Sebutkan cara cara mengetahui nilai estetis dalam seni Budaya

Nilai estetis karya seni rupa merupakan salah satu aspek analisis seni yang paling diperhatikan. Pada tataran pemahaman yang sederhana, nilai estetis sering hanya dikaitkan dengan keindahan atau unsur bagus-jeleknya suatu karya saja. Namun, sebetulnya pemahaman nilai estetis sangatlah terjal dan menyebar pada berbagai sudut pandang yang berbeda. Apakah seseorang dianggap cantik harus selalu putih? Apakah lukisan yang indah itu harus realis/natural? Bukankah indah atau cantik itu relatif?

Estetika adalah cabang filsafat yang hingga kini masih terus memperdebatkan mengenai sesuatu yang indah. Berbagai dialog juga terus terjadi antara berbagai ilmu yang mempertanyakan hal serupa. Misalnya, dalam kacamata sosiologi, bukankah tidak adil jika yang harus dijadikan tokoh protagonist dalam suatu seri favorit harus selalu orang-orang yang berparas tampan atau cantik dan memiliki tubuh yang dianggap ideal oleh masyarakat? Bukankah kita harus terus progresif dan semakin menyamaratakan seluruh umat manusia tanpa membeda-bedakan warna kulit?

Berbagai pertanyaan estetika yang belum terjawab dan akan terus diperdebatkan ini tentunya berlaku pula pada karya seni rupa. Namun, untuk mengerucutkan fokus pembahasan pada pokok permasalahan artikel ini, hal yang akan dibahas di sini adalah spesifik terhadap nilai estetis pada karya seni rupa dan merujuk pada satu asumsi umum yang sudah cukup mapan.

Jenis Nilai Estetis

Untuk membedakan nilai estetis mana yang akan kita lihat, kita harus membedakan nilai estetis berdasarkan sudut pandang estetika yang digunakan. Menurut (Tim Kemdikbud 2018, hlm. 10) Nilai karya seni rupa secara teoretis dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu objektif/intrinsik dan subjektif /ekstrinsik.

  1. Nilai objektif khusus mengkaji gejala visual karya seni, aktivitas ini mendasarkan kriteria ekselensi seni pada kualitas integratif tatanan formal karya seni. Tata formal ini maksudnya adalah bagaimana kualitas setiap unsur pada karya. Apakah seniman menerapkan penggunaan unsur garis yang tepat? Bagaimana pengaplikasian kontrasnya? Apakah karya cukup tampak jelas atau justru sengaja dibuat kuat kontras untuk menampilkan nuansa romantis? Berbagai pertanyaan ini dapat dinilai secara objektif dan tidak mengenai selera semata. Seorang seniman yang telah berpengalaman mampu mengolah garis, bidang, gempal, warna, serta prinsip seni rupa seperti kontras, keseimbangan yang apik dan menghasilkan karya yang apik secara bentuk atau konkretnya (formal).
  2. Sementara itu, nilai subjektif kita peroleh dari pengalaman mengamati karya seni, misalnya tentang “pesan seni” dan nilai keindahan berdasarkan reaksi dan respons pribadi kita sebagai pengamat. Dalam hal ini, nilai estetis sangatlah subjektif. Setiap orang atau bahkan suatu masyarakat pada suatu region tertentu akan memiliki interpretasi yang berbeda. Misalnya suku Sunda menganggap warna putih adalah warna suci sehingga digunakan oleh pengantin pada pesta pernikahan. Sementara masyarakat Sulawesi justru menganggap warna putih bukanlah warna yang baik untuk digunakan pada acara besar seperti pernikahan.

Mudahnya, terdapat pandangan objektif yang dapat memberikan penilaian sama rata dan adil bagi semua. Dalam hal ini seniman juga dapat memilih berbagai hal yang dianggap baik secara mendasar. Namun demikian setelah terbukti mampu melakukannya, seniman juga boleh melanggar berbagai ketentuan “baik” atau ekselen secara wujud formal ini dan berkreasi berdasarkan kebebasannya sendiri.

Menganlisis Konsep, Prosedur, Fungsi & Tokoh

Selain dilihat dari nilai estetisnya, kita juga dapat melakukan analisis karya seni rupa berdasarkan konsep, prosedur, fungsi, serta tokoh. Pengertian analisis dalam konteks apresiasi seni adalah pengkajian yang cermat terhadap karya seni rupa untuk mengetahui keberadaan karya yang sebenarnya.

Penelaahan secara mendalam dilakukan dengan cara menguraikan masalah pokok dengan bagian-bagian karya seni, termasuk hubungan antar bagian dengan keseluruhan, sehingga kita memperoleh kesimpulan yang tepat ketika mengkaji karya seni rupa.

Konsep

Pada dasarnya karya seni rupa yang berwujud konkret awalnya dicetuskan oleh suatu konsepsi yang masih abstrak. Bahkan sebetulnya suatu karya seni rupa juga dapat dibuat hanya berdasarkan konsepnya saja.

Contohnya adalah bagaimana seorang seniman dapat menempelkan pisang dengan lak ban di suatu pameran. Beberapa hari atau Minggu kemudian tentunya pisang itu akan membusuk. Namun tidak masalah, pihak pameran tinggal menggantinya dengan pisang baru. Oleh karena itu, pisang tersebut bukanlah objek seninya. Objek seninya adalah konsep menempelkan pisang di dinding adalah karya seni rupanya.

Dalam menganalisis karya seni rupa aspek konsep berkaitan dengan aktivitas pengamatan karya seni untuk menemukan sumber inspirasi, interes seni, interes bentuk, penerapan prinsip estetik, dan pengkajian aspek visual, seperti struktur rupa, komposisi, dan gaya pribadi.

Prosedur

Aspek teknis berhubungan dengan proses kreasi, langkah-langkah kerja kreatif yang ditempuh seorang perupa untuk menghasilkan suatu karya. Baik untuk seni rupa murni, desain dan kriya. Dalam pembuatan desain logo misalnya, tahapan kerja dari penemuan gagasan, alternatif sketsa, gambar, simbol, teks, komposisi, warna, teknis, proses kreasi, sampai tercipta sebuah logo (inilah yang kita sebut prosedur kerja kreatif).

Prosedur ini sangat berkaitan dengan keterampilan tangan dari senimannya pula. Jika seseorang telah berlatih menggambar atau mematung selama bertahun-tahun dan terus mengembangkannya, maka ketelatenannya akan tampak pula pada karyanya. Beberapa seniman memilih jalan ini dan belakangan pada abad ini menjadi semacam pergerakan atau aliran baru, yakni hyper realism. Saat mengkaji karya sejenis ini, maka prosedur haruslah dicermati pada saat melakukan analisis karya seni rupa.

Fungsi

Fungsi seni pada hakikatnya adalah manfaat seni pada konteks tertentu. Misalnya, seni bagi perupa murni adalah media ekspresi, sementara bagi apresiator adalah sarana untuk mendapatkan pengalaman estetis dan nilai seni. Sedangkan fungsi seni bagi perupa terapan adalah menciptakan benda guna yang estetis. Dalam konteks masyarakat seni terapan berfungsi memenuhi kebutuhan benda fungsional yang indah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa fungsi seni terbagi menjadi dua, yakni:

  1. Seni rupa murni, dan
  2. Seni rupa terapan (benda guna).

Tokoh

Pengenalan mengenai tokoh-tokoh perupa murni (pelukis, pepatung, pegrafis) dalam lingkup lokal, nasional, dan internasional adalah penting dalam meningkatkan kemampuan berapresiasi seni. Tujuannya adalah untuk mendapatkan informasi tentang ketokohan, reputasi, dan kontribusi tokoh bagi masyarakat, bangsa, dan kemanusiaan pada umumnya.

Hal ini dimaksudkan untuk mengembangkan rasa empati, sehingga kepekaan dan pengetahuannya dapat memicu rasa kagum akan prestasi dan jasa-jasa para seniman (dan budayawan) berdasarkan bukti-bukti kualitas karya seni dan pengakuan yang diberikan tokoh tertentu. Selain itu kita juga dapat menggunakan tokoh seni sebagai benchmark untuk bandingan kemampuan bagi seniman baru.

Referensi

  1. Tim Kemdikbud. (2017). Seni Budaya XI, semester 2. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.

Sebagian orang memilih musik sebagai hobinya, baik itu sebagai pencipta ataupun sekedar pendengar. Disukainya musik oleh banyak orang bukan tanpa sebab. Selain dapat meningkatkan suasana hati, musik juga diyakini dapat membantu seseorang menghilangkan stres. Tentu saja, disamping musik juga memiliki nilai estetik sendiri. Nah, apa sih ini?

Pengertian estetik dalam kamus besar Bahasa Indonesia adalah cabang filsafat yang menelaah dan membahas tentang seni dan keindahan serta tangapan manusia terhadapnya. Nilai estetik tidak dapat dijauhkan dari seni muisk. Nilai estetik sendiri bisa diartikan sebagai sebuah nilai yang dapat membuat seni musik menjadi sebuah karya yang sangat lengkap dan indah.

Nilai estetik terdiri dari melodi, harmoni, gaya bahasa, tempo dan dinamika. Nilai-nilai itulah yang patut diperhatikan oleh para seniman musik agar karya mereka dapat diterima, dan dinikmati dengan baik oleh masyarakat.

Untuk lebih memahami mengenai bagian-bagian nilai estetik ini, berikut penjelasannya:

1. Melodi

Melodi adalah sekumpulan nada yang berpadu menjadi musik serta terdiri dari susunan nada dan irama yang berurutan dan diikuti oleh irama. Melodi tersusun dari beberapa unsur seperti interval, kunci, jenis, sifat, dan sistem pada nada.

(Baca juga: Apa Saja Jenis Musik Kreasi?)

Lebih mudahnya, melodi merupakan suatu pembeda antara satu jenis musik dengan musik lainnya. Sebagai contoh, kebanyakan dari kita membedakan musik berdasarkan aliran, semisal musik dangdut , pop, koplo, RnB dan edm.

2. Harmoni

Harmoni adalah gabungan dari nada yang memiliki perbedaan tinggi dan dibunyikan secara serentak. Harmoni berarti keselarasan hubungan antara nada dengan chord, atau chord dengan chord. Contohnya, dalam sekelompok paduan suara sering ditemukan pecahan suara Sopran, Alto, Tenor dan Bass. Semua jenis suara itu harus menghasilkan musik dengan perbedaan nada di waktu yang sama. Disitulah harmoni dapat dirasakan.

3. Gaya Bahasa

Unsur ini ditujukan untuk seni musik yang mengandung lirik. Dalam memilih sebuah lagu yang ingin didengar, tentunya pendengar tidak hanya mendengarkan melodinya saja, namun mencoba memahami arti, tujuan dan ekspresi penulis yang membuat lagu tersebut.

4. Tempo dan Dinamika

Tempo adalah kecepatan dalam birama lagu. Dalam sebuah partitur lagu pasti ditentukan berapa tempo yang digunakan dan harus digunakan oleh penyanyi atau musisi. Tempo juga sebagai penentu suasana dalam sebuah lagu. Lagu bertempo cepat adalah lagu yang bersemangat, biasanya digunakan untuk lagu-lagu kemerdekaan. Sedangkan lagu bertempo lambat adalah lagu yang sedih atau khidmat.

Dinamika adalah keras lembutnya suatu musik. Unsur ini tidak selalu dituliskan dalam sebuah partitur, biasanya konduktor atau dirigen yang memberi isyarat menggunakan tangan sebagai tanda dinamika. Pada dasarnya, dinamika terdiri dari piano yang berarti lembut dan forte yang berarti nyaring.

Dua unsur tersebut kemudian dibagi menjadi 6 jenis lainnya, termasuk Fortissmo (ff) yang menghasilkan suara sangat nyaring; Forte (f), yang menghasilkan suara nyaring; Mezzo forte (mf), yang menghasilkan suara sedikit nyaring, Mezzo piano (mp), yang menghasilkan suara sedikit lembut; Piano (p), yang menghasilkan suara lembut; dan Pianissimo (pp) yang menghasilkan suara sangat lembut.

Unsur-unsur tersebut adalah unsur wajib yang harus ada dalam seni musik agar seni musik menjadi sebuah karya indah yang dapat dinikmati oleh semua orang. Tidak hanya mendengar melodi musiknya saja, namun melihat ekspresi yang dituangkan penulis dalam karyanya.