang.

Dua kebudayaan tersebut berinteraksi sehingga melahirkan beberapa kebudayaan baru sebagai bentuk perpaduan atau terjadi proses akulturasi.

Wujud akulturasi budaya lokal dengan Hindu-Buddha dapat dilihat dalam bentuk seni bangunan, seni ukir, karya sastra, ataupun kepercayaan.

Berikut ini contoh wujud akulturasi kebudayaan nusantara dan Hindu-Buddha yang banyak dijumpai hingga saat ini.

Seni bangunan

Candi Hindu maupun Buddha pada dasarnya merupakan perwujudan akulturasi budaya lokal dengan budaya India.

Unsur-unsur Hindu-Buddha dapat dilihat dari bangunan yang megah, patung-patung perwujudan dewa, serta bagian-bagian candi dan stupa.

Sementara bentuk candi yang pada hakikatnya adalah punden berundak merupakan unsur budaya lokal.

Baca juga: Daftar Kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia

Seni rupa dan seni ukir

Masuknya pengaruh Hindu-Buddha juga membawa perkembangan dalam bidang seni rupa, seni pahat, dan seni ukir.

Contohnya dapat dilihat pada relief yang dipahatkan pada bagian dinding-dinding candi.

Misalnya relief di Candi Borobudur yang berupa pahatan riwayat Sang Buddha di mana sekitarnya terdapat lingkungan alam Indonesia seperti rumah panggung dan burung merpati.

Akulturasi Kebudayaan merupakan percampuran dari unsur, ciri khas kebudayaan satu dan juga kebudayaan lain, percampuran inilah kemudian membentuk suatu Kebudayaan baru yang ciri khasnya berasal dari dua budaya itu. Unsur yang khas pada masing-masing kebudayaan itu tak dapat hilang dengan muncunya kebudayaan baru tersebut. Proses dari Akulturasi kebudayaan yang bercampur tersebu haruslah mempunyai unsur seimbang. Dan berikut contoh dari Akulturasi Kebudayaan Nusantara dengan kebudayaan Hindu Budha :

Macam Contoh Alkulturasi Hindu Budha

Akulturasi kebudayaan dari negara India masuk Indonesia kemudian mempengaruhi perkembangan dari seni sastra di Indonesia. Seni sastra yang berbentuk seperti tembang ataupun puisi dan bisa juga berbentuk prosa. Seni sastra bisa dibedakan jadi 3 bentuk, yaitu :

  • Jenis-Jenis dari Manusia Purba dengan ditemukan di Indonesia
  • Asal Usul dari Nenek Moyang dari Bangsa Indonesia
  • Sejarah Masuknya ajaran agama Islam ke Indonesia

Kitab Ramayana dan juga Mahabarata adalah salah satu dari kitab Kepahlawanan dan lumayan dikenal di Indonesia. Perkembangan seterusnya yakni dari kitab-kitab itu lalu muncul sebuah seni pertunjukan yang bernama Wayang Kulit. Nah, seni pertunjukan dari Wayang ini telah terkenal sekali terutama di Pulau Jawa, nilai-nilai dalam pertunjukan itu bersifat Edukatif. Dan menariknya adalah kalau cerita-cerita pada pertunjukan wayang itu berasal dari negara India tetapi wayangnya asli dibuat oleh orang Indonesia. Contoh tersebut adalah bentuk akulturasi kebudayaan dari nusantara dengan kebudayaan hindu budha.

Akulturasi kebudayaan dari nusantara dan kebudayaan hindu budha terlihat dalam seni bangunan, seperti contoh bangunan candi-candi kerajaan Hindu Budha di Indonesia. Bentuk candi tersebut adalah bentuk akulturasi antara unsur kebudayaan dari India dengan kebudayaan Nusantara. Unsur asli kebudayaan dalam seni bangunan adalah bentuknya punden berundak.

Baca Juga :  Akulturasi Kebudayaan Islam

Seni rupa dengan seni ukir adalah contoh akulturasi kebudayaan nusantara dengan kebudayaan hindu budha. Pengaruh akulturasi pada bidang seni Rupa dengan Seni ukir itu bisa dilihat dari  relief-relief candi. Contoh dari relief di dinding Candi Borobudur yakni adalah pahatan riwayat hidup Sang Buddha, pada sekitar relief itu terdapat sebuah relief berbentuk burung merpati dan juga rumah panggung dan itu adalah ciri khas unsur kebudayaan Indonesia. Disamping itu adajuga relief kala makara dengan memiliki motif binatang dan tumbuh-tumbuhan.

