Sebutkan dua faktor yang mempengaruhi perubahan fisik di sekitar Jembatan Ampera dan Sungai Musi

Skip to content

Potensi sumber daya alam dan posisi strategis wilayah menjadikan Provinsi Sumatera Selatan sebagai salah satu daerah yang ekonominya tumbuh pesat di Pulau Sumatera. Kesejahteraan wilayahnya juga terus bertumbuh.

Sebutkan dua faktor yang mempengaruhi perubahan fisik di sekitar Jembatan Ampera dan Sungai Musi

KOMPAS/EDDY HASBY Jembatan Ampera merupakan ikon kota Palembang, melintas di atas Sungai Musi mengubungkan wilayah Seberang Ulu dan Seberang Ilir, Rabu (26/08/2020). Kini jembatan megah itu berdampingan dengan Jembatan Lintas Rel [...]

This entry was posted in Daerah and tagged politik, profil, profil daerah, provinsi, provinsi sumatera selatan, sejarah, Sumatera Selatan, sumsel.

Jembatan Ampera (Huruf Jawi : جمبتن أمڤيرا) (Amanat penderitaan rakyat) adalah sebuah jembatan di Kota Palembang, Provinsi Sumatra Selatan, Indonesia. Jembatan Ampera, yang telah menjadi semacam lambang kota, terletak di tengah-tengah Kota Palembang, menghubungkan daerah Seberang Ulu dan Seberang Ilir yang dipisahkan oleh Sungai Musi. Jembatan Ampera merupakan ikon kota Palembang yang paling terkenal.[1]

Sebutkan dua faktor yang mempengaruhi perubahan fisik di sekitar Jembatan Ampera dan Sungai Musi
Jembatan Ampera
جمبتن أمڤيرا
Nama resmiJembatan Ampera
جمبتن أمڤيرا
(Amanat Penderitaan Rakyat)Nama lainJembatan Bung Karno (1965-1966)MemuatLalu lintas, pejalan kakiMelintasiSungai MusiDaerahPalembang, Sumatra SelatanPanjang total224mBentang terpanjang61mRuang bawah9mDibuka30 September 1965Koordinat2°59′30″S 104°45′49″E / 2.9917°S 104.7635°E / -2.9917; 104.7635Koordinat: 2°59′30″S 104°45′49″E / 2.9917°S 104.7635°E / -2.9917; 104.7635

Panjang Jembatan 1.177 m, lebar 22 m (bagian tengah 71,90 m, berat 944 ton dan dilengkapi pembandul seberat 500 ton), semua bagian tengah bisa diangkat agar kapal-kapal besar bisa lewat namun sejak tahun 1970 bagian tengah sudah tidak dapat diangkat lagi. Bandul pemberatnya pada tahun 1990  dibongkar karena dikhawatirkan dapat membahayakan. Tinggi jembatan ini 11,5 m dari atas permukaan air, tinggi menara 63 m dari permukaan tanah dan jarak antara menara 75 m.[2][3]

Jembatan Ampera

Sejarah

 

Pemandangan Jembatan Ampera di waktu malam

Ide untuk menyatukan dua daratan di Kota Palembang ”Seberang Ulu dan Seberang Ilir” dengan jembatan, sebetulnya sudah ada sejak zaman Gemeente Palembang, tahun 1906. Saat jabatan Wali kota Palembang dijabat Le Cocq de Ville, tahun 1924, ide ini kembali mencuat dan dilakukan banyak usaha untuk merealisasikannya. Namun, sampai masa jabatan Le Cocq berakhir, bahkan ketika Belanda hengkang dari Indonesia, proyek itu tidak pernah terealisasi.[4]

Pada masa kemerdekaan, gagasan itu kembali mencuat. DPRD Peralihan Kota Besar Palembang kembali mengusulkan pembangunan jembatan kala itu, disebut Jembatan Musi dengan merujuk nama Sungai Musi yang dilintasinya, pada sidang pleno yang berlangsung pada 29 Oktober 1956. Usulan ini sebetulnya tergolong nekat sebab anggaran yang ada di Kota Palembang yang akan dijadikan modal awal hanya sekitar Rp 30.000,00. Pada tahun 1957, dibentuk panitia pembangunan, yang terdiri atas Penguasa Perang Komando Daerah Militer IV/Sriwijaya, Harun Sohar, dan Gubernur Sumatra Selatan, H.A. Bastari. Pendampingnya, Wali kota Palembang, M. Ali Amin, dan Indra Caya. Tim ini melakukan pendekatan kepada Bung Karno agar mendukung rencana itu.

Usaha yang dilakukan Pemerintah Provinsi Sumatra Selatan dan Kota Palembang, yang didukung penuh oleh Kodam IV/Sriwijaya ini kemudian membuahkan hasil. Bung Karno kemudian menyetujui usulan pembangunan itu. Karena jembatan ini rencananya dibangun dengan masing-masing kakinya di kawasan 7 Ulu dan 16 Ilir, yang berarti posisinya di pusat kota, Bung Karno kemudian mengajukan syarat. Yaitu, penempatan boulevard atau taman terbuka di kedua ujung jembatan itu. Dilakukanlah penunjukan perusahaan pelaksana pembangunan, dengan penandatanganan kontrak pada 14 Desember 1961, dengan biaya sebesar USD 4.500.000 (kurs saat itu, USD 1 = Rp 200,00).

Pembangunan Jembatan Ampera dipusatkan di wilayah hilir yang merupakan kawasan pusat kota, terutama kawasan 16 Ilir. Sewaktu pembangunan Jembatan Ampera, banyak sekali bangunan-bangunan peninggalan Belanda yang dibongkar, salah satunya pusat perbelanjaan terbesar Matahari atau Dezon, Kantor listrik (OGEM), dan Bank ESCOMPTO. Bangunan peninggalan Belanda yang tidak dibongkar hanya menara air atau waterleding yang sekarang digunakan sebagai Kantor Wali Kota. Di bagian hulu, banyak perumahan penduduk yang juga ikut dibongkar.[5]

Pembangunan jembatan ini dimulai pada bulan April 1962, setelah mendapat persetujuan dari Presiden Soekarno. Biaya pembangunannya diambil dari dana pampasan perang Jepang. Bukan hanya biaya, jembatan inipun menggunakan tenaga ahli dari negara tersebut.[3]

Pada awalnya, jembatan ini, dinamai Jembatan Bung Karno. Menurut sejarawan Djohan Hanafiah, pemberian nama tersebut sebagai bentuk penghargaan kepada Presiden RI pertama itu. Bung Karno secara sungguh-sungguh memperjuangkan keinginan warga Palembang, untuk memiliki sebuah jembatan di atas Sungai Musi.[6]

 

Pemandangan dari menara (tower) Jembatan Ampera.

Peresmian pemakaian jembatan dilakukan pada tahun 1965, sekaligus mengukuhkan nama Bung Karno sebagai nama jembatan. Pada saat itu, jembatan ini adalah jembatan terpanjang di Asia tenggara.[7] Setelah terjadi pergolakan politik pada tahun 1966, ketika gerakan anti-Soekarno sangat kuat, nama jembatan itu pun diubah menjadi Jembatan Ampera (Amanat Penderitaan Rakyat).[8]

Sekitar tahun 2002, ada wacana untuk mengembalikan nama Bung Karno sebagai nama Jembatan Ampera ini. Tapi usulan ini tidak mendapat dukungan dari pemerintah dan sebagian masyarakat.[3]

Pada awalnya, bagian tengah dan bagian belakang dan bagian depan badan jembatan ini bisa diangkat ke atas agar tiang kapal yang lewat dibawahnya tidak tersangkut badan jembatan. Bagian tengah jembatan dapat diangkat dengan peralatan mekanis, dua bandul pemberat masing-masing sekitar 500 ton di dua menaranya. Kecepatan pengangkatannya sekitar 10 meter per menit dengan total waktu yang diperlukan untuk mengangkat penuh jembatan selama 30 menit.

Pada saat bagian tengah jembatan diangkat, kapal dengan ukuran lebar 60 meter dan dengan tinggi maksimum 44,50 meter, bisa lewat mengarungi Sungai Musi. Bila bagian tengah jembatan ini tidak diangkat, tinggi kapal maksimum yang bisa lewat di bawah Jembatan Ampera hanya sembilan meter dari permukaan air sungai.[8]

Sejak tahun 1970, aktivitas turun naik bagian tengah jembatan ini sudah tidak dilakukan lagi. Alasannya, waktu yang digunakan untuk mengangkat jembatan ini dianggap mengganggu arus lalu lintas di atasnya.

Pada tahun 1990, kedua bandul pemberat di menara jembatan ini diturunkan untuk menghindari jatuhnya kedua beban pemberat ini.[3]

  1. ^ Liputan6.com (2018-12-21). "Jembatan Ampera dari Masa ke Masa, Ikon Kota Palembang". liputan6.com. Diakses tanggal 2020-11-05. 
  2. ^ "Jembatan Ampera". sda.pu.go.id. 8 Februari 2018. 
  3. ^ a b c d "Dibiayai Jepang, Jembatan Ampera Dulu Bernama Bung Karno". Detik.com. 6 Agustus 2007. Diakses tanggal 15 September 2007. 
  4. ^ Hanafiah, Djohan (1988). 82 Tahun Pemerintahan Kota Palembang. Palembang: Humas Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Palembang.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  5. ^ Melisa, Melisa (2012). "Ampera dan Perubahan Orientasi Ruang Perdagangan Kota Palembang 1920an-1970an". Lembaran Sejarah. 9 (1). 
  6. ^ "33 Tahun Sudah Jembatan Ampera Tak Bisa Naik Turun Lagi". Kompas. 19 April 2003. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2003-04-20. Diakses tanggal 15 September 2007. 
  7. ^ "Pariwisata Palembang". bumisriwijaya.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-03-05. Diakses tanggal 15 September 2007. 
  8. ^ a b "Menunggu Wajah Baru Jembatan Ampera". Tempo. 31 Maret 2005. Diakses tanggal 15 September 2007. 

  • Jembatan Musi II

  Media terkait Ampera Bridge di Wikimedia Commons

  • Situs Resmi Kementrian Pariwisata

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Jembatan_Ampera&oldid=20931222"