Sebutkan lima dampak positif kerjasama internasional

Empat Pilar MEA yaitu :

  • Pasar dan basis produksi tunggal;
  • Kawasan ekonomi berdaya saing tinggi;
  • Kawasan dengan pembangunan ekonomi yang merata dan berkeadilan; dan
  • Kawasan yang terintegrasi dengan ekonomi global.

Keempat pilar termuat dalam dokumen Blueprint yang disepakati dalam Pertemuan ke-38 ASEAN Economic Ministers Meeting (AEM) di Kuala Lumpur pada Agustus 2006.

Pada tahun 2015, negara anggota ASEAN telah menyetujui Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN 2025. Cetak Biru MEA 2025 akan terbangun di atas Cetak Biru MEA 2015 yang terdiri dari lima karakteristik yang saling terkait dan saling menguatkan, yaitu: (a) ekonomi yang terpadu dan terintegrasi penuh; (b) ASEAN yang berdaya saing, inovatif, dan dinamis; (c) Peningkatan konektivitas dan kerja sama sektoral; (d) ASEAN yang tangguh, inklusif, serta berorientasi dan berpusat pada masyarakat; dan (e) ASEAN yang global.

Untuk mengimplementasikan Blueprint MEA 2015, ditentukan scorecard yang berisikan deliverables yaitu: 611 langkah aksi kategori Full Scorecard 506 langkah aksi kategori Focused Base.

Sesuai hasil laporan awal Mid-Term Review (MTR) terhadap ASEAN Economic Communty (AEC) Blueprint 2025, Sekretariat ASEAN (ASEC) mencatat terdapat 1900 action lines, yang mana 84% nya telah terimplementasi pada periode 2016 Q2 tahun 2020. Dari 84% action lines yang telah terimplementasi, sebanyak 43% berstatus completed dan 41% lainnya berada dalam berbagai tahapan implementasi.

Berdasarkan data dari ASEC per 6 November 2020, dari total 156 Annual priorities 2020 AEC 2025, baru 55 yang terimplementasi dan 101 prioritas lainnya belum terimplementasi. Dari 101 prioritas yang belum dijalankan, sebanyak 2 prioritas ditarik (withdrawn), 4 prioritas selesai menjelang KTT ASEAN ke-37, dan 13 priorities lain terindikasi baru akan selesai setelah tahun 2020.

MEA 2025 merupakan kelanjutan dari MEA 2015, dan bertujuan untuk membuat ekonomi ASEAN semakin terintegrasi dan kohesif; berdaya saing dan dinamis; peningkatan konektivitas dan kerja sama sektoral; tangguh, inklusif, berorientasi serta berpusat pada masyarakat; serta ASEAN yang global.

Cakupan kerja sama ekonomi ASEAN mencakup bidang perindustrian, perdagangan, investasi, jasa dan transportasi, telekomunikasi, pariwisata, serta keuangan. Selain itu, kerja sama ini mencakup bidang pertanian dan kehutanan, energi dan mineral, serta usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).

Dapat kita lihat profil perekonomian ASEAN sebagai berikut:

  1. Negara ASEAN kaya akan komoditas sumber daya alam berupa energi, mineral dan tanaman pangan;
  2. Jumlah penduduk ASEAN yang besar, yaitu 655,51 Juta Jiwa (2019), mayoritas adalah usia produktif;
  3. Pertumbuhan ekonomi negara ASEAN relatif tinggi, rata-rata 5% - 6% per tahun.

Untuk mendorong kesetaraan pembangunan antarnegara anggota (narrowing the development gap), ASEAN memiliki Initiative for ASEAN Integration (IAI).

IAI bertujuan menciptakan pembangunan yang merata antara ASEAN-6 (Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand) dengan CLMV (Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam).

  • Pelaksanaan Initiative for ASEAN Integration: Initiative for ASEAN Integration dilaksanakan dalam bentuk, proyek pelatihan peningkatan kapasitas, bantuan pembangunan lembaga, saran kebijakan, dan studi kelayakan.
  • Pendanaan proyek Initiative for ASEAN Integration: Pelaksanaan proyek pada umumnya mendapat pendanaan dari ASEAN-6, negara mitra wicara, atau lembaga internasional dalam rangka mendukung program IAI.
  • Proyek-proyek Initiative for ASEAN Integration: Pada awalnya proyek Initiative for ASEAN Integration dilaksanakan di bidang ekonomi seperti, pembangunan infrastruktur, SDM, peningkatan kapasitas integrasi kawasan, energi, iklim investasi, pariwisata, pengentasan masyarakat miskin, dan peningkatan kualitas hidup. Dalam perkembangannya, proyek IAI diperluas mencakup bidang politik-keamanan dan sosial budaya.

Di samping itu, atas usulan Indonesia, ASEAN telah menyetujui ASEAN Framework on Equitable Economic Development (AFEED) atau Kerangka Kerja ASEAN mengenai Pembangunan Ekonomi yang Setara. Kerangka kerja tersebut mengedepankan upaya, antara lain, pengurangan kesenjangan pembangunan, penguatan kualitas sumber daya manusia, peningkatan kesejahteraan sosial, pengembangan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), dan partisipasi yang lebih luas dalam proses integrasi ASEAN.

Bagi Indonesia, MEA memberikan berbagai kesempatan dan peluang yang harus dipergunakan secara maksimal mengingat adanya potensi jumlah penduduk yang besar dan peningkatan daya beli masyarakat di ASEAN. Integrasi ekonomi kawasan akan membantu antara lain, dalam mengurangi hambatan perdagangan, menjadikan kawasan Asia Tenggara sebagai satu kesatuan basis produksi dan pasar yang potensial bagi masuknya Foreign Direct Investment (FDI) serta peningkatan daya saing nasional.

Indonesia pun akan terus mendorongdan memastikan upaya integrasi ekonomi lebih lanjut di ASEAN guna memberikan keuntungan yang nyata kepada masyarakat di kawasan. Di sisi lain, peningkatan kapasitas dan daya saing nasional untuk meraih peluang dalam MEA juga akan menjadi perhatian serius.