Pada awalnya bangsa Indonesia merupakan menyembah roh dari nenek moyang, namun sesesudah masuk pengaruh kebudayaan dari India, kepercayaan yang memang teah dianut yakni animisme tak hilang jika dilihat dari fungsi candi yang ada di Indonesia.

Di India, candi fungsinya adalah untuk tempat pemujaan. Tetapi, di Indonesia disamping utnuk tempat pemujaan, namun, juga dipakai sebagai tempat pemakaman raja-raja. Dari penjelasan diatas, bahwa memang ada perpaduan kebudayaan yakni fungsi candi di India dan juga tradisi pemujaan roh dari nenek moyang serta sebagai pemakaman di Indonesia.

Pada awanya sistem pemerintahan diIndonesia bersifat sederhana, dimana rakyat mengangkat pemimpin menjadi kepala suku. Dengan riteria : seorang yang senior, punya kesaktian, dapat membimbing, ekonominya lebih, punya wibawa serta arif. Tetapi sesudah pengaruh kebudayaan India masuk, sistem kepercayaan lama tak hilang begitu saja.

Karena pemimpin-pemimpin yang memang telah ada selanjutnya diangkat jadi seorang raja dengan kekuasaannya yakni kerajaan. Bukti dari akulturasi kebudayaan Nusantara dengan kebudayaan Hindu Budha pada bidang pemerintahan bisa dilihat dari syarat seorang bisa menjadi seorang raja, yaitu harus mempunyai kesaktian danjuga wibawa. Raja dengan kesaktian dinila punya  kedekatan dengan para dewa.

Arsitektur pada bidang Arsitektur seperti bentuk bangunan keagamaan yakni banyak candi yang  terkenal di masa Hindu Budha. Contohnya : Candi Tikus, Candi Sewu, Candi Gedong Song,Candi Cetho, Candi Jatulanda dan sebagainya.

Akulturasi padaseni pertunjukan yakni sepertipada pertunjukan seni wayang. Pertunjukan tersebut sudah dikenal di Indonesia dari sejak zaman prasejarah. sekarang ini, pertunjukanwayang biasa dikaitkan dengan magis seperti pemujaan nenekmoyang melalui bayangan dari bentuk wayang. Disamping itu, lakon pewayangan juga banyak bercerita tentang petualangan dan juga kepahlawanan. Contohnyayakni “murwakala dan juga dewi sri’.

Baca Juga :  Sejarah Kerajaan Hindu Budha Di Indonesia

Perkembangan Hindu-Budha Di Indonesia

Ada beberapa hipotesis yang dikemukakan para ahli tentang perkembangan Hindu-Buddha di Indonesia.

Hipotesis ini mengungkapkan bahwa kaum brahmana amat berperan dalam upaya penyebaran budaya Hindu di Indonesia. Para brahmana mendapat undangan dari penguasa Indonesia untuk menobatkan raja dan memimpin upacara-upacara keagamaan. Pendukung hipotesis ini adalah Van Leur.

Pada hipotesis ksatria, peranan penyebaran agama dan budaya Hindu dilakukan oleh kaum ksatria. Menurut hipotesis ini, di masa lampau di India sering terjadi peperangan antargolongan di dalam masyarakat. Para prajurit yang kalah atau jenuh menghadapi perang, lantas meninggalkan India. Rupanya, diantara mereka ada pula yang sampai ke wilayah Indonesia. Mereka inilah yang kemudian berusaha mendirikan koloni-koloni baru sebagai tempat tinggalnya. Di tempat itu pula terjadi proses penyebaran agama dan budaya Hindu. F.D.K. Bosch adalah salah seorang pendukung hipotesis ksatria.

Menurut para pendukung hipotesis waisya, kaum waisya yang berasal dari kelompok pedagang telah berperan dalam menyebarkan budaya Hindu ke Nusantara. Para pedagang banyak berhubungan dengan para penguasa beserta rakyatnya. Jalinan hubungan itu telah membuka peluang bagi terjadinya proses penyebaran budaya Hindu. N.J. Krom adalah salah satu pendukung dari hipotesis waisya.

Von van Faber mengungkapkan bahwa peperangan yang tejadi di India telah menyebabkan golongan sudra menjadi orang buangan. Mereka kemudian meninggalkan India dengan mengikuti kaum waisya. Dengan jumlah yang besar, diduga golongan sudralah yang memberi andil dalam penyebaran budaya Hindu ke Nusantara.

Selain pendapat di atas, para ahli menduga banyak pemuda di wilayah Indonesia yang belajar agama Hindu dan Buddha ke India. Di perantauan mereka mendirikan organisasi yang disebut Sanggha. Setelah memperoleh ilmu yang banyak, mereka kembali untuk menyebarkannya. Pendapat semacam ini disebut Teori Arus Balik.

Pada umumnya para ahli cenderung kepada pendapat yang menyatakan bahwa masuknya budaya Hindu ke Indonesia itu dibawa dan disebarluaskan oleh orang-orang Indonesia sendiri. Bukti tertua pengaruh budaya India di Indonesia adalah penemuan arca perunggu Buddha di daerah Sempaga [Sulawesi Selatan]. Dilihat dari bentuknya, arca ini mempunyai langgam yang sama dengan arca yang dibuat di Amarawati [India].

Baca Juga :  Pengertian Pencemaran Air

Para ahli memperkirakan, arca Buddha tersebut merupakan barang dagangan atau barang persembahan untuk bangunan suci agama Buddha. Selain itu, banyak pula ditemukan prasasti tertua dalam bahasa Sanskerta dan Malayu kuno. Berita yang disampaikan prasasti-prasasti itu memberi petunjuk bahwa budaya Hindu menyebar di Kerajaan Sriwijaya pada abad ke-7 Masehi.

Masuknya Pengaruh Unsur Kebudayaan Hindu-Buddha

Ketika memasuki zaman sejarah, masyarakat di Indonesia telah menganut kepercayaan animisme dan dinamisme. Masyarakat mulai menerima sistem kepercayaan baru, yaitu agama Hindu-Buddha sejak berinteraksi dengan orang-orang India. Budaya baru tersebut membawa perubahan pada kehidupan keagamaan, misalnya dalam hal tata krama, upacara-upacara pemujaan, dan bentuk tempat peribadatan.

Sistem pemerintahan kerajaan dikenalkan oleh orang-orang India. Dalam sistem ini kelompok-kelompok kecil masyarakat bersatu dengan kepemilikan wilayah yang luas. Kepala suku yang terbaik dan terkuat berhak atas tampuk kekuasaan kerajaan. Oleh karena itu, lahir kerajaan-kerajaan, seperti Kutai, Tarumanegara, dan Sriwijaya.

Salah satu tradisi megalitikum adalah bangunan punden berundak-undak. Tradisi tersebut berpadu dengan budaya India yang mengilhami pembuatan bangunan candi. Jika kita memperhatikan Candi Borobudur, akan terlihat bahwa bangunannya berbentuk limas yang berundak-undak. Hal ini menjadi bukti adanya paduan budaya India-Indonesia.

Kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia meninggalkan beberapa prasasti yang sebagian besar berhuruf Pallawa dan berbahasa Sanskerta. Dalam perkembangan selanjutnya bahkan hingga saat ini, bahasa Indonesia memperkaya diri dengan bahasa Sanskerta itu. Kalimat atau kata-kata bahasa Indonesia yang merupakan hasil serapan dari bahasa Sanskerta, yaitu Pancasila, Dasa Dharma, Kartika Eka Paksi, Parasamya Purnakarya Nugraha, dan sebagainya.

Berkembangnya pengaruh India di Indonesia membawa kemajuan besar dalam bidang sastra. Karya sastra terkenal yang mereka bawa adalah kitab Ramayana dan Mahabharata. Adanya kitab-kitab itu memacu para pujangga Indonesia untuk menghasilkan karya sendiri. Karya-karya sastra yang muncul di Indonesia adalah:

  • Arjunawiwaha, karya Mpu Kanwa,
  • Sutasoma, karya Mpu Tantular, dan
  • Negarakertagama, karya Mpu Prapanca.

demikianlah artikel dari duniapendidikan.co.id mengenai Akulturasi Kebudayaan Hindu Budha : Pengertian, Macam, Contoh, Perkembangan, dan Masuk Pengaruh Unsurnya, semoga artikel ini bermanfaat bagi anda semuanya.

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề