Sebutkan 4 kegiatan yang mencerminkan tindakan menjunjung tinggi bahasa persatuan

Grace Eirin Senin, 9 Agustus 2021 | 13:00 WIB

Contoh sikap yang mencerminkan persatuan dan kesatuan di lingkungan sekolah. [Photo by Agung Pandit Wiguna from Pexels]

Bobo.id - Pada buku materi kelas 4 SD revisi 2017, teman-teman akan mempelajari mengenai sikap persatuan dan kesatuan dalam perbedaan. 

Sikap persatuan dan kesatuan dibutuhkan dalam pergaulan masyarakat Indonesia sebagai pengamalan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. 

Baca Juga: Mengapa Burung Garuda Mencengkeram Pita Bertuliskan Bhinneka Tunggal Ika? Ketahui Juga Artinya!

Dengan memiliki sikap yang mencerminkan persatuan dan kesatuan, dapat menciptakan kerukunan di lingkungan sekitar kita. 

Nah, teman-teman, apa saja ya contoh kegiatan yang mencerminkan sikap persatuan dan kesatuan dalam perbedaan di lingkungan sekolah?

Untuk menemukan kunci jawaban dari soal tersebut, kita bisa menyimak penjelasan berikut. 

Page 2

Page 3

Photo by Agung Pandit Wiguna from Pexels

Contoh sikap yang mencerminkan persatuan dan kesatuan di lingkungan sekolah.

Bobo.id - Pada buku materi kelas 4 SD revisi 2017, teman-teman akan mempelajari mengenai sikap persatuan dan kesatuan dalam perbedaan. 

Sikap persatuan dan kesatuan dibutuhkan dalam pergaulan masyarakat Indonesia sebagai pengamalan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. 

Baca Juga: Mengapa Burung Garuda Mencengkeram Pita Bertuliskan Bhinneka Tunggal Ika? Ketahui Juga Artinya!

Dengan memiliki sikap yang mencerminkan persatuan dan kesatuan, dapat menciptakan kerukunan di lingkungan sekitar kita. 

Nah, teman-teman, apa saja ya contoh kegiatan yang mencerminkan sikap persatuan dan kesatuan dalam perbedaan di lingkungan sekolah?

Untuk menemukan kunci jawaban dari soal tersebut, kita bisa menyimak penjelasan berikut. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

KOMPAS.com - Momen Sumpah Pemuda dikenang sebagai awal dari perjuangan menuju Indonesia merdeka. Dalam Kongres Pemuda II di Jakarta pada 28 Oktober 1928, para pemuda memang memahami dibutuhkannya persatuan untuk bangkit dari keterpurukan menuju era bergerak dan berjuang.

Masa-masa keterpurukan akibat penjajahan, mementingkan sikap kedaerahan diharapkan hilang dan berubah menjadi persatuan bersama.

Meski demikian, Sumpah Pemuda tak hanya menandai akan kesadaran bersama sebagai anak bangsa, melainkan juga menjadi tonggak mula digunakannya bahasa Indonesia.

Dalam Kongres Pemuda II itu, para pemuda dari berbagai suku bangsa yang masing-masing memiliki bahasanya sendiri, sepakat untuk menjadikan bahasa Indonesia yang berakar dari bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan.

Kongres pertama

Pergerakan pemuda melawan penjajah di Indonesia sebenarnya sudah ada sejak penjajahan itu masuk ke Nusantara. Namun, momentum pergerakan itu tercatat saat para pemuda mulai menghimpun diri dalam bentuk organisasi.

Dengan demikian, tahun 1908 tercatat sebagai tonggak kebangkitan nasional. Pada 1908 memang tercatat sejumlah organisasi pemuda berdiri, misalnya Boedi Oetomo di Batavia dan Perhimpunan Indonesia yang merupakan perkumpulan pelajar Indonesia di Belanda.

Setelah itu, muncul juga sejumlah organisasi pemuda yang berbasis kedaerahan. Misalnya, ada Tri Koro Dharmo yang kemudian berganti nama menjadi Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Celebes, dan lainnya.

Pada 1926, para pemuda itu kemudian menyadari bahwa mereka membutuhkan persatuan agar bisa melepaskan diri dari belenggu penjajahan. Kongres Pemuda I pun digelar pada 30 April - 2 Mei 1926.

Saat itu, Kongres Pemuda bermaksud untuk menyatukan para organisasi pemuda ke dalam satu wadah bersama. Pertemuan akbar itu dianggap tak menghasilkan apa-apa, ada yang menilai karena masing-masing kelompok pemuda masih memprioritaskan perjuangan bersifat kedaerahan. 

Baca juga: Sejarah Sumpah Pemuda, Tekad Anak Bangsa Bersatu demi Kemerdekaan

Bahasa persatuan

Lihat Foto

Dok. Kompas

28 Oktober 1928 di halaman depan Gedung IC, Jl. Kramat 106, Jakarta. Tampak duduk dari kiri ke kanan antara lain [Prof.] Mr. Sunario, [Dr.] Sumarsono, [Dr.] Sapuan Saatrosatomo, [Dr.] Zakar, Antapermana, [Prof. Drs.] Moh. Sigit, [Dr.] Muljotarun, Mardani, Suprodjo, [Dr.] Siwy, [Dr.] Sudjito, [Dr.] Maluhollo. Berdiri dari kiri ke kanan antara lain [Prof. Mr.] Muh. Yamin, [Dr.] Suwondo [Tasikmalaya], [Prof. Dr.] Abu Hanafiah, Amilius, [Dr.] Mursito, [Mr.] Tamzil, [Dr.] Suparto, [Dr.] Malzar, [Dr.] M. Agus, [Mr.] Zainal Abidin, Sugito, [Dr.] H. Moh. Mahjudin, [Dr.] Santoso, Adang Kadarusman, [Dr.] Sulaiman, Siregar, [Prof. Dr.] Sudiono Pusponegoro, [Dr.] Suhardi Hardjolukito, [Dr.] Pangaribuan Siregar dan lain-lain.

Meski Kongres Pemuda I belum berhasil menghasilkan kesepakatan bersama, namun saat itu sudah muncul kemauan juga gagasan akan persatuan.

Salah satunya diungkap oleh Ketua Jong Sumatranen Bond, Mohammad Yamin, yang mengungkapkan gagasan akan dibutuhkannya bahasa persatuan.

Dikutip dari buku Cendekiawan dan Kekuasaan dalam Negara Orde Baru [2003], melalui pidatonya, "Kemungkinan Bahasa-bahasa dan Kesusastraan di Masa Mendatang", Yamin "menyodorkan" bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan.

Menurut Yamin, bahasa Melayu penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan bukan disebabkan bahasa itu lebih unggul ketimbang bahasa dari daerah lain.

Bahasa Jawa, Bahasa Sunda, Bahasa Aceh, Bahasa Bugis, Bahasa Batak, dan bahasa dari daerah lain dianggap bagus, namun penggunaannya masih terbatas, pun wilayah penyebarannya. Ini berbeda dengan bahasa Melayu yang sudah banyak digunakan sebagai bahasa pengantar di Nusantara, selain bahasa Arab dan bahasa Belanda.

"Saya yakin seyakin-yakinnya bahwa bahasa Melayu lambat laun akan menjadi bahasa pergaulan dan bahasa persatuan yang ditentukan untuk orang Indonesia. Dan kebudayaan Indonesia masa depan akan mendapatkan pengungkapannya dalam bahasa itu," demikian pidato Yamin.

Selain itu, Jong Sumatranen Bond sendiri pernah mendiskusikan bahasa persatuan ini sejak 1923. Kelak, penggunaan "bahasa Indonesia" ini diharapkan mendesak penggunaan bahasa Belanda.

Dilansir dari buku Indonesia dalam Arus Sejarah [2013], gagasan ini pun masih sebatas wacana. Belum ada kesepakatan yang diambil dalam Kongres Pemuda I, termasuk soal bahasa persatuan.

Sebagai Ketua Kongres, Mohammad Tabrani Soerjowitjiro merasa kurang setuju dengan pemikiran Yamin mengenai penggunaaan bahasa Melayu. 

Tabrani mempunyai gagasan akan bahasa persatuan tanpa menggunakan bahasa daerah. Selain itu, Bahasa Jawa juga tak disetujui sebagai bahasa persatuan, meskipun etnis Jawa ketika itu lebih mendominasi perkumpulan pemuda ini.

Lihat Foto

Istimewa/DOKUMENTASI HARIAN KOMPAS

Tokoh bangsa yang juga telah diangkat sebagai pahlawan nasional, Mohammad Yamin

Menjunjung bahasa persatuan

Para pemuda yang merasa belum dapat menyatukan pandangan dalam Kongres Pemuda I tetap melakukan sejumlah pertemuan. Setelah sejumlah pertemuan antarkelompok pemuda, mereka kemudian sepakat menggelar Kongres Pemuda II di Batavia pada 27-28 Oktober 1928.

Gagasan mengenai bahasa persatuan kembali mewarnai Kongres Pemuda II, yang kembali diungkap Mohammad Yamin.

Dalam kongres itu, Yamin kembali mengungkapkan ketidaksetujuan akan fusi sejumlah organisasi pemuda yang bersifat kedaerahan ke dalam satu organisasi. Namun, dia juga tidak ingin kongres tidak menghasilkan apa-apa.

Menurut Yamin, bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku bangsa ini memang membutuhkan kemauan untuk bersatu. Meski begitu, dia tetap berharap kekhasan daerah tidak hilang.

Saat kongres tengah berlangsung, Yamin mulai menuliskan gagasan "Sumpah Pemuda" tersebut dalam suatu kertas. Kertas itu kemudian dia sodorkan kepada Soegondo Djojopoespito, yang saat itu menjabat Ketua Kongres.

"Ik heb een eleganter formulering voor de resolutie [Saya punya rumusan resolusi yang elegan]," kata Yamin kepada Soegondo, dikutip dari buku Mengenang Mahaputra Prof. Mr. H. Muhammad Yamin Pahlawan Nasional RI [2003].

Adapun, Adapun hasil dari Kongres Pemuda II pada 28 Oktober 1928 yang berasal dari gagasan rumusan Yamin adalah:

Pertama: Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia.

Kedua: Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia

Ketiga: Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Mengenai bahasa, "rumusan resolusi yang elegan" yang dimaksud Yamin adalah untuk menjunjung bahasa persatuan dengan maksud tiap suku bangsa tidak menghilangkan kekhasan bahasa daerahnya masing-masing.

Baca juga: Mohammad Yamin, Tokoh Bangsa yang Merumuskan Sumpah Pemuda...

Tentang kata "Indonesia"

Meski berakar dari bahasa Melayu, namun pada akhirnya kongres menyepakati "penggunaan bahasa Indonesia". Kelak, bahasa Indonesia sendiri memang mengambil sejumlah serapan dari bahasa daerah, juga bahasa asing seperti bahasa Arab, bahasa Belanda, dan bahasa Inggris.

Penggunaan kata "Indonesia" sendiri semakin populer digunakan sejak awal abad ke-20. Misalnya, kelompok pelajar Indonesia di Belanda yang semula menamakan diri "Indische Vereeniging" atau Perhimpunan Hindia [Belanda] kemudian berganti nama menjadi "Indonesische Vereeniging" atau Perhimpunan Indonesia.

Dilansir dari dokumentasi Harian Kompas edisi 17 November 2002, awal munculnya nama "Indonesia" terlacak dari Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia [JIAEA] yang terbit di Singapura pada 1850 volume IV.

Di jurnal itu, seorang penulis, Windsor Earl memunculkan istilah "Indunesia" dan "Melayunesia" untuk menyebut kepulauan di Hindia.

Sementara itu di jurnal yang sama, seorang asal Skotlandia yang menjadi editor jurnal, James Richardson Logan, menulis artikel "The Ethnology of the Indian Archipelago" [Etnologi Kepulauan Hindia] yang secara spesifik menyebut istilah "Indonesia".

Pada awal tulisannya, Logan menyebutkan bahwa diperlukan nama khas bagi kepulauan yang sekarang dikenal sebagai Indonesia. Alasannya, istilah "Indian Archipelago" terlalu panjang.

Logan kemudian memungut nama Indunesia yang dibuang Earl, dan huruf u digantinya dengan huruf o agar ucapannya lebih baik.

Maka lahirlah istilah Indonesia yang dipahami oleh pemuda dan dijadikan pernyataan melalui sebuah bahasa persatuan. Hingga nama Indonesia menjadi identitas bangsa ini.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link //t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề