Sebutkan beberapa hambatan dalam komunikasi Bisnis lintas budaya

Diposkan oleh Unknown

Definisi yang pertama dikemukakan didalam buku “Intercultural Communication: A Reader” dimana dinyatakan bahwa komunikasi antar budaya [intercultural communication] terjadi apabila sebuah pesan [message] yang harus dimengerti dihasilkan oleh anggota dari budaya tertentu untuk konsumsi anggota dari budaya yang lain [Samovar & Porter, 1994, p. 19].Definisi lain diberikan oleh Liliweri bahwa proses komunikasi antar budaya merupakan interaksi antarpribadi dan komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh beberapa orang yang memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda [2003, p. 13]. Apapun definisi yang ada mengenai komunikasi antar budaya [intercultural communication] menyatakan bahwa komunikasi antar budaya terjadi apabila terdapat 2 [dua] budaya yang berbeda dan kedua budaya tersebut sedang melaksanakan proses komunikasi.

Hambatan Komunikasi Antar Budaya


Hambatan komunikasi atau yang juga dikenal sebagai communication barrier adalah segala sesuatu yang menjadi penghalang untuk terjadinya komunikasi yang efektif [Chaney & Martin, 2004, p. 11]. Contoh dari hambatan komunikasi antabudaya adalah kasus anggukan kepala, dimana di Amerika Serikat anggukan kepala mempunyai arti bahwa orang tersebut mengerti sedangkan di Jepang anggukan kepala tidak berarti seseorang setuju melainkan hanya berarti bahwa orang tersebut mendengarkan. Dengan memahami mengenai komunikasi antar budaya maka hambatan komunikasi [communication barrier] semacam ini dapat kita lalui.

Jenis-Jenis Hambatan Komunikasi Antar Budaya

Hambatan komunikasi [communication barrier] dalam komunikasi antar budaya [intercultural communication] mempunyai bentuk seperti sebuah gunung es yang terbenam di dalam air. Dimana hambatan komunikasi yang ada terbagi dua menjadi yang diatas air [above waterline] dan dibawah air [below waterline]. Faktor-faktor hambatan komunikasi antar budaya yang berada dibawah air [below waterline] adalah faktor-faktor yang membentuk perilaku atau sikap seseorang, hambatan semacam ini cukup sulit untuk dilihat atau diperhatikan. Jenis-jenis hambatan semacam ini adalah persepsi [perceptions], norma [norms], stereotip [stereotypes], filosofi bisnis [business philosophy], aturan [rules],jaringan [networks], nilai [values], dan grup cabang [subcultures group].

Sedangkan terdapat 9 [sembilan] jenis hambatan komunikasi antar budaya yang berada diatas air [above waterline]. Hambatan komunikasi semacam ini lebih mudah untuk dilihat karena hambatan-hambatan ini banyak yang berbentuk fisik.Hambatan-hambatan tersebut adalah [Chaney & Martin, 2004, p. 11 – 12]:1. Fisik [Physical]Hambatan komunikasi semacam ini berasal dari hambatan waktu, lingkungan, kebutuhan diri, dan juga media fisik.2. Budaya [Cultural]Hambatan ini berasal dari etnik yang berbeda, agama, dan juga perbedaan sosial yang ada antara budaya yang satu dengan yang lainnya.3. Persepsi [Perceptual]Jenis hambatan ini muncul dikarenakan setiap orang memiliki persepsi yang berbeda-beda mengenai suatu hal. Sehingga untuk mengartikan sesuatu setiap budaya akan mempunyai pemikiran yang berbeda-beda.4. Motivasi [Motivational]Hambatan semacam ini berkaitan dengan tingkat motivasi dari pendengar, maksudnya adalah apakah pendengar yang menerima pesan ingin menerima pesan tersebut atau apakah pendengar tersebut sedang malas dan tidak punya motivasi sehingga dapat menjadi hambatan komunikasi.5. Pengalaman [Experiantial]Experiental adalah jenis hambatan yang terjadi karena setiap individu tidak memiliki pengalaman hidup yang sama sehingga setiap individu mempunyai persepsi dan juga konsep yang berbeda-beda dalam melihat sesuatu.6. Emosi [Emotional]Hal ini berkaitan dengan emosi atau perasaan pribadi dari pendengar. Apabila emosi pendengar sedang buruk maka hambatan komunikasi yang terjadi akan semakin besar dan sulit untuk dilalui.7. Bahasa [Linguistic]Hambatan komunikasi yang berikut ini terjadi apabila pengirim pesan [sender]dan penerima pesan [receiver] menggunakan bahasa yang berbeda atau penggunaan kata-kata yang tidak dimengerti oleh penerima pesan.8. NonverbalHambatan nonverbal adalah hambatan komunikasi yang tidak berbentuk kata-kata tetapi dapat menjadi hambatan komunikasi. Contohnya adalah wajah marah yang dibuat oleh penerima pesan [receiver] ketika pengirim pesan [sender] melakukan komunikasi. Wajah marah yang dibuat tersebut dapat menjadi penghambat komunikasi karena mungkin saja pengirim pesan akan merasa tidak maksimal atau takut untuk mengirimkan pesan kepada penerima pesan.9. Kompetisi [Competition]Hambatan semacam ini muncul apabila penerima pesan sedang melakukan kegiatan lain sambil mendengarkan. Contohnya adalah menerima telepon selular sambil menyetir, karena melakukan 2 [dua] kegiatan sekaligus maka penerima pesan tidak akan mendengarkan pesan yang disampaikan melalui telepon selularnya secara maksimal.

MAKALAH

“KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA”

Diajukan Sebagai

Tugas Mata Kuliah Komunikasi Bisnis

Nanang Suryadi, SE. MM.

Oleh    :

Muhammad Irsyad Gulam Bustomi           185020201111049

Mochammad Hasan Bisri                            185020201111050

Elok Dwi Wijayanti                                      185020207111016

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS EKONOMI & BISNIS

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

MALANG

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Di era globalisasi dewasa ini , komunikasi antar budaya merupakan hal yang penting bagi semua penduduk dunia. Kemunculan komunikasi antar budaya di desak oleh adanya interdependensi antar bangsa yang semakin nyata, baik itu di bidang ekonomi, iptek, politik, dan lain-lain. Mobilitas penduduk dunia yang semakin tinggi dan kemajuan teknologi komunikasi yang berkembang pesat juga semakin memungkinkan terjadinya komunikasi anatr budaya.  Perbedaan kultur dari orang- orang yang berkomunikasi yang menyangkut kepercayaan, nilai, serta cara berperilaku serta latar belakang budaya yang berbeda inilah yang menjadi ciri terpenting yang menandai komunikasi antar budaya. Tak dapat dipungkiri semakin pentingnya arti komunikasi antar budaya yang menempati posisi sentral dalam dinamika sosial dewasa ini, oleh karena itu dalam makalah ini akan dibahas mengenai fungsi komunikasi antar budaya, yaitu meliputi fungsi  pribadi dan sosial komunikasi antar budaya. Tapi sebelumnya perlu kita ketahui juga mengenai hakikat komunikasi antar budaya, prinsip- prinsip komunikasi antar budaya, serta saluran komunikasi antar budaya.

1.2  Tujuan

–        Memahami pentingnya komunikasi bisnis lintas budaya

–        Memahami budaya dan perbedaan budaya

–        Memahami cara menghindari reaksi etnosentris

BAB II

PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Komunikasi Bisnis Lintas Budaya

Komunikasi Bisnis Lintas Budaya adalah komunikasi yang digunakan dalam dunia bisnis baik komunikasi verbal maupun nonverbal dengan memperhatikan faktor-faktor budaya disuatu daerah, wilayah, atau negara. Pengertian lintas buday adalam hal ini bukanlah semata-mata budaya asing [internasional], tetapi juga budaya yang tumbuh dan berkembang di berbagai daerah dalam wilayah suatu negara. Sebagaimana diketahui, setiap daerah yang ada di Indonesia ini memiliki kekhasan budaya yang tidak dimiliki oleh daerah lainnya, seperti bagaimana seseorang berkomunikasi dengan orang lain, bagaimana seseorang menghargai orang lain, bagaimana mereka memanfaatkan waktu yang ada, bagaimana mereka bekerja, bagaimana mereka meyakini atau memp ercayai sesuatu yang sudah turun-temurun dari nenek moyang mereka, bagaimana mereka berpakaian, dan bagaimana mereka memperlakukan suatu produk.

Begitu pula pelaku bisnis, apabila pelaku bisnis akan melakukan ekspansi bisnisnya ke daerah lain atau negara lain, pemahaman budaya disuatu daerah atau negara tersebut menjadi sangat penting artinya, termasuk bagaimana memahami produk-produk musiman disuatu negara, agar tidak terjadi kesalahan fatal yang dapat mengakibatkan kegagalan bisnis.

2.2  Pentingnya Komunikasi Bisnis Lintas Budaya

Komunikasi bisnis lintas budaya adalah proses menngirim dan menerima pesan bisnis antarindividu yang berbeda budaya. Perbedaan budaya merupakan salah satu hambatan komunikasi yang palimg sulit diatasi. Namun, berkomunikasi dengan seseorang yang berbeda budayanya tidak mungkin dihindari, terlebih lagi dalam era globalisasi.

Menurut Tian Guang dan Dan Trotter [2012], yang dimaksud dengan komunikasi bisnis lintas budaya adalah komunikasi bisnis diantara konsumen atau antara konsumen yang berbeda budaya dengan pemasar paling tidak pada salah satu aspek dasar budaya seperti bahasa, agama, norma-norma sosial, nilai-nilai, pendidikan, dan gaya hidup.

Komunikasi bisnis lintas budaya menuntut organisasi atau perusahaan untuk lebih sensitif terhadap adanya perbedaan budaya. Menghormati hak terhadap budaya oleh konsumen dalam berbagai budaya dan pasar, para pemasar hendaknya memahami bahwa konsumen mereka memiliki hak terhadap budaya masing-masing. Jika seorang pemasar ingin sukses dalam pemasaran lintas budaya maka mereka harus menghormati nilai-nilai serta hak yang dimiliki oleh konsumen.

Perusahaan keluarga atau tertutup telah banyak berubah menjadi Perusahaan terbuka. perusahaan lokal dan nasional telah berkembang menjadi Multinational Company [MNC] yang berskala internasional. Misalnya, Unilever, P&G, IBM, dan Coca-Cola membuka cabangnya di berbagai negara atau berafiliasi dengan perusahaan asing. Meningkatnya kerja sama perdagangan dan berkurangnya halangan untuk memasuki pasar akan memperluas arena perdagangan internasional. Contoh kerja sama perdagangan global adalah WTO. AFTA, dan NAFTA.

Operasi global akan meningkatkan kebutuhan untuk berkomunikasi dengan budaya asing. Baik berada di negara sendiri maupun di negara asing, tetap ada kemungkinan untuk berkomunikasi dengan seseorang dengan berbagai latar belakang budaya dan bahasa. Interaksi lintas budaya terjadi dalam komunikasi internal maupun ekstenal perusahaan. Dalam komunikasi internal akan terjadi interaksi antarpekerja yang berasal dari berbagai bangsa dan suku bangsa. Sementara dalam komunikasi ekstermal, perusahaan akan berhadapan dengan pelanggan, pemasok, investor, dan pesaing dari berbagai negara. Untuk mempermudah komunikasi, pekerja tidak hanya dituntut mampu menggunakan bahasa yang berlaku secara internasional, tetapi juga meningkatkan pemahaman terhadap budaya asing.

2.3  Memahami Budaya dan Perbedaan Budaya

Budaya adalah simbol, keyakinan, sikap, nilai, harapan, dan norma tingkah laku yang dimiliki bersama [Bovee dan Thill, 2003:68]. Budaya juga diarti- kan sebagai konvensi-konvensi kebiasaan, sikap. dan perilaku sekelompok orang [Heart, 2004:125]. Semua anggota suatu budaya memiliki asumsi serupa mengenai bagaimana seharusnya berpikir, bertingkah laku, dan ber- komunikasi. Mereka bertindak cenderung dengan cara yang serupa sesuai asumsi yang dianut.

Budaya dimiliki oleh seluruh manusia, hanya saja terdapat persamaan dan perbedaan dalam aspek – aspek tetentu. setiap manusia menganut budayanya sendiri-sendiri. Budaya memengruhi seseorang sejak dalam kandungan  sampai meninggal dunia, bahkan perlakuan setelah meninggal dunia pun dipengaruhi oleh budaya.

Komunikasi lintas budaya terjadi dalam berbagai situasi, yang berkisar dari interaksi antara orang-orang yang budayanya berbeda secara ekstrim hingga dalam interaksi antara  orang-orang yang budayanya sama, tetapi subbudayanya atau subkelompok budayanya berbeda. Besarnya perbedaan antara budaya yang satu dengan yang lain terganntung pada tingkat keunikan masing-masing.

Mengakui dan mengakomodasikan perbedaan budaya tanpa mengharapkan orang dari budaya mana pun untuk meninggalkan identitas diri merupakan langkah penting ke arah komunikasi lintas budaya yang efektif. Komunikasi lintas budaya yang efektif bergantung pada pemahaman terhadap perbedaan budaya. Selain mempermudah hubungan bisnis, pemahaman terhadap perbedaan budaya sekaligus juga meningkatkan reputasi perusahaan.

2.31        Mengenali Perbedaan Budaya

ketika seseorang sedang berkomunikasi, pada umumnya orang tersebut akan berasumsi mengenai budayanya sendiri dan menganggap orang lain memiliki budayanya sendiri. perbedaan budaya muncul dalam nilai-nilai sosial, gagasan mengenai status, kebiasaan membuat keputusan, sikap terhadap waktu, penggunaan ruang, konteks budaya, bahasa tubuh, sopan santun, dan tingkah laku etis [Bovee dan Thill, 2003:69].

Nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat. nilai-nilai sosial dapat mempengaruhi tindakan seseorang.

Budaya juga menentukan cara seseorang dalam menunjukkan rasa hormat kepada atasan. konsep status juga berbeda-beda. misalnya, manajer puncak di Amerika Serikat emiliki ruang kerja khusus. namun di prancis, manajer puncak bekerja diruang terbuka dan dikelilingi para menajer menegah.

Di amerika serikat dan kanada, pelaku bisnis berusaha memcapai keputusan secepat dan seefisien mungkin. manajer puncak cukup memikirkan hal-hal pokok saja. sedangkan di yunani, mengabaikan rincian dianggap sebagai sikap menghindar dan tidak dapat di percaya. di pakistan, pengambilan keputusan cukup dilakukan oleh eksekutif tinggi. di sina dan jepang, pengambilan keputusan dilakukan secara konsensus melalui proses yang rumit dan waktu yang panjang. persetujuan harus lengkap dan tidak ada aturan mayoritas.

Perbedaan konsep mengenai waktu dapat menimbulkan salah pengertian. bagi eksekutif Amerika Serikat dan Jerman, waktu menjadi penentu rencana kerja agar bisa efisien dan fokus pada satu kegiatan pada periode tertentu. pengaturan berbagai aktivitas dibatasi oleh waktu. Bagi eksekutif di Asia, membangun fondasi hubungan bisnis jauh lebih penting daripada menepati batas waktu atau jadwal yang ketat. waktu yang dierlukan untuk saling mengenal dan menjajagi latar belakang relasi bisnis cukup fleskibel.

Ruang memiliki arti yang berbeda dalam budaya yang berbeda. prang kanada dan amerika serikat biasanya berdiri terpisah sekitar 5 kaki ketika berbicara mengenai bisnis. jarak tersebut terlalu dekat bagi orang jerman dan jepang. akan tetapi, bagi orang arab dan amerika latin. jarak tersebut tidak nyaman karena terlalu jauh.

Salah satu cara yang digunakan seseorang untuk memberikan arti pada sebuah pesan adalah menuruti konteks budayanya. Konteks budaya merupakan petunjuk fisik dan pemahaman implisit yang menyertai makna di antara mereka yang berkomunikasi. Antropolog Edward T. Hall [dalam Quible. 1996:409] membagi konteks budaya menjadi dua tingkat. yaitu budaya konteks tinggi [high context culture] dan budaya konteks rendah [low context culture].

Budaya konteks tinggi [misalnya., Korea dan Taiwan] cenderung lebih memperhatikan petunjuk yang bersifat nonverbal [ekspresi muka, bahasa tubuh] daripada verbal. Sebaliknya, budaya konteks rendah [misalnya, Amerika dan Eropa] lebih memperhatikan pesan yang diungkapkan secara verbal. Oleh karena itu, bagi budaya konteks rendah, persetujuan tertulis dianggap lebih mengikat karena memiliki dasar hukum yang kuat. Sebaliknya, bagi budaya konteks tinggi, jaminan dan kepercayaan pribadi lebih penting daripada kontrak dan pandangan terhadap hukum yang lebih fleksibel. Komunikasi yang terjadi antara orang-orang yang berasal dari kelompok budaya yang sama akan berlangsung lebih lancar dan mudah.

Bahasa tubuh bisa dipergunakan untuk membantu menjelaskan pesan yang membingungkan. Namun, bahasa tubuh juga bisa menjadi penyebab adanya salah pengertian antarbudaya. Menguasai bahasa suatu budaya tidak berarti juga menguasai bahasa tubuhnya. Orang-orang dari budaya berbeda kadang-kadang salah membaca tanda yang dikirimkan oleh bahasa tubuh. Misalnya, untuk menyatakan ‘tidak’, orang Amerika Serikat dan Kanada akan menggeleng, orang Bulgaria mengangguk, orang Jepang mengangkat tangan kanan, dan orang Sisilia mengangkat dagunya.

Ucapan selamat datang disampaikan oleh orang Indonesia dengan cara bersalaman. Sementara suku Indian mengucapkan selamat datang dengan menjulurkan lidah. Bagi orang Amerika Serikat, menjulurkan lidah merupakan suatu ejekan.

  1. Tingkah Laku Sosial dan Sopan Santun

Sesuatu yang dianggap sopan oleh suatu budaya mungkin dianggap kasar oleh budaya lain. Aturan mengenai tingkah laku sopan bervariasi antara satu negara dengan negara yang lain. Memberi hadiah kepada istri orang lain dianggap tidak sopan oleh orang Arab. Menaikkan kaki ke atas meja dan memberikan sesuatu dengan tangan kiri dianggap biasa oleh orang Amerika Serikat, tetapi dianggap sebagai penghinaan oleh orang Mesir. Di Spanyol, jabatan tangan berlangstung lima sampai tujuh kali ayunan, dan menarik tangan terlalu cepat bisa diartikan sebagai penolakan. Sementara di Perancis, orang lebih suka berjabatan tangan hanya dengan sekali ayunan. Tuan rumah di negara-negara Arab akan merasa dipermalukan apabila tamunya menolak makanan, minuman, dan keramahtamahan dalam bentuk apapun.

  1. Tingkah Laku Legal dan Etis

Di beberapa negara, perusahaan sering memberi bayaran ekstra kepada pejabat pemerintah untuk mendapatkan kontrak pemerintah. Hal itu sudah menjadi kehiasaan yang rutin dan tidak dianggap ilegal. Namun, di Amerika Serikat hal ini dipandang sebagai suap, ilegal, dan tidak etis. Perusahaan yang berdiri di Amerika Serikat dilarang membayar ekstra kepada pegawai negeri di mana pun. Di Inggris dan Amerika Serikat, seseorang dianggap tidak bersalah hingga terbukti menang bersalah. Di Meksiko dan Turki, seseorang dianggap bersalah hingga bisa mem- buktikan tidak bersalah. Perbedaan itu sangat penting bagi perusahaan yang terlibat perselisihan legal di negara lain.

Budaya perusahaan adalah cara perusahaan melakukan sesuatu. Budaya membentuk perasaan orang mengenai perusah.an dan pekerjaan yang dilakukan, cara menginterpretasikan dan mengartikan tindakan yang dilakukan orang lain, harapan yang menyangkut perubahan dalam bisnis, dan bagaimana cara pandang terhadap perubahan tersebut. Lebih dari separuh kemitraan perusahaan gagal karena adanya benturan budaya perusahaan.

2.32        Menghadapi Hambatan Komunikasi Lintas Budaya

Hambatan komunikasi dalam komunikasi lintas budaya mempunyai bentuk seperti sebuah gunung es yang terbenam didalam air. Dimana hambatan komunikasi yang ada terbagi dua menjadi yang diatas air [above waterline] dan dibawah air [below waterline].

Faktor-faktor hambatan komunikasi lintas budaya yang berada dibawah air [below waterline] adalah faktor-faktor yang membentuk perilaku atau sikap seseorang, hambatan semacam ini cukup sulit untuk dilihat atau diperhatikan. Jenis-jenis hambatan semacam ini adalah persepsi, norma, stereotip, filosofi bisnis, aturan, jaringan, nilai dan grup cabang.

Terdapat 9 [sembilan] jenis hambatan komunikasi lintas budaya yang berada diatas air [above waterline]. Hambatan komunikasi semacam ini lebih mudah untuk dilihat karena hambatan-hambatan ini banyak yang berbentuk fisik, hambatan-hambatan tersebut adalah

  1. Fisik [Physical]. Hambatan komunikasi semacam ini berasal dari hambatan waktu, lingkungan, kebutuhan diri dan media fisik
  2. Budaya [Cultural]. Hambatan ini berasal dari etnik yang berbeda, agama dan juga perbedaan sosial yang ada antara budaya satu dengan yang lainnya
  3. Persepsi [Perceptual]. Jenis hambatan ini muncul dikarenakan setiap orang memiliki persepsi yang berbeda-beda mengenai suatu hal, sehingga untuk mengartikan sesuatu setiap budaya akan mempunyai pemikiran yang berbeda-beda
  4. Motivasi [Motivational]. Hambatan semacam ini berkaitan dengan tingkat motivasi dari pendengar, maksudnya adalah apakah pendengar yang menerima pesan ingin menerima pesan tersebut atau malas dan tidak punya motivasi sehingga dapat menjadi hambatan komunikasi
  5. Pengalaman [Experiantial]. Experiental adalah jenis hambatan yang terjadi karena setiap individu tidak memiliki pengalaman hidup yang sama sehingga setiap individu mempunyai persepsi dan juga konsep yang berbeda-beda dalam melihat sesuatu
  6. Emosi [Emotional]. Hal ini berkaitan dengan emosi atau perasaan pribadi dari pendengar, apabila emosi pendengar sedang buruk maka hambatan komunikasi yang terjadi akan semakin besar dan sulit untuk dilalui
  7. Bahasa [Linguistic]. Hambatan komunikasi yang berikut ini terjadi apabila pengirim pesan [sender] dan penerima pesan [receiver] menggunakan bahasa yang berbeda atau penggunaan kata-kata yang tidak dimengerti oleh penerima pesan
  8. Nonverbal. Hambatan nonverbal adalah hambatan komunikasi yang tidak berbentuk kata-kata tetapi dapat menjadi hambatan komunikasi, contohnya adalah wajah marah yang dibuat oleh penerima pesan ketika pengirim pesan melakukan komunikasi. Wajah marah yang dibuat tersebut dapat menjadi penghambat komunikasi karena mungkin saja pengirim pesan akan merasa tidak maksimal atau takut untuk mengirimkan pesan kepada penerima pesan.
  9. Kompetisi [Competition]. Hambatan semacam ini muncul apabila menerima pesan sedang melakukan kegiatan lain sambil mendengarkan, contohnya adalah menerima telepon selular sambil menyetir, karena melakukan dua kegiatan sekaligus maka penerima pesan tidak akan mendengarkan pesan yang disampaikan melalui telepon secara maksimal.

2.4  Menghadapi Reaksi Etnosentris

Etnosentrisme adalah kecenderungan untuk menilai semua kelompok lain menurut standar, tingkah laku, dan tradisi kelompok sendiri serta memandang elompok lain lebih rendah [Bovee dan Thill, 2003:78], semakin besar kesamaan kelompok lain dengan kelompoknya semakin dekat mereka dengan kelompok tersebut. Orang yang etnosentris sering berpandangan streotip, yaitu berusaha memperkirakan tingkah laku atau karakter individu atas dasar keanggotaan mereka dalam kelompok atau kelas tertentu.

Dalam komunikasi lintas budaya, etnosentris bisa menjadi akar permasalahan resialisme apabila seseorang memberikan reaksi etnosentris dalam berkomunikasi, berarti orang tersebut tidak memahami dan tidak menerima adanya perbedaan budaya. Komunikasi akan terancam gagal karena adanya ketersinggungan. untuk menghindari reaksi etnosentris dapat dpiergunakan beberapa cara berikut [Haryani, 2001:69]

Tidak ada budaya inferior dan superior, selain itu tidak ada budaya yang salah dan tidak ada budaya yang benar. Pelaku komunikasi harus menghargai budaya pihak lain dan menerapkan budaya sendiri untuk kelompok sendiri

Kaidah emas adalah memperlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan. Cara itu relative muda dilakukan karena tidak perlu dilakukan pemahaman terhadap nilai-nilai yang dianut orang lain.

Kaidah timah adalah memperlakukan orang lain sebagaimana mereka memperlakukan diri mereka sendiri. Cara itu relative lebih sulit dari kaidah emas karena harus memahami nilainilai yang dianut orang lain.

BAB III

PENUTUP

3.1  Kesimpulan

Dengan melihat perkembangan atau tren yang ada saat ini, komunikasi bisnis lintas budaya sangat penting artinya bagi terjalinnya harmonisasi bisnis di antara mereka. Bagaimanapun diperlukan suatu pemahaman bersama antara dua orang atau lebih dalam melakukan komunikasi lintas budaya, baik melalui tulisan maupun lisan. Semakin banyaknya pola kerja sama maupun kesepakatan ekonomi di berbagai kawasan dunia saat ini akan menjadikan komunikasi bisnis lintas budaya semakin penting.

3.2  Saran

Hendaknya para pelaku bisnis dan masyarakat umum mau mempelajari dan memahami perbedaan budaya disekitarnya agar tidak terjadi kesalahpahaman dan kesenjangan komunikasi. Bagi para budayawan hendaknya dapat dengan suka rela berbagi pengetahuan akan budayanya baik itu budaya yang bersifat verbal maupun yang nonverbal guna mengatasi kesenjangan dan perselisihan antar budaya dalam hal apapun.

DAFTAR PUSTAKA

Dewi,Sutrisna. 2006.  Komunikasi Bisnis. Yogyakarta: Penerbit Andi

Supiandi, Haris. “Hambatan dalam Komunikasi Antarbudaya”. Juli 2013. //harissupiandi.blogspot.com/2013/07/hambatan-dalam-komunikasi-antar-budaya.html

Oleh    :

Muhammad Irsyad Gulam Bustomi           185020201111049

Mochammad Hasan Bisri                            185020201111050

Elok Dwi Wijayanti                                      185020207111016

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS EKONOMI & BISNIS

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

MALANG

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Di era globalisasi dewasa ini , komunikasi antar budaya merupakan hal yang penting bagi semua penduduk dunia. Kemunculan komunikasi antar budaya di desak oleh adanya interdependensi antar bangsa yang semakin nyata, baik itu di bidang ekonomi, iptek, politik, dan lain-lain. Mobilitas penduduk dunia yang semakin tinggi dan kemajuan teknologi komunikasi yang berkembang pesat juga semakin memungkinkan terjadinya komunikasi anatr budaya.  Perbedaan kultur dari orang- orang yang berkomunikasi yang menyangkut kepercayaan, nilai, serta cara berperilaku serta latar belakang budaya yang berbeda inilah yang menjadi ciri terpenting yang menandai komunikasi antar budaya. Tak dapat dipungkiri semakin pentingnya arti komunikasi antar budaya yang menempati posisi sentral dalam dinamika sosial dewasa ini, oleh karena itu dalam makalah ini akan dibahas mengenai fungsi komunikasi antar budaya, yaitu meliputi fungsi  pribadi dan sosial komunikasi antar budaya. Tapi sebelumnya perlu kita ketahui juga mengenai hakikat komunikasi antar budaya, prinsip- prinsip komunikasi antar budaya, serta saluran komunikasi antar budaya.

1.2  Tujuan

–        Memahami pentingnya komunikasi bisnis lintas budaya

–        Memahami budaya dan perbedaan budaya

–        Memahami cara menghindari reaksi etnosentris

BAB II

PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Komunikasi Bisnis Lintas Budaya

Komunikasi Bisnis Lintas Budaya adalah komunikasi yang digunakan dalam dunia bisnis baik komunikasi verbal maupun nonverbal dengan memperhatikan faktor-faktor budaya disuatu daerah, wilayah, atau negara. Pengertian lintas buday adalam hal ini bukanlah semata-mata budaya asing [internasional], tetapi juga budaya yang tumbuh dan berkembang di berbagai daerah dalam wilayah suatu negara. Sebagaimana diketahui, setiap daerah yang ada di Indonesia ini memiliki kekhasan budaya yang tidak dimiliki oleh daerah lainnya, seperti bagaimana seseorang berkomunikasi dengan orang lain, bagaimana seseorang menghargai orang lain, bagaimana mereka memanfaatkan waktu yang ada, bagaimana mereka bekerja, bagaimana mereka meyakini atau memp ercayai sesuatu yang sudah turun-temurun dari nenek moyang mereka, bagaimana mereka berpakaian, dan bagaimana mereka memperlakukan suatu produk.

Begitu pula pelaku bisnis, apabila pelaku bisnis akan melakukan ekspansi bisnisnya ke daerah lain atau negara lain, pemahaman budaya disuatu daerah atau negara tersebut menjadi sangat penting artinya, termasuk bagaimana memahami produk-produk musiman disuatu negara, agar tidak terjadi kesalahan fatal yang dapat mengakibatkan kegagalan bisnis.

2.2  Pentingnya Komunikasi Bisnis Lintas Budaya

Komunikasi bisnis lintas budaya adalah proses menngirim dan menerima pesan bisnis antarindividu yang berbeda budaya. Perbedaan budaya merupakan salah satu hambatan komunikasi yang palimg sulit diatasi. Namun, berkomunikasi dengan seseorang yang berbeda budayanya tidak mungkin dihindari, terlebih lagi dalam era globalisasi.

Menurut Tian Guang dan Dan Trotter [2012], yang dimaksud dengan komunikasi bisnis lintas budaya adalah komunikasi bisnis diantara konsumen atau antara konsumen yang berbeda budaya dengan pemasar paling tidak pada salah satu aspek dasar budaya seperti bahasa, agama, norma-norma sosial, nilai-nilai, pendidikan, dan gaya hidup.

Komunikasi bisnis lintas budaya menuntut organisasi atau perusahaan untuk lebih sensitif terhadap adanya perbedaan budaya. Menghormati hak terhadap budaya oleh konsumen dalam berbagai budaya dan pasar, para pemasar hendaknya memahami bahwa konsumen mereka memiliki hak terhadap budaya masing-masing. Jika seorang pemasar ingin sukses dalam pemasaran lintas budaya maka mereka harus menghormati nilai-nilai serta hak yang dimiliki oleh konsumen.

Perusahaan keluarga atau tertutup telah banyak berubah menjadi Perusahaan terbuka. perusahaan lokal dan nasional telah berkembang menjadi Multinational Company [MNC] yang berskala internasional. Misalnya, Unilever, P&G, IBM, dan Coca-Cola membuka cabangnya di berbagai negara atau berafiliasi dengan perusahaan asing. Meningkatnya kerja sama perdagangan dan berkurangnya halangan untuk memasuki pasar akan memperluas arena perdagangan internasional. Contoh kerja sama perdagangan global adalah WTO. AFTA, dan NAFTA.

Operasi global akan meningkatkan kebutuhan untuk berkomunikasi dengan budaya asing. Baik berada di negara sendiri maupun di negara asing, tetap ada kemungkinan untuk berkomunikasi dengan seseorang dengan berbagai latar belakang budaya dan bahasa. Interaksi lintas budaya terjadi dalam komunikasi internal maupun ekstenal perusahaan. Dalam komunikasi internal akan terjadi interaksi antarpekerja yang berasal dari berbagai bangsa dan suku bangsa. Sementara dalam komunikasi ekstermal, perusahaan akan berhadapan dengan pelanggan, pemasok, investor, dan pesaing dari berbagai negara. Untuk mempermudah komunikasi, pekerja tidak hanya dituntut mampu menggunakan bahasa yang berlaku secara internasional, tetapi juga meningkatkan pemahaman terhadap budaya asing.

2.3  Memahami Budaya dan Perbedaan Budaya

Budaya adalah simbol, keyakinan, sikap, nilai, harapan, dan norma tingkah laku yang dimiliki bersama [Bovee dan Thill, 2003:68]. Budaya juga diarti- kan sebagai konvensi-konvensi kebiasaan, sikap. dan perilaku sekelompok orang [Heart, 2004:125]. Semua anggota suatu budaya memiliki asumsi serupa mengenai bagaimana seharusnya berpikir, bertingkah laku, dan ber- komunikasi. Mereka bertindak cenderung dengan cara yang serupa sesuai asumsi yang dianut.

Budaya dimiliki oleh seluruh manusia, hanya saja terdapat persamaan dan perbedaan dalam aspek – aspek tetentu. setiap manusia menganut budayanya sendiri-sendiri. Budaya memengruhi seseorang sejak dalam kandungan  sampai meninggal dunia, bahkan perlakuan setelah meninggal dunia pun dipengaruhi oleh budaya.

Komunikasi lintas budaya terjadi dalam berbagai situasi, yang berkisar dari interaksi antara orang-orang yang budayanya berbeda secara ekstrim hingga dalam interaksi antara  orang-orang yang budayanya sama, tetapi subbudayanya atau subkelompok budayanya berbeda. Besarnya perbedaan antara budaya yang satu dengan yang lain terganntung pada tingkat keunikan masing-masing.

Mengakui dan mengakomodasikan perbedaan budaya tanpa mengharapkan orang dari budaya mana pun untuk meninggalkan identitas diri merupakan langkah penting ke arah komunikasi lintas budaya yang efektif. Komunikasi lintas budaya yang efektif bergantung pada pemahaman terhadap perbedaan budaya. Selain mempermudah hubungan bisnis, pemahaman terhadap perbedaan budaya sekaligus juga meningkatkan reputasi perusahaan.

2.31        Mengenali Perbedaan Budaya

ketika seseorang sedang berkomunikasi, pada umumnya orang tersebut akan berasumsi mengenai budayanya sendiri dan menganggap orang lain memiliki budayanya sendiri. perbedaan budaya muncul dalam nilai-nilai sosial, gagasan mengenai status, kebiasaan membuat keputusan, sikap terhadap waktu, penggunaan ruang, konteks budaya, bahasa tubuh, sopan santun, dan tingkah laku etis [Bovee dan Thill, 2003:69].

Nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat. nilai-nilai sosial dapat mempengaruhi tindakan seseorang.

Budaya juga menentukan cara seseorang dalam menunjukkan rasa hormat kepada atasan. konsep status juga berbeda-beda. misalnya, manajer puncak di Amerika Serikat emiliki ruang kerja khusus. namun di prancis, manajer puncak bekerja diruang terbuka dan dikelilingi para menajer menegah.

Di amerika serikat dan kanada, pelaku bisnis berusaha memcapai keputusan secepat dan seefisien mungkin. manajer puncak cukup memikirkan hal-hal pokok saja. sedangkan di yunani, mengabaikan rincian dianggap sebagai sikap menghindar dan tidak dapat di percaya. di pakistan, pengambilan keputusan cukup dilakukan oleh eksekutif tinggi. di sina dan jepang, pengambilan keputusan dilakukan secara konsensus melalui proses yang rumit dan waktu yang panjang. persetujuan harus lengkap dan tidak ada aturan mayoritas.

Perbedaan konsep mengenai waktu dapat menimbulkan salah pengertian. bagi eksekutif Amerika Serikat dan Jerman, waktu menjadi penentu rencana kerja agar bisa efisien dan fokus pada satu kegiatan pada periode tertentu. pengaturan berbagai aktivitas dibatasi oleh waktu. Bagi eksekutif di Asia, membangun fondasi hubungan bisnis jauh lebih penting daripada menepati batas waktu atau jadwal yang ketat. waktu yang dierlukan untuk saling mengenal dan menjajagi latar belakang relasi bisnis cukup fleskibel.

Ruang memiliki arti yang berbeda dalam budaya yang berbeda. prang kanada dan amerika serikat biasanya berdiri terpisah sekitar 5 kaki ketika berbicara mengenai bisnis. jarak tersebut terlalu dekat bagi orang jerman dan jepang. akan tetapi, bagi orang arab dan amerika latin. jarak tersebut tidak nyaman karena terlalu jauh.

Salah satu cara yang digunakan seseorang untuk memberikan arti pada sebuah pesan adalah menuruti konteks budayanya. Konteks budaya merupakan petunjuk fisik dan pemahaman implisit yang menyertai makna di antara mereka yang berkomunikasi. Antropolog Edward T. Hall [dalam Quible. 1996:409] membagi konteks budaya menjadi dua tingkat. yaitu budaya konteks tinggi [high context culture] dan budaya konteks rendah [low context culture].

Budaya konteks tinggi [misalnya., Korea dan Taiwan] cenderung lebih memperhatikan petunjuk yang bersifat nonverbal [ekspresi muka, bahasa tubuh] daripada verbal. Sebaliknya, budaya konteks rendah [misalnya, Amerika dan Eropa] lebih memperhatikan pesan yang diungkapkan secara verbal. Oleh karena itu, bagi budaya konteks rendah, persetujuan tertulis dianggap lebih mengikat karena memiliki dasar hukum yang kuat. Sebaliknya, bagi budaya konteks tinggi, jaminan dan kepercayaan pribadi lebih penting daripada kontrak dan pandangan terhadap hukum yang lebih fleksibel. Komunikasi yang terjadi antara orang-orang yang berasal dari kelompok budaya yang sama akan berlangsung lebih lancar dan mudah.

Bahasa tubuh bisa dipergunakan untuk membantu menjelaskan pesan yang membingungkan. Namun, bahasa tubuh juga bisa menjadi penyebab adanya salah pengertian antarbudaya. Menguasai bahasa suatu budaya tidak berarti juga menguasai bahasa tubuhnya. Orang-orang dari budaya berbeda kadang-kadang salah membaca tanda yang dikirimkan oleh bahasa tubuh. Misalnya, untuk menyatakan ‘tidak’, orang Amerika Serikat dan Kanada akan menggeleng, orang Bulgaria mengangguk, orang Jepang mengangkat tangan kanan, dan orang Sisilia mengangkat dagunya.

Ucapan selamat datang disampaikan oleh orang Indonesia dengan cara bersalaman. Sementara suku Indian mengucapkan selamat datang dengan menjulurkan lidah. Bagi orang Amerika Serikat, menjulurkan lidah merupakan suatu ejekan.

  1. Tingkah Laku Sosial dan Sopan Santun

Sesuatu yang dianggap sopan oleh suatu budaya mungkin dianggap kasar oleh budaya lain. Aturan mengenai tingkah laku sopan bervariasi antara satu negara dengan negara yang lain. Memberi hadiah kepada istri orang lain dianggap tidak sopan oleh orang Arab. Menaikkan kaki ke atas meja dan memberikan sesuatu dengan tangan kiri dianggap biasa oleh orang Amerika Serikat, tetapi dianggap sebagai penghinaan oleh orang Mesir. Di Spanyol, jabatan tangan berlangstung lima sampai tujuh kali ayunan, dan menarik tangan terlalu cepat bisa diartikan sebagai penolakan. Sementara di Perancis, orang lebih suka berjabatan tangan hanya dengan sekali ayunan. Tuan rumah di negara-negara Arab akan merasa dipermalukan apabila tamunya menolak makanan, minuman, dan keramahtamahan dalam bentuk apapun.

  1. Tingkah Laku Legal dan Etis

Di beberapa negara, perusahaan sering memberi bayaran ekstra kepada pejabat pemerintah untuk mendapatkan kontrak pemerintah. Hal itu sudah menjadi kehiasaan yang rutin dan tidak dianggap ilegal. Namun, di Amerika Serikat hal ini dipandang sebagai suap, ilegal, dan tidak etis. Perusahaan yang berdiri di Amerika Serikat dilarang membayar ekstra kepada pegawai negeri di mana pun. Di Inggris dan Amerika Serikat, seseorang dianggap tidak bersalah hingga terbukti menang bersalah. Di Meksiko dan Turki, seseorang dianggap bersalah hingga bisa mem- buktikan tidak bersalah. Perbedaan itu sangat penting bagi perusahaan yang terlibat perselisihan legal di negara lain.

Budaya perusahaan adalah cara perusahaan melakukan sesuatu. Budaya membentuk perasaan orang mengenai perusah.an dan pekerjaan yang dilakukan, cara menginterpretasikan dan mengartikan tindakan yang dilakukan orang lain, harapan yang menyangkut perubahan dalam bisnis, dan bagaimana cara pandang terhadap perubahan tersebut. Lebih dari separuh kemitraan perusahaan gagal karena adanya benturan budaya perusahaan.

2.32        Menghadapi Hambatan Komunikasi Lintas Budaya

Hambatan komunikasi dalam komunikasi lintas budaya mempunyai bentuk seperti sebuah gunung es yang terbenam didalam air. Dimana hambatan komunikasi yang ada terbagi dua menjadi yang diatas air [above waterline] dan dibawah air [below waterline].

Faktor-faktor hambatan komunikasi lintas budaya yang berada dibawah air [below waterline] adalah faktor-faktor yang membentuk perilaku atau sikap seseorang, hambatan semacam ini cukup sulit untuk dilihat atau diperhatikan. Jenis-jenis hambatan semacam ini adalah persepsi, norma, stereotip, filosofi bisnis, aturan, jaringan, nilai dan grup cabang.

Terdapat 9 [sembilan] jenis hambatan komunikasi lintas budaya yang berada diatas air [above waterline]. Hambatan komunikasi semacam ini lebih mudah untuk dilihat karena hambatan-hambatan ini banyak yang berbentuk fisik, hambatan-hambatan tersebut adalah

  1. Fisik [Physical]. Hambatan komunikasi semacam ini berasal dari hambatan waktu, lingkungan, kebutuhan diri dan media fisik
  2. Budaya [Cultural]. Hambatan ini berasal dari etnik yang berbeda, agama dan juga perbedaan sosial yang ada antara budaya satu dengan yang lainnya
  3. Persepsi [Perceptual]. Jenis hambatan ini muncul dikarenakan setiap orang memiliki persepsi yang berbeda-beda mengenai suatu hal, sehingga untuk mengartikan sesuatu setiap budaya akan mempunyai pemikiran yang berbeda-beda
  4. Motivasi [Motivational]. Hambatan semacam ini berkaitan dengan tingkat motivasi dari pendengar, maksudnya adalah apakah pendengar yang menerima pesan ingin menerima pesan tersebut atau malas dan tidak punya motivasi sehingga dapat menjadi hambatan komunikasi
  5. Pengalaman [Experiantial]. Experiental adalah jenis hambatan yang terjadi karena setiap individu tidak memiliki pengalaman hidup yang sama sehingga setiap individu mempunyai persepsi dan juga konsep yang berbeda-beda dalam melihat sesuatu
  6. Emosi [Emotional]. Hal ini berkaitan dengan emosi atau perasaan pribadi dari pendengar, apabila emosi pendengar sedang buruk maka hambatan komunikasi yang terjadi akan semakin besar dan sulit untuk dilalui
  7. Bahasa [Linguistic]. Hambatan komunikasi yang berikut ini terjadi apabila pengirim pesan [sender] dan penerima pesan [receiver] menggunakan bahasa yang berbeda atau penggunaan kata-kata yang tidak dimengerti oleh penerima pesan
  8. Nonverbal. Hambatan nonverbal adalah hambatan komunikasi yang tidak berbentuk kata-kata tetapi dapat menjadi hambatan komunikasi, contohnya adalah wajah marah yang dibuat oleh penerima pesan ketika pengirim pesan melakukan komunikasi. Wajah marah yang dibuat tersebut dapat menjadi penghambat komunikasi karena mungkin saja pengirim pesan akan merasa tidak maksimal atau takut untuk mengirimkan pesan kepada penerima pesan.
  9. Kompetisi [Competition]. Hambatan semacam ini muncul apabila menerima pesan sedang melakukan kegiatan lain sambil mendengarkan, contohnya adalah menerima telepon selular sambil menyetir, karena melakukan dua kegiatan sekaligus maka penerima pesan tidak akan mendengarkan pesan yang disampaikan melalui telepon secara maksimal.

2.4  Menghadapi Reaksi Etnosentris

Etnosentrisme adalah kecenderungan untuk menilai semua kelompok lain menurut standar, tingkah laku, dan tradisi kelompok sendiri serta memandang elompok lain lebih rendah [Bovee dan Thill, 2003:78], semakin besar kesamaan kelompok lain dengan kelompoknya semakin dekat mereka dengan kelompok tersebut. Orang yang etnosentris sering berpandangan streotip, yaitu berusaha memperkirakan tingkah laku atau karakter individu atas dasar keanggotaan mereka dalam kelompok atau kelas tertentu.

Dalam komunikasi lintas budaya, etnosentris bisa menjadi akar permasalahan resialisme apabila seseorang memberikan reaksi etnosentris dalam berkomunikasi, berarti orang tersebut tidak memahami dan tidak menerima adanya perbedaan budaya. Komunikasi akan terancam gagal karena adanya ketersinggungan. untuk menghindari reaksi etnosentris dapat dpiergunakan beberapa cara berikut [Haryani, 2001:69]

Tidak ada budaya inferior dan superior, selain itu tidak ada budaya yang salah dan tidak ada budaya yang benar. Pelaku komunikasi harus menghargai budaya pihak lain dan menerapkan budaya sendiri untuk kelompok sendiri

Kaidah emas adalah memperlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan. Cara itu relative muda dilakukan karena tidak perlu dilakukan pemahaman terhadap nilai-nilai yang dianut orang lain.

Kaidah timah adalah memperlakukan orang lain sebagaimana mereka memperlakukan diri mereka sendiri. Cara itu relative lebih sulit dari kaidah emas karena harus memahami nilainilai yang dianut orang lain.

BAB III

PENUTUP

3.1  Kesimpulan

Dengan melihat perkembangan atau tren yang ada saat ini, komunikasi bisnis lintas budaya sangat penting artinya bagi terjalinnya harmonisasi bisnis di antara mereka. Bagaimanapun diperlukan suatu pemahaman bersama antara dua orang atau lebih dalam melakukan komunikasi lintas budaya, baik melalui tulisan maupun lisan. Semakin banyaknya pola kerja sama maupun kesepakatan ekonomi di berbagai kawasan dunia saat ini akan menjadikan komunikasi bisnis lintas budaya semakin penting.

3.2  Saran

Hendaknya para pelaku bisnis dan masyarakat umum mau mempelajari dan memahami perbedaan budaya disekitarnya agar tidak terjadi kesalahpahaman dan kesenjangan komunikasi. Bagi para budayawan hendaknya dapat dengan suka rela berbagi pengetahuan akan budayanya baik itu budaya yang bersifat verbal maupun yang nonverbal guna mengatasi kesenjangan dan perselisihan antar budaya dalam hal apapun.

DAFTAR PUSTAKA

Dewi,Sutrisna. 2006.  Komunikasi Bisnis. Yogyakarta: Penerbit Andi

Supiandi, Haris. “Hambatan dalam Komunikasi Antarbudaya”. Juli 2013. //harissupiandi.blogspot.com/2013/07/hambatan-dalam-komunikasi-antar-budaya.html

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề